ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada laju pertumbuhan
makhluk hidup. Kondisi lingkungan perairan baik fisik, kimia, maupun biologi selalu
mengalam fluktuasi. Perubahan lingkungan tersebut akibat adanya aktivitas alam atau
aktivitas manusia. Perubahan lingkungan tersebut dapat mengakibatkan perubahan pada
organisme akuatik baik secara langsung atau tidak langsung. Untuk mengetahui
keterkaitan lingkungan dengan kegiatan ikan dapat melakukan pengujian biometrik.
Adanya perubahan pada tingkat organ dapat mengetahui pengaruh dari suatu
perubahan parameter lingkungan atau suatu perlakuan dalam mutu pengujian misalnya
pengujian pakan, hormon, dan lain-lain. Pada perikanan budidaya seringkali menggunakan
analisis parameter biometrik dengan melihat hubungan antara berat dan panjang melalui
kurva yang menentukan bentuk pertumbuhan spesies (Mulema SA dan Garcia AC 2018).
Perubahan-perubahan ukuran atau bobot yang terjadi pada suatu bagian tubuh atau
organ tubuh dapat menjadi pembanding antara organisme yang terpapar pada suatu kondisi
lingkungan dengan kondisi lingkungan lainnya. Nilai perubahan ukuran atau berat yang
diperoleh tersebut dapat diperbandingkan dengan nilai hasil pengukurannya harus
dinyatakan dalam bentuk nilai relatif. Beberapa parameter biometrik dapat digunakan
sebagai indikator adanya pengaruh dari suatu perubahan lingkungan atau pencemaran atau
perlakuan dalam suatu percobaan dalam rangka menentukan lingkungan yang ideal.
Praktikum ini bertujuan mengetahui apa saja yang termasuk kedalam parameter
biometrik, mengetahui cara pengukurannya, makna dari hasil pengukuran yang diperoleh.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan empat perlakuan, yakni perbedaan Konsentrasi detergen (5 gram,
10 gram, dan 15 gram) dengan masing-masing perlakuan memiliki tiga ulangan.
Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan yang digunakan pada kegiatan pengukuran dilakukan dengan
pengukuran morfometrik dan juga anatomi ikan dengan bantuan alat ukur penggaris, jangka
sorong, dan dinolite untuk mengukur diameter mata, panjang rahang bawah dan juga
panjang rahang atas. Panjang dan bobot ikan, panjang sirip dada, tinggi dan lebar badan
atau tubuh diukur dengan pengukuran morfometrik. Anatomi tubuh yang diukur yaitu
panjang usus atau organ dalam lainnya yang berada diluar lambung. Kegiatan penimbangan
dilakukan dengan bantuan alat ukur yaitu timbangan digital. Seluruh organ ikan seperti
insang, jantung, usus, hati, gonad, limpa, empedu, dan lambung dikeluarkan dari tubuh ikan
dengan pembedahan pada tubuh ikan yang dimulai dari anus hingga belakang kepala.
Pemisahan organ-organ tersebut dilakukan secara hati-hati karena organ-organ tersebut
rentan rusak ataupun pecah karena alat bedah.
Pengambilan Data
Data dibawah merupakan data yang didapatkan dari pengukuran biometrik pada ikan
yang dilakukan pengukuran, berupa ikan gabus, belut, mas, dan nila (Tabel 1)
4. Indeks Sirip
𝑷𝑺𝑫
𝑰𝑺 =
𝑷𝑻
PU = Panjang usus
PT = panjang total
6. Indeks Mata
𝑨+𝑩 𝝅
𝑰𝑴 = {( ) ^𝟐 × } × 𝟏𝟎𝟎
𝟒 𝑳
BJ = bobot jantung
BT = bobot total
BU = bobot usus
BT = bobot total
BH = bobot hati
BT = bobot total
BG = bobot gonad
BT = bobot total
BL = bobot limpha
BT = bobot total
BE = bobot empedu
BT = bobot total
Analisis Data
Data parameter biometrik ikan dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam
(ANOVA) rancangan acak lengkap (RAL) yang kemudian diolah dengan program Excel for
Windows. Selanjutnya data dianalisis dengan uji Tukey yang bertujuan mengetahui perbedaan
diantara nilai tengah variabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berikut merupakan hasil dari perhitungan pengamatan biometrik pada ikan gabus, belut, mas, dan
nila.
Berdasarkan grafik disamping terdapat perbedaan panjang dan bobot tubuh dari empat jenis
ikan yang berbeda. Panjang tubuh ikan terbesar dimiliko oleh ikan belut, diikuti ikan mas, gabus
dan nila. Sedangkan bobot tubuh ikan terbesar dimiliki oleh ikan mas, ikan nila, ikan gabus dan
belut.
Berdasarkan grafik disamping terdapat nilai faktor kondisi/FK yang didapatkan dari
pengukuran panjang dan bobot tubuh ikan dari keempat jenis ikan yang berbeda. Nilai FK tertinggi
yaitu pada ikan nila, diikuti oleh ikan mas, gabus dan belut.
Grafik 3 Hubungan antara lebar bukaan mulut, dan lebar bukaan mulut relatif
Berdasarkan grafik disamping terdapat nilai lebar bukaan mulut (LBM) dan lebar bukaan
mulut relatif (LBMr) dari keempat jenis ikan yang berbeda. Urutan nilai lebar bukaan mulut (LBM)
ikan dari yang terbesar hingga yang terkecil yaitu ikan gabus, ikan nila, mas dan belut. Sedangkan
urutan nilai Lebar bukaan mulut relatif (LBMr) dari yang terbesar hingga yang terkecil yaitu belut,
gabus, nila, dan ikan mas.
Berdasarkan grafik disamping terdapat nilai lebar tubuh dan lebar tubuh relatif (LTr) dari
keempat jenis ikan yang berbeda. Ukuran tubuh terlebar hingga yang terkecil yaitu ikan mas,
nila,gabus ddan belut. Sedangkan Nilai Lebar tubuh relatif (LTr) tertinggi hingga terendah yaitu
ikan gabus, belut, mas dan nila.
Grafik 6 Hubungan antara lebar bukaan mata dan lebar bukaan mata relatif
Berdasarkan grafik disamping terdapat nilai lebar bukaan mata (LBM) dan lebar bukaan mata
relatif (LBMr) dari keempat jenis ikan yang berbeda. Urutan nilai lebar bukaan mata (LBM) ikan
dari yang terbesar hingga yang terkecil yaitu ikan nila, ikan mas, gabus dan belut. Sedangkan urutan
nilai Lebar bukaan mata relatif (LBMr) dari yang terbesar hingga yang terkecil yaitu gabus, nila,
mas dan belut.
Berdasarkan grafik disamping terdapat nilai bobot hati dan bobot hati relatif (BHr) dari
keempat jenis yang berbeda. Ikan nila memiliki bobot hati terbesar, diikuti oleh ikan mas, ikan
gabus, dan belut. Sedangkan nilai bobot hati relatif (BHr) terbesar yaitu pada belut, diikuti oleh
ikan nila, ikan gabus, dan ikan mas.
Berdasarkan grafik dsamping terdapat nilai volume lambung dan volume lambung relatif
(VLr) dari keempat jenis ikan yang berbeda. Ikan nila memiliki volume lambung terbesar, diikuti
oleh ikan mas, belut, dan ikan gabus. Sedangkan nilai volume lambung relatif (VLr) tertinggi yaitu
pada belut, diikuti oleh ikan nila, ikan mas, dan ikan gabus.
Pembahasan
Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan karnivora air tawar yang
menghuni kawasan Asia Tenggara (Robert R et al. 2018). Di alam ikan gabus biasanya
mengkonsumsi organisme air seperti katak, udang, serangga air dan ikan kecil. Berdasarkan
kebiasaan waktu makan, ikan gabus termasuk ikan nokturnal yaitu ikan yang aktif pada malam
hari. Ikan gabus menyukai habitat seperti kolam dan aliran air tawar seperti sungai, danau, rawa-
rawa, sawah, kolam penambangan, dan parit pinggir jalan (Chasanah E et al. 2015). Ikan gabus
termasuk golongan ikan yang mempunyai alat bantu pernapasan (Breathing organ) yaitu labirin
yang berfungsi untuk menghirup udara langsung dari atmosfer (Duong TY et al. 2019).
Ikan belut sawah (Monopterus albus) atau asian swamp eel merupakan satu dari 13 spesies
pada genus monopterus yang memiliki distribusi yang luas meliputi kawasan Asia tropis hingga
subtropis sebagai habitat aslinya. Ikan belut memiliki alat pernafasan sekunder sehingga mampu
beradaptasi pada beberapa kondisi lingkungan bahkan pada lingkungan yang miskin oksigen
sekalipun (Herdiana L et al. 2017). Ikan belut adalah binatang nokturnal, atau binatang yang
mencari makan di malam hari. Habitat belut adalah di air tawar, seperti sungai, danau, rawa-rawa
dan sawah serta menyenangi tempat yang dangkal (Fujiani T et al. 2015). Dihabitat aslinya belut
biasanya memakan berbagai jenis binatang kecil seperti cacing sutra, bekicot, ikan kecil dan keong
mas. Maka dari itu belut termasuk kedalam golongan karnivora.
Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang
memiliki peluang pengembangan budidaya yang besar. Ikan yang termasuk dalam famili
Cyprinidae ini mempunyai warna sangat beragam dan bervariasi. Tak heran selain menjadi ikan
konsumsi ikan ini juga sering dijadikan ikan hias. Umumnya ikan mas di alam hidup di sungai,
kubangan, atau di perairan dangkal terbatas, seperti waduk dan danau. Ikan mas lebih banyak
menghabiskan waktunya berenang di bawah air (Ensibi C et al. 2013). Berdasarkan cara
memangsanya, ikan ini termasuk golongan ikan pengisap atau sucker karena mengambil makanan
dengan cara mengisap tanpa memilih. Ikan mas adalah jenis ikan omnivora yang sangat menyukai
tanaman air. Namun, terkadang ikan ini memangsa ikan-ikan lain yang berukuran lebih kecil.
Selain itu, ikan mas ini juga menyukai moluska, annelida, krustasea, telur ikan, dan makro
invertebrata lainnya (Syafar LA et al. 2017). ikan mas bernafas menggunakan insang yang
letaknya disisi kanan dan kiri.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan indonesia
yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Ikan ini relatif cepat tumbuh dan
mempunyai respon yang baik terhadap lingkungannya. Ditinjau dari kebiasaan makannya, ikan
nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan pemakan segala (omnivora) (Iskandar R dan Elrifadah
2015). Habitat ikan nila adalah air tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa-rawa, tetapi
karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (Euryhaline) sehingga dapat pula hidup dengan
baik di air payau dan laut. Salinitas yang cocok untuk nila adalah 0-35 ppt (Prayudi RD et al.
2016). Ikan nila bernafas menggunakan insang.
KESIMPULAN
Praktikum pengukuran beberapa parameter biometri yang dilakukan pada empat jenis ikan
yaitu gabus, belut, mas, dan nila. Parameter biometrik yang digunakan dalam praktikum ini seperti
faktor kondisi, lebar bukaan mulut, lebar tubuh, lebar bukaan mata, dan lain-lain. Semua parameter
tersebut di hitung berdasarkan pengukuran langsung. Kemudian data hasil pengukuran di analisis
secara statistik untuk mengetahui makna dari hasil pengukuran.
SARAN
Setiap jenis ikan memiliki karakteristik tingkah laku dan adaptasi yang berbeda-beda
sehingga perlu perlakuan yang berbeda-beda pula pada setiap jenis ikan. Praktikan harus
memperbanyak melakukan pengujian parameter biometrik ke setiap jenis ikan yang ada agar lebih
mengnal karakteristik jenis ikan serta mengetahui perbedaan setiap jenis ikan.
DAFTRA PUSTAKA
Chasanah E, Nurimala M, Purnamasari AR, Fithriani D. 2015. Komposisi kimia, kadar albumin dan
bioaktivitas ekstrak protein ikan gabus (Channa striata) alam dan hasil budidaya. JPB
Kelautan dan Perikanan. 10(2):123-132.
Duong TY, Uy S,Chheng P, So N, Tran THT, Thi NT, Pomeroy R, Egna H. 2019. Genetic diversity
and structure of striped snakehead (Channa striata) in the lower mekong basin: implications
for aquaculture and fisheries management. Fisheries Research. 218(17):166-173.
Ensibi C, Lopez MP, Rodriguez FS, Santiyan MPM, Yahya MND, Moreno DH. 2013. Effects of
deltamethrin on biometric parameters and liver biomarkers in common carp (Cyprinus carpio
L.). Environmental Toxicology and Pharmacology. 36(2):384-391.
Fujiani T, Efrizal, Rahayu R. 2015. Laju pertumbuhan belut sawah (Monopterus albus Zuiew)
dengan pemberian berbagai pakan. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 4(1):50-56.
Herdiana L, Kamal MM, Butet NA, Affandi R. 2017. Keragaman morfometrik dan genetik gen COI
belut sawah (Monopterus albus) asal empat populasi di jawa barat. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 22(3):180-190.
Iskandar R, Elrifadah. 2015. Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila (Orechromis niloticus) yang
diberi pakan buatan berbasis kambang. Ziraa’ah. 40(1):18-24.
Mulema SA, Garcia AC. 2018. Quality and productivity in aquaculture: prediction of oreochromis
mossambicus growth using a transfer function arima model. International Journal for Quality
Research. 12(4):823-834.
Prayudi RD, Rusliadi, Syafriadiman. 2016. Effect of different salinity on growth and survival rate of
nile tilapia (Oreochromis niloticus). Jurnal Online Mahasiswa Fakulas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. 3(1):1-10.
Robert R, Amit NH, Sukarno NM, Majapun RJ, Kumar SV. 2018. Population genetic structure of
asian snakehead fish (Channa striata) in north borneo: implications for conservation of
local freshwater biodiversity. Wiley Ecological Research. 34(1):55-67.
Syafar LA, Mahasri G, Rantam FA. 2017. Blood description, parasite infestation and survival rate of
carp (Cyprinus carpio) which is exposed by spore protein Myxobolus koi on rearing pond as
immunostimulan material. Jurnal Biosains Pascasarjana. 19(2):158-179.
LAMPIRAN