P E N D A H U L U A N
Agar Anda dapat berhasil dengan baik mempelajari modul ini, maka
ikutilah petunjuk-petunjuk belajar sebagai berikut.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul
ini.
2. Mulailah dengan basmalah ketika Anda membaca modul ini.
3. Baca sepintas bagian demi bagian modul ini dan temukan kata-kata
kunci (key words) dan kata-kata lainnya yang dianggap baru. Carilah
kata-kata tersebut di dalam kamus atau ensiklopedia yang Anda miliki.
4. Pahami ide pokok dari setiap uraian pada modul ini dan imajinasikan
dalam pikiran Anda.
5. Diskusikan pemahaman Anda mengenai pengertian-pengertian dalam
modul ini dengan mahasiswa atau tutor.
• MKDU4221/MODUL 5 5.3
KEg I A TA N
B EL A JA R 1
Agama sebagai Sumber Moral
A. PENGERTIAN AGAMA
B. KLASIFIKASI AGAMA
• MKDU4221/MODUL 5 5.5
Kedelapan, agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap bagi
pemeluknya, sedangkan agama non-wahyu hanya pada aspek tertentu saja.
Yang tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Di
luar yang tiga itu adalah agama non-wahyu, seperti Hindu, Budha,
Confusionisme.
1. Pengertian Moral
Secara etimologis moral berasal dari bahasa Latin, mores, bentuk
jamak dari more, artinya adat atau kebiasaan. Secara terminologi moral
adalah ajaran tentang tindakan seseorang yang dalam hal sifat, perangai,
kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan
benar atau salah, baik atau buruk.
Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide
yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana
yang wajar. Jadi moral adalah tindakan yang umum sesuai dengan dan
diterima oleh lingkungan tertentu atau kesatuan sosial tertentu.
Sementara itu dalam The Advanced Leaner’s Dictinary of Current
English dikemukakan pengertian moral sebagai: 1) prinsip-prinsip yang
berkenan dengan benar dan salah, baik dan buruk; 2) kemampuan untuk
memahami perbedaan antara benar dan salah, dan 3) ajaran atau gambaran
tingkah laku yang baik.
Dengan demikian, moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik
buruknya manusia sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan
“keseluruhan norma-norma dan nilai-nilai dan sikap moral seseorang atau
masyarakat.” Moral mengacu pada baik buruk perilaku bukan pada fisik
seseorang.
Jika kita perhatikan lebih mendalam definisi tentang moral, kita bisa
memahami bahwa moral adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang
yang mempunyai nilai baik atau buruk, salah atau benar, layak atau tidak
layak. Ketika seseorang mengatakan bahwa ia moralnya buruk. Artinya
adalah bahwa apa yang dilakukannya itu mempunyai sifat buruk atau tidak
layak atau tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Sebaliknya kalau
dikatakan ia moralnya baik berarti apa yang dilakukannya itu mempunyai
nilai baik karena sesuai dengan ketentuan umum dan layak untuk dilakukan.
Selanjutnya terkait dengan masalah moral adalah kesadaran yang
disebut dengan kesadaran moral. Kesadaran moral adalah pengetahuan
bahwa ada yang baik dan ada yang buruk yang dengan pengetahuannya ia
memilih untuk melakukan suatu perbuatan tanpa ada paksaan dari siapa
pun. Suatu perbuatan itu bisa dikategorikan baik atau buruk jika perbuatan
itu dilakukan secara sadar atau karena punya kesadaran moral. Orang yang
melakukan suatu perbuatan tanpa ada kesadaran, maka perbuatannya itu
tidak bisa dikategorikan baik atau buruk. Misalnya, seseorang anak kecil
yang mengambil kotoran ayam ketika disodorkan kepadanya, maka
perbuatan si anak itu tidak bisa dianggap buruk karena anak itu belum
punya kesadaran tentang baik dan buruk. Atau seperti orang gila,
perbuatannya itu tidak bisa
dikatakan baik atau buruk karena ia tidak sadar. Karena itulah, orang gila
karena hilang kesadarannya tidak bisa dikatakan tidak bermoral sekalipun ia
berperangai buruk.
Kesadaran moral ini menjadi penting, karena satu-satunya makhluk
Tuhan yang diberi kesadaran adalah manusia. Dengan kesadaran itu
manusia diberi kebebasan untuk memilih mana yang baik dan mana yang
buruk. Apa yang dilakukannya tentu mempunyai akibat-akibat tertentu.
Hanya saja orang yang mempunyai kesadaran akan selalu mengikuti hal-hal
yang memang secara moral baik. Kesadaran moral itu timbul karena:
Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang
baik. Perasaan ini telah ada dalam setiap diri manusia, siapa pun dan di mana
• MKDU4221/MODUL 5 5.7
pun ia. Karena itulah jika perasaan wajib itu tidak dilaksanakan maka ia
disebut pelanggaran. Manusia terlahir fitrah, yakni suci. Dalam arti punya
kecenderungan terhadap kebaikan. Karena fitrahnya ini manusia senantiasa
mempunyai suara batin untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai
dengan hati nuraninya. Ketika suara batin ini tidak ditaati maka ia akan
merasa tidak tenang dan tidak tenteram.
Kedua, objektif dan rasional. Kesadaran moral ini muncul berdasarkan
akal. Dengan akalnya ini manusia bisa mengetahui baik atau buruk suatu
perbuatan dan itu berlaku secara universal, artinya sama di setiap tempat
dan sama dalam pandangan setiap orang. Misalnya, menghormati orang tua.
Perbuatan itu berlaku objektif dan rasional. Perbuatan hormat kepada orang
tua mempunyai nilai yang baik di semua tempat dan di semua kebudayaan.
Dan semua akal manusia menerima bahwa perbuatan itu memang baik.
3. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk jamak
(plural) dari khuluq ( ). Secara bahasa akhlak mempunyai arti tabiat,
perangai, kebiasaan, atau karakter. Menurut kamus al-Munjid, kata akhlak
mempunyai akar yang sama dengan kata khalqun (kejadian),
khaliqun
(pencipta) dan makhluqun (yang diciptakan). Dalam arti
bahasa akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika.
Berdasarkan arti akhlak secara bahasa, arti istilah akhlak yang
dikemukakan oleh para ulama juga mengacu pada masalah tabiat atau
kondisi batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Berikut ini adalah
pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:
Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak
sebagai kehendak yang biasa dilakukan. Artinya segala sesuatu kehendak
yang terbiasa dilakukan disebut akhlak.
Ibn Maskawih dalam kitabnya, Tahzib al-Akhlaq wa Tathirul A’raq,
mendefinisikan akhlak sebagai: “Keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pemikiran dan pertimbangan (sebelumnya)”, dan Imam Ghazali dalam
kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisi akhlak sebagai: “Segala sifat yang
tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.”
Dari definisi-definisi tersebut di atas jelas bahwa akhlak adalah suatu
keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan
pemikiran lebih lanjut. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami
yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau
tidak melakukannya, seperti rasa takut dan sebagainya. Selain itu, suasana
jiwa, adakalanya juga disebabkan oleh pengaruh adat istiadat yang berlaku
seperti orang yang membiasakan berkata benar secara terus menerus, maka
jadilah suatu bentuk akhlak yang tertanam dalam jiwa atau batin.
Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil
dua hal penting tentang akhlak, yaitu:
a. akhlak berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak;
b. akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan
perbuatan yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).
• MKDU4221/MODUL 5 5.9
4. Pengertian Etika
Etika secara etimologis (berdasarkan asal-usul kata) berasal dari bahasa
Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara istilah etika
adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Sebagian
ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku
perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang
dapat ditentukan akal.
Ahmad Amin, misalnya, mengartikan etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
Soegarda Poerbakawatja, mengartikan etika sebagai filsafat nilai,
kesusilaan tentang baik buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan
juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.
Dalam van Dale’s Grootwoordenbooek dikemukakan etika sebagai
filsafat praktis, yakni kaidah-kaidah rasa moral, ajaran tentang filsafat
rohani umumnya.
Ensiklopedi Winkler mendefinisikan etika sebagai bagian dari filsafat
yang memperkembangkan teori tentang tindakan, dalil-dalilnya dan tujuan
yang diarahkan kepada makna tindakan.
A Handbook of Christian Ethics, menyebutkan etika sebagai ilmu
normatif yang memandang manusia sebagai tenaga moral,
• MKDU4221/MODUL 5 5.11
Jika kita perhatikan semua uraian tentang moral, susila, budi pekerti,
akhlak, dan etika maka kita bisa menyimpulkan bahwa dari segi fungsinya,
semuanya berfungsi sebagai pengarah atau petunjuk agar seseorang
mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Dengan itu
manusia diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang baik
agar tercipta sebuah masyarakat dengan warganya yang baik, sopan.
Kemudian dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangkan
akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadits sementara rasio hanya
pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh Al-Quran dan
Hadits. Sementara moral dan susila atau budi pekerti umumnya berdasarkan
pada ketentuan atau kebiasaan umum yang berlaku di masyarakat.
Selain itu, etika (ilmu akhlak) bersifat teoretis sementara moral, susila,
akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang
baik dan mana yang buruk, susila berbicara mana yang tabu dan mana yang
tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah, layak tidak layak.
Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau
kenapa perbuatan itu dikatakan buruk. Etika menyelidiki, memikirkan dan
• MKDU4221/MODUL 5 5.13
Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan (agama) Tuhanmu dengan
kebijaksanaan dan pengajaran yang baik, dan berbantahlah
(berdebatlah) dengan mereka dengan (jalan) yang terbaik.”
(QS. An-Nahl/16: 125)
• MKDU4221/MODUL 5 5.15
hawa nafsu (yang angkara murka), tali kekang dari pada ucap dan perilaku
(yang keji dan biadab).”
Peranan agama yang sedemikian penting bagi kehidupan moral manusia,
juga diakui oleh W.M Dixon. Dalam bukunya, The Human Situation, antara
lain ia menyatakan bahwa “agama, betul atau salah, dengan ajarannya
percaya kepada Tuhan dan kehidupan akhirat yang akan datang dalam
keseluruhannya, kalau tidak satu-satunya, paling sedikit kita boleh percaya,
merupakan dasar yang paling kuat bagi moral. Dengan mundurnya agama
dan sanksi-sanksinya, maka menjadi masalah yang sangat mendesak: apakah
yang bisa mengganti agama itu? Apakah pembantu etika yang mempunyai
kekuatan yang sama, kalau memang ada yang mempunyai kekuatan yang
bisa menggantikannya?.”
Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah
Agama bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama,
yaitu:
1. agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah dan
tawakal, ulet serta percaya pada diri sendiri;
2. agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani
berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan dengan kesiapan
mengabdi dan berkorban; serta sadar, enggan dan takut untuk melakukan
pelanggaran yang menjurus kepada dosa dan noda;
3. agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh
sifat-sifat mulia dan terpuji, penyantun, toleransi dan manusiawi.
Artinya: “(Puasa itu) pada bulan Ramadhan yang diturunkan al-Qur‟an pada
bulan itu untuk petunjuk bagi manusia dan beberapa keterangan
dari petunjuk dan memperbedakan antara yang hak dan bathil.”
(QS. Al-Baqarah/2:185)
(
Artinya: “Kitab itu (al-Qur‟an) tidak ada keraguan padanya, jadi petunjuk
bagi orang-orang yang bertaqwa.”
(QS. Al-Baqarah/2:2)
Artinya: “Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.”
(QS. Al-Ahzab/33:21)
• MKDU4221/MODUL 5 5.17
Artinya: akhlak.”
“Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan kemuliaan
(HR. Ahmad)
L A T I H A N
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
R A N G K U M A N
• MKDU4221/MODUL 5 5.19
T E S F O R M A T I F 1
6) Ilmu yang mempelajari baik dan buruk disebut etika. Karena itu etika
bisa dikatakan sebagai ....
A. teori tentang moral
B. sesuatu yang baik dan buruk
C. masalah-masalah baik dan buruk
D. kajian sistematis tentang baik dan buruk
• MKDU4221/MODUL 5 5.21
9) Sumber utama moral dalam Islam adalah ....
A tradisi
B. sunnah
C. Al-quran
D. akal
10) Agama masih memiliki peranan yang besar bagi kehidupan manusia
modern untuk menghindari krisis moral. Hal tersebut karena ajaran-
ajaran agama bersifat ....
A. absolut
B. relatif
C. bisa berubah
D. dapat disesuaikan dengan perubahan
KEg I A TA N B EL A JA
R 2
Akhlak Mulia dalam Kehidupan
d e an p e rin t h A l l ah da n r a su l- N y a y g
y ang ba ik , m a ka i t u lah y a n g d i na m a kan
e m u di an m e la h ir ka n p erb u a t n
ak h la k m ul ia . J ik a t ida k s es u a i dengan ketentuan
Allah dan rasul-Nya, maka dinamakan akhlak tercela.
Akhlak batin merupakan dasar atau sendi bagi akhlak lahir. Akhlak batin
yang mulia akan melahirkan akhlak lahir yang mulia pula, sebaliknya akhlak
batin yang tercela akan melahirkan akhlak lahir yang tercela pula.
Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi atau akhlak batin yang baik
yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan baik dan ada empat sendi
akhlak batin yang tercela yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan
tercela. Keempat sendi akhlak batin yang baik itu adalah sebagai berikut.
1. Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu kebijaksanaan yang artinya
adalah keadaan jiwa yang bisa menentukan antara hal-hal yang benar
dan hal-hal yang salah.
2. Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, yaitu keadaan kekuatan
amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
3. Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu
keadaan syahwat yang terdidik oleh akal.
4. Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas. Wujudnya adalah
adil, yakni kekuatan jiwa yang menuntun amarah dan keinginan sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah (kebaikan dan
kebijaksanaan).
• MKDU4221/MODUL 5 5.23
Dari empat sendi akhlak tersebut di atas akan melahirkan perbuatan-
perbuatan baik, yaitu jujur, suka memberi kepada sesama, tawadu, tabah,
tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang
lain, qana’ah, sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga
diri dari hal-hal yang haram.
Sementara empat sendi-sendi atau dasar-dasar akhlak batin yang tercela
adalah:
1. keji, pintar busuk, bodoh, yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar atau
tidak bisa menentukan yang benar di antara yang salah karena bodohnya;
2. berani tapi sembrono, penakut, dan lemah, yaitu kekuatan amarah yang
tidak bisa dikekang atau tidak pernah dilakukan, sekalipun sesuai
dengan kehendak akal;
3. rakus dan statis, yaitu keadaan syahwat yang tidak terdidik oleh akal dan
syariat agama, berarti ia bisa berlebihan atau sama sekali tidak
berfungsi;
4. aniaya, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh
hikmah.
Akhlak dalam pengertian budi pekerti harus menjadi sikap batin dan
termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak tersebut meliputi
akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang tua
dan keluarga, akhlak terhadap orang lain/masyarakat, dan akhlak terhadap
alam.
Artinya: “Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Alah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada satu pun yang setara dengan
Dia.”
(QS. Al-Ikhlas/112:1-4)
b. Beribadah
Karena Allah pencipta maka kita harus beribadah hanya kepada-Nya.
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzaariyaat/51:56)
c. Bersyukur
Bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia dan nikmat
yang telah diberikan.
• MKDU4221/MODUL 5 5.25
Artinya: “Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepada
kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian
mengingkari (nikmat)-Ku.”
(QS.Al-Baqarah/2:152)
d. Taqwa
Taqwa adalah melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Rasulullah bersabda:
“Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, dan
ikutilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik pasti dapat
menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan perangai yang baik.”
(HR Turmudzi)
e. Berdoa
kebaikan baik di dunia maupun di akhirat.
Artinya: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.”
(QS. Al-Mu‟minuun/23: 60).
f. Berdzikir
Berzikir artinya mengingat Allah. Perwujudannya dengan membaca
tahlil, tahmid, tasbih, istighfar.
Artinya: “Sebab itu ingatlah kepadaku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu
dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah/ 2:152)
• MKDU4221/MODUL 5 5.27
Artinya: “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-
lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‟d/ 13:28)
f. Tawakal
Tawakal adalah sikap pasrah kepada Allah atas ketentuan-Nya sambil
berusaha.
g. Mahabbah (Cinta)
Mahabbah artinya sikap merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang
diwujudkan dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Artinya: “Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.”
(QS.Al-Maa‟idah/5:54)
dalam bentuk berpikir, merenung dan meneliti. Seiring dengan sifat kreatif
adalah sikap dinamis Dinamis adalah sikap mental kita yang ingin selalu
maju dan berubah dari satu kondisi ke kondisi yang lebih baik.
Artinya: “Tidakkah mereka mengembara di bumi ini, lalu melihat apa yang
terjadi dengan orang-orang sebelum mereka? Orang-orang ini lebih
kuat dari mereka; mengolah tanah dan membangunnya melebihi
pekerjaan mereka; rasul-rasulnya mendatangi mereka dengan bukti-
bukti nyata. Allah tidak akan menganiaya mereka, tapi merekalah
yang menganiaya diri sendiri.”
(QS. Ar-Ruum/30:9)
b. Sabar
Sabar adalah sikap mental untuk menerima dan menjalani dengan lapang
dada ketika mendapatkan musibah dan menjalankan perintah. Sabar itu tidak
hanya ketika kita mendapatkan cobaan dan penderitaan. Ada empat macam
sabar: 1) sabar ketika menghadapi cobaan dan musibah, 2) sabar dalam
menghadapi dorongan hawa nafsu yang tidak baik., 3) sabar dalam
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; 4) sabar ketika kita
mendapatkan kebahagiaan.
• MKDU4221/MODUL 5 5.29
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami akan memberikan cobaan kepadamu
dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan hasil
tanaman. Berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka
mengucapkan: ”Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kami akan kembali.”
(QS. Al-Baqarah/2:155-156)
c. Tawadu
Tawadu artinya rendah hati dan tidak sombong. Perwujudan dari sikap
tawadu itu kita tidak sombong, tidak curang, senantiasa baik kepada orang
lain. Allah berfirman:
Artinya: “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang
itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka mengucapkan kata-
kata yang mengandung keselamatan.”
(QS. Al-Furqaan/25:63)
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku, ”Bertaqwalah kamu
sehingga seseorang tidak berlaku sombong terhadap yang lain dan seseorang
tidak berlaku curang atas orang lain.”
(HR. Muslim)
d. Benar
• MKDU4221/MODUL 5 5.31
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertawakallah kamu kepada Allah
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
(QS. At-Taubah/9:119)
Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya)
sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu)
mampu maka hendaklah ia menahan diri (dari harta anak yatim
itu).”
(QS. An-Nisaa‟/4:6)
f. Amanah/jujur
dekat dengan
sekarang kita. Sejak
ini mereka kita masih
senantiasa di dekat
berada dalam terus
rahimdengan
hinggakita.
remaja seperti
Merekalah
yang selalu di sisi kita, dan mereka pulalah yang selalu sehati dengan kita.
Apa yang kita rasakan mereka juga merasakannya. Kita bahagia, mereka juga
bahagia, sebaliknya jika kita sakit mereka juga ikut merasakannya. Karena itu
kita harus menghormatinya yang diwujudkan dalam akhlak, antara lain:
• MKDU4221/MODUL 5 5.33
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada
kedua orang tuamu ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang semakin bertambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tua ibu bapakmu.
(QS. Luqman/31:14)
Rasulullah bersabda:
“Pulanglah kepada ibu bapakmu dan baik-baiklah bergaul dengan keduanya.”
(HR. Muslim)
“Keridlaan Allah tergantung pada keridlaan ibu bapak, dan kutukan Allah
tergantung juga pada kutukan kedua ibu bapak.”
(HR. Tirmidzi)
u ca p a n y a m ul ia . D an m er e k a
b e r d u a d enga n p e nu h “ W a h a i
r e n d h k lah d irim u t e rh a d a p
k e s a ya n gan da n uc ap k a n la h :
Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”
(QS. Al-Israa‟/ 17: 23-24)
• MKDU4221/MODUL 5 5.35
d. Membina dan mendidik keluarga
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakatnya adalah manusia dan batu.”
(QS. At-Tahrim: 6)
e. Memelihara keturunan
Artinya: “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)
anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia
sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah
dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah
akan menubuhkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
(QS. An-Nahl/16: 58-59)
b. Melakukan silaturahmi
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka
Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu dahulunya
berada di tepi jurang neraka; lalu Allah melepaskanmu dari sana.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
mendapat petunjuk.”
(QS. Ali-Imran/3 : 103)
• MKDU4221/MODUL 5 5.37
d. Bersikap adil
Artinya: “Maka dengan rahmat Allah, jadi lunaklah hati engkau (ya
Muhammad) terhadap mereka. Kalau sekiranya engkau berbudi
jahat, berhati kasar, niscaya berserai berailah mereka menjauhi
engkau, maka maafkanlah mereka dan minta ampunkanlah untuk
mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka tentang urusan itu.
Apabila engkau bercita-cita (yang tetap), maka bertawakallah
kepada Allah. Sungguh Allah mengasihi orang yang tawakal.”
(QS. Ali-Imran/3: 159)
f. Bersikap dermawan
j an g an
te r c e l a n an ti e ngkau duduk
b o ro s) .
p u la g k a u e p sk
d a n men y e s al. ( jan gan
se l e p a s - le p s y ,
b a k h i l d a n ja ng an
(QS. Al-Israa‟/17: 29)
• MKDU4221/MODUL 5 5.39
Artinya: “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Hijr/15: 88)
Artinya: “Dan sungguh kami telah muliakan anak-anak Adam, dan kami
tebarkan mereka di darat dan di laut serta kami anugerahi mereka
rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna daripada kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan.
(QS. Al-Israa‟/ 17: 70)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman jadilah kalian orang yang teguh
dan bersaksi kepada Allah dengan adil dan janganlah kalian
menjadikan urusan satu kaum menjadikan kalian berlaku tidak adil,
berlaku adil kalian sesungguhnya ia lebih dekat kepada ketakwaan
dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kalian perbuat.”
(QS. Al-Maai‟dah/5: 8)
• MKDU4221/MODUL 5 5.41
i. Tasamuh
Keyakinan yang berbeda harus dihormati. Oleh karena itu, pemaksaan
dan penindasan manusia agar menerima Islam bukanlah perbuatan yang baik.
Kebebasan beragama sangat dijamin oleh Islam.
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam agama, telah jelas mana yang baik dan
mana yang buruk.”
(QS. Al-Baqarah/2: 256)
Atas dasar sikap tasamuh inilah, tidak benarkan umat Islam menghina umat
agama lain. Allah berfirman:
Artinya: “Aku (orang Islam) tidak akan menyembah apa yang kau (kafir)
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan (Allah) yang aku
sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu tidak pernah pula penyembah apa yang aku
sembah. Dan kamu juga tidak pernah pula menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku.”
(QS. Al-Kaafiruun/109: 2-6)
j. Bermusyawarah
Musyawarah merupakan upaya memecahkan bersama untuk
menghindari penyimpangan dan meletakkan langkah-langkah bersama yang
secara bulat disepakati.
• MKDU4221/MODUL 5 5.43
Rasulullah bersabda: “Tidaklah suatu kaum bermusyawarah melainkan
mereka diberi petunjuk kepada apa yang paling baik bagi persoalan-persoalan
mereka.”
k. Menjalin perdamaian
Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau (hai Muhammad) kecuali sebagai
rahmat kepada alam.”
b. Memanfaatkan alam
L A T I H A N
• MKDU4221/MODUL 5 5.45
R A N G K U M A N
T E S F O R M A T I F 2
2) Sendi akhlak mulia yang bersifat batin menurut al-Ghazali ada empat,
salah satunya adalah ....
A. jujur
B. pemaaf
C. hikmah
D. qanaah
4) Akhlak terhadap diri sendiri meliputi antara lain adalah sabar. Sabar
berarti ....
A. lapang dada ketika mendapat musibah
B. pasrah terhadap nasib
• MKDU4221/MODUL 5 5.47
6)
Ayat tersebut berkenaan dengan akhlak terhadap orang lain, yaitu ....
A. musyawarah
B. ta’awun
C. musawah
D. tasyakur
8) Manusia harus berbuat baik kepada orang tua. Hal tersebut dalam Al-
quran terdapat dalam surat ....
A. Al-Isra: 23-24
B. Yunus: 101
C. Al-Hujurat: 13
D. Al-Baqarah: 28
9) Salah satu akhlak terhadap orang lain adalah ta’awun. Ta’awun adalah
saling ....
A. mengasihi
B. menghormati
C. menolong
D. hormat
10)
Ayat tersebut berkaitan dengan akhlak ....
A. terhadap Allah
B. terhadap manusia
C. terhadap alam
D. akhlak terhadap diri sendiri
• MKDU4221/MODUL 5 5.49
Daftar Pustaka
Abu Bakar Muhammad. (Tanpa Tahun).
Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al-
Qur’an. Surabaya: Al-Ikhlas.
of Chicahgo Press.