Anda di halaman 1dari 10

Tugas Baca

NAMA: ADVENTHI WARUWU


NIM: PAK. 19.318

BAB V

BELAJAR

A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi
kelangsungan hidup manusia.Belajar membantu manusia menyesuaikan diri
(adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia
bertahan hidup (survived). Apakah belajar itu?

Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum


mampu menjadi sudah mampu (yang), terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Perubahan yang trjadi itu harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan
tida hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate bebavior)
tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (pontential
bebavoir). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan
tersebur terjadi karena pengalaman.

Perubahan terjadi karena pengalaman ini membedakan dengan peribahan-


perubahan lain yang disebabkan oleh kemasakan; kerusakan fisik (baik karena
pengaruh obat-obat berbahaya seperti psikoaktivatmauun karena kecelakaan
atau penyakit tertentu ); atau sebab-sebab lain yang meyebabkan perubahan
non-permanen (lelah, ngantuk dan sebagainya).

B. Hubungan Belajar dan Berpikir


Belajar dan berpikir merupakan dua proses yang tidak dapat dipisahkan.
Meskipun demikian, keduanya merupakan proses-proses yang berbeda. Belajar
adalah suatu proses terjadinya perubahan perilaku, tetapi berpikir tidak selalu
menghasilkan perubahan perils

Berpikir merupakan suatu proses mental yang tidak kasar mata. Proses ini
dapat hanya diamati dari perilaku yang nampak. Dengan kata lain proses
berpikir hanya dapat disimpulkan dari perilaku yang diperkirakan diarahkan
oleh pikiran sebagai perilaku yang terorganisasi bukan perilaku yang terjadi
secara sembarangan

Berpikir tidak dapat diamati langsung karena merupakan suatu representasi


simbolis baik dari suatu objek, peristiwa, ide, atau hubungan-hubungan antara
hal-hal tersebut. Representasi simbolis dalam kerangka mental itu kemudian
diolah sedemikian rupa sehingga terjadi suatu proses berpikir. Berpikir tidak
selalu memecahkan suatu masalah, tetapi juga untuk membentuk suatu konsep
tertentu atau menimbulkan ide-ide kreatif secara singkat, berpikir merupakan
suatu proses pengolahan simbolis yang diarahkan pada pengertian yang lebih
baik mengenai lingkungan dan dirinya sendiri.

C. Teori-teori Belajar

Banyak psikologi beranggapan bahwa belajar merupakan suatu proses yang


asosifatif, yaitu asosiasi atau koneksi antara suatu rangsang tertentu (stimulus
atau S) dendan reaksi tertentu ( Respons atau R).Sementara itu ada yang
menyatakaan bahwa belajar secara sederhana memang dapat terjadi secara
asosiatif S-R seperti itu, tetapi dalam proses belajar yang rumit, kompleks,
persepsi serta pengertian akan situasi secara keseluruhan (gestalt) lebih
memegang peranan.

Selain itu, belajar tidak semata-mata merupakan suatu akibat dari kondisi
dalam lingkungan seperti pada model-model belajar Classical dan Instrumental
conditioning, tetapi juga bisa terjadi karena mencontoh perilaku yang terjadi di
sekitarnya. Model yang terakhir ini sekarang banyak dibahas dan disebut
observatoinal learning (dikembangkan oleh Albert Bandura ) atau Modelling.

a.Classical conditioning
Teori ini bermula dari percobaan seorang ahli faal rusia yang bernama Ivan
Petrovich Pavlov (1849-1936). Eksperimen banyak dikutip oleh para ahli
psikologi, mengenai refleks-refleks sederhana pada binatang, seperti refleks
pengeluaran air liur pada anjing. Dalam eksperimen ini, seekor anjing diikat
pada suatu tempat menghadap cermin dan salah satu bagian pipinya dilobangi
lalu ditanamkan pipa dan sebuah kapsul untuk mengukur keluarnya air liur
(saliva). Banyaknya saliva yang keluar ini dicatat secara otomatis. Laboratorium
dirancang kedapsuara dan makananya dapat diberikan kepada anjing secara
otomatis.

Sebelum eksperimen dimulai pavlon menaruh daging dimulut najing, air


liurnya pun keluar. Menurut pavlon, salivasi yang terjadi adalah suatu respons
yang tidak dipelajari (unlerned response) yang diberi istilah Unconditioned
Response. (UR). Daging yang ia berikan disebut Uncoditioned stimulus. (US).

Kemudian, pavlon membunyikan bel, suatu stimulus yang netral. Anjing


tidak mengeluarkan air liur. Bel atau bunyi bel ini disebut sebagai Conditioned
stimulus (C.S). bunyi bel yang dipasangkan (paired)dengan datangnya daging
ini disebut suatu trial. Dengan kata lain, satu trial terdiri dari datangnya C.S.
disertai U.S. yang diikuti U.R.

Setelah dilakukan kurang lebih dari 12 trials maka terjadi sesuatu hal yang
menarik. Pada saat bel dibunyikan (C.S.) anjing sudah mengerluarkan air liur
(salivasi) padahal makanan belum datang. Salivasi yang terjadi karena suara bel
ini disebut sebagai Conditioned Response (C.R.) .

Conditioned response inilah hasil belajar dari anjing dalam pencobaan. Ia


telah menghubungkan antara bunyi bel dengan datangnya makan antara C.S
dengan U.S. proses ini disebut “acquisition of the conditioned response”.

Bila C.S telah menghasilkan C.R. maka fungsi dari makanan (U.S) menjadi
lain. Datangnya makanan ini dinggap memperkuat hubungan antara C.S. dengan
R. Oleh karena itu pemberiaan makanan disebut sebagai penguatan atau
reinforcement dan makananya disebut penguat atau reinforce. Dan makannya
disebut penguat atau reinvorce. C.R. akan berlangsung terus bila reinforment
selalu diberikan, walau tidak selalu pada saat yang hampir bersamaan dengan
C.R.

Pada dasarnya, dalam eksperimen pavlov,jarak antara C.S denganU.S


memang divariasi. Bila bel berbunyi terus sampai kanan (U.S) datang, maka
terjadi yang disebut delay conditioning. Tetapi bila bel berbunyi lalu mati dan
setelah beberapa saat muncul makanan, maka ini yang disebut trance
conditioning. Sedangkan bel yang bersama-sama diikut oleh datangnya
makanan, peristiwa ini disebut simultaneus conditioning.

Apabila penguatan dihentikan, atau bunyi bel tidak disertai dengan


munculnya makanan maka C.R. lama kelamaan akan menghilang. Pada
akhirnya suara bel tidak lagi menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Proses
hilangnya C.R ini disebut sebagai extinction.

Setelah beberapa hari anjing mengalami proses excintion dalam


laboratorium selama, maka ia dibawah kembali kekandangnya semula selama
sehari (spontan) semalam. Keesokan harinya ia dikembaliakn ketempat
percobaan ternyata ia mengelurakan bunyi bel. Ini disebut sebsgai spontaneous
recovery. Oleh karna itu satu extinction senssion saja tidak cukup untuk
menghilangkan C.R..

Organisme yang telah dikondisikan pada suatu C.S. tertentu akn


memberikan reaksi serupa (C.R) pada rangsang sejenis. Dalam eksperimen
pavlov anjing yang sudah terkondisikan pada bunyi bel dalam nada C akan
memberikan C.R yang sama bunyinya bel dengan nada A, G atau F. Proses ii
disebut generalisasi.

Meskipun demikian, anjing percobaan pavlov bisa dilatih untuk


membedakan rangsang. Bila bel dalam tinggi nada C terdengar, maka anjing
tidak diberi daging. Tetapi bila terdengar adalah nada yang lebih tinggi, daging
akan diberikan.

b. Operant/Instrumental Conditioning

Operant conditioning beranggapan bahwa organisme mampu melakukan


tindakan atas inisiatif sendiri dalam lingkungannya, tidak seperti pada clasissal
conditioning dimana organisme menjadi objek relatif pasif . selain itu dalam
operant condotioning, tidak salalu sama dengan yg dihasilkan oleh uncondition .

Tindakan atau”operasi” organisme dalam lingkungan akan menimbulkan


berbagai akibat (konsekuensi) baik yang positif maupu yang negatif. Operant
conditioning berangganpan bahwa perilaku organisme ditentukan oleh akibat
yang ditimbulkan.
Konsekuensi-konsekuensi itulah yang dikendalikan untuk menimbulkan
perilaku yang diinginkan. Anjing hanya akan diberi makanan bila
memperagakan perilaku seperti berjabat tangan. Karena penguatan hanya
diberikan pada perilaku yang sesuai dengan tujuan eksperimenter maka ini
disebut instrumental conditioning.

Operant conditioning banyak dipengaruhi oleh hasil kerja dua psikolong


terkemuka, yaitu: B.F. Skinner (1904- ) dan Edward L. Thorndike (1874-
1949).berikut ini ringkasan hasil-hasil karya mereka:

b.1 Eksperimen skinner

skinner membedakan antara perilaku operant dan respondent. Perilaku


respon conditioning yaitu keluarnya perilaku operant terjadi karena kehendak
individu/organisme iyu sendiri. Stimulus yang diberikan pada perilaku tertentu
tidak memaksakan individu/organisme untuk berperilaku seperti itu.

Dering tilpun, misalnya, memberitahu kita ada yang mau berbicara, tetapi
tidak memaksa kita untuk menjawab. Perilaku operant. Bukan hanya sekedar
respons pada suatu stimulus tertentu. Oleh karna itu karena itu, stimulus dalam
operant conditioning disebut sebagai discriminative stimulus.

Untuk menunjukan proses operant conditioning. Skiner melakukan


eksperimen dengan seekor tikus yang masuk kedalam sebuah kotok yang
disebut skinner’s box. Tikus percobaan tidak diberi makan selama jangka waktu
tertentu agar perilaku tikus didorong oleh keinginan untuk makan. Isi kotak
skinners hanyalah sebuha lampu kecil yang bisa menyala bila dikehendaki oleh
eksperimenter dan sebuah tombol pengungkit yang bila ditekan dibawahnya
akan terbuka.

Tikus dimasukan kedalam ktak untuk waktu tertentu. Jumlah dan selang
waktu tikus menekan tombol pengungkit pada waktu pertama kali dimasukan
kedalam kotak akan menentukan preconditicned operant level dari perilaku.
Setelah operant level ini diketahui, maka eksperimenter menaruh tempat
makanan dibawah tombol pengungkit. Dengan demikian, setiap kali tikus
menekan tombol pengungkit, makanan akan keluar, jumlah perilaku menekan
ini akan meningkat secara dramatis. Makanan sebagai pengguat.
Eksperimenter dapat memfariasi kondisi eksperimen misalnya makan ada
jika lampu sedang menyala tikus akan belajar membedakan ( diskriminasi)
kondisi adanya makanan dengan tidak adanya makanan berdasarkan menyala
tidaknya lampu. Setiap refonse atau prilaku operant organisme akan di catat
dalam bentuk kurfa kumulatif. Kekuatan oprant dilahan dari banyaknya respon
( resposerate) yang dikehedaki ( menekan tombol pemungkit ). Semakin tinggi
kurfa kumulatifnya maka semakin kuat prilaku operant yang ditujukan
organisme.

Dalam eksperimen sekinner, penguat tidak selalu diberikan setiap kali


binatan percobaan melakukan tindakan yangdikehedaki. Walau demekian
prilaku operant masih terjadi seperti biasa. Pengeturan waktu dan frekuensi
pemberiaan penguatan ini di sebut Reinforcement scbeduls ( jatual penguatan ).

Jatual penguatan berfareasi menurut waktu pemberian C.S. ada dua kata
gori penjatualan penguat ini yaitu:

1. Pemberiaan pengutan berdasarkan jumplah respont (ratio ) dan


pemberian penguat berdasarkan selang waktu ( interfal).
2. Pemberiaan penguat di lakukan secara teratur ( fixs/regular ) atau tidak
teratur (fariabel/irrgular.)

Salah satu prinsip belajar penting dalam eksperimen

Sekinner adalah sekondary reforcement bila tikus menekan tombol pengintip,


maka akan memperoleh makanan. Sekarang diatur bahwa setiap kali
pengungkit bahwa setiap kali pengungkit ditekan terdegar suatu suara tertentu.

b.2. eksperimen thorndike

walau opera selalu di hubungkan dengan nama B.F. sekiner, namu


eksperimen di bidang ini telah terlebih dahulu di lakukan oleh E.L.Thorndiker.
sealin itu, beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh thorndiker
mempunyai dampak yang cukup luas dan masih di gunakan sampai kini.
Thorndiker memakai kucing dalam percobanya. Hal i ni yang dia amati ialah,
makin lama, kucing dengan mudah menekan bagian kotak yang menyebabkan
pintu terbuak.hukum belajar ini di kemukakan ini oleh tor diker yang
menyatakan tingkat kesiapan seseorang yang mmpelajari sesuatu akan
mempengaruhi hasil belajarnya.

b.3. mengenali penguat.


ada beberapa petunjuk yang berguna mengenali rangsang .yang dapat
menjadi penguat. Suatu rangsang punya potensi menjadi penguat bila :

1. Memuaskan kebutuhan biologis organisme.


2. Mengatifkan bagian otak tertentu dari organisme yang dapat di rangsang
oleh sitimolos yang di sajikan.
3. Dianggap mempunyai pringkat tertinggi dalam sekala prioritas
kebutuhan organisme, jika nila rangsang bersifar relatif.

b.4. peranan pengutan negatif.

Penguatan negatif (negative Reinvorcerment) diberikan dengan


mangsut sama dengan penguat positif, yaitu untuk meningkatkan frekuesi
terjadinya prilaku yang dikehendaki. Dalam percobaan dengan binatang,
penguatan negatif di berikan dalam bentuk sitimulus yang tidak di sukai
kejutan listrik.

b.5. peranan hadiah dan hukuman.

Dalam siuasi ini, umumnya berbagai penelitian memang menunjukan


bahwa hadiah/rewards lebih dapat berfungsi sebagai penguat. Maskipun,
meskipun demikian, dalam kondisi tertentu, hukuman / uniksment
mempunyai kekuatan sebagi penguat. Kondisi-kondisi tersebut adalah:

1. Rangsang hukum harus ( oktimal ) mungkin.


2. Rangsang hukuman harus di berikan segera setelah prilaku yang
tidak dikehendaki terjadi.
3. Disediakan bentuk respon alternatif.

C. Teori belajar kognitif

Proses-proses kognitif yaitu pengetahuan dan persepsi seseorang akan di


lingkungannya mempunyai peranan yang amat besar, struktur kognitif antara
lain terdiri dalam pengalaman-pengalaman organisme. Dengan demikian,
respon organisme terhadap lingkungan merupakan proses pengembalian
keputusan.

c.1. eksperimen kobler

salah satu eksperimen terkenal adalah yang dilakukan oleh wolfkankohler,


seorang piskolok jerman yang berimigrasi ke Amerika Seriakat dari berbagi
penelitian di bidang ini ada beberap prinsip umum dapat diyatakan mengenai
insibt yaitu:

1. Terjadinya insigbt sangat tergantung dari komplkssitas situasi


permasalahnya .
2. Sekali suatu pemecahan masalah cengan suatu ingbs, maka akan dapat
diulang dengan kecepatan yang sama.
3. Suatu permsalah yang di pecahkan dengan insgbt dapat diterapkan
berbagi situasi yang lain.

c.2. eksperimem Tolman.

Edward C.Tolman (1886-1959) beranggapan bahwa dalam diri setiap organisme


terdapat proses-proses atau kognitif seperti memori, berfikir, dan repretansi,
yang walu sulit diamati secara langsung, tatapi sangan mempengaruhi proses
belajar.

d. belajar menyontoh.

Dalam prilaku menyontoh, organisme mengidenfiksi diri pada suatu model,


mencenakan tujuan-tujuan pribadi yang akan mencapai, melakukan
selfrentforcement untuk mencpai tujuan-tujuan tertentu.

D. Ahli belajar ( trasnfer of learning )

Ahli belajar atau trasnfer of learning. Bilang pengaruhnya tersebuat


mempermudah mempelajari suatu pengetahuan atau ketrampilan yang baru,
maka dikatakn terjadi ahli belajar positif. Tetapi bila pengaruhnya penghambat,
di sebut sebagi ahli belajar negatif . adanya dampak langsung antara
ketrampilan yang satu terdapat ketrampilan fesifik yang lain di sebut ahli
belajar positif fertikal.

E. Mengoptimalkan hasil belajar.

a. prinsip umpan balik

Dari prinsip konditioning diketahui bahwa reforcemen atau penguatan


hendaknya di berikan segera setelah prilaku dijlankan.

b. mendayagunakan badiad sebagai pengauat yang positif


Walau hukuman dalam situasi tertentu cukup efektif, tetapi para pendidik
lebih melihat hadiah mempunyai potensi yang paling besar untuk menjadi
penguat.

c.sikap belajar yang positif

Walau diakui bahwa latihan (exercise) membantu belajar, tetapi akibat dari
proses belajar (effects) juga menentukan apakah organisme akan berhasil.

d. Belajar proses

karena mempelajari pengetahuan atau keterampilan yang komleks


membutuhkan pengertian yang bersifat Gestalt atau insiht, maka metode
menghafal atau driling tidak akan banyak membantu.

e. perhatian terhadap individu

teori belajar kognitif yang mengakui pengaruh proses mental, seperti


motivasi dan harapan menunjukan bahwa belajr tidak hanya tergantung dari
tingginya atu rendahnya IQ sesorang.

f. Guru sebagai model belajar

model belajar mencontohkan banyak dipakai untuk mengajar berbagai


keterampilan baru, seperti berbahasa asing, disiplin, sikap positif terhadap sutu
pelajaran.

g. Transfer belajar positif

Dalam pemberian pelajaran, seorang guru harus memperhatikan susunan


materi, prosedur penyampaian, dan partisipasi apa yang diharapkan dari siswa
sehingga terjadi transfer belajar positif.

Anda mungkin juga menyukai