BAB V
BELAJAR
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi
kelangsungan hidup manusia.Belajar membantu manusia menyesuaikan diri
(adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia
bertahan hidup (survived). Apakah belajar itu?
Berpikir merupakan suatu proses mental yang tidak kasar mata. Proses ini
dapat hanya diamati dari perilaku yang nampak. Dengan kata lain proses
berpikir hanya dapat disimpulkan dari perilaku yang diperkirakan diarahkan
oleh pikiran sebagai perilaku yang terorganisasi bukan perilaku yang terjadi
secara sembarangan
C. Teori-teori Belajar
Selain itu, belajar tidak semata-mata merupakan suatu akibat dari kondisi
dalam lingkungan seperti pada model-model belajar Classical dan Instrumental
conditioning, tetapi juga bisa terjadi karena mencontoh perilaku yang terjadi di
sekitarnya. Model yang terakhir ini sekarang banyak dibahas dan disebut
observatoinal learning (dikembangkan oleh Albert Bandura ) atau Modelling.
a.Classical conditioning
Teori ini bermula dari percobaan seorang ahli faal rusia yang bernama Ivan
Petrovich Pavlov (1849-1936). Eksperimen banyak dikutip oleh para ahli
psikologi, mengenai refleks-refleks sederhana pada binatang, seperti refleks
pengeluaran air liur pada anjing. Dalam eksperimen ini, seekor anjing diikat
pada suatu tempat menghadap cermin dan salah satu bagian pipinya dilobangi
lalu ditanamkan pipa dan sebuah kapsul untuk mengukur keluarnya air liur
(saliva). Banyaknya saliva yang keluar ini dicatat secara otomatis. Laboratorium
dirancang kedapsuara dan makananya dapat diberikan kepada anjing secara
otomatis.
Setelah dilakukan kurang lebih dari 12 trials maka terjadi sesuatu hal yang
menarik. Pada saat bel dibunyikan (C.S.) anjing sudah mengerluarkan air liur
(salivasi) padahal makanan belum datang. Salivasi yang terjadi karena suara bel
ini disebut sebagai Conditioned Response (C.R.) .
Bila C.S telah menghasilkan C.R. maka fungsi dari makanan (U.S) menjadi
lain. Datangnya makanan ini dinggap memperkuat hubungan antara C.S. dengan
R. Oleh karena itu pemberiaan makanan disebut sebagai penguatan atau
reinforcement dan makananya disebut penguat atau reinforce. Dan makannya
disebut penguat atau reinvorce. C.R. akan berlangsung terus bila reinforment
selalu diberikan, walau tidak selalu pada saat yang hampir bersamaan dengan
C.R.
b. Operant/Instrumental Conditioning
Dering tilpun, misalnya, memberitahu kita ada yang mau berbicara, tetapi
tidak memaksa kita untuk menjawab. Perilaku operant. Bukan hanya sekedar
respons pada suatu stimulus tertentu. Oleh karna itu karena itu, stimulus dalam
operant conditioning disebut sebagai discriminative stimulus.
Tikus dimasukan kedalam ktak untuk waktu tertentu. Jumlah dan selang
waktu tikus menekan tombol pengungkit pada waktu pertama kali dimasukan
kedalam kotak akan menentukan preconditicned operant level dari perilaku.
Setelah operant level ini diketahui, maka eksperimenter menaruh tempat
makanan dibawah tombol pengungkit. Dengan demikian, setiap kali tikus
menekan tombol pengungkit, makanan akan keluar, jumlah perilaku menekan
ini akan meningkat secara dramatis. Makanan sebagai pengguat.
Eksperimenter dapat memfariasi kondisi eksperimen misalnya makan ada
jika lampu sedang menyala tikus akan belajar membedakan ( diskriminasi)
kondisi adanya makanan dengan tidak adanya makanan berdasarkan menyala
tidaknya lampu. Setiap refonse atau prilaku operant organisme akan di catat
dalam bentuk kurfa kumulatif. Kekuatan oprant dilahan dari banyaknya respon
( resposerate) yang dikehedaki ( menekan tombol pemungkit ). Semakin tinggi
kurfa kumulatifnya maka semakin kuat prilaku operant yang ditujukan
organisme.
Jatual penguatan berfareasi menurut waktu pemberian C.S. ada dua kata
gori penjatualan penguat ini yaitu:
d. belajar menyontoh.
Walau diakui bahwa latihan (exercise) membantu belajar, tetapi akibat dari
proses belajar (effects) juga menentukan apakah organisme akan berhasil.
d. Belajar proses