Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan yang terjadi tentang apa yang terjadi ketika belajar
belangsung merupakan teori belajar.
Ada empat kategori utama atau kerangka filosofi mengenai teori belajar,
yaitu: behaviorisme, kognitivisme, humanisme, dan konstruktivisme. Teori
behaviorisme berfokus pada perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
interaksi antara stimulus dan respons. Teori kognitivisme lebih menekankan
proses belajar daripada hasil belajar. Sedangkan teori humanistik adalah teori
yang lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuk
yang paling ideal dan bertujuan untuk “memanusiakan manusia”. Dalam
pandangan teori konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran?
2. Apa saja teori-teori belajar dan pembelajaran?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori-teori belajar dan
pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari teori-teori belajar dan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis teori
belajar dan pembelajaran.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Perbedaan Antara Teori Belajar dan Teori Pembelajaran


Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan dan menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah.Menurut KBBI, teori adalah pendapat yang
didasarkan pada penelitian dan penemuan,didukung oleh data dan argumentasi.
Sebelum memahami beberapa teori belajar,perlu kita pahami perbedaan
antara teori belajar dan teori pembelajaran. Siregar dan Nara (2010: 23)
membedakan antara teori belajar dan teori pembelajaran dengan cara melihat dari
posisional teorinya, apakah berada pada tataran deskritif atau preskriptif. Berikut
ini penjelasannya.
Bruner dalam Dageng (1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran
adalah prespektif dan teori belajar adalah deskriptif. Prespektif karena tujuan
utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal,
sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses
belajar.
Reigeulth dalam Dageng (1990) mengemukakan bahwa teori prespektif
adalah goal oriental,sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya
adalah bahwa teori pembelajaran prespektif dimaksudkan untuk mencapai
tujuan ,sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan
hasil.
Perbedaan teoritis di atas pada akhirnya mengarah kepada perbedaan
preposisi bagi teori deskriptif dan prespektif. Preposisi untuk teori deskriptif
menggunakan struktur logis “ Bila. . . , maka. . .” sedangkan untuk teori
prespektif menggunakan struktur “agar. . ., lakukan ini . . . ” (Landa, dalam
Dageng, 1990). Landa menjelaskan bahwa, teori pembelajaran mengungkapkan
hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses-proses psikologi dalam diri

2
peserta didik,sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan
peserta didik dengan proses-proses psikologis dalam diri peserta didik.
Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran, sedangkan
teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran. Contoh
teori belajar deskriptif: Jika membuat rangkuman tentang isi buku teks yang
dibaca, maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik. Contoh teori
belajar prespektif: Agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih
baik, maka bacalah isi buku tersebut berulang-ulang dan buatlah rangkumannya.

B. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran


Ada empat perspektif utama dalam teori belajar dan pembelajaran, yaitu
Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme.
1. Teori Belajar Behaviorisme
Menurut teori behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respons. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu
kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang
bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
a. Reinforcement and Punishment
b. Primary and Secondary Reinforcement
c. Schedules of Reinforcement
d. Contingency Management
e. Stimulus Control in Operant Learning
f. The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Ciri-ciri aliran behaviorisme adalah:
1) Memerintahkan pengaruh lingkungannya
2) Mementingkan bagian-bagian daripada keseluruhannya
3) Mementingkan reaksi atau psikomotor
4) Mementingkan sebab-sebab masa lampau
5) Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar

3
6) Mementingkan pembentukan kebiasaan
7) Mengutamakan “trial and error”
Beberapa ilmuwan teori ini adalah Ivan Pavlov, Edward Lee
Thorndike, Burrhus Frederic Skinner, Edwin R Gutrie, Clark Hull,
Watson.
a. Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)
Mula-mula teori conditioning ini dikembangkan oleh Pavlov
(1927) dengan melakukan percobaan pada anjing. Pada saat seekor
anjing diberi makanan dan lampu,keluarlah respons anjing itu
mengeluarkan air liur. Demikian juga jika pemberian makanan itu
disertai dengan bel, air liur anjing juga keluar. Setelah berkali-kali
dilakukan perlakuan serupa, maka pada saat hanya bel atau lampu yang
diberikan anjing tersebut juga mengeluarkan air liur. Makanan yang
diberikan oleh Pavlov disebut perangsang tak bersyarat (unconditioned
stimulus),sementara bel atau lampu yang menyertainya disebut sebagai
perangsang bersyarat (conditioned stimulus).
Terhadap perangsang tak bersyarat yang disertai dengan
perangsang bersyarat tersebut, anjing memberikan respons berupa
keluarnya air liur (unconditioned respons). Selanjutnya,ketika
perangsang (bel atau lampu) diberikan tanpa perangsang tak bersyarat
(makanan) ternyata dapat menimbulkan respons yang sama yaitu
keluarnya air liur (conditioned respons).
Oleh karena itu, teori Pavlov dikenal dengan responed-
conditioning atau clasical conditioning. Menurut Pavlov, pengkondisian
yang dilakukan pada anjing tersebut dapat juga berlaku pada manusia.
Teori conditioning Pavlov dapat dirumuskan, yaitu Makanan
(US)+bel/lampu (CS) -> air liur (UR),dilakukan berulang-ulang.
Bel/lampu (CS) ->air liur (CR).
1) Hukum-hukum Kondisional Klasik
Dari hasil eksperimen dengan menggunakan anjing
tersebut, Pavlov akhirnya menemukan beberapa hukum

4
pengondisian, yaitu pemerolehan (acquisition), pemadaman
(extinction), generalisasi (generalization), diskriminasi
(discrimiation), dan kondisioning tandingan (counter
conditioning) (Davidoff, 1981).
2) Penerapan Prinsip-prinsip Kondisioning Klasik dalam Kelas
Berikut ini beberapa tips yang ditawarkan oleh Woolfolk
(1995) dalam menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di
kelas.
a) Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan
tugas-tugas belajar.
b) Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-
situasi yang mencemaskan atau menekan.
c) Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan
terhadap situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan
dan menggeneralisasikan secara tepat.
b. Edwin Ray Guthrie (1886-1959)
Teori conditioning Pavlov kemudian dikembangkan oleh Guthrie
(1935, 1942). Ia berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dapat
diubah, tigkah laku baik dapat diubah menjadi buruk, begitupun
sebaliknya. Teori Guthrie berdasarkan atas model penggantian stimulus
satu ke stimulus yang lain. Guthrie termasuk mempercayai bahwa
hukuman memegang penting dalam proses belajar,sebab jika saat yang
tepatakan mampumerubah kebiasaan seseorang.
Tiga metode pengubah tingkah laku yang dikemukakannya adalah
sebagai berikut:
1) Metode respons bertentangan.
2) Metode membosankan.
3) Metode mengubah lingkungan.
c. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
Skinner mengembangkan teori conditioning dengan menggnakan
tikus sebagai eksperimen. Untuk memahami tingkah laku peserta didik

5
secara tuntas, menurut skinner perlu memahami hubungan antara satu
stimulus dengan satu stimulus yang lain, memahami respons itu sendiri
dan berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut.
Skinner membedakan respons menjadi dua, yaitu: (1) respons yang
timbul dari stimulus tertentu dan (2) “operant(instrumental) response”
yang timbul dan berkembang karena diikuti oleh perangsang tersebut.
Teori Skinner dikenal dengan “ Operant Conditioning” ,yaitu sebagai
berikut:
1) Reinforcement, frekuensi penguatan tingkah laku.
2) Punishment, memberikan situasi yang tidak menyenangkan untuk
menurunkan tingkah laku.
3) Shaping, proses pembentukan tingkah laku yang makin
mendekati tingkah laku yang diharapkan.
4) Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari
ditiadakannya reinforcement penguatan tingkah laku.
5) Antesenden dan perubahan perilaku, anteseden dapat
memberikan petunjuk apakahsebuah perilaku akan mendapat
konsekuen postif atau negatif.
d. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi
antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan)
dan respons (yang juga bisa berbentuk pikiran, perasaan, dan gerakan).
Teori belajar Thorndike disebut sebagai aliran “connectionism”. Menurut
Thorndike, belajar dpat dilakukan dengan cara mencoba-coba (trial and
error).
Karakteristik belajar “trial and error” adalah sebagai berikut:
1) Adanya motif pada diri seseorang yang mendorong untuk
melakukan sesuatu.
2) Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respons dalam
rangka memenuhi motif-motifnya.

6
3) Respons-respons yang dirasakan tidak bersesuaian dengan
motifnya dihilangkan.
4) Akhirnya seseorang mendapat jenis respons yang paling tepat.
Thorndike juga mengemukakan beberapa hukum tentang
belajar sebagai berikut
a) Hukuman Kesiapan (Law of Readiness): jika seseorang siap
melakukan sesuatu,ketika ia melakukannya maka ia puas,
begitupun sebaliknya.
b) Hukuman Latihan (Law of Exercise): jika respons terhadap
stimulus diulang-ulang maka akan memperkuat hubungan
antara respons degan stimulus. Begitupun sebaliknya.
c) Hukuman Akibat (Law of Effect): bila hubungan antara respons
dan stimulus menmbulkan kepuasan, maka tingkatan penguatan
semakin lemah. Begitupun sebaliknya
2. Teori Belajar Kognitivisme
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktek belajar yang
dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Berbeda dengan
pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus dan respons,aliran kognitif memandang
kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik,
tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di
dalam diri individu yang sedang belajar. Karena tu,menurut aliran kognitif,
belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan.Beberapailmuwan teoriiniadalah:
a. Robert M. Gagne
Salah satu teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif
adalah teori pemprosesan informasi (Processing Theory) yang
dikemukakan Gagne. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai
proses pengolahan informasi dalam otak manusia.
Sedangkanpengolahanotakmanusiadapatdijelaskasnsebagaiberikut:
1) Receptor (alat-alatindra).

7
2) Sensory register (penampungankesan-kesansensoris).
3) Short-term memory (memorijangkapendek).
4) Long-term memory (memorijangkapanjang).
5) Response generator (penciptarespon).
b. Jean Piaget
Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, danequlibrasi (penyeimbangan).
Asmilasi adalah pengintegrasian informasi baru kestruktur
kognitif kedalam baru. Sedangkan Equlibrasi adalah penyesuaian
kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui peserta
didik. Dalam konteks ini terdapat empat tahap, yaitu tahap sensori
motor (anakusia 1,5-2 tahun), tahap praoperasional (2-8 tahun), tahap
operasional konkret (usia 7-8 tahun sampai 12-14 tahun), dan usia
operasional formal (usia 14 tahunataulebih).
c. Ausebel
Menurut Ausebel, peserta didik akan belajar dengan baik jika
isi pelajaran (instructional content) sebelumnya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada peserta didik
(advance organzers). Dengan demikian akan mempengaruhi
pengaturan kemajuan belajar peserta didik.. Advance organizers
adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi semua isi
pembelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik. Tiga manfaat
yang didapat dari Advance organizer, (1) menyediakan suatu kerangka
konseptual untuk materi yang akan dipelajari, (2) berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan
yang akan dipelajari, (3) dapat membantu peserta didik untuk
memahami bahan belajar dengan secara lebih mudah.
d. Bruner

8
Bruner mengusulkan teori yang disebutnya free discovery
learning. Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi,
dan sebagainya) melaui contoh-contoh yang menggambarkan
(mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. Keuntungan dari teori ini
adalah sebagai berikut:
1) Menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik dan dapat memotivasi
untuk menemukan jawaban-jawaban.
2) Menimbulkan keterampilan memecahkan masalah secara mandiri.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Aliran konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan
manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba
memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya.
Teori konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan
(konstruksi) pengetahuan oleh yang belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam
diri seseorang yang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja
dari otak seorang guru kepada orang lain (peserta didik).
Ciri-ciri aliran konstruktivisme yang dikemukakan oleh Driver dan
Oldham (1994), sebagai berikut:
a. Orientasi, yaitu peserta didik diberi kesempatan untuk
mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik dengan
memberi kesempatan melakukan observasi.
b. Elisitasi, yaitu peserta didik mengungkapkan idenya dengan jalan
berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain.
c. Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan orang lain ,
membangun ide baru, dan mengevaluasi ide baru.
d. Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau
pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-
macam situasi.

9
e. Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasanyang ada
perlu direvis dengan menambahkan atau mengubah.
Van Glaserfeld (dalam paul, 1996), mengemukakan bahwa ada
beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkontruksi
pengetahuan, yaitu: (a) kemampuan mengingat dan mengungkapkan
kembali pengalaman, (b) kemampuan membandingkan dan
mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan mengenai
suatu hal, dan (c) kemampuan untuk lebih menyukai suatu
pengalaman yang satu daripada yang lain (selective conscience).
4. Teori Belajar Humanisme
Aliranini beranggapan bahwa belajar bukan sekedar pengembangan
kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri
individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain-domain
tersebut meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain,
pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau
perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap
siswa. Salah satu prinsip dalam pembelajaran humanistik adalah bahwa proses
pembelajaran harus mengajarkan siswa bagaimana belajar dan menilai kegunaan
belajar itu bagi dirinya sendiri. Bebeapa ilmuwan teori ini adalah:
a. Bloom dan Krathwohl
Tujuan belajar yang dikemukakan, dirangkum kedalam tiga
kawasan (domain) yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom.
Secara ringkas, ketiga kawasan dalam taksonomi Bloom adalah
sebagai berikut:
1) Domain kognitif, terdiri atas enam tingkatan, yaitu:
a) Pengetahuan (mengingat, menghapal).
b) Pemahaman (menginterpretasikan).
c) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah).
d) Analisis (menjabarkan suatu konsep).
e) Sintesis (menggabungkan bagian bagian konsep menjadi suatu
konsep utuh).

10
f) Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode).
2) Domain psikomotor terdiri atas lima tingkatan, yaitu:
a) Peniruan (menirukan gerak).
b) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak).
c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar).
d) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan
benar).
e) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
3) Domain afektif, terdiri atas lima tingkatan, yaitu:
a) Pengalaman (ingin menerima, sada akan adanya sesuatu).
b) Merespon (aktif berpartisipasi).
c) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai
tertentu).
d) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayainya).
e) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola
hidupnya).
b. Kolb
Kolb membagi tahap belajar dalam empat tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Pengalaman konkret: pada tahap ini, seorang peserta
didikhanyamampusekedarikutmengalamisuatukejadian.
Iabelummengertibagaimanadanmengapasuatukejadianharustejadise
pertiitu.
2) Pengalamanaktifdanreflektif:
pesertadidiklambatlaunmampumengadakanpengamatanaktifterhada
pkejadianitu, sertamulaiberusahamemikirkandanmemahaminya.
3) Konseptualisasi: pesertadidikmulaibelajarmembuatabstraksiatau
“teori” tentanghal yang pernahdiamatinya.
4) Eksperimentasi:
padatahapinipesertadidiksudahmampumengaplikasikansuatuaturan
umumkesituasi yang baru.

11
c. Honey dan Mumford
Teori Kolb, Honey dan Mumford menggolongkan peserta didik
menjadi empat tipe :
1) Peserta didik tipe aktivis: mereka suka melibatkan diri pada
pengalaman-pengalaman baru, cenderung berpikiran terbuka,
dan mudah diajak berdialog, namun mereka mudah percaya
akan sesuatu. Mereka menyukai metode yang mampu
mendorong menemuka. hal-hal baru.
2) Peserta didik tipe reflektor: cenderung berhati-hati dalam
mengambil langkah atau cenderung konservatif. Dalam arti
suka menimbang-nimbng baik-buruknya suatu keputusan.
3) Peserta didik tipe teoris: biasanya bersifat sangat kritis,
senang menganalisa, dan tidak menyukai pendapat penilaian
yang sifatnya subjektif.
4) Peserta didik tipe pragmatis: menaruh perhatian besar pada
aspek-aspek praktis dalam segala hal. Dan tidak menyukai
teori-teori yang bertele-tele.
d. Habersmas
Menurut pandangan Habersmas, belajar sangat dipengaruhi
oleh interaksi, baik dengan lingkungan, maupun dengan sesama
manusia. Habersmas membagi teori belajar ke dalam empat tipe, yaitu
sebagai berikut:
1) Technical learning (belajar teknis): peserta didik belajar
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
2) Practical learning (belajar praktis): peserta didik berinteraksi
dengan orang-orang di sekelilingnya.
3) Emancipator learning (belajar emansipatoris):peserta didik
berusaha mencapai pemahamandan kesadaran sebaik mungkin
tentng perubahan (transformasi) kultural dari suatu lingkungan.

12
D. Aplikasi Teori-teori Belajar dan Pembelajaran
1. Aplikasi Teori Behaviorisme
a. Guru menyiapkan materi pembelajaran dan disampaikan secara utuh
oleh guru.
b. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang
disertai contoh-contoh.
c. Bahan pembelajaran disusun dari yang sederhana sampai dengan yang
paling kompleks.
d. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
e. Kesalahan harus segera diperbaiki.
f. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan.
g. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
2. Aplikasi Teori Kognitivisme
a. Pembelajar akan lebih mampu mengingat dan memahamisesuatu
apabila pelajaran tersebut disusun dalam pola dan logika tertentu.
b. Belajar dengan memahami dengan baik daripda dengan menghapal
tanpa pengertian penyajian.
c. Adanya perbedaan individual pada pembelajar yang harus
diperhatikan.
3. Aplikasi Teori Konstruktivisme
a. Setiap guru akan mengalami situasi dimana suatu materi telah dibahas
dengan sejelas-jelasnya namun ada sebagian siswa yang belum
mengerti.
b. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model
mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka.
c. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman menurut diri mereka sendiri,
bukan ditanamkan oleh guru.

13
d. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkanpengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik.
e. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan dengan cara belajar
kelompok.
f. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara
belajar yang sesuai dengan dirinya.
4. Aplikasi Teori Humanisme
a. Peran guru menjadi fasilisator dan memberi motivasi mengenai makna
belajar dlam kehidupan siswa.
b. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa memperoleh tujuan belajar.
c. Peserta didik berlaku sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada empat perspektif utama dalam teori belajar dan pembelajaran, yaitu
Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme. Menurut teori
behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Belajar
menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal
dari lingkungan. Dan Teori Belajar Kognitivisme adalah Salah satu aliran yang
mempunyai pengaruh terhadap praktek belajar yang dilaksanakan di sekolah
adalah aliran psikologi kognitif. Aliran konstruktivisme memahami hakikat
belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan
dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya.
Sedangkan Teori Belajar Humanisme adalah Aliran yang beranggapan bahwa
belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga
sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian
atau domain yang ada.

B. Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan, baik kata-kata maupun penulisan,
untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ballard, Brigid & John Clanchy. 1984. Study Abroady: A Manual for Asian
Studens. Selangor Malaysia: Darul Ihsan.

Bruno, Frank. 1987. Dictionary of Key Word Psychology, London: Routledge &
Kegan Paul.

Chaplin, J. P. 1972. Dictionaryof Psycology. New York: Dell Publishing Co. Inc.

Dahar, Ratna Willis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Depdikbud Direktorat


Jendral Pendidikan Tinggi PPLPTK.

Degeng, I Nyoman Sudana. 1988. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variable. Jakarta:


Depdikbud, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi PPLPTK.

Gredler, Margaret & E. Bell. 1986. Learning And Instruction Theory Into
Practice. Mc.Milan Publishing Company. Diterjemahkan oleh Munandir.
1991. Jakarta: Rajawali.

16

Anda mungkin juga menyukai