PENAFSIRAN AL-QUR’AN
Al-Qur'an hanya memuat prinsip-prinsip agama, namun tidak secara detail. contohnya Al-
Qur'an memerintahkan kita untuk shalat, tapi tak membahas tata cara shalat. Maka dari itu
kita perlu menafsirkan isi dari al-qur’an, yang mana para ulama biasanya menggunakan
hadist dalam menafsirkan isi dari al-qur’an. Selain itu, alasan lain mengapa kita perlu
menafsirkan al-qur’an ialah kita berada jauh dari zaman rasulullah saw. Jadi, untuk
mendapatkan makna yang sesungguhnya dari isi al-qur’an kita perlu menggunakan
metodologi dalam menafsirkan al-qur’an. Isi dari al-Qur’an sendiri dapat dibagi menjadi 3
kategori :
Usaha para ulama dalam menafsirkan isi dari Al-Qur’an pada akhirnya melahirkan berbagai
mahzab. Terdapat 4 mazhab besar yang paling banyak diikuti umat muslim di dunia, yakni
mahzab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali. Mazhab yang paling banyak diikuti di Asia
tenggara (khususnya Indonesia) ialah mahzab Syafi’i.
Saat ini kita berada di era milenial yang setiap harinya kita dapat dengan mudah mendapatkan
informasi yang melimpah. Karena itulah, kita harus bisa menyeleksi berita-berita yang kita
dapatkan. Paradigma adalah pola berpikir agar memperoleh kesimpulan yang baik dari tujuan
sebenarnya dari informasi tersebut. Dalam beragama, ada 5 paradigma yang harus kita miliki,
yaitu :
Paradigma dalam beragama dan paradigma dalam sains mempunyai perbedaan, namun tidak
banyak. Paradigma dalam sains atau keilmuan antara lain :