strategi dan penanganan untuk mengurangi berbagai resiko terkait peningkatan kadar gula
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin. Satu dari 11 orang di Dunia
terbukti memiliki diabetes, dan perkiraan di tahun 2040 penderita diabetes akan
gula darah meningkat secara bertahap dan gejala yang dirasakan pasien masih ringan.
Pasien dengan kondisi peningkatan kadar gula darah memiliki resiko untuk mengalami
efektivitas dan efek samping pengobatan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.
derajat kualitas hidupnya. Salah satu tujuan terapi pengobatan diabetes melitus adalah
meningkatkan kualitas hidup pasien tersebut. Kegagalan terhadap terapi anti diabetes
melitus juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup pasien (Perwitasari
et al.,2014).
dalam sel agar dapat di gunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau
tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan didalam darah dan menimbulkan
peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat di
butuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Izzati & Nirmala, 2015).
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh
darah.
Ada dua tipe jenis diabetes melitus, yang pertama adalah Diabetes Melitus tipe 1,
yaitu penyakit yang terjadi akibat dekstruksi sel beta. Diabetes Melitus tipe 1 umumnya
menjurus ke defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh kelainan autoimun, tetapi
juga bisa idiopatik. Diabetes Melitus tipe 1 umumnya didapat sejak masa kanak-kanak.
Jenis kedua adalah Diabetes Melitus tipe 2 yang disebabkan oleh resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang dominan yaitu defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin. Diabetes Melitus tipe 2 umumnya didapat setelah dewasa. Diabetes
(PERKENI, 2015).
rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin dan
Diabetes Melitus menjadi penyakit yang semakin tren saat ini. Prevalensi DM
meningkat dari 5,9% sampai 7,1% (246-380 jiwa) diseluruh dunia pada kelompok usia
20-79 tahun. Proporsi relatif dari DM bervariasi yaitu 15:85 pada populasi di Negara
pravelensi penderita diabetes tertinggi di dunia bersama dengan China, India, Amerika
Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang dengan diabetes
Indonesia tahun 2010 sebesar 8,43 juta orang dan diperkirakan akan meningkat mencapai
21,25 juta di tahun 2035. Pada tahun 2013 jumlah DM di Indonesia dengan usia di atas
15 tahun sebesar 6,9%. Pada tahun 2018 jumlah DM di Indonesia dengan usia diatas 15
dengan angka 2,6%, kedua Jakarta 2,5 %, dan ketiga Sulawesi Utara dengan angka 2,4%.
diperkirakan sekitar 1,4 % atau sekitar 38.113 jiwa dari total jumlah penduduk berumur
20 besar dalam jumlah penderita penyakit terbanyak di tahun 2018 dan didapatkan data
Tahun Penderita DM
Tipe 1 Tipe 2
2016 7 147
2017 36 676
2018 33 706
Tabel 1.1 menunjukkan data penderita DM tipe 1 dan 2 pada tahun 2016- 2018.
Salah satu hasil penelitian dari Diabetes Control and Complication Trial (DCCT)
prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada pelayanan
diabetes. Terapi gizi atau diet merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan
DM. Bila semua perilaku positif dilaksanakan, tentunya penyandang diabetes tersebut
tinggi. Sebagai dampak dari kepatuhan adalah terkendalinya diabetes 4. Salah satu faktor
yang mempengaruhi kepatuhan adalah sosial keluarga. Keluarga menjadi faktor yang
sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan diri sendiri dan nilai kesehatan
individu serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat diterima
(Niven, 2002).
kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2. Studi yang dilakukan oleh Nurhidayati (2011)
tercapainya kepatuhan diet DM pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Pakis Surabaya. Hal
ini terjadi karena keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan penderita diabetes
faktor, diantaranya adalah faktor keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya hidup, pola
makan yang salah, obat-obatan yang mempengaruhi kadar glukosa darah, kurangnya
aktivitas fisik, proses menua, kehamilan, perokok dan stress (Muflihatin, 2015). Salah
satu komponen yang cukup penting adalah penatalaksanaan diet, yang diarahkan untuk
mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap terkontrol dan dipertahankan mendekati
normal, mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum normal, memberi cukup energi
untuk mempertahankan atau mencapai berat badan yang normal, menangani atau
oleh kepatuhan pasien terhadap anjuran diet meliputi, jenis dan jumlah makanan yang di
konsumsi dan ketidakpatuhan merupakan salah satu hambatan untuk tercapaiya tujuan
pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Hal ini memerlukan perhatian dan
penanganan serius dari tenaga kesehatan termasuk perawat untuk menurunkan angka
kejadian DM yang salah satunya adalah dengan patuh dalam melaksanakan program diet.
glukosa darah, sedangkan kepatuhan itu sendiri merupakan suatu hal yang penting untuk
menyebabkan kadar gula yang tidak terkendali. Menurut Lopulalan (2008), kepatuhan
dapat sangat sulit, dan membutuhkan faktor-faktor yang mendukung agar kepatuhan
dapat berhasil. Faktor pendukung tersebut adalah dukungan keluarga, pengetahuan, dan
motivasi agar menjadi bias dengan perubahan yang dilakukan dengan cara mengatur
untuk meluangkan waktu dan kesempatan yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri.
3) diet DM, dan 4) medikasi. (Ndraha, 2014). Diet bertujuan untuk mencegah terjadinya
komplikasi DM, tetapi dalam prosesnya kemampuan untuk melaksanakan diet merupakan
tantangan besar bagi penderita untuk mencapai kualitas hidup yang lebih sehat lagi.
terus menerus, namun adapula sebagian pasien sudah mengetahui akan pentingnya
melakukan diet DM, tapi mereka sengaja melanggar, karena mereka beranggapan hal
tersebut dapat di atasi cukup dengan minum obat saja (Pratita & Nurina 2012).
terhadap diet yang sedang dijalankan oleh penderita diet diabetes. Kepatuhan terhadap
diet diabetes dapat dipengaruhi oleh dukungan atau dukungan keluarga karena keluarga
yang baik adalah keluarga yang bisa memotivasi, memberikan dukungan penuh, serta
memberikan perhatian kepada penderita, sehingga penderita lebih bersemangat serta lebih
sembuh maka penderita DM tersebut akan lebih patuh terhadap diet diabetes yang sedang
Penyuluhan mengenai perencanaan makan (meal weaning) telah diperoleh, namun lebih
dari 50% pasien tidak melaksanakannya (Waspadji et al, 2009). Materi penyuluh ini
meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis, jadwal, dan jumlah diet yang
diberikan kepada pasien DM. disamping itu materi penyuluhan difocuskan pada aktifitas
fisik secara teratur dan penggunaan obat anti diabetic secara realistis. Ketiga hal ini
Menurut Rafani (2012) diet merupakan tindakan yang menuntut kedisiplinan dan
kesabaran yang besar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan diet di
antaranya: 1) faktor internal seperti pendidikan dan pengetahuan, keyakinan dan sifat
dengan pasien, faktor lingkungn dan dukungan keluarga. Untuk mendukung keberhasilan
pengobatan penderita DM dalam hal ini ketaatan dalam pola makan, perlu adanya
dukungan sosial salah satunya adalah dukungan dari keluarga penderita DM itu sendiri.
mempengaruhi kepatuhan diit pasien dalam menjaga kadar glukosa dalam darah agar
tidak terjadi komplikasi terhadap penyakit lainnya bahkan bisa sampai menyebabkan
kematian. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui “Hubungan Dukungan