Anda di halaman 1dari 57

LS-01 = Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PELATIHAN
SUPERVISOR PEKERJAAN
LANSEKAP/PERTAMANAN
(LANDSCAPE SUPERVISOR)

2005

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

KATA PENGANTAR

Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertamanan/Lansekap ini merupakan salah


satu modul dari seluruh modul yang harus dikuasai oleh Supervisor Pekerjaan
Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor).

Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana Para
Peserta Pelatihan ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal pekerjaan Supervisor
Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor).

Tentu saja buku ini bukan buku yang sudah sempurna, melainkan masih cukup banyak
kekurangan yang tidak kami sadari namun sebagai panduan seorang Supervisor
Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor), dirasakan telah memenuhi
dari cukup.

Masukan-masukan demi penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan dan terima kasih
atas koreksi dan masukannya.

Jakarta, Desember 2005


Penyusun

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -i-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

LEMBAR TUJUAN

MODUL PELATIHAN : Pelatihan Supervisor Pekerjaan


Lansekap/Pertamanan (Site Supervisor Landscape)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Mampu menterjemahkan rencana dan rancangan lansekap/pertamanan menjadi benda
nyata terbangun lansekap atau taman.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :


Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja
2. Menerapkan pelaksanaan pekerjaan sesuai spesifikasi pekerjaan bangunan taman.
3. Menerapkan pelaksanaan pekerjaan sesuai spesifikasi pekerjaan penanaman.
4. Menerapkan pelaksanaan pekerjaan sesuai spesifikasi pekerjaan pemeliharaan
taman/lansekap.
5. Menerapkan tata laksana pekerjaan pertamanan/lansekap.
6. Melakukan perhitungan rancangan anggaran biaya.
7. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak.
8. Menerapkan teknik gambar arsitektur lansekap.
9. Melaksanakan pengenalan bangunan taman.
10. Melaksanakan pengenalan tanaman lansekap.
11. Melaksanakan pemeliharaan taman.
12. Melaksanakan administrasi lapangan dan pelaporan.
13. Menerapkan pranata pembangunan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -ii-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

NO. DAN JUDUL MODUL : LS – 01 KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mempelajari modul, peserta mampu melaksanakan pengawasan keselamatan
dan kesehatan kerja di lingkungan proyek sesuai ketentuan dokumen kontrak sebagai
acuan dalam pelaksanaan pekerjaan lansekap/pertamanan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan peraturan K3
2. Menggunakan perlengkapan dan keselaman kerja
3. Menggunakan alat dan bahan untuk penanggulangan dini
4. Menerapkan K3

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -iii-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

LEMBAR TUJUAN ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

SUPERVISOR PEKERJAAN

LANSEKAP/PERTAMANAN (Landscape Supervisor) ................................ vi

DAFTAR MODUL ........................................................................................................... vii

PANDUAN INSTRUKTUR ............................................................................................. viii

BAB I PEMAHAMAN PERATURAN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (K3)
1.1 UMUM...................................................................................................... I-1
1.2 KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU DI
INDONESIA ............................................................................................. I-2
1.3 SEBAB-SEBAB KECELAKAAN .............................................................. I-2
1.4 KETENTUAN ADMINISTRATIF .............................................................. I-3
1.4.1 Kewajiban Umum ........................................................................ I-3
1.4.2 Organisasi Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja ............................................................................................ I-4
1.4.3 Laporan Kecelakaan ................................................................... I-5
1.4.4 Keselamatan Kerja Dan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan ......................................................... I-5
1.4.5 Pembiayaan Keselamatan Dan Kesehatan

Kerja ............................................................................................ I-7

BAB II MENGGUNAKAN PERLENGKAPAN DAN


KESELAMATAN KERJA
2.1 ALAT PELINDUNG BADAN .................................................................... II-1
2.1.1 Sabuk Pengaman (Safety Belt) ................................................... II-1
2.1.2 Topi Keras (Helm) ....................................................................... II-1
2.1.3 Sarung Tangan ............................................................................ II-1
2.1.4 Sepatu Kerja ................................................................................ II-1
2.1.5 Penutup Hidung (masker) ........................................................... II-2

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -iv-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.6 Kaca mata ................................................................................... II-2


2.1.7 Pelindung Telinga ........................................................................ II-2
2.1.8 Pakain Las (apron) ...................................................................... II-2
2.2 RAMBU-RAMBU KESELAMATAN KERJA ............................................ II-2
2.3 PENCEGAHAN TERHADAP KEBAKARAN DAN
ALAT PEMADAM KEBAKARAN ............................................................. II-3
BAB III MENGGUNAKAN ALAT DAN BAHAN UNTUK
PENANGGULANGAN DINI
3.1 JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD)................................................... III-1
3.1.1 Masalah Umum APD ................................................................... III-1
3.1.2 Masalah Pemakaian APD Secara Umum ................................... III-2
3.1.3 Masalah Khusus APD ................................................................. III-2
3.2 UPAYA PENANGGULANGAN DINI ....................................................... III-3
3.3 SEBAB-SEBAB DAN PENCEGAHAN GANGGUAN
KESEHATAN KERJA .............................................................................. III-5
3.3.1 Sebab-Sebab Penyakit Akibat Kerja ........................................... III-5
3.3.2 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja............................................. III-6

BAB IV MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA (K3)
4.1 UMUM...................................................................................................... IV-1
4.2 ASPEK PENTING DALAM KESELAMATAN
KERJA ..................................................................................................... IV-2
4.2.1 Aspek Kemanusiaan ................................................................... IV-2
4.2.2 Aspek Ekonomi............................................................................ IV-2
4.3 KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI DALAM
MANAJEMEN PROYEK .......................................................................... IV-4
4.4 PENGAWASAN PELAKSANAAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI ............................................ IV-5
4.4.1 Pelaku-Pelaku Konstruksi ........................................................... IV-5
4.4.2 Material Konstruksi ...................................................................... IV-5
4.4.3 Peralatan Konstruksi ................................................................... IV-5
4.4.4 Metode Pelaksanaan................................................................... IV-5
4.4.5 Desain Struktur ............................................................................ IV-6

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -v-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -vi-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN


SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN
(Landscape Supervisor)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Supervisor Pekerjaan


Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan
unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Supervisor Pekerjaan
Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) unit-unit tersebut menjadi Tujuan
Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan


Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan
(Landscape Supervisor).

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -vii-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

DAFTAR MODUL

SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN


Jabatan Kerja :
(LANDSCAPE SUPERVISOR / LS)

Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 LS – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2 LS – 02 Spesifikasi Pekerjaan Bangunan

3 LS – 03 Spesifikasi Pekerjaan Penanaman

4 LS – 04 Spesifikasi Pemeliharaan Taman/Lansekap

5 LS – 05 Tata Laksana Pekerjaan Pertamanan/Lansekap

6 LS – 06 Perhitungan Rancangan Anggaran Biaya

7 LS – 07 Dokumen Kontrak

8 LS – 08 Teknik Gambar Arsitektur Lansekap

9 LS – 09 Pengenalan Bangunan Taman

10 LS – 10 Pengenalan Tanaman Lansekap

11 LS – 11 Pemeliharaan Taman

12 LS – 12 Administrasi Lapangan dan Pelaporan

13 LS – 13 Pranata Pembangunan

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -viii-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN


LANSEKAP/PERTAMANAN
(LANDSCAPE SUPERVISION)

KODE MODUL : LS - 01

JUDUL MODUL : SISTEM MANAJEMEN K3

DESKRIPSI : Materi ini membahas pengetahuan peraturan K3,


perlengkapan dan keselaman kerja, alat dan bahan
untuk penanggulangan dini, K3 untuk pelatihan
Supervisor Pekerjaan Lansekap / Pertamanan
(Landscape supervision)
.
TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 1 (Satu) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -ix-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

B. RENCANA PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan/
Bab I, Pendahuluan

 Menjelaskan tujuan  Mengikuti penjelasan TIU OHT


instruksional umum(TIU) dan dan TIK dengan tekun dan
Tujuan instruksional khusus aktif
(TIK)  Mengikuti penjelasan
 Menjelaskan maksud dan maksud dan tujuan sistem
tujuan sistem manajemen K3. manajemen K3.
 Menjelaskan pengertian  Mengikuti penjelasan
sistem manajemen K3. pengertian sistem
manajemen K3.
Waktu : 5 menit  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
jelas.

2. Ceramah : Bab II, Pemahaman


peraturan K3

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Pemahaman peraturan K3 instruktur dengan tekun
dan aktif.
Waktu : 10 menit  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
jelas.

3. Ceramah : Bab III,


Menggunakan perlengkapan
dan keselamatan kerja

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Menggunakan perlengkapan dan instruktur dengan tekun
keselamatan kerja dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan
Waktu : 10 menit apabila ada yang kurang
jelas.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -x-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4. Ceramah : Bab IV,


Menggunakan alat dan bahan
untuk penanggulangan dini

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Menggunakan alat dan bahan instruktur dengan tekun
untuk penanggulangan dini dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan
Waktu : 10 menit apabila ada yang kurang
jelas.

5. Ceramah : Bab V, Menerapkan


K3

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Menerapkan K3 instruktur dengan tekun
dan aktif.
Waktu : 10 menit  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
jelas.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) -xi-


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I: Pemahaman Peraturan K3

BAB I
PEMAHAMAN PERATURAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

1.1 UMUM

Kontribusi jasa konstruksi dalam pembangunan nasional sangat besar, terutama


dalam penyiapan prasarana gedung yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
ekonomi nasional Indonesia. Namun dalam dilain pihak kondisi jasa konstruksi masih
memprihatinkan ditandai dengan kualitas produk jasa konstruksi yang masih banyak
yang memprihatinkan, penggunaan sumber daya untuk kegiatan konstruksi yang
belum optimal. Pada umumnya penyebab utama adalah ketidak disiplinan dari pada
penyedia jasa maupun pengguna jasa untuk memenuhi ketentuan yang terkait
dengan keamanan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan , baik lingkungan kerja
maupun lingkungan yang lebih luas.

Oleh karena itu diperlukan pengaturan terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja bidang konstruksi yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaku
pekerjaan bidang konstruksi di Indonesia dalam memberikan kepastian perlindungan
baik kepada penyedia jasa maupun pengguna jasa. Pengaturan terkait dengan
aspek legal, administrative dan teknis operasional atas seluruh kegiatan kesehatan
dan keselamatan kerja bidang konstruksi.

Kecelakaan dan sakit di tempat kerja telah banyak terjadi bahkan sampai menelan korban
jiwa. Tenaga kerja sebagai sumber daya yang paling berharga dalam perusahaan harus
mendapat perlindungan yang memadai dalam bekerja sehingga dapat memperkecil atau
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1. Faktor perorangan, antara lain : kurang pengetahuan, kurang ketrampilan,
motivasi kurang baik, masalah fisik dan mental.
2. Faktor pekerjaan, antara lain : standar kerja yang kurang baik, standar
perencanaan yang kurang baik, standar perawatan yang kurang tepat, standar
pembelian yang kurang tepat, aus dan retak karena pemakaian setelah lama
dipakai, dan pemakaian abnormal.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) I-1


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I: Pemahaman Peraturan K3

1.2 KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA

Semua tempat di Indonesia dimana dilakukan kegiatan konstruksi, maka ketentuan


hukum mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan


Kerja
2. SKB antara Menteri Tenaga Kerja Kep 174/MEN/86 dan Menteri Pekerjaan
Umum 104/KPTS/86 tentang Pelaksanaan K3 di bidang Konstruksi.

1.3 SEBAB-SEBAB KECELAKAAN

Kecelakaan pada Pekerjaan Lansekap / Pertamanan disebabkan oleh :


1. Kecelakaan karena pengangkutan, alat bergerak dan lalu lintas, pada
umumnya disebabkan oleh :
 Penempatan bahan dan alat kurang baik, sehingga lalu lintas angkutan
bahan dan alat di lokasi pekerjaan kurang teratur.
 Kurangnya disiplin para operator pengangkut bahan dan alat.
 Operator alat pengangkut belum memadai kemampuannya.
 Kelebihan muatan.
 Pengamanan kurang atau cara pengangkutan bahan dan alat kurang
baik termasuk kurangnya tanda-tanda lalu lintas.

2. Kecelakaan karena kejatuhan benda, pada umumnya karena :


 Barang-barang yang dibuang dari tempat tinggi tidak mengikuti prosedur
yang benar dan tanpa pengaman.
 Barang dan alat yang diangkut ke tempat tinggi dilakukan secara tidak
benar, bahkan kelebihan berat.
 Para pekerja tidak memakai pelindung kepala.

3. Kecelakaan karena tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/keras,


disebabkan oleh :
 Terpeleset oleh jalan yang licin, berdiri di tempat yang tidak
semestinyaatau cara kerja yang tidak benar.
 Terpukul karena cara kerja yang tidak benar atau lalai.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) I-2


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I: Pemahaman Peraturan K3

4. Kecelakaan karena jatuh dari ketinggian, kecelakaan ini dapat berakibat fatal,
seperti luka/cacat berat bahkan sampai meninggal dunia. Karena pengawas
dan pelaksana lapangan harus memberi perhatian yang sungguh-sungguh
pada jenis pekerjaan berpotensi besar terjadi kecelakaan karena jatuh dari
tempat yang tinggi, seperti pada :
 Pekerjaan atap dan langit-langit.
 Pekerjaan dinding yang menggunakan perancah.
 Perancah roboh karena kurang kuat.
 Jatuh dari lubang.

5. Kecelakaan terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan., umumnya


disebabkan oleh :
a. Kecelakaan karena aliran listrik, umunya adanya kabel listri yang rusak dan
terinjak/terpegang oleh pekerja.
b. Karena terjadi kebakaran sehingga menimbulkan kepanikan para pekerja
yang berakibat pada kecelakaan.
c. Terjadi ledakan karena kurang faktor pengaman.

1.4 KETENTUAN ADMINISTRATIF

Dalam pelaksanaan Pekerjaan Lansekap / Pertamanan agar terlaksana dengan baik


maka diperlukan beberapa ketentuan administratif yang harus dipatuhi dan diparhatikan
oleh Penyedia Jasa Kontraktor, yaitu mengenai :

1.4.1 KEWAJIBAN UMUM

1) Penyedia Jasa Kontraktor berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat


kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian
rupa sehingga tenaga kerja terlindung dari resiko kecelakaan.
2) Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa mesin mesin peralatan,
kendaraan atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai
dengan peraturan Keselamatan Kerja, selanjutnya barang-barang tersebut
harus dapat dipergunakan secara aman.
3) Penyedia Jasa Kontraktor turut mengadakan :pengawasan terhadap
tenaga kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan
dalam keadaan selamat dan sehat.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) I-3


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I: Pemahaman Peraturan K3

4) Penyedia Jasa Kontraktor menunjuk petugas Keselamatan Kerja yang


karena jabatannya di dalam organisasi kontraktor, bertanggung jawab
mengawasi kordinasi pekerjaan yang dilakukan. untuk menghindarkan
resiko bahaya kecelakaan.
5) Penyedia Jasa Kontractor memberikan pekerjaan yang cocok untuk
tenaga kerja sesuai dengsn keahlian umur, jenis kelamin dan kondisi
fisik/kesehatannya.
6) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa
semua tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya demi
pekerjaannya masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu
Pengurus atau kontraktor dapat memasang papan-papan pengumuman,
papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan yang
dipandang perlu.
7) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala
terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan
kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang
aman.
8) Hal-hal yang rnenyangkut biaya yang timbal dalam rangka
penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
jawab Pengurus dan Kontraktor.

1.4.2 ORGANISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1) Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus bekerja secara penuh


(Full-Time) untuk mengurus dan menyelenggarakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
2) Pengurus dan Kontraktor yang mengelola pekerjaan dengan
mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari
sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3) Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut ini merupakan
unit struktural dari organisasi Kontraktor yang dikelola oleh Pengurus atau
Kontraktor.
4) Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut bersama-sama
dengan Panitia Pembina Keselamatan Kerja ini bekerja sebaik-baiknya,
dibawah kordinasi Pengurus atau Kontraktor, serta bertanggung jawab
kepada Pemimpin Proyek.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) I-4


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I: Pemahaman Peraturan K3

5) Kontraktor Harus :
 Memberikan kepada Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Safety Committee) fasilitas-fasilitas dalam
melaksanakan tugas mereka.
 Berkonsultasi dengan Panitia Pembina Keselamatan clan
Kesehatan Kerja (Safety Committee) dalam segala hal yang
berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Proyek.
 Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari Safety Committee.
6) Jika 2 atau lebih kontraktor bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan Keselamatan clan Kesehatan
Kerja.

1.4.3 LAPORAN KECELAKAAN

1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus


dilaporkan kepada Depnaker dan Departemen Pekerjaan Umum.
2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan :
 Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja
masing-masing dan,
 Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.

1.4.4 KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA


KECELAKAAN

1) Tenaga Kerja harus diperiksa kesehatannya.


 Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama
kali (Pemeriksaan Kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan
pada kesehatan fisik dan kesehatan individu),
 Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.
2) Tenaga Kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan
kesehatan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya
secara teratur.
3) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan
disimpan untuk Referensi.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) I-5


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I: Pemahaman Peraturan K3

4) Suatu rencana organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan


pertama harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah tempat bekerja
meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan
dan peralatan, alat-alat komunikasi alat-alat jalur transportasi.
5) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba -tiba,
harus dilakukan oleh dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik
dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (P.P.P.K.).
6) Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan yang memadai, harus
disediakan di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu,
kelembaban udara dan lain-lain.
7) Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit
dengan obat untuk kompres, perban, Gauze yang steril, antiseptik,
plester, Forniquet, gunting, splint dan perlengkapan gigitan ular.
8) Alat-alat P.P.P.K. dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda
lain selain alat-alat P,P.P.K. yang diperlukan dalam keadaan darurat.
9) Alat-alat P.P.P.K. dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
10) Isi dari kotak obat-obatan dan alat P.P.P.K. harus diperiksa secara
teratur dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
11) Kereta untuk mengangkat orang sakit,(Carrying basket) harus selalu
tersedia.
12) Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain,
alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
13) Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan
adanya risiko tenggelam atau keracunan atau alat-alat penyelamat an
harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
14) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut
dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami
kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat semacam ini.
15) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik
(strategis) yang memberitahukan :
 Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat alat P.P.P.K.
ruang P.P.P.K. ambulans, kereta untuk orang sakit, dan tempat
dimana dapat dicari orang yang bertugas untuk urusan kecelakaan.
 Tempat telpon terdekat untuk menelpon/memanggil ambulans, nomor
telpon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) I-6


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I: Pemahaman Peraturan K3

 Nama, alamat, nomor telpon dokter, rumah sakit dan tempat penolong
yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat/ emergency.

1.4.5 PEMBIAYAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1) Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah


diantisipasi sejak dini yaitu pada saat pengguna jasa mempersiapkan
pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu proyek gedung.Sehingga
pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu
menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya
penyedia jasa kontraktor harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana,
sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan
biaya yang wajar.
2) Oleh karena itu baik penyedia jasa dan pengguna jasa perlu memahami
prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini, agar dapat melakukan
langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) I-7


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I: Pemahaman Peraturan K3

1.1 UMUM................................................................................................................... 1
1.2 KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA ........................... 2
1.3 SEBAB-SEBAB KECELAKAAN ........................................................................ 2
1.4 KETENTUAN ADMINISTRATIF ....................................................................... 3
1.4.1 KEWAJIBAN UMUM .................................................................................. 3
1.4.2 ORGANISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ................ 4
1.4.3 LAPORAN KECELAKAAN ........................................................................ 5
1.4.4 KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA
KECELAKAAN ............................................................................................................ 5
1.4.5 PEMBIAYAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA .............. 7

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) I-8


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab II: Menggunakan Perlengkapan dan
Keselamatan Kerja

BAB II
MENGGUNAKAN PERLENGKAPAN DAN
KESELAMATAN KERJA

2.1 ALAT PELINDUNG BADAN

Pelindung badan berfungsi untuk melindungi diri agar tidak mengalami cidera
akibat kerja, agar tidak terjadi suatu kecelakaan pada pekerja maka diperlukan
alat pelindung kerja, yaitu seperti :

2.1.1 Sabuk Pengaman (Safety Belt)

Sabuk pengaman digunakan pada saat melakukan pekerjaan pada


ketinggian lebih dari 3 meter. Cara pemakainnya dipasang di pinggang
seperti ikat pinggang dan mengikatkan bagian talinya ke bagian konstruksi
yang cukup kuat dan dapat menahan beban manusia, sehingga jika pekerja
terpeleset tidak langsung jatuh akan tetapi tertahan oleh sabuk pengaman
sehingga terhindar dari kecelakaan yang fatal.

2.1.2 Topi Keras (Helm)

Topi keras (helm) digunakan untuk melindungi kepala dari benturan benda-
benda keras baik benda jatuh dari atas atau arah lain.

2.1.3 Sarung Tangan

Sarung tangan digunakan untuk menghindarkan kulit tangan dari luka


akibat serpihan besi, batu-batu tajam, cairan kimia, dan cairan semen dari
adukan.

2.1.4 Sepatu Kerja

Sepatu kerja digunakan untuk melindungi kaki dari luka akibat terjepit,
benda-benda tajam, dan cairan-cairan kimia.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) II-1


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab II: Menggunakan Perlengkapan dan
Keselamatan Kerja

2.1.5 Penutup Hidung (masker)

Penutup hidung ( masker ) digunakan pada saat bekerja pada daerah yang
berdebu atau yang mengandung unsur kimia seperti debu, semen yang
dapat dan lain-lain yang menimbulkan gannguan pernafasan maupun
penularan penyakit.

2.1.6 Kaca mata

Kaca mata digunakan untuk pekerjaan khusus seperti memecah batu,


mengelas, menggerinda dan sebagainya.

2.1.7 Pelindung Telinga

Pelindung telinga digunakan pada lingkungan kerja yang bising dan dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.

2.1.8 Pakain Las (apron)

Pakaian apron digunakan untuk pekerjaan khusus misal mengelas


sehingga dapat terhindar dari percikan api akibat las.

2.2 RAMBU-RAMBU KESELAMATAN KERJA

Rambu-rambu dalam K-3 merupakan bagian yang penting dalam penerapan K-3 di
lingkungan pekerjaan konstruksi dan harus dipasang pada tempat yang strategis dalam
arti mudah dilihat dan dibaca serta sesuai dengan lingkungan kerja.
Contoh rambu-rambu yang perlu dipasang pada pekerjaan gedung adalah :
 Awas hati-hati licin.
 Ketinggian maksimum.
 Awas tegangan tinggi.
 Wajib menggunakan kaca mata/kedok las bagi tukang las.
 Wajib menggunakan topi pengaman di sekitar proyek.
 Dilarang merokok atau menyalakan api pada area yang berdekatan dengan
tempat penyimpanan barang-barang mudah terbakar.
 Wajib memakai pelindung telinga di area kerja yang bising.
 Rambu-rambu lainnya disesuaikan dengan karakteristik pekerjaannya.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) II-2


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab II: Menggunakan Perlengkapan dan
Keselamatan Kerja

2.3 PENCEGAHAN TERHADAP KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM


KEBAKARAN

Di tempat-tempat kerja, tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia :


 Alat-alat pemadam kebakaran.
 Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
Pengawas (Supervisor) dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
Orang orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam kebakaran harus
selalu siap di tempat selama jam kerja.
Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang
yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat
dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus
selalu dipelihara.
Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan
dicapai.
Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus bersedia :
 disetiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan.
 di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
 pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun dimana
terdapat barang-barang, alat-alat, yang mudah terbakar.
Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :
 di tempat yang terdapat barang-barang/benda benda cair yang mudah
terbakar.
 di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang
menggunakan api.
 di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
 di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang disebabkan oleh
aliran listrik.
Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan teknis.
Alat pemadam kebakaran yang berisi chlorinated hydrocarbon atau karbon tetroclorida
tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang terbatas. (ruangan
tertutup, sempit).
Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung,
pipa tersebut harus :
 dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
 dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) II-3
Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab II: Menggunakan Perlengkapan dan
Keselamatan Kerja

 dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa sebuah katup yang
menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
 mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) II-4


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab II: Menggunakan Perlengkapan dan
Keselamatan Kerja

2.1 ALAT PELINDUNG BADAN .............................................................................. 1


2.1.1 Sabuk Pengaman (Safety Belt) ....................................................................... 1
2.1.2 Topi Keras (Helm) ......................................................................................... 1
2.1.3 Sarung Tangan ............................................................................................... 1
2.1.4 Sepatu Kerja ................................................................................................... 1
2.1.5 Penutup Hidung (masker) .............................................................................. 2
2.1.6 Kaca mata ...................................................................................................... 2
2.1.7 Pelindung Telinga .......................................................................................... 2
2.1.8 Pakain Las (apron) ......................................................................................... 2
2.2 RAMBU-RAMBU KESELAMATAN KERJA .................................................... 2
2.3 PENCEGAHAN TERHADAP KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM
KEBAKARAN .................................................................................................................. 3

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) II-5


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan
Untuk Penanggulangan Dini

BAB III
MENGGUNAKAN ALAT DAN BAHAN
UNTUK PENANGGULANGAN DINI

3.1 JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja, seorang pekerja diharuskan


menggunakan alat pelindung diri, seperti :
 Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari
benturan benda keras selama mengoperasikan atau
memelihara AMP.
 Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan
terpeleset karena licin atau melindungi kaki dari
kejatuhan benda keras dan sebagainya.
 Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk
melindungi mata pada lokasi pekerjaan yang banyak Gambar 3.1.
serbuk metal atau serbuk material keras lainnya. Alat Perlindungan Diri

 Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup
rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
 Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan
dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan
sebagainya.
 Alat pelindung telinga, digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang
ditimbulkan dari pengoperasian peralatan kerja.

Namun pada kenyataan dilapangan, penggunaan alat-alat pelindung diri sering terjadi
kendala dan masalah baik terhadap pemakainya/tenaga kerja maupun kualitas dari alat
itu sendiri.

3.1.1 Masalah Umum APD

 Adanya APD yang tidak melalui pengujian laboratorium, sehingga tidak


diketahui derajat perlindungannya atau tidak memenuhi ketentuan
keselamatan.
 Pekerja merasa tidak nyaman dan kadang-kadang pemakai merasa
terganggu.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) III-1


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan
Untuk Penanggulangan Dini

 Terdapat kemungkinan menimbulkan bahaya baru atas penggunaan APD


 Pengawasan terhadap keharusan penggunaan APD sangat lemah.
 Kewajiban untuk memelihara APD yang menjadi tanggung jawab perusahaan
sering dialihkan kepada pekerja.

3.1.2 Masalah Pemakaian APD Secara Umum

 Pekerja tidak mau memakai APD dengan alasan:


 Yang bersangkutan tidak mengerti atas maksud keharusan pemakaian
APD.
 Pemakaian APD dirasakan pekerja tidak nyaman seperti panas, sesak dan
tidak memenuhi nilai keindahan
 Pekerja merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaan.
 Jenis APD yang dipakai tidak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi.
 Tidak dikenakan sanksi terhadap pekerja yang tidak memakai APD
 Atasannya juga tidak memakai APD tanpa dikenakan sanksi.
 Perusahaan tidak menyediakan APD dengan alasan:
 Perusahaan tidak mengerti adanya ketentuan pemakaian APD.
 Rendahnya kesadaran perusahaan atas pentingnya K3 dan secara
sengaja melalaikan kewajibannya untuk menyediakan APD.
 Perusahaan merasa sia-sia menyediakan APD, karena pada akhirnya APD
tidak dipakai oleh pekerja.
 Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan tdak sesuai dengan jenis bahaya
yang dihadapi pekerja
 Perusahaan mengadakan APD hanya sekedar memenuhi persyaratan formal
tanpa mempertimbangkan kesesuaiannya dengan maksud pemakaiannya.

3.1.3 Masalah Khusus APD

 MASKER
 Sering ditemukan adanya kerusakan atau sumbatan pada filter
 Pemakaian alat ini dirasakan tidak nyaman oleh pekerja.
 Pemakaian alat ini menimbulkan efek psikologis dan kecemasan terhadap
pemakainya dan meningkatkan beban kerja pada jantung dan hati.
 Pemakai alat ini harus menghirup udara yang dihembuskannya.
 Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada
pemakainya.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) III-2


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan
Untuk Penanggulangan Dini

 Cara pemakaiannya kurang tepat seperti longgarnya/lepasnya tali pengikat


sehingga pengamanan terhadap pemakainya kurang berdaya guna.

 ALAT PELINDUNG TELINGA


 Pemakaian alat ini dapat menimbulkan resiko infeksi telinga.
 Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada
pemakainya
 Pemakai merasa tidak nyaman dan terisolasi.
 Jepitan yang terlalu kuat sering menimbulkan sakit kepala pada
pemakainya.
 Kemampuan menduga jarak dari pemakai menurun.
 Sering menimbulkan iritasi kulit pemakinya.

 SARUNG TANGAN
 Pemakaian alat ini menimbulkan kepekaan tangan dan jari menurun
 Menimbulkan keluarnya keringat berlebihan.
 Sering menyebabkan adanya bahan kimia tertentu tanpa diketahui
pemakainya yang mungkin membahayakan pemakainya.

 KACA MATA KESELAMATAN


 Dapat membatasi pandangan pemakainya.
 Adanya noda, kabut dan goresan kecil pada kaca yang mengakibatkan
Kaburnya pandangan pemakainya.
 Alat ini menimbulkan kesulitan pada pemakainya untuk melihat kerusakan
secara visual.
 Kondisi kacamata yang tidak baik sering menimbulkan kemungkinan benda
masuk dari samping

3.2 UPAYA PENANGGULANGAN DINI

Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor manusia, dimana seorang tenaga kerja
perlu dibekali pengetahuan mengenai keselamatan kerja, hal ini dapat dilakukan dengan
cara:
1. Penyuluhan dan kampanye Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja secara teratur
guna menumbuhkan kesadaran ber-Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2. Mengadakan latihan dan demonstrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi
para pekerja maupun staf perusahaan.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) III-3


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan
Untuk Penanggulangan Dini

3. Melakukan inspeksi secara teratur.


4. Memasang spanduk-spanduk dan tanda-tanda Kesehatan dan Keselamatan Kerja
5. Memberi sangsi yang memadai bagi mereka yang tidak disiplin dan mematuhi
peraturan Kesehatan dan Kesalamatan Kerja.
6. Upayakan pertemuan, diskusi dan dialog tentang Kesehatan dan Kesehatan Kerja
baik dengan pekerja maupun staf.

Dalam buku Kesehatan dan Keselamatan Kerja dibahas secara lengkap dan detail
tentang pencegahan kecelakaan kerja akibat faktor teknis, namun dalam modul ini hanya
dibahas yang penting-penting saja, yaitu :

1. Pencegahan Kecelakaan akibat penggunaan alat angkut dan lalu lintas.


 Bahan dan alat harus direncanakan penempatannya secara baik, sehingga pada
waktu diangkut dan digunakan tidak membahayakan penumpang.
 Alat dalam kondisi baik dan semua persyaratan yang diperlukan telah dipenuhi.
 Operator alat pengangkut tersebut harus benar-benar terampil dan memiliki
sertifikat yang dipersyaratkan.
 Mematuhi prosedur dan peraturan yang ditetapkan.

2. Pencegahan kecelakaan yang diakibatkan kejatuhan benda


 Dipasang jala/jaring guna menghindari benda yang jatuh dari atas.
 Benda-benda yang tidak terpakai dilarang dibuang dengan cara asal buang
kebawah.
 Pemindahan benda yang berat dan sulit harus dengan cara hati-hati sehingga
tidak menimbulkan bahaya kecelakaan.
 Siapapun dilarang masuk ke tempat penyimpanan bahan dan alat tanpa ijin.
 Bangunan, bangunan Bantu seperti perancah harus dibuat kokoh sehingga tidak
mudah rubuh.
 Pekerja harus menggunakan pelindung kepala.

3. Pencegahan kecelakaan yang diakibatkan tergelincir, terpukul, dan terkena


benda tajam.
 Jalan kerja dan tempat injakan kaki harus bersih dan tidak licin.
 Cara kerja harus dalam posisi dan sikap yang betul.
 Gunakan alat kerja sesuai peruntukannya.
 Pakai pengaman kerja, seperti helm, sarung tangan, dan sepatu kerja.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) III-4


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan
Untuk Penanggulangan Dini

4. Pencegahan kecelakaan kerja karena jatuh daru tempat tinggi.


 Perancah harus dibuat dengan benar dan kokoh dan terikat pada bangunan
sehingga tidak roboh.
 Perancah tidak dibebani melebihi kekuatannya.
 Papan untuk injakan kaki dibuat dari papan yang kuat dan lebih dari satu papan
sehingga bila patah masih ada cadangan.
 Lantai perancah harus bersih dan tidak licin.
 Pekerja memakai sabuk dan tali pengaman.

5. Pencegahan kecelakaan akibat terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan.


 Aliran listrik harus ditangani oleh pekerja yang terampil dan ahli
 Tempat-tempat aliran yang ada aliran listrik/kabel-kabel harus diberi tanda-tanda
yang jelas, pekerja memakai sepatu dan sarung tangan pengaman.
 Benda-benda yang mudah terbakar disimpan dengan aman dan jauhkan dari
sumber api dan beri tanda dilarang merokok.
 Bedeng tempat pekerja menginap harus kikontrol secara rutin aliran listriknya.
 Untuk pekerjaan yang perlu peledakan maka harus ada ijin dari yang berwenang,
dilokasi peledakan diberi penjagaan dan tanda dilarang masuk.
6. Bagian tubuh yang harus dilindungi adalah kepala, tangan dan kaki, karena itu harus
mendapat perlindungan secukupnya sesuai sifat pekerjaannya.

3.3 SEBAB-SEBAB DAN PENCEGAHAN GANGGUAN


KESEHATAN KERJA

Menurut undang-undang, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena
hubungan kerja termasuk kecelakaan. Penyakit akibat kerja harus mendapat perhatian
yang khusus, karena :
 Penyakit yang terjadi sebenarnya dapat dihindari.
 Penyakit yang terjadi dapat menimbulkan cacat.
 Penyakit yang terjadi karena perbuatan manusia.
 Penyakit yang terjadi adalah apa yang dikerjakan, yang dihasilkan ataupun karena
alat atau. bahan yang digunakan.
 Penyakit akibat kerja menurunkan produktifitas dan kemampuan.

3.3.1 Sebab-Sebab Penyakit Akibat Kerja

1. Golongan fisik, antara lain :


 Suara bising.
Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) III-5
Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan
Untuk Penanggulangan Dini

 Tekanan udara yang tinggi dan berubah-ubah


 Suhu yang terlalu tinggi atau rendah
 Getaran dapat mengganggu sirkulasi darah dan saraf.
 Penerangan yang kurang atau terlalu kuat.
 Radiasi sinar radio aktif.

2. Golongan mental-psikologik, antara lain :


 Ketegangan kerja karena tidak cocok dengan bahan dan pendidikannya.
 Beban kerja atau tanggung jawab yang terlalu berat.
 Tidak dapat bekerja sama dengan teman sekerja.

3. Golongan faal, antara :


 Ketegangan kerja karena tidak cocok dengan bahan dan pendidikannya.
 Mengangkut beban yang terlalu berat.
 Cara Kerja yang tidak benar.
 Kelelahan fisik karenamkesalah konstruksi/mesin/konstruksi.
 Kerja dengan berdiri terus menerus mengakibatkan varices
4. Golongan hayati, antara lain :
 Cacing, serangga.
 Bakteri, virus.
 Jamur menimbulkan penyakit kulit.
 Getah, tumbuhan menimbulkan penyakit kulit.

5. Golongan kimia, antara lain :


 Gas yang berbahaya, seperti co, H2S dll.
 Uap logam dapat menimbulkan penyakit kulit.
 Semen menimbulkan penyakit kulit.
 Cat menimbulkan sakit dada.
 Debu menimbulkan sakit paru-paru.

3.3.2 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Usaha pencegahan penyakit akibat kekurangan segi teknis di bidang konstruksi


dapat dilakukan dengan desain kerja yang baik, serta organisasi pengaturan kerja.
Pencegahan penyakit akibat kerja dilakukan dengan :
 Substitusi, yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan
dengan bahan yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan
ataupun mutunya.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) III-6


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan
Untuk Penanggulangan Dini

 Isolasi, yaitu menjauhkan atau memisahkan suatu proses pekerjaan yang


mengganggu atau membahayakan.
 Ventilasi, baik secara umum maupun local, yaitu dengan udara bersih yang
dialirkan keruang kerja atau dengan menghisap udara keluar.
 Alat pelindung diri, berupa topi pelindung kepala, sarung tangan, sepatu yang
dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban berat, masker dan lain-lain.
 Pemeriksaan kesehatan, dilakukan secara berkala untuk mengetahui
penyabab penyakit atau gangguan yang dialami pekerja.
 Latihan dan informasi sebelum bekerja serta pendidikan tentang keselamatan
dan kesehatan kerja.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) III-7


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan
Untuk Penanggulangan Dini

3.1 JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD) ............................................................. 1


3.1.1 Masalah Umum APD ..................................................................................... 1
3.1.2 Masalah Pemakaian APD Secara Umum....................................................... 2
3.1.3 Masalah Khusus APD .................................................................................... 2
3.2 UPAYA PENANGGULANGAN DINI ................................................................ 3
3.3 SEBAB-SEBAB DAN PENCEGAHAN GANGGUAN KESEHATAN KERJA 5
3.3.1 Sebab-Sebab Penyakit Akibat Kerja .............................................................. 5
3.3.2 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja ................................................................ 6

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) III-8


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

BAB IV
MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

4.1 UMUM

Dibandingkan dengan industri lain, industri konstruksi menduduki rangking tertinggi


dalam risiko kecelakaan. Hal ini dapat dimengerti karena sifat industri konstruksi
sangat berbeda dengan industri yang lain.
Dalam kegiatan industri konstruksi ada sifat-sifat khusus yang tidak terdapat pada
industri lain, yaitu:
1. Kegiatan industri konstruksi terdiri dari bermacam-macam kegiatan dengan
jumlah banyak, yang rawan kecelakaan.
2. Jenis-jenis kegiatannya sendiri tidak standar, sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor luar, seperti: kondisi lokasi bangunan, cuaca, bentuk desain, metode
pelaksanaan, dam lain-lain.
3. Perkembangan teknologi yang selalu diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
memberikan andil risiko sendiri.
4. Tingginya turn over tenaga kerja juga menjadi masalah sendiri, karena selalu
menghadapi orang-orang baru yang terkadang masih belum terlatih.
5. Banyaknya pihak yang terkait dalam proses konstruksi, yang memerlukan
pengaturan serta koordinasi yang kuat.

Peraturan maupun Perundang-undangan yang mengatur tentang K-3 antara lain:


1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 2 Tahun 1970 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/MEN/1980 tentang Keselamtan Kerja dan
Kesehatan Kerja.
4. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
Kep.174/Men/86 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, risiko yang dihadapi


perusahaan industri konstruksi pada pelaksanaan konstruksi tidak saja berkaitan

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-1


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

dengan kecelakaan pekerja tapi juga aspek ekonomi karena rusaknya bangunan dan
turunnya produktivitas kerja akibat terjadinya kecelakaan kerja.
Dengan demikian upaya-upaya penekanan risiko kecelakaan konstruksi merupakan
upaya yang penting dalam rangka menghindarkan kerugian secara ekonomi maupun
hilangnya jiwa manusia.

4.2 ASPEK PENTING DALAM KESELAMATAN KERJA

Aspek penting yang harus dicapai dalam program keselamatan kerja konstruksi
adalah aspek kemanusiaan dan aspek ekonomi yang keduanya tidak dapat
dipisahkan. kecelakaan kerja akan mengakibatkan hilangnya jiwa manusia dan
timbulnya biaya kecelakaan, sekaligus dapat menimbulkan kerugian ekonomi akibat
rusaknya bangunan dan turunnya produktivitas kerja. kedua macam risiko tersebut
dapat menimbulkan biaya yang biasa disebut sebagai biaya keamanan (cost of
safety).

4.2.1 Aspek Kemanusiaan

Aspek kemanusiaan merupakan aspek terpenting dalam konsep rekayasa


keselamatan konstruksi. segala upaya baik dalam bentuk pengaturan,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap penerapan ketentuan keselamatan
kerja diarahkan pada bagaimana menghindarkan dari kecelakaan kerja baik
terhadap pekerjanya maupun terhadap konstruksinya sendiri.
Dari segi kemanusiaan, kriteria kecelakaan adalah kecelakaan yang
mengakibatkan meninggalnya manusia atau cacat permanen.
Penghargaan zero accident dapat diartikan tidak terjadinya korban manusia.
dalam konsep ini adanya bangunan konstruksi yang rusak atau roboh tidak
dimasukkan ke dalam kriteria kecelakaan.

4.2.2 Aspek Ekonomi

Peningkatan keselamatan kerja dan pengurangan kecelakaan akan


menghasilkan penghematan konstruksi secara total.
Di negara berkembang dan negara belum maju, rendahnya angka kecelakan
konstruksi belum tentu menunjukkan adanya peran keselamatan konstruksi,
yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
 tidak teraturnya sistem pencatatan terjadinya suatu kecelakaan;

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-2


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

 terlalu tingginya angka keamanan yang digunakan dalam dunia konstruksi,


sehingga tidak mencapai atau jauh dari efisiensi dan merupakan
pemborosan yang tidak perlu terjadi.

Keuntungan secara ekonomi yang dapat diperoleh dari penerapan program


keselamatan akan lebih mempermudah untuk menawarkan program
keselamatan dalam pelaksanaan konstruksi.
Biaya keamanan (cost of safety) adalah seluruh biaya yang terjadi, baik untuk
upaya pencegahan terjadinya kecelakaan maupun biaya kecelakaan yang
terjadi, termasuk dampaknya, yang terdiri dari dua golongan, yaitu biaya
keamanan langsung (direct cost of safety) dan biaya keamanan tidak
langsung (indirect cost of safety).
Biaya keamanan langsung (direct cost of safety) adalah biaya langsung yang
berkaitan dengan keamanan konstruksi, termasuk biaya-biaya atas
kecelakaan yang terjadi, antara lain terdiri dari:
 biaya asuransi;
 peralatan keamanan;
 fasilitas kesehatan;
 bangunan-bangunan pengaman termasuk pembuatan rambu-rambu;
 biaya pengawasan terhadap penerapan keamanan;
 biaya-biaya kecelakaan yang terjadi untuk korban manusia;
 dan lain-lain yang berkaitan secara langsung dengan keamanan

Biaya keamanan tidak langsung (indirect cost of safety) adalah biaya-biaya


yang secara tidak langsung berkaitan dengan keamanan, termasuk dampak
dari kecelakaan yang terjadi, seperti antara lain:
 biaya turn over pekerja akibat kecelakaan;
 biaya kehilangan waktu akibat kecelakaan kerja;
 biaya pelatihan untuk pekerja pengganti;
 biaya akibat bertambahnya waktu pelaksanaan;
 turunnya moral pekerja;
 hilangnya efisien kerja;
 kerusakan bangunan;
 kerusakan peralatan dan mesin;
 turunnya produktivitas kerja;
 dan lain-lain yang berkaitan secara langsung.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-3


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

Pendekatan lain dalam pembagian biaya keamanan yaitu dibagi dalam tiga
golongan yaitu: biaya pencegahan (prevention cost), biaya pengawasan
(inspection cost), dan biaya kecelakaan (accident cost).
biaya pencegahan antara lain mencakup:
 peralatan keamanan;
 bangunan-bangunan pengaman, termasuk rambu-rambu, fasilitas
kesehatan;
 dan lain-lain yang berkaitan dengan upaya-upaya pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Yang termasuk biaya pengawasan antara lain adalah:


 biaya petugas pengawasan;
 biaya-biaya lain yang berkaitan dengan upaya-upaya pengawasan.

Yang termasuk biaya kecelakaan antara lain:


 biaya-biaya rumah sakit untuk korban kecelakaan;
 biaya-biaya penggantian bangunan/peralatan yang rusak akibat
kecelakaan yang terjadi;
 biaya-biaya lain sebagai dampak dari terjadinya kecelakaan.

4.3 KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI DALAM


MANAJEMEN PROYEK

Untuk mencapai sasaran proyek, maka perlu adanya pengendalian dalam beberapa
aspek, seperti: biaya, mutu, waktu, dan keselamatan, yang masing -masing
mempunyai alat kendali yang telah direncanakan dalam manajemen konstruksi.

Alat kendali dalam aspek biaya dalah berupa anggaran biaya pelaksanaan, dalam
aspek mutu adalah berupa rencana mutu yang banyak didukung oleh penetapan
metoda pelaksanaan, dan dalam aspek waktu adalah berupa jadwal waktu
pelaksanaan yang didukung dengan jadwal pengadaan sumber daya (material, alat,
tenaga dan uang), serta dalam aspek keselamatan adalah berupa rencana
keselamatan(safety plan).

Pengendalian semua alat perencanaan tersebut sangat diperlukan termas uk


tindakan-tindakan yang diperlukan agar sasaran proyek konstruksi yang telah
ditetapkan dapat dicapai.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-4


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

4.4 PENGAWASAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

Di dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi, banyak pihak yang
terlibat, namun yang paling bertangguyng jawab dalam pelaksanaan k-3 tersebut adalah
pihak kontraktor, karen pihaknyalah yang secara langsung melaksanakan pekerjaan
konstruksinya dan secara langsung melaksanakan manajemen keselamatan kerja.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja konstruksi antara lain:


 pelaku-pelaku konstruksi;
 material konstruksi;
 peralatan konstruksi;
 metode pelaksanaan;
 desain struktur.

4.4.1 Pelaku-Pelaku Konstruksi

Baik pekerja, tukang, mandor, supervisor, staf manjer, maupun manajer, harus
dalam kondisi sehat lahir batin, serta mempunyai kemampuan melaksanakan
tugas-tugasnya dalam segala situasi dan kondisi yang dituntut oleh lapangan.
kepada para pelaku konstruksi, harus menggunakan peralatan keamanan kerja,
sesuai dengan risiko-risiko yang mungkin dihadapi oleh yang bersangkutan.

4.4.2 Material Konstruksi

Baik untuk bangunan itu sendiri maupun untuk pekerjaan bantu/persiapan, harus
menggunakan kualitas serta ukuran yang ditetapkan dalam perencanaan. di
samping itu, material juga harus dipasang sesuai dengan metode yang ditetapkan.

4.4.3 Peralatan Konstruksi

Peralatan konstruksi yang menggunakan ukuran berat, volume, temperatur dan


lain-lain harus memiliki kalibrasi yang masih berlaku. apabila kalibrasinya sudah
kedaluwarsa, harus segera diperbaharui sebelum alat yang bersangkutan
dipergunakan.
Untuk alat-alat berat, terutama alat angkat, harus memiliki sertifikat layak pakai
yang berlaku.

4.4.4 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan mempunyai peran besar dalam proses konstruksi. Oleh


karenanya, pemilihan metode pelaksanaan yang akan diterapkan harus benar-
Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-5
Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

benar dapat dilaksanakan dengan aman. Artinya bahwa setiap metode yang
ditetapkan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
 secara teknis aman;
 peralatan yang dipakai sesuai dan aman;
 pelaku-pelakunya sudah terbiasa;
 sudah memepertimbangkan keamanan.

4.4.5 Desain Struktur

Desain struktur yang sudah diselesaikan oleh perencana, bagaimanapun reputasi


perencana, masih perlu diperhatikan oelh pihak-pihak lain, khususnya kontraktor
sebagai pelaksana. kelalaian yang mungkin terjadi, yang dapat menyebabkan
kecelakaan, dapat dihindari dari awal.

Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab tersebut, maka dapat dibuat rencana


keselamatan kerja konstruksi yang memadai.

Mamun demikian, walaupun upaya-upaya pencegahan kecelakaan telah


dilakukan, persiapan tindakan penyelamatan apabila terjadi kecelakaan kerja
harus dipersiapkan, antara lain:
 menyiapkan tenaga dan alat khusus untuk evakuasi korban;
 menyiapkan poliklinik atau kerja sama dengan rumah sakit terdekat;
 melakukan tindakan agar kecelakaan tidak meluas dan terkendali.

TABEL 4.1: RISIKO KECELAKAAN DAN CARA PENCEGAHANNYA

NO RISIKO KECELAKAAN PENCEGAHAN

1. Pekerjaaan fondasi franki


A. orang jatuh dari crane  pakai sabuk pengaman waktu naik
B. kejatuhan batu atau beton  pakai helm pengaman waktu bekerja
C. crane amblas  ratakan tanah sebelum crane masuk
D. orang jatuh terperosok/jatuh  urug segera setelah dicor
E. sling putus  cek sling sebelum bekerja
2. Bored Pile  pakai matras untuk jalan kerja
A. crane mixer amblas  membuang lumpur secara periodik
B. sling crane putus
 cek kondisi sling setiap saat
C. terperosok ke dalam lubang
 urug secepatnya setelah dicor
bore
D. lokasi banjir akibat sisa air  buat saluran air, lalu dipompa keluar lokasi
sewaktu pengecoran kerja

3. Galian Sumuran
A. lokasi tergenang air  buat galian tepi, arahkan ke sumpit lalu

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-6


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

NO RISIKO KECELAKAAN PENCEGAHAN


dipompakan keluar lokasi
B. bekisting dari pasangan  buat pasangan batu bata ½ dari rencana
batu bata ambruk  urug segera bekas galian camping dan bagian
atasnya diplester
C. tanah galian longsor  tutup dengan termal saat hujan
 buat kemiringan pada galian
D. terjatuh ke dalam galian  tutup dengan termal
 buat pagar pengaman
 buat tangga turun lokasi galian
 pasang rambu peringatan

4. Generator Sementara
 pasang pagar pengaman
A. kipas genset mencederai
orang  pasang rambu peringatan
 matikan mesin selama perawatan
B. kebakaran  tempatkan tangki solar jauh dari genset
minimum 5 m
 siapkan tabung pemadam kebakaran
 pasang rambu ”awas kebakaran”

5. Instalasi Listrik untuk  pasang isolasi untuk setiap sambungan


Pekerjaan Sementara  pasang isntalasi kabel dengan rapi., tidak boleh
kena air
 tempatkan kabel agar terlindung
 pasang rambu peringatan dan maksimal
kapasitas
 harus ada penanggungjawab yang mudah
dihubungi
 panel listrik harus selalu terkunci

6. Pekerjaan Konstruksi Baja  pakai sabuk pengaman untuk pekerjaan di atas


 wajib menggunakan helem, sabuk pengaman
 hindari orang tidak bekerja langsung di bawah
 lokasi kerja harus idisolasi dengan diberi cross
line

 pasang lampu penerangan secukupnya


7. Pengecoran dan Pembesian
 gunakan helm, sabuk pengaman, sarung
tangan, sepatu kerja
 tidak boleh ikut menggantung di baket cor

8. Pembongkaran Bekisting  gunakan sabuk pengaman, helem


 pasang steger yang kuat dan aman
 hindari berdiri terlalu dekat dengan daerah
pembongkaran
 pasang jaring mpengaman untuk daerah tepi
 pasang rambu ” awas kejatuhan”
 isolasi dari lalu lintas kerja

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-7


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

TABEL 4.2: DAFTAR PERIKSA AUDIT SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (BERDASARKAN PERMENAKER 05/MEN/1996)

No 1. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN Temuan


TS S Obs
1.1 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1 1.1.1 Adanya kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
yang tertulis, bertanggal dan secara jelas menyatakan
tujuan-tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dan
komitmen perusahaan dalam memperbaiki kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja.
2 1.1.2 Kebijakan yang ditandatangani oleh pengusaha dan
atau pengurus.
3 1.13 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau
pengurus setelah melalui proses konsultasi dengan
wakil tenaga kerja
4 1.1.4 Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh
tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan
pemasok dengan tata cara yang tepat.
5 1.1.5 Apabila diperlukan, kebijakan khusus dibuat untuk
masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang
bersifat khusus.
6 1.1.6 Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan
kebijakan khusus Iainnya ditinjau ulang secara
berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut
mencerminkan perubahan yang terjadi dalam
peraturan perundangan.
1.2 Tanggung Jawab & Wewenang Untuk Bertindak
7 1.2.1 Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil
tindakan dan melaporkan kepada semua personel
yang terkait dalam perusahaan yang telah ditetapkan
harus disebarluaskan dan didokumentasikan.
8 1.2.2 Penunjukkan penanggung jawab keselamatan dan
kesehatan kerja harus sesuai peraturan perundangan
yang berlaku.
9 1.2.3 Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan
bertanggung jawab atas kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja pada unit kerjanya
10 1.2.4 Perusahaan mendapatkan saran-saran dan ahli
bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang
berasal dan dalam maupun luar perusahaan.
11 1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab menangani
keadaan darurat mendapatkan latihan.
12 1.2.6 Kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dimasukkan
dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan lain
yang setingkat.
13 1.2.7 Pimpinan unit kerja diberi informasi tentang tanggung
jawab mereka terhadap tenaga kerja kontraktor dan
orang lain yang memasuki tempat kerja.
14 1.2.8 Tanggung jawab untuk memelihara dan
mendistribusikan informasi terbaru mengenai
peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan
kerja telah ditetapkan.
Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-8
Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

15 1.2.9 Pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk


menjamin sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja dilaksanakan.
1.3 Tinjauan Ulang & Evaluasi
16 1.3.1 Hasil peninjauan ulang dicatat dan didokumentasikan.
17 1.3.2 Apabila memungkinkan, hasil tinjauan ulang
dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan
manajemen.
18 1.3.3 Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan Sistem
Manajemen K3 secara berkala untuk menilai
kesesuaian dan efektivitas Sistem Manajemen K3.
1.4. Keterlibatan dan Konsultasi dengan Tenaga Kerja
19 1.4.1 Keterlibatan tenaga kerja dan penjadwalan konsultasi
dengan wakil perusahaan yang ditunjuk
didokumentasikan.
20 1.4.2 Dibuatkan prosedur yang memudahkan konsultasi
mengenai perubahan- perubahan yang mempunyai
implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
21 1.4.3 Sesuai dengan peraturan perundangan perusahaan
telah membentuk Panitia Pembina K3 (P2K3).
22 1.4.4 Ketua P2K3 adalah pengurus atau pimpinan puncak.
23 1.4.5 Sekretaris P2K3 adalah AhIi K3 sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
24 1.4.6 P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan
kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan risiko.
25 1.4.7 P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur dan
hasilnya disebarluaskan di tempat kerja.
26 1.4.8 P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
27 1.4.9 ApabiIa diperlukan, dibentuk kelompok-kelompok
kerja dan dipilih dan wakil-wakil kerja yang ditunjuk
sebagai penanggung jawab keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerjanya dan kepadanya
diberikan pelatihan yang sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
28 1.4.10 Apabila kelompok-kelompok kerja telah terbentuk,
maka tenaga kerja diberi informasi tentang struktur
kelompok kerja tersebut.
2. STRATEGI PENDOKUMENTASIAN Temuan
TS S Obs
2.1. Perencanaan Rencana Strategi K3
29 2.1.1 Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi
dan menilai potensi bahaya dan risiko keselamatan
dan kesehatan kerja yang berkaitan dengan operasi.
30 2.1.2 Perencanaan strategi keselamatan dan kesehatan
kerja perusahaan telah ditetapkan dan diterapkan
untuk mengendalikan potensi bahaya dan risiko
keselamatan dan kesehatan kerja yang telah
teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi.
31 2.1.3 Rencana khusus yang berkaitan dengan produk,
proses, proyek atau tempat kerja tertentu telah dibuat.
32 2.1.4 Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan
insiden, serta catatan keselamatan dan kesehatan
kerja sebelumnya.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-9


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

33 2.1.5 Rencana tersebut menetapkan tujuan keselamatan


dan
kesehatan kerja perusahaan yang dapat diukur,
menetapkan prioritasdan menyediakan sumberdaya.
2.2. Manual Sistem Manajemen K3
34 2.2.1 Manual Sistem Manajemen K3 meliputi kebijakan,
tujuan, rencana, dan prosedur keselamatan dan kese
hatan kerja untuk semua tingkatan dalam
perusahaan.
35 2.2.2 Apabila diperlukan, telah dibuat manual khusus yang
berkaitan dengan produk, proses, atau tempat kerja
tertentu.
36 2.2.3 Manual Sistem Manajemen K3 mudah didapat oleh
semua personil dalam perusahaan.
2.3. Penyebarluasan Informasi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
37 2.3.1 Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan
dan kesehatan kerja disebarkan secara
sistematis kepada seluruh tenaga kerja perusahaan.
38 2.3.2 Catatan-catatan informasi keselamatan dan
kesehatan kerja dipelihara dan disediakan untuk
seluruh tenaga kerja dan orang lain yang datang ke
tempat kerja.
3. PENINJAUAN ULANG PERANCANGAN (DESIGN ) DAN Temuan
KONTRAK TS S Obs
3.1 Pengendalian Perancangan
39 3.1.1 Prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan
identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang di
lakukan pada tahap melakukan perancangan atau
perancangan ulang.
40 3.1.2 Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan
produk, pengoperasian sarana produksi dan proses
yang aman disusun selama tahap perancangan.
41 3.1.3 Petugas yang kompeten telah ditentukan untuk
melakukan verifikasi bahwa perancangan memenuhi
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang
ditetapkan.
42 3.1.4 Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang
mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja diidentifikasi, didokumentasi, ditinjau
ulang dan disetujul oleb petugas yang berwenang
sebelum pelaksanaan.
3.2 Peninjauan Kontrak
43 3.2.1 Prosedur yang didokumentasikan harus mampu
mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya
keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan dan
masyarakat, di mana prosedur tersebut digunakan
pada saat memasok barang dan jasa dalam suatu
kontrak.
44 3.2.2 Identidikasi bahaya dan penilaian resiko dilakukan
pada tahapan tinjauan ulang kontrak dan personel
yang kompeten
45 3.2.3 Kontrak-kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa
pemasok dapat memenuhi persyaratan dan
keselamatan kerja bagi pelanggan
Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-10
Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

46 3.2.4 Catatan tinjauan ulang kontrak dipelihara dan


didokumentasikan.
4. PENGENDALIAN DOKUMEN Temuan
TS S Obs
4.1. Persetujuan dan Pengeluaran Dokumen
47 4.1.1 Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja mempu
nyai identifikasi status, wewenang, tanggal
pengeluaran dan tanggal modifikasi.
48 4.1.2 Penerima distribusi dokumen tercantum dalam
dokumen tersebut.
49 4.1.3 Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja edisi
terbaru disimpan secara sistematis pada tempat yang
ditentukan.
50 4.1.4 Dokumen usang segera disingkirkan dan penggu-
naannya sedangkan dokumen usang yang disimpan
untuk keperluan tertentu diberi tanda khusus.
4.2. Perubahan dan Modifikasi Dokumen
51 4.2.1 Terdapat sistem untuk membuat dan menyetujui
perubahan terhadap dokumen keselamatan dan
kesehatan kerja.
52 4.2.2 Apabila memungkinkan diberikan alasan terjadinya
perubahan dan tertera dalam dokumen atau
lampirannya.
53 4.2.3 Terdapat prosedur pengendalian dokumen atau daftar
seluruh dokumen yang mencantumkan status dan
setiap dokumen tersebut, dalam upaya mencegah
penggunaan dokumen yang usang.
5. PEMBELIAN Temuan
TS S Obs
5.1. Spesifikasi dan Pembelian Barang dan Jasa
54 5.1.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat
menjamin bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain
yang relevan dengan keselamatan kesehatan kerja
telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli.
55 5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi,
zat kimia atau jasa harus dilengkapi spesifikasi yang
sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan
dan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang
berlaku.
56 5.1.3 Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial
berpengaruh pada saat keputusan pembelian
dilakukan apabila persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi
pembelian.
57 5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan
perubahan terhadap prosedur kerja perlu
dipertimbangkan serta ditinjau ulang sebelum
pembelian, dan pemakaian sarana dan bahan kimia.
5.2. Sistem Verifikasi Untuk Barang dan Jasa yang Dibeli
58 5.2.1 Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa
kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian.
5.3. Kontrol Barang dan Jasa yang Dipasok Pelanggan
59 5.3.1 Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum
digunakan terlebih dahuu diidentifikasi potensi

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-11


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

60 5.3.2 Produk yang disediakan oleh pelanggan dapat


diidentifikasikan dengan jelas.
6. KEAMANAN BEKERJA BERDASARKAN SISTEM Temuan
MANAJEMEN K3 TS S Obs
6.1. Sistem Kerja
61 6.1.1 Petugas yang bekompeten telah mengidentifikasikan
bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko
yang timbul dari suatu proses kerja
62 6.1.2 Apabila upaya pengendalian nsiko diperlukan maka
upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat
pengendalian.
63 6.1.3 Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan
jika diperlukan diterapkan suatu sistem ‘ijin Kerja”
untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi.
64 6.1.4 Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara
aman seluruh risiko yang terindentifikasi
didokurnentasi.
65 6.1.5 Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentuan
pelaksanaan diperhatikan pada saat
mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur
atau petunjuk kerja.
66 6.1.6 Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas
yang berkompeten dengan masukan dan tenaga kerja
yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan
prosedur disahkani oleh pejabat yang ditunjuk.
67 6.1.7 Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan
digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam
kondisi Iayak pakai.
68 6.1.8 Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah
dinyatakan layak pakai sesuai dengan standar dan
atau peraturan perundangan yang berlaku.
69 6.1.9 Upaya pengendalian risiko ditinjau ulang apabila
terjadi perubahan pada proses kerja.
6.2. Pengawasan
70 6.2.1 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap
pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti
setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah
ditentukan.
71 6.2.2 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat
kemampuan mereka dan tingkat risiko tugas.
72 6.2.3 Pengawas ikut serta dalam mengidentifikasi bahaya
dan membuat upaya pengendalian.
73 6.2.4 Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan
penyelidikan penyakit akibat kerja dan kecelakaan,
dan wajib menyerahkan laporan dan saran-saran
kepada pengurus.
74 6.2.5 Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi.
6.3. Seleksi dan Penempatan Personal
75 6.3.1 Persyaratan tugas tertentu, termasuk persyaratan
kesehatan, diidentifikas dan dipakai untuk menyeleksi
dan menempatkan tenaga kerja.
76 6.3.2 Penugasan pekerjaan harus berdasarkan pada
kemampuan dan tingkat keterampilan yang dimiliki
oleh masing-masing tenaga kerja.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-12


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

6.4. Lingkungan Kerja


77 6.4.1 Perusahaan melakukan penilaian Iingkungan kerja
untuk mengetahui daerah-daerah yang memerlukan
pembatasan ijin masuk.
78 6.4.2 Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan
pembatasan ijin masuk.
79 6.4.3 Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat
kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis.
80 6.4.4 Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda
pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar
dan pedoman teknis.
6.5. Pemeliharan, Perbaikan dan Perubahan Sarana
Produksi
81 6.5.1 Penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana
produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat
pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh
peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis
yang berlaku.
82 6.5.2 Semua catatan yang memuat data-data secara rinci
dan kegiatan pemeriksaan, pemel iharaan, perbaikan
dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas
sarana produksi harus disimpan dan dipelihara.
83 6.5.3 Sarana produksi yang harus terdaftar memiliki
sertifikat yang masih berlaku.
84 6.5.4 Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus
dilakukan personel yang berkompeten.
85 6.5.5 Apabila memungkinkan, sarana produksi yang akan
diubah harus sesuai dengan persyaratan peraturan
perundangan yang berlaku.
86 6.5.6 Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan yang
mencakup ketentuan mengenai peralatan-peralatan
dengan kondisi keselamatan yang kurang baik dan
perlu untuk segera diperbaiki.
87 6.5.7 Terdapat suatu sistem penandaan bagi alat yang
sudah tidak aman lagi jika digunakan (lock out
system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak
dihidupkan sebelum saatnya.
88 6.5.8 Apabila diperlukan, dilakukan penerapan sistem
penguncian pengoperasian (lock out system) untuk
mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan
sebelum saatnya.
89 6.5.9 Prosedur persetujuan untuk menjamin bahwa
peralatan produksi dalam kondisi yang aman untuk
dioperasikan.
6.6. Pelayanan
90 6.6.1 Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan
pelayanan yang tunduk pada standar dan undang-
undang keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu
disusun prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan
memenuhi persyaratan.
91 6.6.2 Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui kontrak,
dan pelayanan tunduk pada standar dan perundangan
keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu
disusun prosedur untuk menjamin bahwa pemberian
pelayanan memenuhi persyaratan.
Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-13
Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

6.7. Kesiapan untuk Menangani Keadaan Darurat


92 6.7.1 Keadaan darurat yang potensial (di dalam atau di luar
tempat kerja) telah diidentifikasi dan prosedur
keadaan darurat tersebut telah didokumentasikan.
93 6.7.2 Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang
secara rutin oleh petugas yang berkompeten.
94 6.7.3 Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan
mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai
dengan tingkat risiko.
95 6.7.4 Petugas penanganan keadaan darurat diberikan
pelatihari khusus.
96 6.7.5 Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan
darurat diperhatikan secara jelas/menyolok dan
diketahui oleh seluruh tenaga kerja perusahaan.
97 6.7.6 Alat dan sistem keadaan darurat diperiksa, diuji dan
dipelihara secara berkala.
98 6.7.7 Kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk
mendapatkan alat keadaan darurat telah dinilai oleh
petugas yang berkompeten.
6.8. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
99 6.8.1 Perusahaan telah mengevaluasi alat PPPK dan
menjamin bahwa sistem PPPK yang ada memenuhi
standard dan pedoman teknis yang berlaku
100 6.8.2 Petugas PPPK telah dilatih dan ditunjuk sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku
7. STANDAR PEMANTAUAN Temuan
TS S Obs
7.1. Pemeriksaan Bahaya
101 7.1.1 Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan
secara teratur.
102 7.1.2 Inspeksi dilaksanakan bersama oleh wakil pengurus
dan wakil tenaga kerja yang telah memperoleh
pelatihan mengenai identifikasi potensi bahaya.
103 7.1.3 Inspeksi mencari masukan dan petugas yang
melakukan tugas di tempat yang diperiksa.
104 7.1.4 Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun
untuk digunakan pada saat inspeksi.
105 7.1.5 Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan
P2K3 sesuai dengan kebutuhan.
106 7.1.6 Tindakan korektif dipantau untuk menentukan
efektifitasnya.
7.2 Pemantauan Lingkungan Kerja
107 7.2.1 Pemantauan Iingkungan kerja dilaksanakan secara
teratur dan hasilnya dicatat dan dipelihara.
108 7.2.2 Pemantauan Iingkungan kerja meliputi faktor fisik,
kimia, biologis, radiasi dan psikologis.
7.3. Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian
109 7.3.1 Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenal
identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan dan penyimpanan
untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji mengenai
kesehatan dan keselamatan.
110 7.3.2 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas yang
berkompeten.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-14


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

7.4 Pemantauan Kesehatan


111 7.4.1 Sesuai dengan peraturan perundangan, kesehatan
tenaga kerja yang bekerja pada tempat kerja yang
mengandung bahaya harus dipantau.
112 7.4.2 Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan di mana
pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan dan telah
melaksanakan sistem untuk membantu pemeriksaan
ini.
113 7.4.3 Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter
pemeriksa yang ditunjuk sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
114 7.4.4 Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
115 7.4.5 Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
8. PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN Temuan
TS S Obs
8.1. Pelaporan Keadaan Darurat
116 8.1.1 Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya,
personil perlu diberitahu mengenai proses pelaporan
sumber bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja
8.2. Pelaporan Insiden
117 8.2.1 Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin
bahwa semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta insiden di tempat kerja dilaporkan
118 8.2.2 Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan
yang berlaku
8.3. Penyelidikan Kecelakaan Kerja
119 8.3.1 Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dilaporkan
120 8.3.2 Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja
dilakukan oleh petugas atau ahli K3 yang telah dilatih.
121 8.3.3 Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal
waktu pelaksanaan usaha perbaikan.
122 8.3.4 Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang
ditunjuk untuk melaksanakan tindakan perbaikan
sehubungan dengan laporan penyelidikan.
123 8.3.5 Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja
di tempat terjadinya kecelakaan.
124 8.3.6 Efektivitas tindakan perbaikan dipantau.
8.4. Penanganan Masalah
125 8.4.1 Terdapat prosedur untuk menangani masalah
keselamatan dan kesehatan kerja yang timbul dan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
126 8.4.2 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur
penanganan masalah keselamatan dan kesehatan
kerja dan menerima informasi kemajuan
penyelesaiannya
9. PENGELOLAAN MATERIAL DAN PERPINDAHANNYA Temuan
TS S Obs
9.1. Penanganan Secara Manual dan Mekanis
127 9.1.1 Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi potensi

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-15


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

bahaya dan menilai risiko yang berhubungan dengan


penanganan secara manual dan mekanis
128 9.1.2 Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas
yang berkompeten
129 9.1.3 Perusahaan menerapkan dan meninjau ulang cara
pengendalian risiko yang berhubungan dengan
penanganan secara manual atau mekanis
130 9.1.4 Prosedur untuk penanganan bahan meliputi metode
pencegahan terhadap kerusakan, tumpahan dan
kebocoran
9.2. Sistem Pengangkutan, Penyimpanan dan Pembuangan
131 9.2.1 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa bahan
disimpan dan dipindahkan dengan cara yang aman
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
132 9.2.2 Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan
pengendalian bahan yang bisa rusak atau
kadaluwarsa
133 9.2.3 Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang
dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku
9.3. Bahan-bahan Berbahaya
134 9.3.1 Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur
mengenai penyimpanan, penanganan dan
pemindahan bahan-bahan berbahaya yang sesuai
dengan persyaratan peraturan perundangan, standar
dan pedoman teknis yang berlaku
135 9.3.2 Lembar Data Bahan yang komprehensif untuk bahan-
bahan berbahaya harus mudah didapat
136 9.3.3 Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan
pemberian abeI pada bahan-bahan berbahaya
137 9.3.4 Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan
persyaratan peraturan perundangan dan standar yang
berlaku
138 9.3.5 Terdapat prosedur yang didokumentasikan mengenai
penanganan secara aman bahan-bahan berbahaya
139 9.3.6 Petugas yang menangani bahan-bahan berbahaya
diberi pelatihan mengenai cara penanganan yang
aman
10. PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN DATA Temuan
TS S Obs
10.1 Catatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
140 10.1.1 Perusahaan mempunyai prosedur untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, mengarsipkan,
memelihara dan menyimpan catatan keselamatan dan
kesehatan kerja
141 10.1.2 Undang-undang, peraturan, standar dan pedoman
teknis yang relevan dipelihara pada tempat yang
mudah didapat
142 10.1.3 Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan
untuk rnenjaga kerahasiaan catatan
143 10.1.4 Catatan rnengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan
dipelihara
144 10.1.5 Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan
rehabilitasi kesehatan dipelihara

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-16


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

10.2. Data dan Laporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


145 10.2.1 Data keselamatan dan kesehatan kerja yang terbaru
dikumpulkan dan dianalisis
146 10.2.2 Laporan rutin kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja dibuat dan disebarluaskan di dalam perusahaan
11. AUDIT SISTEM MANAJEMEN K3 Temuan
TS S Obs
11.1. Audit Internal Sistem Manajemen K3
147 11.1.1 Audit Sistem Manajemen K3 yang terjadwal
dilaksanakan untuk memeriksa kesesuaian kegiatan
perencanaan dan untuk menentukan apakah kegiatan
tersebut efektif
148 11.1.2 Audit internal Sistem Manajemen K3 dilakukan oleh
petugas yang berkompeten dan independen di
perusahaan
149 11.1.3 Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan
petugas lain yang berkepentingan
150 11.1.4 Kekurangan yang ditemukan pada saat audit
diprioritaskan dan dipantau untuk menjamin
dilakukannya tindakan perbaikan
12. PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DAN KEMAMPUAN Temuan
TS S Obs
12.1. Strategi Pelatihan
151 12.1.1 Analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja telah di
laksanakan
152 12.1.2 Rencana pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
telah disusun bagi semua tingkatan dalam
perusahaan-perusahaan
153 12.1.3 Pelatihan harus mempertimbangan perbedaan tingkat
kemampuan dan keahliannya
154 12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang
mempunyai kemampuan dan pengalaman yang
memadai serta diakreditasi menurut peraturan
perundangan yang berlaku
155 12.1.5 Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk
pelaksanaan pelatihan yang efektif
156 12.1.6 Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan
catatan seluruh pelatihan
157 12.1.7 Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk
menjamin peningkatan secara berkelanjutan
158 12.1.8 Program pelatihan ditinjau ulang secara teratur untuk
menjamin agar tetap relevan dan efektif.
12.2. Pelatihan Bagi Manajemen dan Supervisor
159 12.2.1 Anggota manajemen eksekutif dan pengurus
berperan serta dalam pelatihan yang mencakup
penjelasan tentang kewajiban hukum dan prinsip-
prinsip serta pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja
160 12.2.2 Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang
sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka
12.3. Pelatihan bagi Tenaga Kerja
161 12.3.1 Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja ter-
masuk tenaga kerja baru dan yang dipindahkan agar

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-17


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

mereka dapat melaksanakan tugasnya secara aman


162 12.3.2 Pelatihan diselenggarakan kepada tenaga kerja
apabila di tempat kerjanya terjadi perubahan sarana
produksi atau proses
163 12.3.3 Apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran
kepada semua tenaga kerja
12.4. Pelatihan untuk Pengenalan bagi Pengunjung dan
Kontraktor
164 12.4.1 Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk
semua tenaga kerja dengan memasukkan materi
kebijakan dan prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja
165 12.4.2 Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan
untuk memberikan taklimat (briefing) kepada
pengunjung dan mitra kerja guna menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja
12.5. Pelatihan Keahlian Khusus
166 12.5.1 Perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin
kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau
kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan
untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan
pekerjaan atau mengoperasikan peralatan

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-18


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab IV: Menerapkan K3

MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

4.1 UMUM...........................................................................................................................................1
4.2 ASPEK PENTING DALAM KESELAMATAN KERJA ................................................................2
4.2.1 Aspek Kemanusiaan................................................................................................................2
4.2.2 Aspek Ekonomi ......................................................................................................................2
4.3 KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI DALAM MANAJEMEN PROYEK ...........................4
4.4 PENGAWASAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI ..........................................................................................................................................5
4.4.1 Pelaku-Pelaku Konstruksi .......................................................................................................5
4.4.2 Material Konstruksi ................................................................................................................5
4.4.3 Peralatan Konstruksi ...............................................................................................................5
4.4.4 Metode Pelaksanaan................................................................................................................5
4.4.5 Desain Struktur .......................................................................................................................6

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) IV-19


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja RANGKUMAN

RANGKUMAN

Kecelakaan akibat kerja sering kali terjadi dan tidak jarang menimbulkan korban jiwa.
Tenaga kerja merupakan sumber daya perusahaan yang paling berharga, karena itu
semua pihak yang terlibat pada pekerjaan konstrusi khususnya bidang perawatan
bangunan gedung harus melaksanakan prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3).

Undang-undang tentang keselamatan dan kesehatan kerja telah diberlakukan, karena itu
pelanggaran terhadap pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja akan dikenakan
sangsi hukum.

Dengan melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja secara serius dan benar maka
angka kecelakaan dapat diperkecil bahkan dapat dicegah. Pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja bukan hanya tanggung jawab perusahaan, tetapi karyawan juga harus
mematuhi semua ketentuan-ketentuan dan peraturan berkaitan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja, karena tanpa disiplin dan kepatuhan dari para tenaga kerja tersebut,
maka program keselamatan dan kesehatan kerja tidak akan terlaksana.

Pengaturan terkait dengan aspek legal, administrative dan teknis operasional atas
seluruh kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja bidang konstruksi.

Masalah Umum APD


 Adanya APD yang tidak melalui pengujian laboratorium, sehingga tidak diketahui
derajat perlindungannya atau tidak memenuhi ketentuan keselamatan.
 Pekerja merasa tidak nyaman dan kadang-kadang pemakai merasa terganggu.
 Terdapat kemungkinan menimbulkan bahaya baru atas penggunaan APD
 Pengawasan terhadap keharusan penggunaan APD sangat lemah.
 Kewajiban untuk memelihara APD yang menjadi tanggung jawab perusahaan sering
dialihkan kepada pekerja.

Masalah Pemakaian APD Secara Umum


 Pekerja tidak mau memakai APD dengan alasan:
o Yang bersangkutan tidak mengerti atas maksud keharusan pemakaian APD.
o Pemakaian APD dirasakan pekerja tidak nyaman seperti panas, sesak dan tidak
memenuhi nilai keindahan

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) R-1


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja RANGKUMAN

o Pekerja merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaan.


o Jenis APD yang dipakai tidak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi.
o Tidak dikenakan sanksi terhadap pekerja yang tidak memakai APD
o Atasannya juga tidak memakai APD tanpa dikenakan sanksi.

 Perusahaan tidak menyediakan APD dengan alasan:


o Perusahaan tidak mengerti adanya ketentuan pemakaian APD.
o Rendahnya kesadaran perusahaan atas pentingnya K3 dan secara sengaja
melalaikan kewajibannya untuk menyediakan APD.
o Perusahaan merasa sia-sia menyediakan APD, karena pada akhirnya APD tidak
dipakai oleh pekerja.

 Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan tdak sesuai dengan jenis bahaya yang
dihadapi pekerja
 Perusahaan mengadakan APD hanya sekedar memenuhi persyaratan formal tanpa
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan maksud pemakaiannya.

Bahaya kecelakaan yang disebabkan manusia pada umumnya dipengaruhi oleh


kurangnya pengertian tentang Kesehatan dan Keselamtan kerja, kurang disiplin dan
sebab-sebab oleh kondisi mental, seperti sifat-sifat emosional dan kejenuhan.
Kecelakaan di tempat kerja salah satu penyebabnya adalah akibat terjadinya kebakaran
di dalam lokasi pekerjaan.

Dalam kondisi apapun kebakaran ini harus diatasi sesuai dengan prosedur, baik
dilakukan perorangan dengan alat pemadam kebakaran atau unit khusus pemadam
kebakaran.
untuk mengatasi keadaan tersebut, setiap operator perlu dibekali dengan pengetahuan
penanggulangan bahaya kebakaran sehingga dapat menghadapi kebakaran dengan
benar sesuai prosedur, dilakukan dengan tenaga (tidak panik) dan dapat melakukan
pemberitahuan/pelaporan ke unit terkait secara tepat (dinas kebakaran, rumah sakit,
poliklinik, dan lain-lain).

Di dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi, banyak pihak yang
terlibat, namun yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan k-3 tersebut adalah
pihak kontraktor, karena pihaknyalah yang secara langsung melaksanakan pekerjaan
konstruksinya dan secara langsung melaksanakan manajemen keselamatan kerja.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) R-2


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja RANGKUMAN

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja konstruksi antara lain:


 Pelaku-pelaku konstruksi;
 Material konstruksi;
 Peralatan konstruksi;
 Metode pelaksanaan;
 Desain struktur.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) R-3


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pekerjaan Umum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Modul


Pelatihan, Puslatjakons, Jakarta.

2. Rusdi Suardi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,


Penerbit PPM Jakarta.

3. Dalih SA dan Oja Sutiarno, Keselamatan Kerja Dalam Tatalaksana


Bengkel, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1982.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) R-4


Modul LS-01 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

1. Asiyanto, Ir.,MBA, IPM, Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi, PT Pradnya


Paramita, Jakarta, 2005.

2. Departemen Pekerjaan Umum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Modul


Pelatihan, Puslatjakons, Jakarta.

3. Dalih SA dan Oja Sutiarno, Keselamatan Kerja Dalam Tatalaksana Bengkel,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1982.

4. Santosa, Gempur, Dr.,Drs.,M.Kes., Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,


Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, September 2004.

5. Suardi, Rudi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penerbit


PPM, Jakarta, 2005.

6. , Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan


Menteri Pekerjaan Umum Nomor: Kep.174/Men/86 dan 104/KPTS/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

7. , Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor


05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) DP-1

Anda mungkin juga menyukai