(IVAN PAVLOV)
Anggota kelompok :
Asep Ilham J (182153003)
Aina Rohmah Hayati (182153046)
Iqbal Nurhidayat (182153053)
Anggiani (182153059)
Lutfhi Rahman (182153060)
Pani Soniah (182153067)
TOPIK PEMBAHASAN
Sumber : https://www.britannica.com/biography/Ivan-Pavlov
Menurut Nurhidayati (2012) dalam eksperimen-
eksperimen ini Pavlov dan kawan-kawannya
menunjukkan, bagaimana belajar dapat mempengaruhi
perilaku yang selama ini disangka refleksif dan tidak
dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air liur.
Pada teori ini, ketika makanan (makanan disebut
sebagai the unconditioned or unlearned stimulus -
stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari)
dipasangkan atau diikutsertakan dengan bunyi bel
(bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned
stimulus), maka bunyi bel akan menghasilkan respons
yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing
percobaan (Nurhidayati: 2012).
Sumber : https://sumber-kearifan.blogspot.com/2019/06/anjing-pavlov.html
Menurut Nurhidayati (2012) untuk memahami eksperimen-eksperimen Pavlov perlu terlebih dahulu
dipahami beberapa pengertian pokok yang biasa digunakan dalam teori Pavlov sebagai unsur dalam
eksperimennya, yaitu sebagai berikut :
Dalam eksperimen ivan menemukan dua macam hukum yang berbeda, yakni:
1. Law of respondent conditioning berarti hukum pembiasaan yang dituntut
2. Law of respondent extinction adalah hukum pemusnahan yang dituntut
Menurut hintzman (1978), yang dimaksud dengan law of respondent conditioning ialah jika dua macam
stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer) maka refleks ketiga
yang terbentuk dari respons atas penguatan refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. Yang dimaksud
dengan dua stimulus tadi adalah CS dan UCS, sedangkan refleks ketiga adalah antara CS dan CR.
Sebaliknya, law of respondent conditioning ialah jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforce, maka kekuatannya akan menurun.
C. PRINSIP-PRINSIP TEORI BELAJAR KLASIKAL
KONDISIONING
Prinsip-prinsip classical conditioning dalam pembelajaran menurut Pavlov adalah
sebagai berikut:
Belajar adalah
pembentukan Belajar adalah
kebiasaan dengan cara Proses belajar terjadi Semua aktivitas
menghubungkan atau membuat perubahan- Setiap perangsang akan
apabila ada interaksi susunan saraf pusat
mempertautkan antara perubahan pada menimbulkan aktivitas
perangsang (stimulus) antara organisme diatur oleh eksitasi dan
yang lebih kurang organisme atau otak
dengan lingkungan. inhibitasi.
dengan perangsang individu.
yang lebih lemah
Adapun berikut ini adalah beberapa tips yang ditawarkan oleh woolflok (1995) dalam menggunakan prinsip-
prinsip pembiasaan klasikal dikelas:
1 2 3
1 2 3
Selama Pengkondisian
E. PENERAPAN TEORI BELAJAR KLASIKAL
KONDISIONING DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Classical Conditioning termasuk aliran behavioristik, aliran ini mengutamakan perilaku atau perubahan tingkah laku organisme
melalui hubungan stimulus-respon. Dengan demikian belajar hendaknya mengkondisi stimulus agar dapat menimbulkan respon. Hal
ini menunjukkan bahwa belajar menurut teori Pavlov atau classical conditioning mengutamakan proses daripada hasil. Oleh sebab itu
dalam proses belajar, teori conditioning lebih mengutamakan stimulus dibandingkan dengan responnya. Sebab ia berasumsi bahwa
tindakan atau tingkah laku organisme disebabkan oleh rangsangan atau stimulus yang diterimanya. Dengan perkataan lain perilaku
organisme dikontrol oleh stimulus. Atas dasar itu pula teori classical conditioning disebut teori S-R tipe S.
Teori belajar classical conditioning mengimplikasikan pentingnya mengkondisi stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian
pengkontrolan dan perlakuan stimulus jauh lebih penting daripada pengkontrolan respon. Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses
belajar lebih mengutamakan faktor lingkungan (eksternal) daripada motivasi internal.
F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI
BELAJAR KLASIKAL KONDISIONING
Kelebihan : Kekurangan :