Anda di halaman 1dari 58

MO DUL 5

Agama sebagai Sumber Moral dan


Akhlak Mulia dalam Kehidupan

Drs. Wawan Suharmawan, M.Pd.

P E N D A H U L U A N

M odul ini merupakan kelanjutan dari modul keempat. Dalam modul


keempat, Anda tentu sudah memahami fungsi profetis agama dalam
bidang hukum sehingga diharapkan muncul kesadaran untuk taat kepada
hukum. Akan tetapi, kesadaran untuk menaati taat hukum saja tidak cukup
dalam menjalani kehidupan ini. Anda juga harus memiliki kesadaran etis
untuk menjadi manusia yang baik, baik dalam hubungannya dengan Tuhan,
dengan diri sendiri, dengan sesama, maupun dengan alam.
Atas dasar itulah, maka dalam modul ini sebagai kelanjutan dari modul
sebelumnya, Anda akan mempelajari agama sebagai sumber moral dan
menjelaskan beberapa perilaku mulia dalam kehidupan. Dengan
mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu menjelaskan agama
sebagai sumber moral dan menjelaskan akhlak mulia dalam kehidupan.
Dengan pemahaman tersebut, Anda tidak saja akan menjadi manusia yuridis
(sadar hukum) akan tetapi juga manusia etis (sadar etika).
Untuk membantu Anda mendapatkan semua itu, maka dalam modul
kelima ini akan dijelaskan pengertian agama, klasifikasi agama, pengertian
moral, susila, budi pekerti, akhlak dan etika, hubungan moral, susila, budi
pekerti, akhlak dan etika, agama sebagai sumber moral, akhlak mulia dan
akhlak tercela, beberapa akhlak mulia dalam kehidupan. Dalam proses
pembelajarannya materi-materi tersebut dibagi ke dalam dua kegiatan
belajar, yaitu:
1. agama sebagai sumber moral;
2. akhlak mulia dalam kehidupan.

Untuk membantu pemahaman Anda mengenai materi-materi tersebut,


dalam modul ini akan disajikan pembahasan dan latihan.

5.2 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Agar Anda dapat berhasil dengan baik mempelajari modul ini, maka
ikutilah petunjuk-petunjuk belajar sebagai berikut.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul
ini.
2. Mulailah dengan basmalah ketika Anda membaca modul ini.
3. Baca sepintas bagian demi bagian modul ini dan temukan kata-kata
kunci (key words) dan kata-kata lainnya yang dianggap baru. Carilah
kata-kata tersebut di dalam kamus atau ensiklopedia yang Anda miliki.
4. Pahami ide pokok dari setiap uraian pada modul ini dan imajinasikan
dalam pikiran Anda.
5. Diskusikan pemahaman Anda mengenai pengertian-pengertian dalam
modul ini dengan mahasiswa atau tutor.

• MKDU4221/MODUL 5 5.3

KEg I A TA N
B EL A JA R 1
Agama sebagai Sumber Moral

egiatan Belajar 1 ini akan menguraikan sub-sub pokok bahasan

K sebagai berikut: (1) pengertian agama, (2) klasifikasi agama,


(3) pengertian moral, susila, budi pekerti, akhlak dan etika, (4) hubungan
antara moral, susila, budi pekerti, akhlak dan etika, (5) agama sebagai
sumber moral.

A. PENGERTIAN AGAMA

Agama yang sudah menjadi bahasa Indonesia, secara etimologis berasal


dari bahasa Sanskerta terdiri dari kata: a artinya tidak, gama artinya
kacau. Agama berarti tidak kacau. Sebagian yang lain mengartikan a
adalah cara,
gama adalah jalan. Agama berarti cara jalan, maksudnya cara berjalan
menempuh keridaan Tuhan.
Dalam bahasa Inggris agama disebut religion, berasal dari bahasa latin
relegere artinya mengumpulkan, membaca. Religion mengandung pengertian
kumpulan cara-cara peribadatan yang terdapat dalam kitab suci yang harus
dibaca.
Dalam bahasa Arab agama adalah din yang secara etimologis memiliki
arti: balasan atau pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan,
taat dan patuh, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan, hukum
yang harus dipatuhi, menguasai dan menuntut untuk patuh kepada Tuhan
dengan menjalankan ajarannya, membawa kewajiban yang jika tidak
dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan membawa balasan baik
kepada
yang taat memberi balasan buruk kepada yang tidak taat.
Secara terminologis, Hasby as-Shiddiqi mendefinisikan agama sebagai
dustur (undang-undang) ilahi yang didatangkan Allah buat menjadi
pedoman hidup dan kehidupan manusia di alam dunia untuk mencapai
kerajaan dunia dan kesentosaan di akhirat. Agama adalah peraturan Tuhan
yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kepercayaan, sistem
penyembahan dan sistem kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.

5.4 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Endang Saefudin Anshari menyimpulkan bahwa agama meliputi: sistem


kredo kepercayaan atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; sistem
ritus tata cara peribadatan manusia kepada yang mutlak; dan sistem norma
atau tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia
dan hubungan dengan alam lainnya sesuai dan sejalan dengan tata keimanan
dan tata peribadatan tersebut.

B. KLASIFIKASI AGAMA

Para sarjana telah membuat pelbagai klasifikasi tentang agama. Ahmad


Abdullah al-Masdoosi mengklasifikasikan agama ke dalam tiga kategori:
1) wahyu dan non-wahyu, 2) misionaris dan non-misionaris, dan 3) rasial dan
universal.

1. Wahyu dan Non-wahyu


Yang dimaksud dengan agama wahyu adalah agama yang menghendaki
iman kepada Tuhan, kepada para rasul-rasul-Nya dan kepada kitab-kitab-
Nya serta pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.
Sebaliknya agama non-wahyu tidak memandang esensial penyerahan
manusia kepada tata aturan ilahi di atas. Berikut adalah perbedaan agama
wahyu dan non- wahyu.
Pertama, agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan
sedangkan agama bukan wahyu tidak demikian.
Kedua, agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama non-
wahyu tidak.
Ketiga, sumber utama ketentuan baik dan buruk dalam agama wahyu
adalah kitab suci sedangkan dalam agama non-wahyu, bukan sumber utama.
Keempat, semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan
agama non-wahyu di luar area tersebut.
Kelima, agama wahyu timbul di daerah-daerah yang secara historis di
bawah pengaruh ras semitik, walaupun kemudian menyebar luas ke luar
area pengaruh ras semitik, sedangkan agama non-wahyu lahir di luar
wilayah pengaruh ras semitik.
Keenam, sesuai dengan ajarannya agama wahyu bersifat misionaris,
sedangkan agama non-wahyu tidak bersifat misionaris.
Ketujuh, ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama non-
wahyu kabur dan sangat elastis.

• MKDU4221/MODUL 5 5.5

Kedelapan, agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap bagi
pemeluknya, sedangkan agama non-wahyu hanya pada aspek tertentu saja.
Yang tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Di
luar yang tiga itu adalah agama non-wahyu, seperti Hindu, Budha,
Confusionisme.

2. Misionaris dan Non-misionaris


Agama misionaris adalah agama yang ajarannya mengharuskan
penganutnya menyebarkan kepada seluruh manusia. Sedangkan agama non-
misionaris tidak memuat tuntutan tersebut. Menurut Al-Masdoosi agama
yang tergolong misionaris hanya Islam. Akan tetapi pada perkembangan
berikutnya, Kristen dan Budha menjadi agama misionaris.

3. Rasial dan Universal


Ditinjau dari segi rasial dan geografis agama di dunia terbagi ke dalam
tiga golongan: 1) semitik, 2) arya, dan 3) mongolia. Yang termasuk agama
smitik adalah Yahudi, Kristen dan Islam. Sedangkan yang tergolong arya
adalah Hindu, Jainisme, Sikhiisme, Zoaterianisme. Sedangkan yang
tergolong mongolian adalah Confusionisme, Taoisme, dan Shintoisme.

C. PENGERTIAN MORAL, SUSILA, BUDI PEKERTI, AKHLAK,


DAN ETIKA

1. Pengertian Moral
Secara etimologis moral berasal dari bahasa Latin, mores, bentuk
jamak dari more, artinya adat atau kebiasaan. Secara terminologi moral
adalah ajaran tentang tindakan seseorang yang dalam hal sifat, perangai,
kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan
benar atau salah, baik atau buruk.
Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide
yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana
yang wajar. Jadi moral adalah tindakan yang umum sesuai dengan dan
diterima oleh lingkungan tertentu atau kesatuan sosial tertentu.
Sementara itu dalam The Advanced Leaner’s Dictinary of Current
English dikemukakan pengertian moral sebagai: 1) prinsip-prinsip yang
berkenan dengan benar dan salah, baik dan buruk; 2) kemampuan untuk

5.6 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

memahami perbedaan antara benar dan salah, dan 3) ajaran atau gambaran
tingkah laku yang baik.
Dengan demikian, moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik
buruknya manusia sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan
“keseluruhan norma-norma dan nilai-nilai dan sikap moral seseorang atau
masyarakat.” Moral mengacu pada baik buruk perilaku bukan pada fisik
seseorang.
Jika kita perhatikan lebih mendalam definisi tentang moral, kita bisa
memahami bahwa moral adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang
yang mempunyai nilai baik atau buruk, salah atau benar, layak atau tidak
layak. Ketika seseorang mengatakan bahwa ia moralnya buruk. Artinya
adalah bahwa apa yang dilakukannya itu mempunyai sifat buruk atau tidak
layak atau tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Sebaliknya kalau
dikatakan ia moralnya baik berarti apa yang dilakukannya itu mempunyai
nilai baik karena sesuai dengan ketentuan umum dan layak untuk dilakukan.
Selanjutnya terkait dengan masalah moral adalah kesadaran yang
disebut dengan kesadaran moral. Kesadaran moral adalah pengetahuan
bahwa ada yang baik dan ada yang buruk yang dengan pengetahuannya ia
memilih untuk melakukan suatu perbuatan tanpa ada paksaan dari siapa
pun. Suatu perbuatan itu bisa dikategorikan baik atau buruk jika perbuatan
itu dilakukan secara sadar atau karena punya kesadaran moral. Orang yang
melakukan suatu perbuatan tanpa ada kesadaran, maka perbuatannya itu
tidak bisa dikategorikan baik atau buruk. Misalnya, seseorang anak kecil
yang mengambil kotoran ayam ketika disodorkan kepadanya, maka
perbuatan si anak itu tidak bisa dianggap buruk karena anak itu belum
punya kesadaran tentang baik dan buruk. Atau seperti orang gila,
perbuatannya itu tidak bisa
dikatakan baik atau buruk karena ia tidak sadar. Karena itulah, orang gila
karena hilang kesadarannya tidak bisa dikatakan tidak bermoral sekalipun ia
berperangai buruk.
Kesadaran moral ini menjadi penting, karena satu-satunya makhluk
Tuhan yang diberi kesadaran adalah manusia. Dengan kesadaran itu
manusia diberi kebebasan untuk memilih mana yang baik dan mana yang
buruk. Apa yang dilakukannya tentu mempunyai akibat-akibat tertentu.
Hanya saja orang yang mempunyai kesadaran akan selalu mengikuti hal-hal
yang memang secara moral baik. Kesadaran moral itu timbul karena:
Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang
baik. Perasaan ini telah ada dalam setiap diri manusia, siapa pun dan di mana

• MKDU4221/MODUL 5 5.7

pun ia. Karena itulah jika perasaan wajib itu tidak dilaksanakan maka ia
disebut pelanggaran. Manusia terlahir fitrah, yakni suci. Dalam arti punya
kecenderungan terhadap kebaikan. Karena fitrahnya ini manusia senantiasa
mempunyai suara batin untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai
dengan hati nuraninya. Ketika suara batin ini tidak ditaati maka ia akan
merasa tidak tenang dan tidak tenteram.
Kedua, objektif dan rasional. Kesadaran moral ini muncul berdasarkan
akal. Dengan akalnya ini manusia bisa mengetahui baik atau buruk suatu
perbuatan dan itu berlaku secara universal, artinya sama di setiap tempat
dan sama dalam pandangan setiap orang. Misalnya, menghormati orang tua.
Perbuatan itu berlaku objektif dan rasional. Perbuatan hormat kepada orang
tua mempunyai nilai yang baik di semua tempat dan di semua kebudayaan.
Dan semua akal manusia menerima bahwa perbuatan itu memang baik.

2. Pengertian Susila dan Budi Pekerti


Secara etimologis kata susila berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu su
dan sila. Su berarti baik, bagus, dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan
hidup, atau norma. Secara terminologi, susila adalah aturan-aturan hidup
yang baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik,
sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk.
Susila biasanya bersumber pada adat yang berkembang di masyarakat
setempat tentang suatu perbuatan itu tabu atau tidak tabu, layak atau tidak
layak. Dengan demikian susila menunjuk pada arti perilaku baik yang
dilakukan seseorang.
Sementara budi pekerti merupakan kata majemuk dari kata budi dan
pekerti. Kata budi berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti sadar, yang
menyadarkan, alat kesadaran. Budi secara istilah adalah yang ada pada
manusia yang berubungan dengan kesadaran yang didorong oleh akal.
Sementara, pekerti apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh
perasaan. Budi pekerti adalah perpaduan dari hasil akal dan rasa yang
berwujud pada karsa dan tingkah laku manusia.
Selanjutnya kata susila sering disempitkan artinya menjadi sopan,
beradab, baik budi bahasanya. Tidak salah memang karena susila
menyangkut pula kesopanan dan keadaban hanya saja yang termasuk ke
dalam susila itu bukan hanya sopan dan beradab serta halus tutur katanya.
Itu hanya sebagian saja.

5.8 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

3. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk jamak
(plural) dari khuluq ( ). Secara bahasa akhlak mempunyai arti tabiat,
perangai, kebiasaan, atau karakter. Menurut kamus al-Munjid, kata akhlak
mempunyai akar yang sama dengan kata khalqun (kejadian),

khaliqun
(pencipta) dan makhluqun (yang diciptakan). Dalam arti
bahasa akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika.
Berdasarkan arti akhlak secara bahasa, arti istilah akhlak yang
dikemukakan oleh para ulama juga mengacu pada masalah tabiat atau
kondisi batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Berikut ini adalah
pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:
Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak
sebagai kehendak yang biasa dilakukan. Artinya segala sesuatu kehendak
yang terbiasa dilakukan disebut akhlak.
Ibn Maskawih dalam kitabnya, Tahzib al-Akhlaq wa Tathirul A’raq,
mendefinisikan akhlak sebagai: “Keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pemikiran dan pertimbangan (sebelumnya)”, dan Imam Ghazali dalam
kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisi akhlak sebagai: “Segala sifat yang
tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.”
Dari definisi-definisi tersebut di atas jelas bahwa akhlak adalah suatu
keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan
pemikiran lebih lanjut. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami
yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau
tidak melakukannya, seperti rasa takut dan sebagainya. Selain itu, suasana
jiwa, adakalanya juga disebabkan oleh pengaruh adat istiadat yang berlaku
seperti orang yang membiasakan berkata benar secara terus menerus, maka
jadilah suatu bentuk akhlak yang tertanam dalam jiwa atau batin.
Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil
dua hal penting tentang akhlak, yaitu:
a. akhlak berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak;
b. akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan
perbuatan yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).

• MKDU4221/MODUL 5 5.9

Dengan demikian, akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan


manusia sebagai ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak
meskipun berpangkal dari jiwa tapi ia tidak berhenti di dalam jiwa saja
melainkan ternyatakan dalam perbuatan.
Untuk meraih kesempurnaan akhlak, seseorang harus melatih diri dan
membiasakannya dalam hidup sehari-hari. Seseorang harus berlatih dan
membiasakan diri berpikir dan berkehendak baik, serta membiasakan
pemikiran dan kehendak baiknya itu dipraktikkan dalam wujud perbuatan
dalam hidup sehari-hari.
Dengan cara demikian seseorang akan meraih kesempurnaan akhlak,
sebab akhlak seseorang bukanlah tindakan yang direncanakan pada saat-saat
tertentu saja, namun akhlak merupakan keutuhan kehendak dan perbuatan
yang melekat pada jiwa seseorang yang tampak pada perilakunya sehari-
hari.

4. Pengertian Etika
Etika secara etimologis (berdasarkan asal-usul kata) berasal dari bahasa
Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara istilah etika
adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Sebagian
ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku
perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang
dapat ditentukan akal.
Ahmad Amin, misalnya, mengartikan etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
Soegarda Poerbakawatja, mengartikan etika sebagai filsafat nilai,
kesusilaan tentang baik buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan
juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.
Dalam van Dale’s Grootwoordenbooek dikemukakan etika sebagai
filsafat praktis, yakni kaidah-kaidah rasa moral, ajaran tentang filsafat
rohani umumnya.
Ensiklopedi Winkler mendefinisikan etika sebagai bagian dari filsafat
yang memperkembangkan teori tentang tindakan, dalil-dalilnya dan tujuan
yang diarahkan kepada makna tindakan.
A Handbook of Christian Ethics, menyebutkan etika sebagai ilmu
normatif yang memandang manusia sebagai tenaga moral,

5.10 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

mempertimbangkan tindakan kebiasaannya dan karakter dengan tinjauan


tentang benar dan salahnya, kecenderungannya kepadanya yang baik dan
yang buruk.
Berikutnya dalam Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai
filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dari konsep-
konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
Selanjutnya Frankena, sebagaimana juga dikutip Ahmad Charris Zubair
mengatakan bahwa etika adalah sebagai cabang filsafat, yaitu filsafat moral
atau pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan pertimbangan
moral.
Dari definisi di atas kita dapat memahami etika dari empat sudut: objek,
sumber, fungsi, dan sifat. Pertama, dilihat dari objek pembahasannya,
etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Perbuatan manusia itu sendiri yang menjadi objek etika ada dua, yaitu,
pertama, perbuatan-perbuatan yang timbul dari seseorang yang
melakukannya dengan sengaja dan dia sadar saat melakukannya. Kedua,
perbuatan-perbuatan yang timbul dari seseorang yang tiada kehendak, dan
tidak sadar waktu dia melakukannya, tetapi dapat diikhtiarkan
perjuangannya, untuk melakukan atau tidak melakukannya di waktu dia
sadar.
K edua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran
atau filsafat. Karena itu, etika merupakan hasil dari pergumulan akal dalam
upaya memahami perbuatan manusia dari sudut nilai baik, buruk, benar,
salah, layak tidak layak, sesuai dengan kemampuan penelitian akal manusia.
Selain itu, etika dalam penyusunan teori-teorinya juga memanfaatkan
berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi,
psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan sebagainya. Hal ini
memungkinkan, karena berbagai ilmu yang disebutkan itu memiliki objek
pembahasan yang sama dengan etika, yaitu perbuatan manusia.
Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagi penilai,
penentu, dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, hina, dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan
sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh
manusia. Peranan etika dalam hal ini tampak sebagai wasit atau hakim, dan
bukan sebagai pemain. Ia merupakan suatu konsep atau pemikiran mengenai
nilai- nilai untuk digunakan dalam menentukan posisi atau status perbuatan
yang

• MKDU4221/MODUL 5 5.11

dilakukan manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai


yang ada.
K eempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif. Karena etika
bersumber dari akal sedangkan akal manusia tidak sama, maka etika yang
dihasilkan oleh seseorang bukanlah sebuah kebenaran mutlak yang wajib
diikuti oleh yang lainnya. Di samping itu karena pemikiran manusia atau apa
yang dihasilkan oleh akal dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, maka etika
bisa berubah-ubah sesuai dengan perubahan situasi dan tempat.
Dengan demikian etika merupakan sebuah ilmu pengetahuan
sebagaimana ilmu-ilmu pengetahuan lainnya seperti sosiologi, antropologi,
psikologi.
Etika sebagai sebuah ilmu sama dengan ilmu akhlak, yakni kajian
tentang laku perbuatan manusia dari segi baik dan buruk, harus dilakukan
dan tidak boleh dilakukan berdasarkan akal. Hanya saja, ilmu akhlak atau
etika Islam tidak hanya bersumber pada akal, melainkan pula yang
terpenting adalah Al-Qur‟an dan Hadits.

D. HUBUNGAN MORAL, SUSILA, BUDI PEKERTI, AKHLAK,


DAN ETIKA

Jika kita perhatikan semua uraian tentang moral, susila, budi pekerti,
akhlak, dan etika maka kita bisa menyimpulkan bahwa dari segi fungsinya,
semuanya berfungsi sebagai pengarah atau petunjuk agar seseorang
mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Dengan itu
manusia diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang baik
agar tercipta sebuah masyarakat dengan warganya yang baik, sopan.
Kemudian dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangkan
akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadits sementara rasio hanya
pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh Al-Quran dan
Hadits. Sementara moral dan susila atau budi pekerti umumnya berdasarkan
pada ketentuan atau kebiasaan umum yang berlaku di masyarakat.
Selain itu, etika (ilmu akhlak) bersifat teoretis sementara moral, susila,
akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang
baik dan mana yang buruk, susila berbicara mana yang tabu dan mana yang
tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah, layak tidak layak.
Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau
kenapa perbuatan itu dikatakan buruk. Etika menyelidiki, memikirkan dan

5.12 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran


yang baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil
dari penelitian etika.
Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah.
Akhlak dalam Islam bersifat tetap dan tidak bisa diubah-ubah oleh
pemikiran manusia. Apa yang dikatakan baik oleh al-Qur‟an dan apa yang
dikatakan buruk oleh Hadits maka sampai kapan pun akan tetap berlaku.
Meskipun demikian, karena ayat-ayat al-Quran terbatas dan Hadits juga
terbatas pula sedangkan kehidupan manusia terus berubah dan terus
berkembang, maka tidak setiap apa yang ditemukan dalam masyarakat
secara otomatis langsung ada jawabannya di dalam al-Quran atau Hadits.
Untuk hal- hal tertentu al-Quran menyerahkan kepada para ulama untuk
menggali nilai- nilai yang terdapat dalam al-Quran dan Hadits yang
dinyatakan secara dalam kedua sumber itu secara umum.
Meskipun akhlak dalam Islam bersumber kepada Al-Qur‟an dan Sunnah
sementara etika moral, dll. bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap
saja bahwa semuanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal
ini akhlak Islam sangat membutuhkan terhadap etika, moral dan susila
karena:
Pertama, Islam mempunyai penghormatan yang besar terhadap
penggunaan akal dalam menjabarkan ajaran-ajaran Islam. Allah menyuruh
manusia untuk menggunakan akalnya dalam menelaah, membaca,
menganalisis termasuk merumuskan masalah-masalah yang tidak tercantum
dalam al-Quran secara terperinci. Karena itu akhlak Islam bisa
menggunakan apa yang telah dihasilkan oleh etika, moral, dll. selama tidak
bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Kedua, Islam sangat menghargai budaya suatu masyarakat. Menurut
sejarah keberhasilan agama Islam dalam menyebarkan ajarannya di
nusantara karena Islam sangat menghormati budaya setempat bahkan
budaya setempat
bisa dijadikan sumber hukum selama budaya itu tidak menyimpang. Hal ini
sesuai dengan kaidah Ushul Fiqih:

Artinya: ”Adat itu bisa menjadi sumber hukum.”

Kalau pun adat lokal menyimpang, Islam mengajarkan kepada umatnya


agar mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara bertahap. Allah
berfirman:

• MKDU4221/MODUL 5 5.13
Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan (agama) Tuhanmu dengan
kebijaksanaan dan pengajaran yang baik, dan berbantahlah
(berdebatlah) dengan mereka dengan (jalan) yang terbaik.”
(QS. An-Nahl/16: 125)

Ayat tersebut menjelaskan kepada kita agar kita mengajak manusia


kepada kebenaran itu dengan cara hikmah. Termasuk ke dalam makna
hikmah adalah cara penyampaian yang tidak menyakitkan orang yang

didakwahinya dengan cara


dakwah dan dilakukan bertahap
tidak disesuaikan
sekaligus. dengan
Ayat ini juga kemampuan objek
mengindikasikan
keharusan memahami kondisi sosio-kultural masyarakat, termasuk tradisi
yang diwarisinya. Selama adat itu tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syara’, maka ia bisa menjadi bagian yang harus kita laksanakan termasuk
perihal akhlak.

E. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL

Berbicara tentang moral asosiasinya akan tertuju kepada penentuan baik


dan buruk sesuatu. Dengan apakah seseorang menentukan sesuatu itu baik
atau buruk? Dengan rasio atau tradisi atau yang lainnya.
Aliran rasionalisme berpendapat bahwa rasiolah yang menjadi sumber
moral bukannya yang lain-lain. Yang menentukan baik dan buruknya sesuatu
adalah akal pikiran manusia semata. Plato, Aristotels, Spinoza, Hegel, dan
sebagainya dapat dikategorikan filosof yang beraliran ini.
Aliran hedonisme berpendapat bahwa sumber kebaikan dan keburukan
adalah kebahagiaan. Sesuatu dikatakan baik jika mendatangkan kebahagiaan
dan sebaliknya sesuatu dikatakan buruk jika mendatangkan keburukan.
Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan individu. Aliran ini disebut
egoistik hedonisme. Aliran ini antara lain digagas oleh Epicurus (341-270).

5.14 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Ada lagi aliran hedonisme universal yang berpandangan bahwa kebaikan


dan keburukan diukur oleh kebahagiaan, tetapi kebahagiaan menurut
kebanyakan orang yang merasakannya. Aliran ini digagas oleh John Stuart
Mill (1806-1873). Ia mengatakan kebaikan tertinggi (summmun bonum)
adalah “utility is happiness for the greates number of sentiment being .”
(kebahagiaan untuk jumlah kebanyakan manusia yang sebesar-besarnya).
Aliran tradisionalisme berpendapat bahwa sumber kebaikan dan
keburukan adalah tradisi atau adat istiadat.
Karena peradaban Barat mengalami trauma historis berkenaan dengan
agama, maka peradaban Barat berusaha menyingkirkan agama dalam
kehidupan mereka. Agama tidak lebih dari sekadar ritual peribadatan
semata- mata. Di luar itu, agama tidak berperan apa-apa. Sumber utama
moral adalah akal dengan variasi yang berbeda satu sama lain. Karena akal
manusia terbatas dan relatif, manusia modern kehilangan pegangan mutlak.
Dalam kondisi demikian, ia mengalami krisis moral yang dalam bentuknya
yang ekstrem berakhir dengan bunuh diri. Dalam hubungannya dengan ini,
Muhammad Quthb menulis: “Janganlah kita mudah ditipu oleh gagasan yang
canggih dan tidak tahu persoalan yang sebenarnya, sebab sepanjang moral
telah diputuskan ikatannya dengan akidah terhadap Allah, maka tidak akan
kokoh (kuat) berpijak di muka bumi ini serta memiliki tempat bergantung
terhadap akibat-akibat yang mengiringinya.”
Atas dasar itulah, maka agama memiliki peranan penting dalam usaha
menghapus krisis moral tersebut dengan menjadikan agama sebagai sumber
moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan di dunia ini agar mendapat kebahagiaan sejati, salah
satunya adalah pedoman moral. Melalui kitab suci dan para rasul, Allah telah
menjelaskan prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pedoman oleh umat
manusia. Dalam konteks Islam sumber moral itu adalah al-Qur‟an dan
Hadits.
Mukti Ali, mantan menteri agama pernah mengatakan, “Agama menurut
kami, antara lain memberi petunjuk, bagaimana moral itu harus dijalankan,
agamalah yang memberikan hukum-hukum moral. Dan karenanya agamalah
sanksi terakhir bagi semua tindakan moral, sanksi agamalah yang membantu
dan mempertahankan cita-cita etik.”
Hamka mengatakan bahwa, “agama ibarat tali kekang, yaitu tali kekang
dari pengumbaran pikiran (yang liar/binal), tali kekang dari pengumbaran

• MKDU4221/MODUL 5 5.15

hawa nafsu (yang angkara murka), tali kekang dari pada ucap dan perilaku
(yang keji dan biadab).”
Peranan agama yang sedemikian penting bagi kehidupan moral manusia,
juga diakui oleh W.M Dixon. Dalam bukunya, The Human Situation, antara
lain ia menyatakan bahwa “agama, betul atau salah, dengan ajarannya
percaya kepada Tuhan dan kehidupan akhirat yang akan datang dalam
keseluruhannya, kalau tidak satu-satunya, paling sedikit kita boleh percaya,
merupakan dasar yang paling kuat bagi moral. Dengan mundurnya agama
dan sanksi-sanksinya, maka menjadi masalah yang sangat mendesak: apakah
yang bisa mengganti agama itu? Apakah pembantu etika yang mempunyai
kekuatan yang sama, kalau memang ada yang mempunyai kekuatan yang
bisa menggantikannya?.”
Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah
Agama bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama,
yaitu:
1. agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah dan
tawakal, ulet serta percaya pada diri sendiri;
2. agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani
berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan dengan kesiapan
mengabdi dan berkorban; serta sadar, enggan dan takut untuk melakukan
pelanggaran yang menjurus kepada dosa dan noda;
3. agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh
sifat-sifat mulia dan terpuji, penyantun, toleransi dan manusiawi.

Al-Qur‟an yang menjadi sumber pokok dalam agama Islam merupakan


pedoman dan sumber akhlak bagi manusia. Pada dasarnya al-Quran
merupakan petunjuk bagi semua manusia (hudan li annas), pembeda antara
yang baik dan buruk, benar dan salah.

Artinya: “(Puasa itu) pada bulan Ramadhan yang diturunkan al-Qur‟an pada
bulan itu untuk petunjuk bagi manusia dan beberapa keterangan
dari petunjuk dan memperbedakan antara yang hak dan bathil.”
(QS. Al-Baqarah/2:185)

5.16 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

(
Artinya: “Kitab itu (al-Qur‟an) tidak ada keraguan padanya, jadi petunjuk
bagi orang-orang yang bertaqwa.”
(QS. Al-Baqarah/2:2)

Fazlur Rahman mengatakan bahwa al-Quran merupakan sumber etika


dan moral. Bahkan menurut kajiannya, al-Qur‟an lebih banyak berbicara
mengenai moral (etika dalam pengertian praktis). Dan etika itu tidak terbatas
pada hubungan manusia dengan Tuhan melainkan manusia dengan manusia
dalam pelbagai bidang kehidupan: sosial, politik, ekonomi, dll. Ia
mengatakan: “Kami telah berulang kali menekankan bahwa dasar al-Qur‟an
adalah ajaran moral dan kami telah menunjukkan ide-ide tentang keadilan
sosial dan ekonomi yang secara langsung mengikutinya dalam al-Quran.”
Demikian halnya dengan Sunnah. Sama halnya dengan al-Qur,an,
Sunnah pun merupakan sumber utama moral setelah al-Qur‟an. Sunnah
adalah segala hal yang disandarkan kepada Rasulullah baik berupa ucapan,
perbuatan, maupun perilaku. Termasuk ke dalam Sunnah adalah hal yang
berkaitan dengan akhlak Rasulullah.
Sunnah sebagai sumber akhlak setelah Al-Qur‟an ditegaskan oleh Al-
Qur‟an sendiri sebagaimana terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.”
(QS. Al-Ahzab/33:21)

Ayat ini jelas memerintahkan kepada kita agar mencontoh Rasulullah


dalam segala hal karena dalam diri Rasulullah itu ada suri tauladan yang
baik. Hal yang juga mendukung Sunah sebagai sumber akhlak adalah risalah
kenabian Muhammad. Nabi Muhammad diutus oleh Allah di muka bumi ini,

• MKDU4221/MODUL 5 5.17

tidak lain adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Sebagaimana


tersebut dalam hadits:

Artinya: akhlak.”
“Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan kemuliaan

(HR. Ahmad)

Nabi Muhammad sebagai sumber akhlak, karena nabi merupakan contoh


konkret pelaksanaan wahyu Allah yang tertuang dalam al-Quran. Segala
ucapan, tingkah laku, sopan santun Nabi merupakan model bagi umat
manusia dalam menempuh perjalaan di muka bumi ini.
Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan
manusia, salah satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai
wahyu dari Tuhan sangat efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam
mengarahkan manusia agar tidak melakukan tindakan amoral. Berbeda
dengan akal manusia yang tidak memiliki daya tekan karena sifatnya yang
relatif sehingga moral yang dihasilkannya akan mengalami perubahan seiring
dengan perubahan waktu dan tempat. Hal ini dirasakan oleh manusia modern
di mana akhlak yang ditentukan oleh akal telah membuat manusia modern
kehilangan arah, orientasi hidup dan tujuan luhur sebagai manusia yang
diciptakan.
Karena itu, menempatkan agama pada posisi semula bisa menjadi
penawar kebingungan manusia modern. Moral yang bersumber agama
bersifat mutlak, permanen, eternal dan universal. Ia tidak tunduk kepada
ruang dan waktu. Nilai-nilai moral dalam Islam berlaku untuk semua orang
dan semua tempat tanpa memandang latar belakang etnis kesukuan,
kebangsaan, dan sosio-kultural serta lingkungan geografis mereka. Karena
sifatnya yang eternal tersebut, maka moral Islam menjadi pijakan dan
pedoman.

5.18 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

L A T I H A N
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan pengertian agama baik secara etimologis maupun secara


terminologis?
2) Jelaskan klasifikasi agama menurut al-Maqdoosi!
3) Jelaskan pengertian moral, budi pekerti, akhlak, etika dan hubungan di
antara semuanya!
4) Meskipun akal bisa dijadikan sumber akhlak, akan tetapi ia tetap agama
adalah sumber yang mutlak. Mengapa? Jelaskan!
5) Jelaskan pengertian agama sebagai sumber akhlak!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1, Anda dipersilakan


menyimak uraian tentang pengertian agama.
2) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 2, Anda dipersilakan
menyimak uraian tentang klasifikasi agama.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3, Anda dipersilakan
menyimak uraian tentang pengertian moral, budi pekerti, akhlak, etika
dan hubungan di antara semuanya.
4) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 4 dan 5, Anda dipersilakan
menyimak uraian tentang agama sebagai sumber akhlak.

R A N G K U M A N

Agama dalam bahasa Indonesia, religion dalam bahasa Inggris, dan


di dalam bahasa Arab merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata
cara peribadatan hubungan manusia dengan Sang Mutlak, hubungan
manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya
yang sesuai dengan kepercayaan tersebut.
Dalam studi agama, para ahli agama mengklasifikasikan agama ke
dalam pelbagai kategori. Menurut al-Maqdoosi agama diklasifikasikan
menjadi 3 kategori: 1) agama wahyu dan non-wahyu, 2) agama
misionaris dan non-misionaris, dan 3) agama lokal dan universal.

• MKDU4221/MODUL 5 5.19

Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki


peranan yang signifikan bagi kehidupan manusia karena di dalamnya
terdapat seperangkat nilai yang menjadi pedoman dan pegangan
manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral.
Moral adalah sesuatu yang berkenaan dengan baik dan buruk. Tak
jauh berbeda dengan moral hanya lebih spesifik adalah budi pekerti.
Akhlak adalah perilaku yang dilakukan tanpa banyak pertimbangan
tentang baik dan buruk. Adapun etika atau ilmu akhlak kajian sistematis
tentang baik dan buruk. Bisa juga dikatakan bahwa etika adalah ilmu
tentang moral. Hanya saja perbedaan antara etika dan ilmu akhlak (etika
Islam) bahwa yang pertama hanya mendasarkan pada akal, sedangkan
yang disebut terakhir mendasarkan pada wahyu, akal hanya membantu
terutama dalam hal perumusan.
Di tengah krisis moral manusia modern (seperti dislokasi,
disorientasi) akibat menjadikan akal sebagai satu-satunya sumber moral,
agama bisa berperan lebih aktif dalam menyelamatkan manusia modern
dari krisis tersebut. Agama dengan seperangkat moralnya yang absolut
bisa memberikan pedoman yang jelas dan tujuan yang luhur untuk
membimbing manusia ke arah kehidupan yang lebih baik.

T E S F O R M A T I F 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Agama secara etimologis berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu ....


A. a artinya tidak, gama artinya kacau
B. a adalah cara, gama adalah jalan
C. ag adalah jalan, ama adalah benar
D. a adalah tidak, gama adalah benar

2) Agama secara terminologi meliputi, kecuali ....


A. sistem kredo kepercayaan atas adanya sesuatu yang mutlak di luar
manusia
B. sistem ritus tata cara peribadatan manusia kepada yang mutlak
C. sistem norma atau tata kaidah yang mengatur hubungan manusia
dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam lainnya sesuai
dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut
D. sistem aturan agar tidak kacau

5.20 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

3) Secara garis besar agama diklasifikasikan ke dalam ....


B. dua
C. empat
D. lima

4) Yang tidak termasuk klasifikasi agama adalah ....


A. agama nabi dan agama manusia
B. agama wahyu dan nonwahyu
C. agama misionaris dan non-misionaris
D. agama rasial dan agama universal

5) Yang tidak termasuk agama wahyu adalah ....


A. Islam
B. Kristen
C. Yahudi
D. Hindu

6) Ilmu yang mempelajari baik dan buruk disebut etika. Karena itu etika
bisa dikatakan sebagai ....
A. teori tentang moral
B. sesuatu yang baik dan buruk
C. masalah-masalah baik dan buruk
D. kajian sistematis tentang baik dan buruk

7) “Sumber kebaikan dan keburukan adalah kebahagiaan.” Pernyataan


tersebut di kemukakan oleh ....
A. rasionalisme
B. tradisionalisme
C. egoistik hedonisme
D. egoisme

8) Kebaikan dan keburukan diukur oleh kebahagiaan, tetapi


kebahagiaan menurut kebanyakan orang yang merasakannya. Aliran
ini disebut hedonisme universal. Salah seorang penggagasnya adalah
....
A. Jhon Stuart Mill (1806-1873)
B. Epicurus
C. Plato
D. Aristoteles

• MKDU4221/MODUL 5 5.21
9) Sumber utama moral dalam Islam adalah ....

A tradisi
B. sunnah
C. Al-quran
D. akal

10) Agama masih memiliki peranan yang besar bagi kehidupan manusia
modern untuk menghindari krisis moral. Hal tersebut karena ajaran-
ajaran agama bersifat ....
A. absolut
B. relatif
C. bisa berubah
D. dapat disesuaikan dengan perubahan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan

Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.

5.22 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

KEg I A TA N B EL A JA
R 2
Akhlak Mulia dalam Kehidupan

egiatan Belajar 2 ini akan menguraikan sub-sub pokok bahasan


sebagai berikut: (1) akhlak mulia dan akhlak tercela, (2) akhlak mulia
K
dalam kehidupan, yang meliputi: akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri
sendiri, akhlak terhadap orang tua/keluarga, akhlak terhadap sesama, dan
akhlak terhadap alam.

A. AKHLAK MULIA DAN AKHLAK TERCELA

Akhlak adalah kriteria-kriteria perbuatan manusia baik yang bersifat


batin maupun yang bersifat lahir. Dalam perwujudannya baik yang batin
maupun yang lahir ada yang mulia dan ada yang tercela. Jika ia sesuai

d e an p e rin t h A l l ah da n r a su l- N y a y g
y ang ba ik , m a ka i t u lah y a n g d i na m a kan
e m u di an m e la h ir ka n p erb u a t n
ak h la k m ul ia . J ik a t ida k s es u a i dengan ketentuan
Allah dan rasul-Nya, maka dinamakan akhlak tercela.
Akhlak batin merupakan dasar atau sendi bagi akhlak lahir. Akhlak batin
yang mulia akan melahirkan akhlak lahir yang mulia pula, sebaliknya akhlak
batin yang tercela akan melahirkan akhlak lahir yang tercela pula.
Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi atau akhlak batin yang baik
yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan baik dan ada empat sendi
akhlak batin yang tercela yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan
tercela. Keempat sendi akhlak batin yang baik itu adalah sebagai berikut.
1. Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu kebijaksanaan yang artinya
adalah keadaan jiwa yang bisa menentukan antara hal-hal yang benar
dan hal-hal yang salah.
2. Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, yaitu keadaan kekuatan
amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
3. Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu
keadaan syahwat yang terdidik oleh akal.
4. Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas. Wujudnya adalah
adil, yakni kekuatan jiwa yang menuntun amarah dan keinginan sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah (kebaikan dan
kebijaksanaan).

• MKDU4221/MODUL 5 5.23
Dari empat sendi akhlak tersebut di atas akan melahirkan perbuatan-
perbuatan baik, yaitu jujur, suka memberi kepada sesama, tawadu, tabah,
tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang
lain, qana’ah, sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga
diri dari hal-hal yang haram.
Sementara empat sendi-sendi atau dasar-dasar akhlak batin yang tercela
adalah:
1. keji, pintar busuk, bodoh, yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar atau
tidak bisa menentukan yang benar di antara yang salah karena bodohnya;
2. berani tapi sembrono, penakut, dan lemah, yaitu kekuatan amarah yang
tidak bisa dikekang atau tidak pernah dilakukan, sekalipun sesuai
dengan kehendak akal;
3. rakus dan statis, yaitu keadaan syahwat yang tidak terdidik oleh akal dan
syariat agama, berarti ia bisa berlebihan atau sama sekali tidak
berfungsi;
4. aniaya, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh
hikmah.

Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan


tercela yang dikendalikan oleh nafsu, seperti sombong, riya’, mencaci maki,
khianat, dusta, dengki, keji, serakah, „ujub, pemarah, malas, membukakan
aib, kikir, dll. yang kesemuanya akan mendatangkan malapetaka baik bagi
pribadi maupun bagi masyarakat.

B. AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN

Akhlak dalam pengertian budi pekerti harus menjadi sikap batin dan
termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak tersebut meliputi
akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang tua
dan keluarga, akhlak terhadap orang lain/masyarakat, dan akhlak terhadap
alam.

1. Akhlak kepada Allah


Akhlak dalam Islam harus dibangun atas dasar kesadaran akan
keberadaan Allah SWT sebagai pencipta alam semesta beserta seluruh isinya.
Perwujudan daripada kesadaran itu adalah akhlak kepada-Nya, antara lain:

5.24 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •


a. Menauhidkan
Menauhidkan artinya mengesakan bahwa Allah adalah pencipta; bahwa
Allah yang wajib disembah oleh kita, bahwa Allah yang memilik sifat
sempurna dan jauh dari sifat kurang. Dalam Al-Qur‟an ditegaskan,

Artinya: “Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Alah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada satu pun yang setara dengan
Dia.”
(QS. Al-Ikhlas/112:1-4)

b. Beribadah
Karena Allah pencipta maka kita harus beribadah hanya kepada-Nya.

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzaariyaat/51:56)

Artinya: “Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan


orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah/2:21)

c. Bersyukur
Bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia dan nikmat
yang telah diberikan.

• MKDU4221/MODUL 5 5.25

Artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan


menambahkan (nimat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim/14:7)

Artinya: “Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepada
kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian
mengingkari (nikmat)-Ku.”
(QS.Al-Baqarah/2:152)

d. Taqwa
Taqwa adalah melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.

Artinya: “Hai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah


menciptakanmu dari satu diri (Adam), dan daripadanya Allah
menciptakan pasangannya (Hawa). Dan dari keduanya Allah
mengembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan. Bertakwalah
kepada Allah di mana kalian saling pinta meminta sesama kalian
dengan mempergunakan nama-Nya, lagi pula peliharalah hubungan
kasih sayang antara kalian. Sesungguhnya Allah itu adalah
Pengawas kalian.” (QS. An-Nisa/4:4)

Rasulullah bersabda:
“Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, dan
ikutilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik pasti dapat
menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan perangai yang baik.”
(HR Turmudzi)

5.26 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

e. Berdoa
kebaikan baik di dunia maupun di akhirat.

Artinya: “Dan jika hamba-Ku bertanya kepadamu tentang-Ku, maka (jawab)


sesungguhnya Aku dekat, Aku akan memenuhi doa orang yang
berdoa jika ia berdoa kepadaku. Maka mintalah mereka kepada-Ku
dan berimanlah kepada-Ku agar mereka mendapat petunjuk.“
(QS. Al-Baqarah/2:21)

Artinya: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.”
(QS. Al-Mu‟minuun/23: 60).

f. Berdzikir
Berzikir artinya mengingat Allah. Perwujudannya dengan membaca
tahlil, tahmid, tasbih, istighfar.

Artinya: “Dan ingatlah, karena sesungguhnya ingat itu bermanfaat bagi


orang-orang beriman.” (QS. Azd-Dzaariyaat/ 51:55)

Artinya: “Sebab itu ingatlah kepadaku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu
dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah/ 2:152)

• MKDU4221/MODUL 5 5.27
Artinya: “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-
lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‟d/ 13:28)

f. Tawakal
Tawakal adalah sikap pasrah kepada Allah atas ketentuan-Nya sambil
berusaha.

Artinya: “Maka apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah


kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal.” (QS. Ali Imran: 159)

g. Mahabbah (Cinta)
Mahabbah artinya sikap merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang
diwujudkan dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Artinya: “Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.”
(QS.Al-Maa‟idah/5:54)

2. Akhlak kepada Diri Sendiri


Manusia dalam hidupnya pasti mengharapkan kebahagiaan baik
kebahagiaan batin maupun kebahagiaan lahir. Karena harapan ini maka
manusia harus berusaha untuk memperolehnya menurut kemampuannya.
Perwujudan akan harapan tersebut merupakan akhlak terhadap dirinya
sendiri, yang meliputi, antara lain:

a. Kreatif dan dinamis


Kreatif adalah sikap seorang yang selalu ingin menciptakan sesuatu

untuk kebahagiaan hidupnya. Sikap mental ini kemudian ia realisasikan

5.28 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

dalam bentuk berpikir, merenung dan meneliti. Seiring dengan sifat kreatif
adalah sikap dinamis Dinamis adalah sikap mental kita yang ingin selalu
maju dan berubah dari satu kondisi ke kondisi yang lebih baik.

Artinya: “Katakanlah,”Mengembaralah di muka bumi, dan saksikanlah


bagaimana Allah memulai penciptaan; kemudian Allah mewujudkan
ciptaan berikutnya. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segalanya.”
(QS. Al-Ankabut/29:20)

Artinya: “Tidakkah mereka mengembara di bumi ini, lalu melihat apa yang
terjadi dengan orang-orang sebelum mereka? Orang-orang ini lebih
kuat dari mereka; mengolah tanah dan membangunnya melebihi
pekerjaan mereka; rasul-rasulnya mendatangi mereka dengan bukti-
bukti nyata. Allah tidak akan menganiaya mereka, tapi merekalah
yang menganiaya diri sendiri.”
(QS. Ar-Ruum/30:9)

b. Sabar
Sabar adalah sikap mental untuk menerima dan menjalani dengan lapang
dada ketika mendapatkan musibah dan menjalankan perintah. Sabar itu tidak
hanya ketika kita mendapatkan cobaan dan penderitaan. Ada empat macam
sabar: 1) sabar ketika menghadapi cobaan dan musibah, 2) sabar dalam
menghadapi dorongan hawa nafsu yang tidak baik., 3) sabar dalam
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; 4) sabar ketika kita
mendapatkan kebahagiaan.

• MKDU4221/MODUL 5 5.29
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami akan memberikan cobaan kepadamu
dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan hasil
tanaman. Berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka
mengucapkan: ”Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kami akan kembali.”
(QS. Al-Baqarah/2:155-156)

Artinya: “Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah


berkata, ”Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar. Tatkala mereka nampak oleh Jalut
dan tentaranya, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdoa: ”Ya
Tuhan kami, tuangkanlah sabar atas diri kami, dan kokohkanlah
pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang
kafir.”
(QS. Al-Baqarah/2:249-250)

5.30 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Artinya: “Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka


menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan
Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh).
Allah menyukai orang-orang yang sabar (sabirin).“
(QS. Ali-Imran/3:146).

c. Tawadu
Tawadu artinya rendah hati dan tidak sombong. Perwujudan dari sikap
tawadu itu kita tidak sombong, tidak curang, senantiasa baik kepada orang
lain. Allah berfirman:

Artinya: “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang
itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka mengucapkan kata-
kata yang mengandung keselamatan.”
(QS. Al-Furqaan/25:63)
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku, ”Bertaqwalah kamu
sehingga seseorang tidak berlaku sombong terhadap yang lain dan seseorang
tidak berlaku curang atas orang lain.”
(HR. Muslim)

“Sedekah tidak mengurangi harta dan Allah tidak menambah selain


kehormatan kepada seseorang yang memberi maaf, dan tiada seorang
yang bertawadlu secara ikhlas karena Alah melainkan mengangkat
derajatnya.”
(HR. Muslim).

d. Benar

• MKDU4221/MODUL 5 5.31
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertawakallah kamu kepada Allah
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
(QS. At-Taubah/9:119)

Artinya: “Dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat


menasihati supaya menetapi kesabaran.”
(QS. Al-‟Ashr/103:3)

Artinya: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka


mengucapkan perkataan yang baik (benar). Sesungguhnya setan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
(QS. Al-Israa‟ 17:53)
e. Iffah
Iffah adalah menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Termasuk iffah adalah memelihara diri dari meminta-minta.

Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya)
sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu)
mampu maka hendaklah ia menahan diri (dari harta anak yatim
itu).”
(QS. An-Nisaa‟/4:6)

5.32 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •


Artinya: “(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat oleh jihad di
jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang
tidak tahu menyangka mereka orang yang kaya karena memelihara
diri dari meminta-minta.”
(QS. Al-Baqarah/2: 273)

f. Amanah/jujur

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu memberikan amanat kepada


pemiliknya dan jika kamu menghukum di antara manusia maka
hukumlah mereka dengan adil. “
(QS. An-Nisaa‟/4:58)

3. Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga


Ibu dan bapak serta saudara-saudara adalah orang-orang yang paling

dekat dengan
sekarang kita. Sejak
ini mereka kita masih
senantiasa di dekat
berada dalam terus
rahimdengan
hinggakita.
remaja seperti
Merekalah
yang selalu di sisi kita, dan mereka pulalah yang selalu sehati dengan kita.
Apa yang kita rasakan mereka juga merasakannya. Kita bahagia, mereka juga
bahagia, sebaliknya jika kita sakit mereka juga ikut merasakannya. Karena itu
kita harus menghormatinya yang diwujudkan dalam akhlak, antara lain:

• MKDU4221/MODUL 5 5.33

a. Berbakti kepada kedua orang tua


Artinya:“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang
tuamu, kerabat dekatmu, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat,
tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri.”
(QS. An-Nisaa‟/4: 36)

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada
kedua orang tuamu ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang semakin bertambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tua ibu bapakmu.
(QS. Luqman/31:14)

Rasulullah bersabda:
“Pulanglah kepada ibu bapakmu dan baik-baiklah bergaul dengan keduanya.”
(HR. Muslim)

“Berbaktilah kepada ibu bapakmu, pasti nanti anak-anakmu akan berbuat


baik kepadamu.”
(HR. Thabrani)

“Keridlaan Allah tergantung pada keridlaan ibu bapak, dan kutukan Allah
tergantung juga pada kutukan kedua ibu bapak.”
(HR. Tirmidzi)

5.34 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

b. Mendoakan orang tua


Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat kepada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu di antara mereka
atau kedua-duanya sudah umur lanjut dalam pemeliharaannya, maka
janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya hus dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka

u ca p a n y a m ul ia . D an m er e k a
b e r d u a d enga n p e nu h “ W a h a i
r e n d h k lah d irim u t e rh a d a p
k e s a ya n gan da n uc ap k a n la h :
Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”
(QS. Al-Israa‟/ 17: 23-24)

c. Adil terhadap saudara

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu mengambil pelajaran.
(QS. An-Nahl/ 16: 90)

• MKDU4221/MODUL 5 5.35
d. Membina dan mendidik keluarga
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakatnya adalah manusia dan batu.”
(QS. At-Tahrim: 6)

e. Memelihara keturunan

Artinya: “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)
anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia
sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah
dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah
akan menubuhkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
(QS. An-Nahl/16: 58-59)

4. Akhlak terhadap Orang/Masyarakat


Manusia adalah makhluk sosial. Aristoteles mengatakan manusia sebagai
zone politiken atau homo socius. Sebagai makhluk sosial manusia tidak
mungkin hidup sendiri. Jika manusia hidup sendiri maka ia akan rusak
mentalnya dan tidak akan tumbuh normal karena mengingkari hakikatnya
sebagai manusia yang membutuhkan orang lain. Oleh karena itu manusia
akan selalu membutuhkan orang lain. Manusia membutuhkan orang lain
untuk berinteraksi dan komunikasi.
Akan tetapi, untuk mewujudkan hubungan sosial yang baik dan
harmonis dengan orang lain baik yang muslim maupun non-muslim harus
disertai dengan akhlak, antara lain:

5.36 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

a. Membangun sikap ukhuwah atau persaudaraan


Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah di antara keduanya dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al-Hujuraat/49: 10)

b. Melakukan silaturahmi

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka
Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu dahulunya
berada di tepi jurang neraka; lalu Allah melepaskanmu dari sana.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
mendapat petunjuk.”
(QS. Ali-Imran/3 : 103)

c. Ta’awun ialah saling tolong menolong dalam hal kebajikan

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan


takwa, dan janganlah tolong menolong dalam (mengerjakan) dosa

• MKDU4221/MODUL 5 5.37

dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,


sesungguhnya Allah amat besar siksa-Nya.
(QS. Al-Maai‟dah/5: 2)

d. Bersikap adil

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu memberikan amanat kepada


pemiliknya dan jika kamu menghukum di antara manusia maka
hukumlah mereka dengan adil. “
(QS. An-Nisaa‟/4: 58)

e. Bersikap pemaaf dan penyayang

Artinya: “Janganlah bersumpah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan


kelapangan (kekayaan) di antaramu, bahwa mereka tiada akan
memberikan kekayaannya itu kepada karib kerabatnya, orang-orang
yang miskin dan orang-orang yang hijrah di jalan Allah. Hendaklah
mereka memaafkan dan merelakan. Tiadakah kamu suka, bahwa
Allah mengampuni dosamu? Allah Pengampun lagi Pengasih.”
(QS. An-Nuur/24: 22)

5.38 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Artinya: “Maka dengan rahmat Allah, jadi lunaklah hati engkau (ya
Muhammad) terhadap mereka. Kalau sekiranya engkau berbudi
jahat, berhati kasar, niscaya berserai berailah mereka menjauhi
engkau, maka maafkanlah mereka dan minta ampunkanlah untuk
mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka tentang urusan itu.
Apabila engkau bercita-cita (yang tetap), maka bertawakallah
kepada Allah. Sungguh Allah mengasihi orang yang tawakal.”
(QS. Ali-Imran/3: 159)

f. Bersikap dermawan

Artinya: “Jangan engkau jadikan tanganmu terbelenggu ke kuduk engkau dan

j an g an
te r c e l a n an ti e ngkau duduk
b o ro s) .
p u la g k a u e p sk
d a n men y e s al. ( jan gan
se l e p a s - le p s y ,
b a k h i l d a n ja ng an
(QS. Al-Israa‟/17: 29)

g. Menahan marah dan berkata yang baik (lemah lembut)

Artinya: “Ketika engkau berkata kepada orang-orang beriman (dalam


peperangan): Tidakkah mencukupi bagimu, bahwa Tuhanmu
menolongmu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan.”
(QS. Ali-Imran/3: 124)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan


katakanlah perkataan yang betul (baik).”
(QS. Al-Ahzab/33: 70

• MKDU4221/MODUL 5 5.39
Artinya: “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Hijr/15: 88)

h. Sikap musawah dalam arti persamaan dalam hidup bermasyarakat


maupun persamaan dalam hukum. Berkenaan dengan persamaan dalam
arti luas, Allah berfirman:

Artinya: “Wahai manusia sesungguhnya aku telah menciptakan kalian dari


jenis laki-laki dan perempuan kemudian kami jadikan kalian
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling kenal,
sesungguhnya semulia-mulianya kalian di sisi Allah adalah yang
paling bertakwa di antara kalian.” (QS. Al-Hujuraat/ 49: 13)

Dalam hadits Rasulullah bersabda: “Tidak ada keutamaan bagi


bangsa Arab dan bukan Arab dan tidak juga orang kulit putih atas orang kulit
hitam kecuali dengan taqwanya.”

Artinya: “Dan sungguh kami telah muliakan anak-anak Adam, dan kami
tebarkan mereka di darat dan di laut serta kami anugerahi mereka
rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna daripada kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan.
(QS. Al-Israa‟/ 17: 70)

5.40 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •


Artinya: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang
beramal saleh di antara kamu sekalian baik laki-laki maupun
perempuan (karena sebagian kamu adalah turunan dari sebagian
yang lain).”
(QS. Ali-Imran/3: 195)

Dan masih banyak lagi ayat al-Qur‟an yang berbicara menegaskan


prinsip persamaan tersebut.
Berkenaan persamaan dalam hukum, misalnya, Allah berfirman:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman jadilah kalian orang yang teguh
dan bersaksi kepada Allah dengan adil dan janganlah kalian
menjadikan urusan satu kaum menjadikan kalian berlaku tidak adil,
berlaku adil kalian sesungguhnya ia lebih dekat kepada ketakwaan
dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kalian perbuat.”
(QS. Al-Maai‟dah/5: 8)

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah cukup memberi kesempatan


kepada orang yang zalim apabila datang masa siksanya tidak akan
dilepaskan. Kemudian beliau membacakan,”Demikianlah cara Tuhan jika
menyiksa sebuah negeri yang zalim, sungguh siksanya sangat pedih dan
keras.” (HR. Bukari Muslim)

• MKDU4221/MODUL 5 5.41

i. Tasamuh
Keyakinan yang berbeda harus dihormati. Oleh karena itu, pemaksaan
dan penindasan manusia agar menerima Islam bukanlah perbuatan yang baik.
Kebebasan beragama sangat dijamin oleh Islam.

Artinya: “Tidak ada paksaan dalam agama, telah jelas mana yang baik dan
mana yang buruk.”
(QS. Al-Baqarah/2: 256)

Artinya: “Dan apabila Tuhanmu menghendaki niscaya semua manusia akan


beriman kepada Allah, apakah engkau akan memaksa manusia
sehingga mereka beriman.”
(QS. Yunus/10: 99)

Atas dasar sikap tasamuh inilah, tidak benarkan umat Islam menghina umat
agama lain. Allah berfirman:

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka


sembah selain Allah.” (QS. Al-An‟aam/ 6: 108)

5.42 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •


Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab kecuali dengan

cara yang paling baik.”


(QS. Al-Ankabut/29: 46)

Artinya: “Aku (orang Islam) tidak akan menyembah apa yang kau (kafir)
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan (Allah) yang aku
sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu tidak pernah pula penyembah apa yang aku
sembah. Dan kamu juga tidak pernah pula menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku.”
(QS. Al-Kaafiruun/109: 2-6)

j. Bermusyawarah
Musyawarah merupakan upaya memecahkan bersama untuk
menghindari penyimpangan dan meletakkan langkah-langkah bersama yang
secara bulat disepakati.

Artinya: “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,


kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertaqwalah
kepada Allah.”
(QS. Ali-Imran/ 3: 159)

• MKDU4221/MODUL 5 5.43
Rasulullah bersabda: “Tidaklah suatu kaum bermusyawarah melainkan
mereka diberi petunjuk kepada apa yang paling baik bagi persoalan-persoalan
mereka.”

Musyawarah adalah media untuk menyinkronkan perbedaan-perbedaan


dalam keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak.

Artinya: “Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara


mereka.”
(Asy-Syuura/ 42 : 38)

k. Menjalin perdamaian

Artinya: “Mereka itu ditimpa kehinaan di mana mereka berada, kecuali


dengan tali (agama) dari Allah dan tali (perdamaian) dari manusia.”
(QS. Ali-Imran/ 3: 112)

Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau (hai Muhammad) kecuali sebagai
rahmat kepada alam.”

5. Akhlak kepada Alam


Alam adalah ciptaan Allah dan diperuntukkan bagi manusia untuk
kebaikan dan pengabdian kepada-Nya. Karena itu, akhlak yang harus
diwujudkan terhadap alam, antara lain:

5.44 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

a. Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam


Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal.”
(QS. Ali-Imran/ 3: 190)

b. Memanfaatkan alam

Artinya: “Katakanlah,”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.


Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang
memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(QS. Yunus/10: 101)

L A T I H A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan pengertian akhlak mulia dan akhlak tercela!


2) Sebutkan dan jelaskan sendi-sendi akhlak mulia dan akhlak tercela
menurut Imam al-Ghazali!
3) Sebutkan sebagian akhlak terhadap Allah! Jelaskan dan tulis sebagian
ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengannya!
4) Mengapa kita harus berakhlak mulia kepada orang tua? Tulis ayat al-
Qur‟an yang berkaitan dengannya!

• MKDU4221/MODUL 5 5.45

5) Jelaskan pengertian tasamuh, taawun, dan musawah diserta ayat al-


Qur‟an!
6) Bagaimana perwujudan akhlak terhadap alam?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 dan 2, Anda dipersilakan


menyimak uraian tentang akhlak mulia dan akhlak tercela.
2) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3, Anda dipersilakan
menyimak uraian tentang akhlak mulia dalam kehidupan, terutama sub-
bab uraian tentang akhlak terhadap Allah.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 4, Anda dipersilakan
menyimak uraian tentang akhlak mulia dalam kehidupan, terutama sub-
bab uraian tentang akhlak terhadap orang tua.
4) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5, Anda dipersilakan
menyimak uraian tentang akhlak mulia dalam kehidupan, terutama sub-
bab uraian tentang akhlak terhadap sesama.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 6, Anda dipersilakan
menyimak uraian tentang akhlak mulia dalam kehidupan, terutama sub-
bab uraian tentang akhlak terhadap alam.

R A N G K U M A N

Akhlak dalam praktiknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah


dan ada akhlak yang tercela yang disebut akhlak madzmumah. Akhlak
mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang
diajarkan Allah dan Rasul-Nya sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak
sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya. Kemudian dari
pada itu, kedua kategori akhlak tersebut ada yang bersifat batin dan ada
yang bersifat lahir. Akhlak batin melahirkan akhlak lahir.
Menurut al-Ghazali sendi akhlak mulia ada empat: hikmah, amarah,
nafsu, keseimbangan di antara ketiganya. Keempat sendi tersebut
melahirkan akhlak-akhlak berupa: jujur, suka memberi kepada sesama,
tawadlu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama,
menghormati orang lain, qana’ah, sabar, malu, pemurah, berani
membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram. Sedangkan
empat sendi akhlak batin yang tercela adalah keji, bodoh, rakus, dan

5.46 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

aniaya. Empat sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa:


pemarah, boros, peminta, pesimis, statis, putus asa.
hubungannya dengan Allah – akhlak terhadap Allah, antara lain: tauhid,
syukur, tawakal, mahabbah; hubungannya dengan diri sendiri – akhlak
terhadap diri sendiri, antara lain: kreatif dan dinamis, sabar, iffah, jujur,
tawadlu; dengan orang tua atau keluarga – akhlak terhadap orang tua,
antara lain: berbakti, mendoakannya, dll.; hubungannya dengan sesama –
akhlak terhadap sesama atau masyarakat, antara lain: ukhuwah,
dermawan, pemaaf, tasamuh; dan hubungannya dengan alam – akhlak
terhadap alam, antara lain: merenungkan, memanfaatkan.

T E S F O R M A T I F 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Akhlak yang sesuai dengan ketentuan Al-quran menurut al-Ghazali ada


empat, salah satunya adalah akhlak....
A. mahmudah
B. madzmumah
C. lahir
D. batin

2) Sendi akhlak mulia yang bersifat batin menurut al-Ghazali ada empat,
salah satunya adalah ....
A. jujur
B. pemaaf
C. hikmah
D. qanaah

3) Dalam perwujudannya, akhlak terhadap Allah meliputi, kecuali ....


A. tauhid
B. mahabbah
C. zikir
D. shalat

4) Akhlak terhadap diri sendiri meliputi antara lain adalah sabar. Sabar
berarti ....
A. lapang dada ketika mendapat musibah
B. pasrah terhadap nasib

• MKDU4221/MODUL 5 5.47

C. melaksanakan kewajiban dengan ikhlas


D. membiarkan apa yang terjadi sebagai guratan takdir
5) Yang tidak termasuk sikap tasamuh adalah ....
A. menghormati keyakinan agama yang dianut orang lain
B. tidak mencaci maki keyakinan orang lain
C. mengamalkan ajaran agama orang lain secara sukarela
D. memberi bantuan kepada orang lain yang tidak beragama

6)

Ayat tersebut berkenaan dengan akhlak terhadap orang lain, yaitu ....
A. musyawarah
B. ta’awun
C. musawah
D. tasyakur

7) Manusia tidak mungkin hidup sendiri. Karena manusia secara fitrah


adalah makhluk ....
A. rasional
B. sosial
C. individual
D. politikal

8) Manusia harus berbuat baik kepada orang tua. Hal tersebut dalam Al-
quran terdapat dalam surat ....
A. Al-Isra: 23-24
B. Yunus: 101
C. Al-Hujurat: 13
D. Al-Baqarah: 28

9) Salah satu akhlak terhadap orang lain adalah ta’awun. Ta’awun adalah
saling ....
A. mengasihi
B. menghormati
C. menolong
D. hormat

5.48 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

10)
Ayat tersebut berkaitan dengan akhlak ....
A. terhadap Allah
B. terhadap manusia
C. terhadap alam
D. akhlak terhadap diri sendiri

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.

• MKDU4221/MODUL 5 5.49

Kunci Jawaban Tes Formatif


Tes Formatif 1 Tes Formatif 2
1) B 1) A
2) D 2) C
3) A 3) D
4) A 4) A
5) D 5) C
6) A 6) C
7) C 7) B
8) A 8) A
9) C 9) C
10) A 10) C

5.50 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Daftar Pustaka
Abu Bakar Muhammad. (Tanpa Tahun).
Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al-
Qur’an. Surabaya: Al-Ikhlas.

AH. Hasanuddin. (Tanpa Tahun). Cakrawala


Kuliah Agama. Surabaya: Al- Ikhlas.

Ahmad Amin. (1983). Al-Akhlak, Etika (Ilmu


Akhlak). alih bahasa KH. Farid Maruf. Jakarta:
Bulan Bintang.

Abu A‟la al-Maududi. (1971). Moralitas Islam. Jakarta:


Publicita.

Endang Saefudin Anshari. (1980). Kuliah


Al-Islam. Bandung: Pustaka salman
ITB.

. (1980). Agama dan Kebudayaan. Surabaya: Bina


Ilmu.

. (1980). Agama, Filsafat dan

Kepercayaan. Surabaya: Bina Ilmu. Fazlur

Rahman. (1979). Islam. Chicago: The University

of Chicahgo Press.

. (1980). Major Themes of The


Qur’an. Chicago: Bibliotheca Islamica.
. (1984). Islam and
Modernty:Tranformation of an Intellectual
Tradition. Chicago: The University of
Chicahgo Press.

Franz Magnis Suseno. (1996). Etika Sosial. Jakarta:


Gramedia.

Faisal Ismail. (2002). Pijar-pijar Islam Pergumulan


Kultur dan Struktur.
Yogyakarta: LESFI Yogya.

Hamzah Yaqub. (1983). Etika Islam. Bandung: Diponegoro.

Imam Al-Ghazali. (1971). Ihya Ulmuddin.


Juz VIII. Medan:
Pustaka Indonesia.

. (1994). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru


van Voeve

Anda mungkin juga menyukai