Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, pada akhirnya penulisan laporan
pendokumentasian data lapangan tentang budaya dan kearifan lokal yang dilakukan oleh
Tim LPPM di Pulau Buano Kabupaten Seram Bagian Barat Propinsi Maluku, dapat
diselesaikan. Bagi seluruh anggota tim yang terlibat dalam kegiatan, hal ini merupakan
karuniah dan anugrah yang tiada terbilang.
Secara formal, kegiatan pendokumentasian data yang terkait dengan budaya dan
kearifan lokal dalam tulisan ini merupakan bagian dari program “Revitalisasi Kearifan
Lokal untuk Pengelolalan Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan”, yang didukung oleh
Yayasan Burung Indonesia dan Critical Ecosystem Partnership Fund. Melalaui kegiatan ini,
LPPM bermaksud memberdayakan lembaga-lembaga adat beserta pranata kearifan lokal di
Pulau Buano dalam upaya sistematis pembangunan masyarakat secara mandiri dan
partisipatoris. Secara jujur harus diakui bahwa masyarakat Buano bukanlah objek
pembangunan yang diam, yang hanya menerima dengan pasrah hegemoni kekuasaan dan
penetrasi berbagai pengaruh dari luar. Dalam kesederhanannya mereka adalah masyarakat
yang dinamis dan memiliki kearifan-kearifan kultural sebagai modal social, yang bila
dimanfaatkan secara bijaksana akan sangat berguna bagi pemberdayaan masyarakat. Tim
LPPM berharap hasil-hasil yang tercatat dalam laporan ini, bisa menjadi upaya
pendahuluan yang dapat mendukung proses pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
di Pulau Buano.
Proses penyempurnaan laporan ini telah dilakukan melalui seminar bersama tokoh-
tokoh Buano Utara dan Selatan di Baeleo Negeri Buano. Oleh karenanya, laporan ini tidak
akan pernah bisa dirampungkan sepenuhnya, tanpa bantuan dan jasa baik dari berbagai
pihak, terutama masyarakat di Pulau Buano yang mungkin tidak akan dapat disebutkan
satu persatu. Namun demikian, Tim LPPM ingin menyebut beberapa pihak dan nama yang
telah memberi atensi dan bantuan yang sangat besar sehingga kegiatan
pendokumentasian data dapat dilakukan dengan lancar dan sukses.
Terimakasih yang utama harus disampaikan kepada Bapa Raja Buano Utara dan
Bapa Pejabat Raja Buano Selatan yang telah memberi izin kepada Tim LPPM dalam
menjalankan berbagai Program di Buano, termasuk menyediakan waktu untuk wawancara
LPPM 2017: Laporan Pendokumentasian Kearifan Lokal di Pulau Buano Page ii
setiap saat dengan penuh keramahan. Terimakasih kepada Bapak Guru Mahu, Bapak-bapak
Kepala Soa, Kepala Dati, Marinyo, Kewang dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang telah
bersedia untuk diwawancarai dan memberikan informasi-informasi yang sangat penting
guna penulisan laporan ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada dua rekan
pemuda dari Pulau Buano, Pak Bakri dan Pak Ajun yang telah menjadi pendamping
penelitian lapangan dan penterjemah yang setia selama proses pengumpulan data.
Akhirnya kami menyampaikan terimakasih kepada Yayasan Burung Indonesia dan
Critical Ecosystem Partnership Fund yang telah berkerjasama dengan LPPM, dan membiayai
program penelitian dan pengumpulan data lapangan ini. Kami tentu berharap agar
kerjasama ini dapat terus ditingkatkan untuk menghasilkan berbagai program kerja yang
bermanfaat bagi pengembangan masyarakat lokal seperti di Pulau Buano. Ucapan
terimakasih yang terakhir tentu kami sampaikan kepada Direktur LPPM yang selalu
mensuport tim pendokumentasian data lapangan hingga penyusunan laporan ini.
Semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Buano, juga bagi
para pengambil kebijakan dalam merumuskan program-program pembangunan yang tepat
bagi masyarakat di Pulau Buano. Sebagai sebuah produk ilmiah, Tim LPPM menyadari
bahwa laporan ini bukanlah sebuah produk yang sempurna, sehingga memerlukan krtik
dan masukan dari berbagai pihak terutama masyarakat Buano sendiri untuk perbaikan dan
penyempurnaan lebih lanjut.
LPPM 2017: Laporan Pendokumentasian Kearifan Lokal di Pulau Buano Page iii
Daftar Isi
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi Iii
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang 1
2 Tujuan Kegiatan 4
3 Metode Pengumpulan Data 4
BAB II MENGENAL ADAT DAN BUDAYA MASYARAKAT BUANO
1 Gambaran Singkat tentang Buano 6
2 Institusi-institusi Adat dan Perannya dalam Masyarkat 9
3 Institusi Adat dan Hubungannya dengan Institusi Negara 18
4 Artefak Budaya Masyarakat Buano 20
BAB III KEARIFAN LOKAL DAN KONSERVASI LINGKUNGAN
1 Potensi Kearifan Lokal di Pulau Buano 23
2 Bentuk-bentuk Kearifan Lokal yang memiliki Fungsi Ekologis 25
3 Revitalisasi Kearifan Lokal di Buano; Peluang dan Tantangan 31
BAB IV PENUTUP
1 Kesimpulan 35
2 Saran dan Rekomendasi 36
Daftar Pustaka 37
1. Latar Belakang
Kepulauan Maluku adalah wilayah yang sangat kaya dengan tradisi dan
budaya pesisir yang unik dan beranekaragam. Kondisi ini merupakan konsekwensi
langsung dari peta geografis Propinsi Maluku yang terdiri dari ribuan pulau yang
tersebar dalam sebuah wilayah lautan yang luas, hingga mencapai 92,7%. Meskipun
begitu, menurut berbagai hasil penelitian yang ada, budaya masyarakat Maluku di
setiap tempat dan pulau cenderung memiliki karakteristik dan corak yang hampir
serupa, yakni bersifat komunal, kosmopoloti, mementingkan harmoni dan
persaudaraan serta menjaga interaksi manusia dengan lingkungan alam tempat
tinggalnya
Hal ini misalnya bisa dilihat secara nyata pada berbagai tradisi dan adat
istiadat yang masih terus dilestarikan oleh masyarakat di berbagai daerah dan pulau.
Mengikuti kategorisasi klasik kebudayaan seperti yang diciptakan J.J. Honingmen
(1990), maka tradisi dan adat istiadat pada masyarakat Maluku dapat dilihat pada
tiga kategori kebudayaan, yakni sistem nilai dan norma, praktik-praktik sosial yang
menjadi kebiasaan dan tradisi, serta berbagai artefak atau benda-benda pusaka
purbakala yang memiliki nilai budaya tinggi.
Nilai-nilai dan norma merupakan wujud ideal kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak
dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam sistem ide
(pengetahuan), gagasan, imajinasi atau di alam pemikiran warga masyarakat. Sistem
nilai dapat dilihat dari keyakinan yang dianut, ilmu pengetahuan lokal, prinsip-
prinsip persaudaraan, kesetiakawanan, keberanian, kejujuran, etos kerja dan lain-
lain. Demikian juga institusi-institusi sosial bisa direpresentasi oleh organisasi sosial,
lembaga-lembaga adat yang berfungsi sebagai penjaga nilai-nilai, pengatur dan
pengambil keputusan.
1. Kesimpulan
Pembahasan di dalam laporan ini menunjukkan bahwa masyarakat di Pulau
Buano memiliki budaya dan kearifan lokal yang sangat kaya, yang secara teknis
dapat difungsikan sebagai modal sosial yang sangat penting dalam pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat. Ada budaya dan kearifan lokal yang berhubungan
dengan institusi sosial, ritual dan praktik sosial, hingga artefak-artefak budaya yang
terdiri dari berbagai jenis peninggalan masa lalu. Beberapa hal tersebut dapat dicatat
sebagai kesimpulan dalam laporan ini:
1.1. Nilai-nilai budaya dan kearifan seperti persaudaraan antar marga (fam), Negeri,
atau Soa, bahkan antar agama yang terefleksikan dari tradisi Gandong, Kaka,
dan Bongso memiliki fungsi kultural yang penting dalam merawat
persaudaraan, kohesifitas dan harmoni dalam kehidupan sosial di desa.
1.2. Institusi sosial tradisional seperti jabatan Guru Mahu, Raja, Soa, Dati, Saniri
Negeri, Hakim Sara dan lainnya merupakan modal sosial yang dapat
didayagunakan sebagai instrumen pengorganisasian masyarakat dan motor
penggerak dalam pembangunan.
1.3. Dalam konteks pengelolaan lingkungan, hutan, laut dan ekosistem lainnya
dapat memanfaatkan kearifan lokal yang ada, terutama tradisi Keramat, Hukum
Sasi, dan jabatan tradisional Kewang yang memiliki fungsi-fungsi ekologis
dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
1.4. Hal yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa nilai-nilai kearifan lokal
yang tersebut masih tetap relevan dengan kehidupan masa kini dan para elit
lokal yang memangku jabatan adat memiliki cukup kapasitas untuk
mendayagunakan kearifan lokal bagi kehidupan masyarakat yang terus
berubah dari waktu ke waktu.
Cooley, Frank L . 1987. Mimbar dan Tahta. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan).
Ellen, Roy. 2007. Modern Crisis and Traditional Startegies, Local Ecological
Knowledge in Island Southeast Asia. (New York: Berghahn Books).
Geertz, Cleffort. 1983. Local Knowledge; Further Essays in Interpretive
Anthropology. (Basis books. Ink)
Handoko, Wuri, 2014. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Hoamoal di Seram
Bagian Barat.(Kapata Arkeologi, Vol. 10, No. 2 Desember 2014: 99-112)
Judge, Zulfikar dan Marissa Nurizka. 2008. Pelajaran Hukum Adat Sasi dalam
Melindungi Kelestarian Lingkungan di Desa Eti Kecamatan Seram Barat
Kabupaten Seram Bagian Barat. (Le Jurnalica Vol. 6 No. 1 desember
2008)
Koentjaraninrat. 2004. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama)
LPPM. 2017. Revitalization of Local Wisdom for Sustainable Management of
Natural Resources in Buano Island (Project Proposal)
Nirwansyah, Anang Widhi dan Nursakti Adhi. 2014. Model Pengembangan
Kawasan Konservasi Laut untuk Pulau-pulau Kecil, Studi di Pulau Buano
Kabupaten Seram Bagian Barat. (Geoedukasi Vol. 3 No. 1 Maret 2014:
55-67)
Tombalisa, Usnadin. 2017. Kontestasi Sistem Sosial Usat Tean, Studi tentang
Persaingan Soa di Negeri Buano Utara Kecamatan Huamual Belakang
Kabupaten Seram Bagian Barat. (Skripsi Sarjana di Jurusan Sosiologi
Agama IAIN Ambon, tidak diterbitkan)