PELATIHAN
SUPERVISOR PEKERJAAN
LANSEKAP/PERTAMANAN
(LANDSCAPE SUPERVISOR)
2005
KATA PENGANTAR
Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana Para
Peserta Pelatihan ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal pekerjaan Supervisor
Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor).
Tentu saja buku ini bukan buku yang sudah sempurna, melainkan masih cukup banyak
kekurangan yang tidak kami sadari namun sebagai panduan seorang Supervisor
Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor), dirasakan telah memenuhi
dari cukup.
Masukan-masukan demi penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan dan terima kasih
atas koreksi dan masukannya.
LEMBAR TUJUAN
1. Menerapkan peraturan K3
2. Menggunakan perlengkapan dan keselaman kerja
3. Menggunakan alat dan bahan untuk penanggulangan dini
4. Menerapkan K3
DAFTAR ISI
Halaman
SUPERVISOR PEKERJAAN
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 LS – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2 LS – 02 Spesifikasi Pekerjaan Bangunan
7 LS – 07 Dokumen Kontrak
11 LS – 11 Pemeliharaan Taman
13 LS – 13 Pranata Pembangunan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
KODE MODUL : LS - 01
B. RENCANA PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan/
Bab I, Pendahuluan
BAB I
PEMAHAMAN PERATURAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
1.1 UMUM
Oleh karena itu diperlukan pengaturan terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja bidang konstruksi yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaku
pekerjaan bidang konstruksi di Indonesia dalam memberikan kepastian perlindungan
baik kepada penyedia jasa maupun pengguna jasa. Pengaturan terkait dengan
aspek legal, administrative dan teknis operasional atas seluruh kegiatan kesehatan
dan keselamatan kerja bidang konstruksi.
Kecelakaan dan sakit di tempat kerja telah banyak terjadi bahkan sampai menelan korban
jiwa. Tenaga kerja sebagai sumber daya yang paling berharga dalam perusahaan harus
mendapat perlindungan yang memadai dalam bekerja sehingga dapat memperkecil atau
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1. Faktor perorangan, antara lain : kurang pengetahuan, kurang ketrampilan,
motivasi kurang baik, masalah fisik dan mental.
2. Faktor pekerjaan, antara lain : standar kerja yang kurang baik, standar
perencanaan yang kurang baik, standar perawatan yang kurang tepat, standar
pembelian yang kurang tepat, aus dan retak karena pemakaian setelah lama
dipakai, dan pemakaian abnormal.
4. Kecelakaan karena jatuh dari ketinggian, kecelakaan ini dapat berakibat fatal,
seperti luka/cacat berat bahkan sampai meninggal dunia. Karena pengawas
dan pelaksana lapangan harus memberi perhatian yang sungguh-sungguh
pada jenis pekerjaan berpotensi besar terjadi kecelakaan karena jatuh dari
tempat yang tinggi, seperti pada :
Pekerjaan atap dan langit-langit.
Pekerjaan dinding yang menggunakan perancah.
Perancah roboh karena kurang kuat.
Jatuh dari lubang.
5) Kontraktor Harus :
Memberikan kepada Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Safety Committee) fasilitas-fasilitas dalam
melaksanakan tugas mereka.
Berkonsultasi dengan Panitia Pembina Keselamatan clan
Kesehatan Kerja (Safety Committee) dalam segala hal yang
berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Proyek.
Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari Safety Committee.
6) Jika 2 atau lebih kontraktor bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan Keselamatan clan Kesehatan
Kerja.
Nama, alamat, nomor telpon dokter, rumah sakit dan tempat penolong
yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat/ emergency.
1.1 UMUM................................................................................................................... 1
1.2 KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA ........................... 2
1.3 SEBAB-SEBAB KECELAKAAN ........................................................................ 2
1.4 KETENTUAN ADMINISTRATIF ....................................................................... 3
1.4.1 KEWAJIBAN UMUM .................................................................................. 3
1.4.2 ORGANISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ................ 4
1.4.3 LAPORAN KECELAKAAN ........................................................................ 5
1.4.4 KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA
KECELAKAAN ............................................................................................................ 5
1.4.5 PEMBIAYAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA .............. 7
BAB II
MENGGUNAKAN PERLENGKAPAN DAN
KESELAMATAN KERJA
Pelindung badan berfungsi untuk melindungi diri agar tidak mengalami cidera
akibat kerja, agar tidak terjadi suatu kecelakaan pada pekerja maka diperlukan
alat pelindung kerja, yaitu seperti :
Topi keras (helm) digunakan untuk melindungi kepala dari benturan benda-
benda keras baik benda jatuh dari atas atau arah lain.
Sepatu kerja digunakan untuk melindungi kaki dari luka akibat terjepit,
benda-benda tajam, dan cairan-cairan kimia.
Penutup hidung ( masker ) digunakan pada saat bekerja pada daerah yang
berdebu atau yang mengandung unsur kimia seperti debu, semen yang
dapat dan lain-lain yang menimbulkan gannguan pernafasan maupun
penularan penyakit.
Pelindung telinga digunakan pada lingkungan kerja yang bising dan dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
Rambu-rambu dalam K-3 merupakan bagian yang penting dalam penerapan K-3 di
lingkungan pekerjaan konstruksi dan harus dipasang pada tempat yang strategis dalam
arti mudah dilihat dan dibaca serta sesuai dengan lingkungan kerja.
Contoh rambu-rambu yang perlu dipasang pada pekerjaan gedung adalah :
Awas hati-hati licin.
Ketinggian maksimum.
Awas tegangan tinggi.
Wajib menggunakan kaca mata/kedok las bagi tukang las.
Wajib menggunakan topi pengaman di sekitar proyek.
Dilarang merokok atau menyalakan api pada area yang berdekatan dengan
tempat penyimpanan barang-barang mudah terbakar.
Wajib memakai pelindung telinga di area kerja yang bising.
Rambu-rambu lainnya disesuaikan dengan karakteristik pekerjaannya.
dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa sebuah katup yang
menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran.
BAB III
MENGGUNAKAN ALAT DAN BAHAN
UNTUK PENANGGULANGAN DINI
Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup
rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan
dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan
sebagainya.
Alat pelindung telinga, digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang
ditimbulkan dari pengoperasian peralatan kerja.
Namun pada kenyataan dilapangan, penggunaan alat-alat pelindung diri sering terjadi
kendala dan masalah baik terhadap pemakainya/tenaga kerja maupun kualitas dari alat
itu sendiri.
MASKER
Sering ditemukan adanya kerusakan atau sumbatan pada filter
Pemakaian alat ini dirasakan tidak nyaman oleh pekerja.
Pemakaian alat ini menimbulkan efek psikologis dan kecemasan terhadap
pemakainya dan meningkatkan beban kerja pada jantung dan hati.
Pemakai alat ini harus menghirup udara yang dihembuskannya.
Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada
pemakainya.
SARUNG TANGAN
Pemakaian alat ini menimbulkan kepekaan tangan dan jari menurun
Menimbulkan keluarnya keringat berlebihan.
Sering menyebabkan adanya bahan kimia tertentu tanpa diketahui
pemakainya yang mungkin membahayakan pemakainya.
Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor manusia, dimana seorang tenaga kerja
perlu dibekali pengetahuan mengenai keselamatan kerja, hal ini dapat dilakukan dengan
cara:
1. Penyuluhan dan kampanye Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja secara teratur
guna menumbuhkan kesadaran ber-Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2. Mengadakan latihan dan demonstrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi
para pekerja maupun staf perusahaan.
Dalam buku Kesehatan dan Keselamatan Kerja dibahas secara lengkap dan detail
tentang pencegahan kecelakaan kerja akibat faktor teknis, namun dalam modul ini hanya
dibahas yang penting-penting saja, yaitu :
Menurut undang-undang, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena
hubungan kerja termasuk kecelakaan. Penyakit akibat kerja harus mendapat perhatian
yang khusus, karena :
Penyakit yang terjadi sebenarnya dapat dihindari.
Penyakit yang terjadi dapat menimbulkan cacat.
Penyakit yang terjadi karena perbuatan manusia.
Penyakit yang terjadi adalah apa yang dikerjakan, yang dihasilkan ataupun karena
alat atau. bahan yang digunakan.
Penyakit akibat kerja menurunkan produktifitas dan kemampuan.
BAB IV
MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
4.1 UMUM
dengan kecelakaan pekerja tapi juga aspek ekonomi karena rusaknya bangunan dan
turunnya produktivitas kerja akibat terjadinya kecelakaan kerja.
Dengan demikian upaya-upaya penekanan risiko kecelakaan konstruksi merupakan
upaya yang penting dalam rangka menghindarkan kerugian secara ekonomi maupun
hilangnya jiwa manusia.
Aspek penting yang harus dicapai dalam program keselamatan kerja konstruksi
adalah aspek kemanusiaan dan aspek ekonomi yang keduanya tidak dapat
dipisahkan. kecelakaan kerja akan mengakibatkan hilangnya jiwa manusia dan
timbulnya biaya kecelakaan, sekaligus dapat menimbulkan kerugian ekonomi akibat
rusaknya bangunan dan turunnya produktivitas kerja. kedua macam risiko tersebut
dapat menimbulkan biaya yang biasa disebut sebagai biaya keamanan (cost of
safety).
Pendekatan lain dalam pembagian biaya keamanan yaitu dibagi dalam tiga
golongan yaitu: biaya pencegahan (prevention cost), biaya pengawasan
(inspection cost), dan biaya kecelakaan (accident cost).
biaya pencegahan antara lain mencakup:
peralatan keamanan;
bangunan-bangunan pengaman, termasuk rambu-rambu, fasilitas
kesehatan;
dan lain-lain yang berkaitan dengan upaya-upaya pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Untuk mencapai sasaran proyek, maka perlu adanya pengendalian dalam beberapa
aspek, seperti: biaya, mutu, waktu, dan keselamatan, yang masing -masing
mempunyai alat kendali yang telah direncanakan dalam manajemen konstruksi.
Alat kendali dalam aspek biaya dalah berupa anggaran biaya pelaksanaan, dalam
aspek mutu adalah berupa rencana mutu yang banyak didukung oleh penetapan
metoda pelaksanaan, dan dalam aspek waktu adalah berupa jadwal waktu
pelaksanaan yang didukung dengan jadwal pengadaan sumber daya (material, alat,
tenaga dan uang), serta dalam aspek keselamatan adalah berupa rencana
keselamatan(safety plan).
Di dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi, banyak pihak yang
terlibat, namun yang paling bertangguyng jawab dalam pelaksanaan k-3 tersebut adalah
pihak kontraktor, karen pihaknyalah yang secara langsung melaksanakan pekerjaan
konstruksinya dan secara langsung melaksanakan manajemen keselamatan kerja.
Baik pekerja, tukang, mandor, supervisor, staf manjer, maupun manajer, harus
dalam kondisi sehat lahir batin, serta mempunyai kemampuan melaksanakan
tugas-tugasnya dalam segala situasi dan kondisi yang dituntut oleh lapangan.
kepada para pelaku konstruksi, harus menggunakan peralatan keamanan kerja,
sesuai dengan risiko-risiko yang mungkin dihadapi oleh yang bersangkutan.
Baik untuk bangunan itu sendiri maupun untuk pekerjaan bantu/persiapan, harus
menggunakan kualitas serta ukuran yang ditetapkan dalam perencanaan. di
samping itu, material juga harus dipasang sesuai dengan metode yang ditetapkan.
benar dapat dilaksanakan dengan aman. Artinya bahwa setiap metode yang
ditetapkan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
secara teknis aman;
peralatan yang dipakai sesuai dan aman;
pelaku-pelakunya sudah terbiasa;
sudah memepertimbangkan keamanan.
3. Galian Sumuran
A. lokasi tergenang air buat galian tepi, arahkan ke sumpit lalu
4. Generator Sementara
pasang pagar pengaman
A. kipas genset mencederai
orang pasang rambu peringatan
matikan mesin selama perawatan
B. kebakaran tempatkan tangki solar jauh dari genset
minimum 5 m
siapkan tabung pemadam kebakaran
pasang rambu ”awas kebakaran”
4.1 UMUM...........................................................................................................................................1
4.2 ASPEK PENTING DALAM KESELAMATAN KERJA ................................................................2
4.2.1 Aspek Kemanusiaan................................................................................................................2
4.2.2 Aspek Ekonomi ......................................................................................................................2
4.3 KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI DALAM MANAJEMEN PROYEK ...........................4
4.4 PENGAWASAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI ..........................................................................................................................................5
4.4.1 Pelaku-Pelaku Konstruksi .......................................................................................................5
4.4.2 Material Konstruksi ................................................................................................................5
4.4.3 Peralatan Konstruksi ...............................................................................................................5
4.4.4 Metode Pelaksanaan................................................................................................................5
4.4.5 Desain Struktur .......................................................................................................................6
RANGKUMAN
Kecelakaan akibat kerja sering kali terjadi dan tidak jarang menimbulkan korban jiwa.
Tenaga kerja merupakan sumber daya perusahaan yang paling berharga, karena itu
semua pihak yang terlibat pada pekerjaan konstrusi khususnya bidang perawatan
bangunan gedung harus melaksanakan prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3).
Undang-undang tentang keselamatan dan kesehatan kerja telah diberlakukan, karena itu
pelanggaran terhadap pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja akan dikenakan
sangsi hukum.
Dengan melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja secara serius dan benar maka
angka kecelakaan dapat diperkecil bahkan dapat dicegah. Pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja bukan hanya tanggung jawab perusahaan, tetapi karyawan juga harus
mematuhi semua ketentuan-ketentuan dan peraturan berkaitan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja, karena tanpa disiplin dan kepatuhan dari para tenaga kerja tersebut,
maka program keselamatan dan kesehatan kerja tidak akan terlaksana.
Pengaturan terkait dengan aspek legal, administrative dan teknis operasional atas
seluruh kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja bidang konstruksi.
Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan tdak sesuai dengan jenis bahaya yang
dihadapi pekerja
Perusahaan mengadakan APD hanya sekedar memenuhi persyaratan formal tanpa
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan maksud pemakaiannya.
Dalam kondisi apapun kebakaran ini harus diatasi sesuai dengan prosedur, baik
dilakukan perorangan dengan alat pemadam kebakaran atau unit khusus pemadam
kebakaran.
untuk mengatasi keadaan tersebut, setiap operator perlu dibekali dengan pengetahuan
penanggulangan bahaya kebakaran sehingga dapat menghadapi kebakaran dengan
benar sesuai prosedur, dilakukan dengan tenaga (tidak panik) dan dapat melakukan
pemberitahuan/pelaporan ke unit terkait secara tepat (dinas kebakaran, rumah sakit,
poliklinik, dan lain-lain).
Di dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi, banyak pihak yang
terlibat, namun yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan k-3 tersebut adalah
pihak kontraktor, karena pihaknyalah yang secara langsung melaksanakan pekerjaan
konstruksinya dan secara langsung melaksanakan manajemen keselamatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA