NIM : P07120215067
TEORI BELAJAR
Teori atau konsep belajar, yaitu konsep pemikiran yang dirumuskan mengenai bagaimana
proses belajar itu terjadi. Menurut Notoatmodjo (1997) bahwa teori belajar dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Teori yang hanya memperhitungkan faktor yang datang dari luar individu (faktor
eksternal), dikenal dengan teori stimulus dan respons.
b. Teori yang memperhitungkan faktor yang berasal dari dalam individu (faktor internal),
maupunyang berasal dari luar individu (ekstern), dikenal dengan teoi transformasi.
Teori belajar yang termasuk ke dalam teori stimulus dan respons adalah teori asosiasi. Dalam
teori ini belajar tidak lain adalah mengambil dan menggabungkan tanggapan (respons) karena
rangsangan (stimulus), dengan jalan mengulang-ngulang. Semakin banyak stimulus yang
diberikan, makin banyak respons yang diperoleh.
Konsepsi spekulatif
Teori yang dikelompokkan kedalam konsepsi ini semata-mata hanya pendapat para ahli, tanpa
dibuktikan melalui penelitian atau percobaan. Teori yang masuk kedalam konsepsi ini adalah:
a. Pendapat ahli scholastic-Bahwa belajar itu pada intinya adalah ulangan, artinya bahwa
belajar hakikatnya mengulang-ngulang materi yang harus dipelajari, semakin sering
diulang maka materi tersebut makin diingat dan dikuasai.
b. Kontrareformasi-Proses belajar yang menjadi pokok atau induk adalah “mengulangi”.
Semboyan yang terkenal adalah “repetition est master studiorum”.
c. Konsep psikologi daya atau faculty fsychology-Pelopornya adalah Christian van volt.
Menurut konsepsi ini, belajar tidak lain adalah usaha untuk melatih daya jiwa yang
terdapat pada otak agar berkembang sehingga kita dapat berpikir, mengingat dengan cara
menghafal, memecahkan soal, dan bermacam-macam kegiatan lainnya.
Dasar teori adalah adanya anggapan bahwa jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, seperti
daya pikir, mengenal, mengingat, mengamati, daya akal, dan daya merasakan. Daya ini dapat
berkembang dan berfungsi dengan baik apabila dilatih secara berulang kali.
Contoh:
Daya berpikir akan berkembang apabila pikiran digunakan untuk memecahkan soal.
Daya mengingat akan berkembang apabila mengulang-ulang hal yang sama.
Pendekatan eksprimental
Pelopornya adalah Ebbinghaus. Teori ini tidak bersifat spekulatif belaka dalam mengemukakan
pendapatnya, tetapi sudah melalui penelitian dan percobaan-percobaan. Dari penelitian dan
percobaan tersebut, disimpulkan bahwa inti belajar adalah ulangan.
Contoh:
Mencari pengaruh panas terhadap muai panjang suatu benda. Dalam hal ini variasi panas
dan muai panjang dapat diukur secara teliti dan penelitian dilakukan di laboratorium sehingga
pengaruh-pengaruh variabel lain dari luar dapat di control.
Classical conditioning
Classical conditioning menyatakan bahwaperilaku merupakan hasil dari asosiasi yang dekat
Antara perangsang utama (primary stimulus) dengan perangsang kedua (secondary
stimulus).Dinamakan juga pavlonisme karena petak teori ini adalah Pavlov. Inti penelitiannya
sebagai berikut.
a. Eksperimennya menggunakan anjing yang telah dioperasi kelenjar ludahnya (glandula
salivase) sehingga air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur. Apabila ada
makanan, keluarlah air liur sebagai respons.
b. Percobaan selanjutya adalah membunyikan bel terlebih dahulu sebelum diberikan
makanan.
c. Percobaan dilakukan berulang kali dan ternyata hasilnya bunyi bel saja tanpa
memberikan makanan sudah dapat menimbulkan keluarnya air liur secara refleks.
Contoh:
Pada iklan Yamaha yang diperankan oleh komeng cukup menarik, komeng mengendarai
motor Yamaha dengan kecepatan tinggi sehingga semua benda disekitarnya beterbangan dan
pakaian sobek, tiba-tiba datang Lorenzo pembalap internasional motoGP menambahkan Yamaha
semakin didepan.
Behaviorisme
Pelopornya adalah Watson. Pendapat yang dikemukakan, yaitu:
a. Teori stimulus dan respons-Apabila kita menganalisis tingkah laku yang kompleks, akan
ditemukan rangkaian unit stimulus dan respon yang disebut refleks. Stimulus merupakan
situasi objektif (suara dan sinar) dan respons adalah reaksi subjektif individu terhadap
stimulus (mengambil makan karena lapar atau menutup pintu karena ada angina kencang
).
b. Pengamatan dan kesan-Adanya kesan motoris ditunjukkan terhadap berbagai stimulus.
c. Perasaan, tingkah laku, dan afektif-Ditemukan tiga reaksi emosional yang dibawa sejak
lahir, yaitu: takut, marah, dan cinta. Perasaan senang dan tidak senang adalah reaksi
senso-motoris.
d. Teori berfikir-Berfikir harus merupakan tingkah laku senso-motoris dan berbicara dalam
hati adalah tingkah laku berpikir.
e. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan individu-Reaksi instinkif atau kodrati
yang dibawa sejak lahir jimlahnya sedikit sekali, sedangkan kebiasaan-kebiasaan yang
terbentuk dalam perkembangan disebabkan oleh latihan dan belajar.
Contoh:
Hasil buruk yang didapat oleh Ucup ternyata berasal dari kehidupan rumahnya. Ucup
merupakan seorang anak angkat. Ia tidak pernah mendapat pujian dari kedua orang tua
angkatnya. Bahkan orang tuanya tidak pernah melihat semua keberhasilan yang di dapat oleh
Ucup. Saat Ucup menceritakan hal-hal yang ia raih, orang tua nya seperti tidak mendengarkan.
Ini membuat Ucup merasa orang tuanya tidak pernah puas terhadap apa yang ia raih selama ini.
Ini bertolak belakang dengan kakak dan adiknya. Kakak dan adik Ucup juga meraih hasil belajar
yang sama namun mereka selalu mendapat penghargaan dari kedua orang tuanya. Semua yang
dialami oleh Ucup membuat ia menjadi “drop”. Semangat yang selama ini selalu membara
seolah hilang tertiup angin. Ucup merasa seharusnya ia mendapat perlakuan yang sama dengan
kedua saudaranya walaupun ia seorang anak angkat.
Operant conditioning
Pelopornya adalah Skinner. Dalam teori ini disebutkan bahwa ada dua macam respons, yaitu:
Contoh:
Didit ingin bergabung dalam tim futsal di fakultasnya, ayahnya kemudian berjanji akan
membelikannya sepau baru jika berhasil masuk dalam tim futsal dan menjadi pemain inti. Ketika
penyeleksian, didit berusaha maksimal untuk bias bergabung dalam tim tersebut, hingga pada
akhirnya iya berhasil dan mendapat hadiah sepatu baru dari ayahnya.
Dari teori ini dapat dikemukakan adanya beberapa asas belajar, yaitu:
Contoh:
Bagaiman meningkatkan gizi masyarakat desa disuatu daerah yang penduduknya
kekurangan gizi. Kemungkinan penyebab kekurangan gizi dapat dicari dari berbagai segi:
Irwanto, dkk. 1989. Psikologi umum buku panduan mahasiswa. Jakarta: Pt Gramedia
Pusaka Utama.