Anda di halaman 1dari 2

LTM Materi VTR 3 MPK Agama

Oleh: Rizky Fathullah Hudaya


NPM: 2006590752
Kelas: MPK D

PENAFSIRAN AL-QUR’AN

Al-Qur'an hanya memuat prinsip-prinsip agama, namun tidak secara detail. contohnya Al-
Qur'an memerintahkan kita untuk shalat, tapi tak membahas tata cara shalat. Maka dari itu
kita perlu menafsirkan isi dari al-qur’an, yang mana para ulama biasanya menggunakan
hadist dalam menafsirkan isi dari al-qur’an. Selain itu, alasan lain mengapa kita perlu
menafsirkan al-qur’an ialah kita berada jauh dari zaman rasulullah saw. Jadi, untuk
mendapatkan makna yang sesungguhnya dari isi al-qur’an kita perlu menggunakan
metodologi dalam menafsirkan al-qur’an. Isi dari al-Qur’an sendiri dapat dibagi menjadi 3
kategori :

1. Tarikh : Menjelaskan mengenai peristiwa-peristiwa atau kisah dalam Al-Qur’an.


Bukan hanya peristiwa masa lampau, namun juga mengenai kisah di zaman ini.
2. Akidah dan Akhlak
3. Hukum : Dalam menafsirkan hukum yang ada di Al-Qur’an, para ulama menciptakan
ilmu fiqih. Ilmu fiqih adalah ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas
persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.

Usaha para ulama dalam menafsirkan isi dari Al-Qur’an pada akhirnya melahirkan berbagai
mahzab. Terdapat 4 mazhab besar yang paling banyak diikuti umat muslim di dunia, yakni
mahzab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali. Mazhab yang paling banyak diikuti di Asia
tenggara (khususnya Indonesia) ialah mahzab Syafi’i.

AGAMA DAN SAINS

Saat ini kita berada di era milenial yang setiap harinya kita dapat dengan mudah mendapatkan
informasi yang melimpah. Karena itulah, kita harus bisa menyeleksi berita-berita yang kita
dapatkan. Paradigma adalah pola berpikir agar memperoleh kesimpulan yang baik dari tujuan
sebenarnya dari informasi tersebut. Dalam beragama, ada 5 paradigma yang harus kita miliki,
yaitu :

1) Harus merujuk kepada kitab suci


Pastinya, sebagai umat yang beragama kita harus mengikuti apa yang ada di dalam
Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sebuah kitab suci yang difirmankan langsung oleh
Allah SWT sehingga isi dari al-qur’an dapat dijamin kebenarannya.
2) Merujuk pada sumber yang otoritatif
Sumber yang otoritatif bagi umat islam adalah kitab suci Al-Qur’an. Apabila kita
mendapatkan pendapat yang berbeda-beda dalam sebuah penafsiran, kita diwajibkan
untuk kembali pada rujukan Allah SWT dan Rasul
3) Memahami secara holistik dan komprehensif
Kita harus memahami al-qur’an secara holistic atau menyeluruh sehingga kita dapat
memahami maksud sebenarnya dari Al-Qur’an, jangan mengambil kesimpulan
dengan membaca beberapa ayat saja. Selain itu, dalam memahami agama islam kita
harus selalu terbuka dengan perbedaan. Seperti yang kita ketahui di dunia ini ada 4
mazhab yang diikuti oleh umat muslim, sehingga akan banyak perbedaan antar umat
muslim dalam menafsirkan isi dari al-quran.
4) Harus memahami al-qur'an dengan akal yang sehat
Syarat dalam beragama adalah kita harus aqil baligh. Aqil baligh berasal dari kata akil
yang berarti akal atau pikiran dan baligh yang berarti sampai. Jadi, dalam beragama
kita harus mempunyai akal yang sudah sampai pada tahap dewasa. Apabila akal kita
tidak “sampai” (gangguan jiwa, mati suri, dan lain-lain.) maka Allah tidak
mewajibkan untuk beragama.
5) Tidak boleh klaim kebenaran.
Dalam memahami agama, kita tidak boleh merasa paling benar. Kita harus saling
berdiskusi dengan seseorang yang mempunyai pendapat yang berbeda dengan kita
agar dapat mencapai titik temu. Di dunia ini, yang paling benar hanyalah Allah SWT.

Paradigma dalam beragama dan paradigma dalam sains mempunyai perbedaan, namun tidak
banyak. Paradigma dalam sains atau keilmuan antara lain :

1) Rujukan utama adalah alam semesta


Berarti kebenaran sains dapat ditunjukkan oleh fakta yang terdapat di alam semesta
ini.
2) Sumber otoritatif merupakan ilmuan
3) Mempunyai metode atau prinsip dalam memahami sesuatu di alam semesta
Metode atau prinsip yang digunakan dalam sains diawali dengan asumsi, lalu
hipotesis, teori, dan akhirnya kesimpulan.
4) Harus menggunakan akal yang sehat
5) Tidak boleh mengklaim kebenaran
Dalam keilmuan atau sains, tidak ada kebenaran yang absolut. Karena sebuah teori
dalam sains harus dapat dievaluasi dan diperbaharui.

Anda mungkin juga menyukai