Anda di halaman 1dari 5

NAMA: MIRNA ALITA

NIM: 858287771

UPBJJ: 49/BANJARMASIN

1. 3 jenis klasifikasi agama, antara lain:

1. Wahyu dan Non-wahyu Yang dimaksud dengan agama wahyu adalah agama yang menghendaki
iman kepada Tuhan, kepada para rasul-rasul-Nya dan kepada kitab-kitab-Nya Serta pesannya untuk
disebarkan kepada segenap umat manusia. Sebaliknya agama non-wahyu tidak memandang esensial
penyerahan manusia kepada tata aturan ilahi di atas. Berikut adalah perbedaan agama wahyu dan non-
wahyu.

     Pertama, agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu tidak
demikian.

    Kedua, agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama nonwahyu tidak.

    Ketiga, sumber utama ketentuan baik dan buruk dalam agama wahyu adalah kitab suci sedangkan
dalam agama non-wahyu, bukan sumber utama.

    Keempat, semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama non-wahyu di luar area
tersebut.

    Kelima, agama wahyu timbul di daerah-daerah yang secara historis di bawah pengaruh ras semitik,
walaupun kemudian menyebar luas ke luar area pengaruh ras semitik, sedangkan agama non-wahyu
lahir di luar wilayah pengaruh ras semitik.

    Keenam, sesuai dengan ajarannya agama wahyu bersifat misionaris,sedangkan agama non-wahyu
tidak bersifat misionaris.

    Ketujuh, ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama non-wahyu kabur dan sangat elastis.

    Kedelapan, agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap bagi pemeluknya, sedangkan
agama non-wahyu hanya pada aspek tertentu saja.

    Yang tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Di luar yang tiga itu adalah agama
non-wahyu, seperti Hindu, Budha, Confusionisme.

2. Misionaris dan Non-misionaris

    Agama misionaris adalah agama yang ajarannya mengharuskan penganutnya menyebarkan kepada
seluruh manusia. Sedangkan agama nonmisionaris tidak memuat tuntutan tersebut. Menurut Al-
Masdoosi agama yang tergolong misionaris hanya Islam. Akan tetapi pada perkembangan berikutnya,
Kristen dan Budha menjadi agama misionaris.

3. Rasial dan Universal

  Ditinjau dari segi rasial dan geografis agama di dunia terbagi ke dalam tiga golongan: 1)semitik, 2)
arya, dan 3) mongolia. Yang termasuk agama smitik adalah Yahudi, Kristen dan Islam, Sedangkan yang
tergolong arya adalah Hindu, Jainisme, Sikhiisme, Zoaterianisme. Sedangkan yang tergolong mongolian
adalah Confusionisme, Taoisme, dan Shintoisme.

2. a. Pengertian Moral

    Secara etimologis moral berasal dari bahasa Latin, mores, bentuk jamak dari more, artinya adat atau
kebiasaan. Secara terminologi moral adalah ajaran tentang tindakan seseorang yang dalam hal sifat,
perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar atau salah, baik
atau buruk.

    Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum diterima tentang
tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi moral adalah tindakan yang umum sesuai
dengan dan diterima Oleh lingkungan tertentu atau kesatuan sosial tertentu.

     Sementara itu dalam The Advanced Leaner's Dictinary of Current English dikemukakan pengertian
moral sebagai: 1) prinsip-prinsip yang berkenan dengan benar dan salah, baik dan buruk: 2) kemampuan
untuk memahami perbedaan antara benar dan salah, dan 3) ajaran atau gambaran tingkah taku yang
baik. Dengan demikian, moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya manusia sebagai
manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan norma-norma dan nilai-nilai dan sikap moral
seseorang atau masyarakat.” Moral mengacu pada baik buruk perilaku bukan pada fisik seseorang.

b. Pengertian Susila dan Budi Pekerti

Secara etimologis kata susila berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus,
dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup, atau norma. Secara terminologi, susila adalah aturan-
aturan hidup yang baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a
susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Susila biasanya bersumber pada adat yang berkembang di
masyarakat setempat tentang suatu perbuatan itu tabu atau tidak tabu, layak atau tidak layak. Dengan
demikian susila menunjuk pada arti perilaku baik yang dilakukan seseorang.

c. Pengertian Akhlak

    Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk jamak (plural) dari khuluq . Secara bahasa
akhlak mempunyai arti tabiat, perangai, kebiasaan, atau karakter. Menurut kamus al-Munjid kata akhlak
mempunyai akar yang sama dengan kata khalqun (kejadian), khaliqun (pencipta) dan makhluqun (yang
diciptakan). Dalam arti bahasa akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika.

    Berdasarkan arti akhlak secara bahasa, arti istilah akhlak yang dikemukakan oleh para ulama juga
mengacu pada masalah tabiat atau kondisi batin yang mempengaruhi perilaku manusia.

d. Pengertian Etika

    Etika secara etimologis (berdasarkan asal-usul kata) berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku
manusia. Sebagian ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku perbuatan
manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan akal.

3. Empat Pilar Akhlak Mulia dalam Islam, yaitu antara lain:

1. Akhlak kepada Allah Akhtak dalam Islam harus dibangun atas dasar kesadaran akan keberadaan
Allah SWT sebagai pencipta alam semesta beserta seluruh isinya. Perwujudan daripada kesadaran itu
adalah akhlak kepada-Nya, antara lain:

a. Menauhidkan

b. Beribadah

c. Bersyukur

d. Taqwa

e. Berdo'a

f. Berdzikir

g. Tawakal

h. Mahabbah

2. Akhlak kepada Diri Sendiri

    Manusia dalam hidupnya pasti mengharapkan kebahagiaan baik kebahagiaan batin maupun
kebahagiaan lahir. Karena harapan ini maka manusia harus berusaha untuk memperolehnya menurut
kemampuannya. Perwujudan akan harapan tersebut merupakan akhlak terhadap dirinya sendiri, yang
meliputi, antara lain:
a. Kreatif dan dinamis

b. Sabar

c. Tawadu

d. Benar

e. Iffah

f. Amanah/ jujur

3. Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga

    Ibu dan bapak serta saudara-saudara adalah orang-orang yang paling dekat dengan kita. Sejak kita
masih di dalam rahim hingga remaja seperti sekarang ini mereka senantiasa berada dekat terus dengan
kita. Merekalah yang selalu di sisi kita, dan mereka pulalah yang selalu sehati dengan kita. Apa yang kita
rasakan mereka juga merasakannya. Kita bahagia, mereka juga bahagia, sebaliknya jika kita sakit mereka
juga ikut merasakannya. Karena itu kita harus menghormatinya yang diwujudkan dalam akhlak, antara
lain:

a. Berbakti kepada kedua orang tua

b. Mendo'akan orang tua

c. Adil terhadap saudara

d. Membina dan mendidik keluarga

e. Memelihara keturunan

4. Akhlak terhadap Orang/Masyarakat

    Manusia adalah makhluk sosial. Aristoteles mengatakan manusia sebagai zone politiken atau homo
socius. Sebagai makhluk sosial manusia tidak mungkin hidup sendiri. Jika manusia hidup sendiri maka ia
akan rusak mentalnya dan tidak akan tumbuh normal karena mengingkari hakikatnya sebagai manusia
yang membutuhkan orang lain. Oleh karena itu manusia akan selalu membutuhkan orang lain. Manusia
membutuhkan orang lain untuk berinteraksi dan komunikasi.

    Akan tetapi, untuk mewujudkan hubungan sosial yang baik dan harmonis dengan orang lain baik yang
muslim maupun non-muslim harus disertai dengan akhlak, antara lain:

a. Membangun sikap ukhuwah atau


    persaudaraan

b. Melakukan silaturahmi

c. Ta'awun ialah saling tolong menolong dalam hal kebajikan

d. Bersikap adil

e. Bersikap pemaaf dan penyayang

Anda mungkin juga menyukai