Anda di halaman 1dari 4

Nama : IRFAN ADITYA RIZKI

NIM : 044585914
Kelas : 414 – Pendidikan Agama Islam
Program Studi : S1 Manajemen
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam – MKDU4101
UPBJJ : UPBJJ – Bandung
Guru Tutor : Soni Samsu Rizal, M.Pd.I. 01001414
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Selamat Pagi, kepada Guru Tutor Bapak Soni Samsu Rizal mengampu pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) semoga diberikan kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-harinya.
Mohon izin, saya menjawab soal diskusi yang telah Bapak berikan.
1. Jelaskan 3 jenis Klasifikasi agama?
2. Jelaskan pengertian tentang etika, moral, susila dan budi pekerti berdasarkan
epistimologi?
3. Jelaskan 4 pilar akhlak mulia dalam islam!
1) Menurut Ahmad Abdullah al-Masdoosi bahwasanya pengklasifikasian agama terbagi
menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut :
a) Wahyu dan Non-Wahyu, Agama wahyu adalah agama yang menghendaki suatu iman,
baik itu iman kepada Tuhan, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman
kepada rasul-rasul-Nya, yang mana pesan tersebut disebarkan kepada seluruh umat manusia.
Sedangkan agama non-wahyu adalah agama yang tidak memandang esensial penyerahan
manusia kepada aturan-aturan ilahi. Perbedaan agama wahyu dan non-wahyu terdiri dari
berikut ini :
(i) Agama wahyu pada dasarnya berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama
non-wahyu tidak sedemikian itu.
(ii) Agama wahyu beriman kepada nabi-nabi, sedangkan agama non-wahyu tidak sedemikian
itu.
(iii) Sumber utama ketentuan baik buruknya berdasarkan kitab suci, sedangkan dalam agama
non-wahyu bukan sumber utama.
(iv) Agama wahyu semuanya berasal dari Timur Tengah, sedangkan agama non-wahyu
bukan berasal dari Timur Tengah.
(v) Agama wahyu timbul di daerah historis dari pengaruh ras semitik, walaupun kemudian
disebarluaskan keluar area pengaruh ras semitik itu sendiri. Sedangkan agama non-wahyu
lahir di luar wilayah yang dipengaruhi oleh ras semitik.
(vi) Agama wahyu bersifat misionaris, sedangkan agama non-wahyu tidak bersifat
misionaris.
(vii) Agama wahyu memiliki ajaran yang jelas dan tegas. Sedangkan agama non-wahyu
memiliki ajaran yang kabur dan sangat elastis.
(viii) Agama wahyu memberikan jalan yang lengkap bagi pemeluknya. Sedangkan agama
non-wahyu memberikan jalan kepada aspek tertentu saja.
Pada klasifikasi ini, agama yang tergolong agama wahyu adalah Islam, Kristen dan Yahudi.
Sedangkan agama yang tergolong agama non-wahyu adalah Budha, Hindu dan
Confusionisme.
b) Misionaris dan Non-Misionaris
Agama misionaris yaitu agama yang isi ajarannya mengharuskan kepada penganutnya untuk
menyebarluaskan kepada seluruh umat manusia. Yang tergolong agama misionaris adalah
Islam, namun pada perkembangan berikutnya, Kristen dan Budha menjadi agama misionaris.
Sedangkan agama non-misionaris yaitu agama yang isi ajarannya tidak perlu mengharuskan
penganutnya menyebarkan kepada seluruh umat manusia.
c) Rasial dan Universal
Apabila ditinjau dari rasial dan geografis, maka agama di dunia terbagi menjadi tiga
golongan, yaitu golongan semitik, arya dan Mongolia. Agama Islam, Yahudi dan Kristen
termasuk ke dalam golongan agama semitik. Sedangkan agama Hindu, Jainisme, Sikhiisme,
dan Zoaterianisme termasuk ke dalam golongan agama arya. Dan yang terakhir yaitu
Confusionisme, Taoisme, dan Shintoisme termasuk ke dalam agama Mongolian.
2) Etika, berdasarkan epistemologi (secara asal-usul kata) berasal dari bahasa Yunani yaitu
“ethos” yang berarti suatu watak atau adat. Sedangkan secara istilah etika yaitu ilmu yang
membicarakan mengenai tingkah laku seorang manusia. Sedangkan menurut para ahli yaitu
sebagai berikut :
a) Ahmad Amin, arti dari etika yaitu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang harus dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan apa yang harus diperbuat.
b) Soegarda Poerbakawatja, arti dari etika sendiri yaitu sebagai filsafat nilai, kesusilaan
tentang baik buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan pengetahuan
tentang nilai-nilai itu sendiri.
c) Van Dale’s Grootwoordenbook mengemukakan bahwa etika yaitu sebagai filsafat yang
praktis, yakni kaidah-kaidah rasa moral, ajaran yang berisi tentang filsafat rohani umumnya.
d) Ensiklopedi Winkler mengemukakan bahwa etika sebagai bagian dari filsafat yang
memperkembangkan teori mengenai tindakan, dalil-dalil dan tujuan yang diarahkan kepada
makna tindakan itu sendiri.
e) A Handbook of Christian Ethics, menyatakan bahwa etika sebagai ilmu normatif yang
memandang manusia sebagai tenaga moral, mempertimbangkan tindakan kebiasaannya dan
karakter dengan tinjauan tentang benar dan salahnya, kecenderungannya kepada yang baik
dan yang buruk.
f) Encyclopedia Britanica menyatakan bahwa etika sebagai filsafat moral, yaitu studi yang
sistematis tentang sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik buruknya, benar salahnya dan
sebagainya.
g) Frakena, senada dengan yang dikutip dari Ahmad Charris Akbar yaitu etika adalah sebagai
cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat mengenai moralitas, problem
moral dan pertimbangan moral.
Moral, berdasarkan epistimologi, kata “moral” berasal dari bahasa Latin yaitu “mores”,
bentuk jamak dari “more”, yaitu artinya adat atau kebiasaan. Sedangkan secara terminologi,
moral yaitu ajaran yang berisi tentang tindakan seseorang yang berada dalam sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar atau salah dan baik atau
buruk. Sedangkan makna kata moral berdasarkan para ahli yaitu sebagai berikut :
a) Menurut Sidi Gazalba, moral adalah kesesuaian dengan ide-ide yang umum diterima
mengenai tindakan manusia, mana yang baik atau mana yang wajar. Maksudnya ialah
moral adalah tindakan umum yang sesuai dengan dan diterima oleh suatu lingkungan
tertentu atau kesatuan sosial tertentu.
b) Dalam The Advanced Leaner’s Dictinary of Current English, mengemukakan moral
yaitu prinsip-prinsip mengenai benar atau salah, baik atau buruk, tindakan
kemampuan untuk memahami apa bedanya benar dan salah dan ajaran atau gambaran
mengenai tingkah laku yang baik.
Susila dan Budi Pekerti, berdasarkan epistemologi kata “susila” berasal dari bahasa
Sansekerta, yaitu “su” dan “sila”. Su artinya baik atau bagus. Sedangkan “sila” yakni artinya
dasar, prinsip, aturan hidup atau norma. Sedangkan secara terminologi, susila adalah aturan-
aturan hidup yang baik. Maka dari itu, susila ini menunjuk kepada arti perilaku yang baik
yang dilakukan oleh seseorang.
Selain itu, budi pekerti adalah gabungan dari dua kata, yakni “budi” dan “pekerti”. Makna
kata “budi” berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya sadar, yang menyadarkan, atau alat
kesadaran. Sedangkan secara istilah, budi adalah yang ada pada manusia yang berhubungan
dengan kesadaran-kesadaran oleh akal. Sedangkan kata “pekerti” yaitu apa yang terlihat oleh
manusia yang didorong oleh perasaan. Jadi dapat diartikan budi pekerti yaitu perpaduan
antara akal dan perasaan yang dapat terwujud karsa dan tingkah laku manusia.
3) Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah di dalam Al-Madarij menyatakan bahwa akhlak mulia
yang terdiri dari atas 4 pilar utama ini memiliki keterikatan satu sama lain. Empat pilar itu
yakni adalah kesabaran, keberanian, keadilan dan kesucian.
Kesabaran, sifar sabar pasti akan membantu menjadi pribadi yang tahan banting, menahan
amarah, tidak merugikan diri sendiri dan oranglain, memiliki sikap lemah lembut, dan tidak
ceroboh dalam melakukan sesuatu.
Keberanian, sifat berani ini menjadikan seseorang untuk kuat menjaga harga diri, mudah
untuk berakhlak mulia, serta ringan tangan. Maka dari itu, tidak ragu mengeluarkan atau
berpisah dengan harta yang ia cintai. Sifat berani ini juga memudahkan untuk menahan
amarah dan bersikap santun. Dengan keberanian ini, seseorang dapat menggenggam
ketegasan jiwanya serta mengikatnya dengan tali baja yang tidak akan putus. Hal ini
Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Keberanian bukanlah seperti ditunjukkan dalam
bergulat, melaikan dalam menguasai jiwa ketika marah” (H.R Bukhari dan Muslim)
Keadilan, sifat adil ini mengasah bagi setiap manusia untuk berupaya meluruskan
perangainya, memilah antara sikap yang berlebihan atau terlalu kurang. Sifat ini juga dapat
mendorong untuk selalu dermawan, murah hati, dan sikap tengah-tengah diantara kikir dan
boros.
Kesucian, maksudnya ialah selalu menjaga kesucian diri yang dapat mendorong seseorang
untuk tidak tergelincir ke dalam pikiran, perkataan dan perbuatan yang dapat menurunkan
harkat dan martabatnya. Sifat ini juga mendorong untuk memiliki perasaan malu, yang mana
sifat malu ini merupakan kunci dari segala kebaikan. Sifat menjaga kesucian diri juga dapat
terhindar dari perbuatan keji dan munkar.
Sumber Pembelajaran :
Modul Pendidikan Agama Islam (PAI) karangan Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, Wawan
Suharmawan terdapat pada modul ke-5 halaman 5.4 – 5.40
Penunjang Inovasi Belajar : https://www.republika.co.id/berita/lycji2/ensiklopedi-akhlak-
nabi-saw-pilarpilar-akhlak-mulia#:~:text=REPUBLIKA.CO.ID%2C%20Imam,%2C
%20keberanian%2C%20keadilan%20dan%20kesucian.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam berdiskusi ke-5 ini. Mohon bisa
untuk didiskusikan lagi.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai