Anda di halaman 1dari 6

Nama : Tini Hartini

MK : Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya

Rangkuman Materi

Belajar adalah upaya manusia untuk mendapat pengetahuan atau keterampilan sehingga
mencapai kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu, melali studi, pengajaran, instruksi,
latihan, atau bentuk pengalaman lain.

Belajar memiliki ciri yaitu adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut tidak
harus segera diamati, bersifat potensial dan sesuai dengan adab belajar perubahan perilaku tersebut
harus ke arah yang baik.

Dilihat dari beberapa sudut pandang teori belajar diantaranya sebagai berikut:

1. Teori belajar Behaviorisme

Teori ini berisi belajar merupakan serangkaian stimulus dan respon. Beberapa
tokoh teori ini di antaranya adalah Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936), Edward Lee
Thorndike (1874 – 1949), dan Burrhus Frederic Skinner.

Pavlov menemukan bahwa proses belajar adalah Classical conditioning


(pengkondisian atau persyaratan klasik). Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov
terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

a. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam
stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer),
maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang
sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

Kemudian, Berdasarkan eksperimen Thorndike terhadap seekor kucing


menghasilkan hukum-hukum pokok belajar, diantaranya:
a. Law of Readiness yakni hukum yang menyatakan bahwa dalam belajar organisme atau
individu harus dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun mental untuk menerima atau
mempelajari pengetahuan dan perilaku baru agar mencapai keberhasilan.
b. Law of Exercise yakni hukum yang menyatakan bahwa untuk menghasilkan tindakan yang
sesuai dan memuaskan untuk merespons suatu stimulus maka seseorang harus mengadakan
percobaan dan latihan yang berulang-ulang.
c. Law of Effect, yakni hukum yang menyatakan bahwa setiap organisme memiliki respon
sendiri-sendiri dalam menghadapi stimulus dan situasi yang baru, jika sebuah tindakan
diikuti oleh perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan tindakan itu
akan diulang kembali akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya.

Ketiganya memeiliki pandangan yang sama tentang belajar. Namun, Skinner


memiliki perbedaan sedikit. Dari percobaan yang ia lakukan pada tikus yang dimasukan
kedalam kotak, Ia menyimpulkan bahwa respon dapat muncul tanpa stimulus langsung.
Respon dapat muncul dari serangkaian percobaan hingga berhasil. Berdasarkan
eksperimen Skinner terhadap seekor tikus menghasilkan hukum-hukum pokok belajar,
diantaranya:

a. Law Operant Conditioning menyatakan apabila suatu tingkah laku diiringi oleh sebuah
penguat (reinforcement), maka tingkah laku akan meningkat.
b. Law of Extinction menyatakan apabila suatu tingkah laku yang diperkuat dengan stimulus
penguat, maka tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah.

2. Social - Cognitivism (Sosial Kognitif)


Teori kognitif sosial dikemukakan oleh Albert Bandura lahir berdasarkan kritik atas teori
yang dikembangkan oleh ahli behavioristik.
Gambar di atas menjelaskan bahwa perilaku, kognitif dan lingkungan saling
berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi
perilaku dan sebaliknya, faktor kognitif mempengaruhi perilaku dan sebaliknya, serta
faktor lingkungan mempengaruhi kognitif dan sebaliknya.
Bandura mengemukakan empat komponen dalam pembelajaran observasional,
yaitu:
a. Atensi. Sebelum melakukan peniruan, orang terlebih dahulu menaruh perhatian terhadap
model yang akan ditiru.
b. Retensi. Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain anak
akan memperhatikan tingkah laku yang sama dengan model tersebut.
c. Produksi. Agar bisa memproduksi tingkah laku, seseorang harus bisa memperlihatkan
kemampuan motoriknya.
d. Motivasi. Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan
mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan tersebut bergantung pada
kemauan/motivasi yang ada.

3. Constructivism (Konstruktivisme)
 Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Pada pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh
berbagai macam pengalaman baru.
Menurut Piaget pada saat manusia belajar, sebenarnya telah terjadi dua proses
dalam dirinya, yaitu:
a. Proses organisasi informasi, yaitu proses ketika manusia menghubungkan informasi yang
diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada
sebelumnya dalam otak. Melalui proses ini, manusia dapat memahami sebuah informasi
baru yang didapat, sehingga manusia dapat mengasimilasi atau mengakomodasi informasi
atau pengetahuan.
b. Proses adaptasi, yaitu proses yang berisi dua kegiatan. Pertama, menggabungkan atau
mengintegrasikan pengetahuan yang diterima oleh manusia, atau disebut dengan asimilasi.
Kedua, mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan
baru, sehingga terjadi keseimbangan.

 Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky

Menurut Vygotsky, belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen
penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua,
proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan
lingkungan sosial budaya. Munculnya perilaku seseorang adalah karena keterlibatan dua
hal tersebut. Pada saat seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungan, ia akan
menggunakan fisiknya berupa alat indera untuk menangkap atau menyerap stimulus,
kemudian menggunakan saraf otak untuk mengolah informasi yang sudah diterima.
Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus dan saraf otak dalam mengelola
informasi merupakan proses secara fisik-psikologis sebagai elemen dasar dalam belajar.

4. Humanistik
Humasnistik adalah teori belajar yang berisi tentang bagaimana manusia bertindak
atau memandang manusia lain sebagai manusia seutuhnya (memanusiakan manusia).
Dimana harus menempuh keberhasilan belajar dengan cara yang benar.

Motivasi belajar

Berbagai perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda.


a. Perspektif perilaku
Pada perspektif perilaku, motivasi seringkali dikaitkan dengan imbalan dan hukuman
eksternal sebagai penentu keberhasilan siswa.
b. Perspektif humanistik
Pada perspektif humanistik, motivasi lebih ditekankan kepada kemampuan
pertumbuhan pribadi siswa, kemerdekaan untuk memilih dan sifat-sifat positif.
c. Perspektif kognitif
Pada perspektif kognitif, motivasi muncul karena adanya pemikiran dari setiap individu.
Jika perspektif perilaku lebih menekankan pada insentif eksternal, maka dalam perspektif
kognitif tekanan dari eksternal tidak perlu terlalu ditonjolkan.
d. Perspektif sosial
Pada perspektif sosial, motivasi sering dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam
membangun, memelihara, dan memulihkan hubungan pribadi yang dekat dan
hangat pada orang lain.
Motivasi sendiri terbagi menjadi dua bentuk, motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik terkait dengan kegiatan melakukan sesuatu yang bertujuan
untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Sementara itu, motivasi intrinsik berkaitan dengan
motivasi internal yang ada pada diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan
berdasarkan minat dan kemauannya sendiri.

Paradigma personal Peserta didik (Fixed mindset and Growth mindset)


a. Pola Pikir (Mindset)
Menurut Dweck (2006), pola pikir (mindset) adalah sekumpulan dari pikiran dan
keyakinan yang membentuk pikiran atau kebiasaan padai individu. Pikiran atau kebiasaan
seseorang akan mempengaruhi cara individu berpikir, apa yang individu rasakan, dan apa
yang individu lakukan. Pola pikir seseorang ini yang nantinya akan mempengaruhi cara
individu memahami dunia, dan memahami diri sendiri. Terdapat dua jenis pola piker, yaitu
fix mind set dan growth mind set. Pada fixed mindset, seseorang tidak percaya bahwa
mereka dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dan bakat mereka.
Sementara itu, dalam growth mindset, seseorang memiliki keyakinan yang mendasar
bahwa pembelajaran dan kecerdasan mereka dapat tumbuh seiring waktu, upaya dan
pengalaman.

Anda mungkin juga menyukai