Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Garis Besar Isi Buku
Buku ini disusun oleh Dosen-dosen Pendidikan Agama Islam di Universitas
Pendidikan Indonesia yaitu sebagai tindak lanjut dari Loka Karya tentang
Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Buku ini
diharapkan bisa dijadikan buku ajar dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang akan bermanfaat bukan hanya ketika proses pembelajaran di kelas, tapi bisa
juga dijadikan tuntunan bagi pembaca dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat. Sehingga visi dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam
terhadap buku ini bisa tercapai yaitu menjadikan ajaran Islam sebagai sumber nilai
dan pedoman yang mengantarkan mahasiswa dalam mengembangkan profesi dan
kepribadian Islam tercapai.
Isi buku ini banyak mengandung ajaran-ajaran Islam yang bertujuan untuk
memberi pengetahuan secara terperinci kepada pembaca khusunya mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia seperti makna dan tujuan Islam. Kemudian
didalam buku ini juga membahas tentang sumber-sumber ajaran Islam yaitu Alquran, Hadist dan Ijtihad. Selain itu juga, isi dari buku ini terdapat pembahanpembahasan lainnya yang terdiri dari beberapa bab seperti tentang Keimanan dan
Ketaqwaan, Akhlaq dan Tasawuf, Dakwah dan Amar Maruf Nahyi Munkar,
Konsep Dasar Ekonomi dan Transaksi dalam Sistem Muamalah Islam, dan ada
juga pembahasan yang menyangkut tentang Manusia, Agama dan Islam.
B. Permasalahan Inti Buku
Buku ini membahas tentang pengetahuan-pengetahuan yang ada di dalam
agama Islam. Dan permasalahan intinya adalah melihat seberapa jauh
perkembangan agama Islam dari dulu sampai sekarang. Buku ini menawarkan
diskusi dan wacana yang membawa kedalam ranah keilmuan sekaligus bermaksud
membekali para mahasiswa sebagai calon pendidik, pejuang, dan penerus para
tokoh masyarakat bangsa Indonesia yang kini mutlak memerlukan keteladanan,

tuntunan, dan pedoman hidup untuk lebih jujur dan berakhlak mulia sebagaimana
keteladanan Nabi pembawa risalah keilmuan sejak perintah pertama ke dunia ini
dengan membaca (iqra). Buku ini berupa buku ajar perkuliahan dan banyak
membantu para mahasiswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai
buku panduan. Ditulis berdasarkan hasil seminar dan lokakarya para dosen
pengampu mata kuliah PAI di UPI.
Dalam buku ini, banyak membahas tentang materi-materi yang berhubungan
dengan kemajuan agama Islam di seluruh dunia. Contohnya salah satu materi
yang ada di buku ini adalah tentang makanan dan minuman dalam Islam. Buku ini
menjelaskan bahwa kita sebagai umat muslim haruslah berhati-hati dalam
memilih makanan dan minuman, kita harus mengetahui dan memahami mana
makanan dan minuman yang halal, dan mana juga makanan dan minuman yang
haram.
Bab 1 Islam
1. Makna Islam
2. Ruang Lingkup dan Aspek-aspek pokok dalam Islam
3. Tujuan diturunkannya Syariah Islam
Bab 2 Manusia dan Agama
1. Beragama sebagai kebutuhan Fitri
2. Islam, Agama Fitrah dari Allah swt.
3. Islam sebagai Hidayah (petunjuk) dalam Kehidupan
Bab 3 Sumber Ajaran Islam
1. Al-Quran sebagai Ajaran Islam pertama
2. Hadist sebagai sumber ajaran Islam Kedua
3. Keterkaitan antar Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam
Bab 4 Ijtihad
1.
2.
3.
4.

Ijtihad dalam bidang akidah


Ijtihad dalam bidang hukum
Ijtihad dalam bidang politik
Ijtihad dalam bidang Pendidikan

Bab 5 Iman
1. Perintah beriman
2. Menyambut seruan Iman
3. Persaksian keimanan

4. Cakupan Iman
5. Perkara-perkara yang membatalkan keimanan
Bab 6 Taqwa
1. Makna taqwa
2. Kedudukan dan peranan taqwa
3. Aktualisasi taqwa dalam kehidupan
Bab 7 Akhlak
1. Makna Akhlak
2. Persoalan baik dan Buruk
3. Pendidikan Akhlak untuk mencapai insan Kamil
Bab 8 Harta dalam Islam
1.
2.
3.
4.

Konsep harta dalam Islam


Konsep dasar ekonomi Islam
Nilai-Nilai ekonomi Islam
Harta sebagai ujian keimanan

Bab 9 Membangun Keluarga Islami


1. Persiapan Nikah
2. Pelaksanaan Pernikahan
3. Pembinanaan Keluarga
Bab 10 Membangun Masyrakat berbasis Masjid
1.
2.
3.
4.

Rumah Allah
Makna Masjid
Memakmurkan Masjid
Fungsi dan Peran masjid Kampus

Bab 11 Dakwah , Jihad dan Amar maruf Nahi Munkar


1. Konbsp dakwah dalam Islam
2. Konsep Jihad dalam Islam
3. Konsep Amar Maruf Nahi Munkar
Bab 12 Pendidkan Islami
1. Problematika Pendidikan Pendidikan Islam
2. Paradiqma Quran tentang pendidikan
3. Prinsip-prinsip pendidikan Islami
Bab 13 Isu Kontemporer
1. Toleransi dari Perbandingan agama ke studiagama-agama
2. Pengalaman Inklusifisme kenabian Muhammad

BAB II
INTISARI BUKU
A. Bab 1 Makna, Tujuan dan Metodologi Memahami Islam
Secara lughawi atau etimologis, kata Islam berasal dari tiga akar kata, yaitu:
Aslama, artinya berserah diri atau tunduk patuh. Yakni berserah diri atau tunduk
patuh pada aturan-aturan hidup yang ditetapkan oleh Allah SWT; Salam, artinya
damai atau kedamaian. Yakni kedamaian jiwa atau ruh; Salamah, artinya
keselamatan. Yakni mengamalkan aturan-aturan hidup yang ditetapkan oleh Allah

SWT, agar mencapai keselamatan di dunia dan akhirat serta terbebas dari
kesengsaraan/bencana abadi (di dunia dan akhirat).
Adapun secara istilahi atau terminologis, Islam adalah agama yang
diturunkan dari Allah SWT kepada umat manusia melalui penutup para Nabi
(Nabi Muhammad SAW).
Untuk memahami makna Islam perlu dipahami pula makna taslim. Taslim
(berserah diri) ada tiga tingkatan. Tingkatan taslim yang paling rendah adalah
taslim fisik, kemudian taslim akal, dan yang tertinggi adalahtaslim hati.
Tujuan Syariah Islam diantaranya, yaitu:
1. Menjaga dan memelihara Agama, Kitab-kitab menjadi bukti bahwa Islam
datang untuk menjaga agama (yang haq) dari Allah SWT;
2. Menjaga dan memelihara jiwa, anugerah Allah yang paling besar bagi
manusia adalah hidup, oleh karena itu Islam sangat menghargai orangorang yang berusaha menjaga dan memelihara hidup mereka;
3. Menjaga dan memelihara akal, dalam firman Allah SWT di Al-Quran,
Allah selalu menyerukan agar manusia menggunakan akal dan berfikir, hal
ini menunjukkan bahwa manusia yang dikehendaki oleh Islam adalah
manusia yang selalu mengasah akal dan selalu berfikir;
4. Menjaga dan memelihara harta, patutnya kita sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT untuk menjaga dan memelihara semua rizki yang telah Allah
anugerahkan kepada kita;
5. Menjaga dan memelihara kehormatan dan keturunan, Islam menganjurkan
menikah dan mengharamkan zina.
Ada beberapa metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam,
yaitu:
1. Metode disiplin ilmu dan kajian isi;
2. Metode kajian Al-Quran dan sejarah Islam;
3. Metode kajian teks secara integral;
4. Metode kajian fenomena alam;
5. Metode tipologi.
B. Bab 2 Manusia,Agama dan Islam
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna (Q.S AtTin ayat 6). Manusia terdiri dari dua dimensi, yaitu jasmani (panca indera yang
lengkap) dan rohani (akal dan hati). Ada tiga pendekatan untuk meyakini adanya
Tuhan, yaitu material experience of humanity, inner experience of humanity
spiritualdan experience of humanity.

Agama adalah suatu sistem ajaran tentang Tuhan, di mana penganutpenganutnya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral, atau sosial atas dasar
aturan-aturan-Nya. Oleh karena itu, umumnya suatu agama mencakup aspekaspek sebagai berikut:
1. Aspek kredial, yaitu ajaran tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang harus
diyakini.
2. Aspek ritual, yaitu ajaran tentang tata-cara berhubungan dengan Tuhan,
untuk meminta perlindungan dan pertolongan-Nya atau untuk
menunjukkan kesetiaan dan penghambaan;
3. Aspek moral, yaitu ajaran tentang aturan berperilaku dan bertindak yang
benar dan baik bagi individu dalam kehidupan;
4. Aspek sosial, yaitu ajaran tentang aturan hidup bermasyarakat.
Adapun asal-usul terbentuk dan berkembangnya suatu agama, yaitu:
1. Agama yang muncul dan berkembang dari perkembangan budaya suatu
masyarakat;
2. Agama yang disampaikan oleh orang-orang yang mengaku mendapat
wahyu dari Tuhan;
3. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar.
Fungsi agama diantaranya, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Sebagai petunjuk untuk dapat mengenal Tuhan;


Sebagai petunjuk menuju jalan yang lurus (benar);
Sebagai petunjuk untuk mengetahui tujuan hidupnya;
Sebagai petunjuk untuk mengetahui tugas dan kewajibannya selaku
hamba.
Islam adalah nama yang ditetapkan Allah SWT, secara eksplisit di dalam Al-

Quran untuk sistem ajaran ketuhanan yang disampaikan melalui Nabi Muhammad
SAW kepada umat manusia.
C. Bab 3 Al-Quran dan Hadist
1. Al-Quran
Kata Alquran berasal dari kata qaraa artinya membaca. Oleh karena
itu, qurandapat diartikan bacaan. Al-quran ialah kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan Malaikat Jibril, sebagai Hujjah
(argumentasi) baginya dalam mendawahkan kerasulannya dan sebagai pedoman
hidup bagi manusia yang dapat dipergunakan untuk mencari kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat serta sebagai media untuk bertaqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah dengan membacanya.
Nama-nama lain Al-quran, yaitu :

a.
b.
c.
d.
e.

Al-kitab artinya kumpulan yang tertulis


Al-furqon artinya yang membedakan
Al-nur artinya cahaya
Al-syifa artinya obat penyembuh
Adz-Dzikr artinya ingat

2. Hadist
Hadist secara lughawi (bahasa) artinya baru atau kabar. Sedangkan menurut
istilah Ilmu Hadist adalah segala apa yang diberitakan dari Nabi saw, baik berupa
perkataan, perbuatan, pembiaran, atau sifat-sifat Nabi. Yang berupa perkataan
disebut qauly, yang berupa perbuatan disebut fily, yang berupa pembiaran disebut
Taqriry.
Tingkatan Hadist, yaitu :
a. aHadist shahih
b. Hadist hasan
c. Hadist dlaif
D. Bab 4 Ijtihad : Sumber Pengembangan Hukum Islam
Ijtihad berasal dari kata ijtahada, yang artinya berusaha, bersungguhsungguh atau mengerahkan segala kemampuan. Ijtihad secara istilah didefinisikan
para ahli Ushul Fikih, sebagai usaha mujtahid (orang yang berjihad) dengan
segenap kesungguhan dan kesanggupan untuk mendapatkan ketentuan hukum
sesuatu masalah dengan menggunakan metodologi yang benar, dari kedua sumber
hukum yakni Al-Quran dan As-Sunnah. Bentuk dan metodologi ijtihad ada 5,
yaitu:
1. Ijma, adalah kesepakatan di antara para mujtahid pada masa tertentu atas
hukum bagi suatu kasus tertentu;
2. Qiyas secara bahasa artinya analogi, sedangkan menurut istilah Ushul
fikih adalah menetapkan suatu hukum baru yang belum ada nash-nya
dengan hukum yang sudah ada nash-nya karena adanya persamaan
3. illat hukum (maksud dan tujuan hukum) dari kedua peristiwa itu;Istihsan
yang merupakan perluasan dari qiyas. Adapun yang dimaksud dengan
istihsan adalah meninggalkanqiyas jalli (qiyas nyata) untuk menjalankan
qiyas khafi (qiyas samar-samar), atau meninggalkan hukum kulli(hukum

umum) untuk menjalankan hukum istisnai (pengecualian), disebabkan


ada dalil logika yang membenarkannya;
4. Mashalih Al-Mursalah, ialah suatu kemaslahatan yang tidak ditetapkan
oleh syara dan tidak ada pula nashatau dalil syaranya, baik yang
memerintahkan maupun yang melarang;
5. Urf merupakan adat kebiasaan masyarakat baik berupa perkataan atau
perbuatan yang baik, yang karenanya dapat dibenarkan oleh syara.
Dalam memutuskan suatu hukum, Majlis Tarjih Muhammadiyah
menetapkan pokok-pokok manhaj, antara lain:
1. Di dalam beristidlal, dasar utamanya adalah Al-Quran dan As-Sunnah AlShahihah;
2. Tidak mengikatkan diri kepada madzhab tertentu, tetapi pendapatpendapat madzhab, dapat menjadi pertimbangan dalam menetapkan
hukum, sepanjang sesuai dengan jiwa Al-Quran dan As-Sunnah, atau
dasar-dasar lain yang dipandang kuat;
3. Dalil-dalil umum Al-Quran dapat ditakhsis dengan hadist ahad (yang
sanadnya seorang-seorang), kecuali dalam bidang aqidah;
4. Dalam bidang ibadah yang diperoleh ketentuan-ketentuannya dari AlQuran dan As-Sunnah, pemahamannya dapat dengan menggunakan akal,
sepanjang diketahui latar belakang dan tujuannya;
5. Dalam memahami nash, makna lahir didahulukan daripada tawil dalam
bidang aqidah. Dan tawil sahabat dalam hal itu, tidak harus diterima.
E. Keimanan
Al-quran dan al-hadist menjelaskan tentang iman dan takwa seperti yang
tertera pada beberapa ayat al-quran dan al-hadist. Ayat al-quran yang dimaksud
diantaranya tertera pada (Q.S. Al-Anfal : 2-4, 74), (Q.S. Al-Baqarah :227,62).
Berdasarkan beberapa ayat Al-quran dan Al-Hadist jelaslah bahwa yang
dimaksud dengan iman dan orang yang beriman adalah orang yang memiliki
keyakinan yang kokoh dan menjadi motivasi untuk melakukan perintah-perintah
Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan
dengan Allah (habluminallah) maupun yang berhubungan dengan sesama manusia
(habluminannaas).
Keimanan merupakan ruh bagi setiap orang, dengan berpegang teguh
kepada-Nya, ia akan hidup dalam keadaan yang baik dan menggembirakan,

karena mampu mengaktualisasikan ruh tersebut dalam segala aspek kehidupan


baik tatkala berhubungan dengan Allah maupun dengan manusia.
Orang yang beriman dalam kehidupannya akan menampilkan perilaku
sebagai berikut :
1. Jihad artinya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan
segala aturan Allah
2. Menghukum atau menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi dalam
kehidupannya dengan menggunakan hukum Allah dan Rasul-Nya.
3. Ridho atas segala musibah yang menimpanya
4. Sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
5. Mencintai sesama Muslim
6. Rajin dan sungguh-sungguh dalam segala urusannya
7. Berbudi pekerti yang baik
8. Mencegah dan menghindarkan diri dari segala perbuatan yang buruk,
baim pada dirinya maupun pada keluarga dan masyarakat.
9. Selalu membantu orang miskin dan anak yatim.
F. Ketakwaan
Beberapa ayat Al-quran dan Al-Hadist yang menjelaskan tentang takwa
diantaranya tertera dalam (Q.S Al-Baqarah : 177, 197), (Q.S Lukman : 14), (Q.S
AL-Araf : 26)

Sifat takwa dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori atau indikator


ketakwaan, yaitu :
1. Iman kepada Allah, para Malaikat Allah, Kitab-Kitab Allah, para Nabi
Allah.
2. Mencintai sesama manusia yang diwujudkan melalui mengorbankan
harta karena ingin mendapatkan ridho Allah.
3. Mendirikan Shalat dan Zakat
4. Menyempurnakan janjinya apabila ia berjanji
5. Bersabar pada waktu mendapat musibah dan tantangan.
Kategori-Kategori takwa yang diungkap diatas pada dasarnya dapat
disarikan kepada dua kelompok perilaku, yaitu :
1. Sikap konsiten memelihara hubungan secar vertikal dengan Allah swt
yang diwijudkan melalui itikad dan keyakinan yang lurus, ketulusan dalam
menjalankan ibadah dan keputusan terhadap ketentuan dan aturan yang
dibuat-Nya.

2. Memelihara hubungan secara horizontal, yakni cinta dan kasih sayang


kepada sesama umat manusia yang diwujudkan dalam segala tindakan
kebajikan, yaitu :
3. Berbakti kepada Orang Tua
4. Menyayangi Keluarga
5. Tolong menolong sesama teman, karib kerabat dalam kebaikan, mencintai
dan membenci karena Allah, dan berteman pun karena Allah.
Pelaksanaan rukun Islam secara keseluruhan atas dasar iman merupakan
implementasi seorang mukmin, dan ketakwaan seseorang akan menentukan tinggi
dan rendahnya seseorang dihadapan Allah swt.
G. Akhlak dan Tasawuf
1. Tujuan Ajaran Akhlak
Akhlak merupakan dimensi ketiga dari ajaran Islam setelah aqidah dan
syariah. Akidah menyangkut masalah-masalah yang harus diimani dan harus
diyakini oleh manusia sebagai suatu yang hakiki. Syariah menyangkut ketentuanketentuan berbuat dalam menata hubungan dengan Allah swt dan dengan sesama
makhluk. Sedangkan akhlak menyangkut masalah-masalah kehidupan yang
berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran baik atau benar
salahnya suatu perbuatan. Perbuatan itu dapat berupa perbuatan lahir ataupun
perbuatan batin, baik perbuatan yang hanya menyangkut diri pribadi atau yang
berkaitan dengan orang lain atau dengan alam.
Akhlak berkaitan dengan ajaran bagaimana seharusnya seseorang
(manusia) bertindak sehingga ia dapat mengukur dan ukuran moralitasnya.
Dengan begitu ia dapat ditentukan, apakah ia bermoral atau tidak bermoral,
berdasarkan kaidah-kaidah moral yang telah ditetapkan islam. Apakah moralnya
islami atau tidak.
Dengan ajaran akhlak, manusia, baik sebagai pribadi-pribadi atau secara
bersama-sama, dibersihkan jiwanya, ditingkatkan derajat moral kemanusiaanya,
dan dijauhkan dari dorongan-dorongan dan kecenderungan-kecenderungan untuk
melakukan tindakan yang mungkin dapat merugikan dirinya, atau orang lain,
yang akhirnya merugikan kemanusiaan itu sendiri.
2. Akhlak sebagai Misi Utama Agama Islam

Perbuatan akhlak merupakan misi inti dari setiap diutusnnya rasul ditengahtengah suatu umat. Rasul dan Nabi itu bertugas untuk mengingatkan mereka
tentang akibat buruk yang akan menimpa, seandainya mereka tetap melakukan
tindakan-tindakan yang tidak terpuji yang cenderung hanya bertujuan untuk
memuaskan nafsu mereka belaka. Oleh karena itu, Nabi-nabi dan Rasul pilihan
Allah itu adalah orang-orang yang memilki akhlak yang terpuji dan moralitas
yang tinggi.
Hadist-hadist Rasul yang menyatakan hal-hal kebaikan yang harus
ditampilkan sebagai kewajiban bermoral sebagai makhluk Tuhan adalah :

a. Kebaikan itu adalah baiknya perilaku


b. Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
perilakunya
c. Dan berperilakulah dengan orang-orang dengan perilaku yang baik
3. Cakupan dan Lingkup Ajaran Akhlak
Akhlak sebagai ajaran tentang moral dalam Islam mencakup dimensi yang
sangat luas, meliputi seluruh aspek hubungan yang terjalin pada manusia,
termasuk pada dirinya sendiri dan juga kepada Allah juga dengan alam sekitarnya.
Oleh karena itu norma-norma yang Islami melingkupi :

a. Akhlak terhadap Allah


b. Akhlak pada diri sendiri
c. Akhlak terhadap sesama manusia
d. Akhlak terhadap lingkungan alam
H. Bab 8 Harta dalam Islam
1. Konsep Harta dalam Islam
Allah swt. menganugerahkan rozki yang luas dan harta yang banyak bagi
umat manusia. Jika dikelola dengan benar dan adil, maka tidak akan ada seorang
manusia pun di muka bumi ini yang akan menghadapi kelaparan. Tapi pada
kenyataannya, sepanjang sejarah selalu banyak saja manusia yang sulit mencari
sesuap nasi sekalipun. Banyak umat manusia yang mati kelaparan.
Agama Islam didatangkan dengan seperangkat ajaran yang lengkap dan
sempurna tentang pengelolaan harta. Dalam Islam, pemilik mutlak harta adalah
Allah swt. Dalam Al-Quran ditegaskan milik Allah segala yang ada di langit dan

di bumi. Harta yang diaku milik kita sebenarnya milik Allah swt. Oleh karena
itu, dalam Islam harta harus diperoleh secara halal dan dikelolasecara benar.
2. Konsep Dasar Ekonomi Islam
Konsep dasar Islam adalah Tauhid atau meng-Esa-kan Allah. Tauhid
dibidang ekonomi adalah menempatkan Allah sebagai Sang Maha Pemilik yang
selalu hadir dalam tiap nafas kehidupan manusia muslim. Dengan menempatkan
Allah sebagai satu-satunya Pemilik maka otomatis manusia akan ditempatkan
sebagai pemilik hak guna pakai yang bersifat sementara terhadap harta yang
dimilikinya.
Dengan demikian realitas kepemilikan mutlak oleh manusia tidak
dibenarkan dalam Islam, sebab hal ini berarti mengingkari tauhid, atau istilah
lainnya melakukan syirik pengaturan dan orangnnya disebut musyrik atau
musyrik pengaturan.
3. Nilai-nilai Ekonomi Islam
. Terdapat tiga nilai yang perlu dibangun dalam sistem ekonomi Islam :
a. Nilai tauhid
b. Keadilan dan kesejahteraan bersama
c. Kebebasan dan tanggung jawab

I. Bab 9 Membangun keluarga Islami


Keluarga merupakan unit terkecil di masyarakat. Sebuah keluarga akan
kokoh bila dibentuk atas dasar pernikahan yang sah, mengingat keluarga
merupakan tempat menyalurkan kebutuhan seksual secara terhormat, melalui
keluarga juga cinta dan kasih sayang bisa dipupuk dan dibina, anak-anak
(keturunan) juga dapat dilindungi dari ketidakpastian masa depannya. Bahkan
pondasi masyarakat biasa dibangun melalui keluarga.
Untuk membangun sebuah keluarga yang Islami, harus dimulai sejak
persiapan pernikahan, pelaksanaan pernikahan, sampai pada bagaimana
seharusnya suami dan istri membina keluarga setelah aqad nikah dilangsungkan.
Pernikahan akan dipandang sah apabila memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:

1. Adanya pasangan yang akan dinikahkan, yaitu laki-laki muslim dan


perempuan muslimah yang sudah siap lahir dan batin untuk menikah;
2. Wali, yaitu orang yang bertanggung jawab menikahkan calon pasangan
suami-istri. Wali yang dimaksud disini adalah wali perempuan, wali
perempuan yang dinikahkan adalah sebagai berikut:
a. Ayah kandung;
b. Kakek dari ayah;
c. Saudara laki-laki seibu seayah;
d. Saudara laki-laki seayah;
e. Paman dari pihak ayah yang seibu seayah;
f. Paman dari pihak ayah seayah;
g. Anak laki-laki paman dari pihak ayah yang seibu seayah;
h. Anak laki-laki paman dari pihak ayah yang seayah;
i. Hakim.
3. Dua orang saksi yang adil, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan, seperti adanya pengingkaran dari salah satu pasangan yang
melangsungkan akad nikah atau tuduhan negatif dari masyarakat, maka
pernikahan harus disaksikan oleh orang-orang yang dapat dipercaya
(adil);
4. Ijab Qabul. Ijab adalah ucapan penyerahan dari wali perempuan kepada
mempelai laki-laki dan Qobul adalah ucapan penerimaan mempelai lakilaki atas penyerahan mempelai perempuan dari walinya.
5. Mahar, adalah pemberian mempelai laki-laki kepada mempelai
perempuan pada saat pernikahan.
Masalah harta peninggalan (mawaris) menyangkut pada tatacara pembagian
harta yang ditinggalkan oleh seseorang karena meninggal dunia.
Harta yang ditinggalkan oleh seorang Muslim karena meninggal dunia, menurut
ajaran Islam harus dibagikan berdasarkan aturan pembagian yang telah ditetapkan
sebagaimana mestinya yang tercantum dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
J. Bab 10 Membangun Masyarakat Berbasis Masjid
1. Makna Masjid
Istilah Masjid berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata sajada, yasjudu,
sajdan. Kata sajada berarti bersujud, patuh, taat serta tunduk dengan penuh
hormat. Untuk menunjukkan suatu tempat, kata sajadi diubah bentuknya menjadi
masjidan (isim makan) artinya sujud menyembah Allah.
Masjid dapat dijadikan lambang kebesaran Islam dan sebagai barometer dari
kondisi masyarakat muslim yang ada disekitarnya. Dalam pengertian itulah
pembangunan sebuah masjid mengandung arti sebagai pembangunan masyarakat
Islam.

2. Memakmukan Masjid
Memakmurkan masjid artinya melakukan bebagai kegiatan ibadah,
khususnya membersihkan jiwa, seperti shalat, dzikir, istighfar, dan membaca AlQuran sesuai dengan fungsi utama masjid sebagai tempat shalat. Kecuali itu,
masjid dapat pula dijadikan sebagai pusat pembentukan umat dengan berbagai
aktivitas jamaah tang pantas dilakukan di masjid, seperti keagamaan, majelis
talim, kegiatan sosial budaya dan sebagainya.
3. Fungsi dan Peran Masjid Kampus
Ada empat hal yang menjadi ciri khas kehidupan keagamaan di lingkungan
kampus umum, yaitu :
a. Persoalan kegamaan dikaitkan dengan perkembangan IPTEK.
b. Kelompok intelektual kampus memiliki multifungsi, yaitu murni
ilmiah, murni keagamaan dan sintesis antara ilmiah dan keagamaan.
c. Munculnya kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifart temporal
d. Munculnya kesadaran baru akan arti pentingnya pembinaan umat secara
luas, baik dukungan material maupun spiritual.

K. Bab 11 Dakwah, Jihad dan Amar Maruf Nahyi Munkar


Pengertian dakwah secara bahasa yaitu memanggil, menanamkan,
mengundang, menyeru, mengajak, mendoakan yang terkandung didalmnya
artinya menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu,
kata dakwah berbentuk isim mahdar. Menurut M.Natsir, tujuan dakwah adalah :
1. Memanggil kita kepada Syariat, untuk memecahkan persoalan dalam
hidup.
2. Memanggil kita kepada fungsi hidup kita sebagai hamba Allah di atas
dunia yang terbentang luas ini.
3. Memanggil kita kepada tujuan hidup kita yang hakiki, yakni
menyembah Allah.
Terdapat sebanyak 38 kali kata maruf digunakan dalam Al-Quran, belum
termasuk kata jadian atau akarnya, seperti urf, arafa, dan lain sebagainya. Maruf
sering didefinisikan sebagai sesuatu yang kebaikan, kepatutan atau kelayakan
yang dapat diterima oleh budaya atau adat dan tidak ditolak oleh syara.

Dalam hal pencegahan kemunkaran hadist menggunakan istilah taghyir


(merubah). Ada tiga tingkat strategi pencegahan kemunkaran, yaitu :
1. Dengan tangan yang dapat diartikan kekuasaan atau kewenangan.
2. Dengan lisan, yakni segala bentuk ucapan atau tulisan yang berupa
ajakan atau nasihat.
3. Dengan hati, orang yang tidak mampu mencegahnya dengan tindakan
dan ucapan, tidak berarti ia hanya diam, memejamkan mata dan
menutup telinga.
Jihad terambil dari akar kata ja-ha-da, artinya sulit dan letih. Jihad
memang sulit dan menyebabkan keletihan. Arti lain dari jihad adalah kemampuan,
karena jihad menuntut orangnya untuk menegeluarkan segala daya dan
kemampuan serta dilakukan sebesar-besar kemampuan.
Tidak ada satu kegiatan pun yang tidak disertai jihad, sebab kegiatan apapun
yang dilakukan oleh kita sudah tentu membutuhkan kesungguhan, daya upaya,
kemampuan, dan pengorbanan, disamping niat karena Allah dan untuk
menegakkan kalimah Allah. Paling tidak jihad diperlukan untuk menghadapi
bujukan nafsu dan melawan rayuan setan yang selalu mengajak menuju
kedurhakaan dan pengabaian tuntunan agama. Banyak pintu yang dilalui setan
untuk merayu manusia, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Ambisi yang berlebihan dan prasangka buruk pada Tuhan


Gemerlap duniawi.
Merasa lebih dari orang lain
Menganggap enteng dosa kecil dan malu melakukan kebaikan kecil
Riya

L. Bab 12 Pendidikan Islami : Problematika dan Prinsip-Prinsip Pendidikan


Islam
Kehidupan manusia dalam tatanan dunia modern yang mengglobal dewasa
ini sedang menuju ke suatu arah dimana Allah benar-benar diasingkan, dunia
dimana manusia hanya percaya kepada yang kasat mata, atau menurut ungkapann
Kurtines Sains telah mengambil alih kedudukan iman.
Diakui bahwa dunia pendidikan, termasuk di dunia Islam lebih banyak
dipengaruhi oleh paradifma dan teori pendidikan barat yang sekular. Secara sngat
gamblang Harun Nasution mengingatkan, bahwa keresahan timbul selama ini

karena konsep-konsep barat yang didasarkan atas filsafat yang sekular dibawa
melalui pendidikan modern ke dalam masyarakat agamis di Indonesia.
Menurutnya sekularisme merupakan musuh terbesar dari agama dan dengan
sendirinya tidak sejalan dengan falsafah Pancasila.
Tauhid dalam seluruh bangunan pemikiran dan kehidupan orang Islam,
tauhid merupakan prinsip dan cara pandang yang paling fundamental dan
sekaligus paling komprehensif. Tauhid memandang bahwa alam dan kehidupan
merupakan suatu kesatuan yang komprehensif dan integratif, dimana Tuhan
(Allah) ditempatkan dan diperlakukan sebagai satu-satunya sentral (asl,rujukan,
dan tujuan).
Prinsip-prinsip pendidikan Islam sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Prinsip Syumuliyyah (Komprehensif)


Prinsip Takimuliyyah (integratif)
Prinsip Tawazuniyyah (keseimbangan)
Prinsip Wasaliyyah (Kemediaan)
Prinsip Istimariyyah (kontinu)
Prinsip Waqiiyyah ( Kontekstual)
Prinsip Rabbaniyyah (ketuhanan)
Prinsip Rahmaniyyah
Prinsp Uswiyyah.

M. Bab 13 Isu Kontemporer : Toleransi dan Pluralisme Dasar bagi


Kehidupan Damai Dunia di Era Global
Secara terminologis, demokrasi tidak dikenal dalam islam. Adapun istilah
musyawarah yang terdapat dalam praktik penyelenggaraan Negara modern
diidentikan dengan demokrasi. Dalam pandangan M. Quraish Shihab paling tidak
syura itu ada kaitannya dengan demokrasi. Namun syura yang diwajibkan dalam
Islam itu tidak dapat dibayangkan berwujud seperti bentuk pertama, karena itulah
dalam kehidupan empirikal sekarang justru menjadikan syura lumpuh.
Ayat Al-Quran (Q.S. 4:58-59) yang menjelaskan tentang prinsip
musyawarah yang terdapat dalam pemerintahan negara oleh Muhammad Yusuf
Musa dijadikan dasar musyawarah dengan prinsip:
1. Memelihara amanat Allah dengan sebaik-baiknya, menyampaikan hak
kepada ahlinya, dan mengakui segala hak dengan penuh;

2. Menegakkan keadilan dalam segala urusan ekonomi, sosial, dan politik,


baik terhadap diri sendiri, keluarga ataupun masyarakat;
3. Taat dan patuh kepada undang-undang yang telah ditetapkan.
Dari 3 prinsip di atas timbul yang lebih fundamental asas yang mutlak
diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan yaitu:
1. Syura harus dilaksanakan dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan
umum;
2. Keadilan umum wajib dilaksanakan oleh seluruh aparat pemerintah;
3. Bantuan dari orang-orang kuat dan jujur perihal yang perlu dimintakan
bantuannya oleh Imam.
Model kekuasaan ada di tangan Tuhan seperti ini dapat dikategorikan dalam
tipe Teokrasi. Namun teokrasi dalam arti yang sebenar-benarnya sebenarnya
sudah tidak lagi ada di dunia ini. Perubahan pemikiran dan pengalaman empirik
manusia yang melaksanakannya menghendaki persamaan, keadilan, dan
kekuasaan empiriknya mulai dikembangkannya sendiri berdasarkan pengalaman
dan penafsiran terhadap kekuasaan dan doktrin-doktrin ajaran Tuhan.
Secara ontologis, islam dan demokrasi berada pada tataran yang berbeda.
Islam sebagai sebuah sistem keyakinan mengajarkan kesetiaan total manusia
terhadap Allah secara vertikal. Sedangkan demokrasi, sebagai ideologi, adalah
konsepsi produk manusia yang merelatifkan pandangan dogmatis serta absolut,
dan senantiasa mengasumsikan proses tawar-menawar antara sesama manusia
secara horizontal.
Rebeka Harsono di Indonesia meminjam konsep Ann Oakley berpendapat
bahwa hubungan yang berdasarkan gender merupakan:
1. Hubungan antara manusia yang berjenis kelamin berbeda dan itu
merupakan hubungan hirarkis yang bisa menimbulkan masalah sosial;
2. Gender merupakan eksplanatoris tentang tingkah laku, kedudukan sosial
dan pengalaman konsep yang cenderung diskriminatif daripada antara
pria-wanita, dan;
3. Gender memformulasikan bahwa hubungan asimetris pria-wanita
sebagai natural order atau normal.

BAB III
PENUTUP
A. Analisi dan Pembahasan
Islam adalah agama yang benar karena Islam adalah agama yang
mengarahkan manusia agar mendapatkan keridhoan Allah swt, yaitu kebahagiaan
dunia dan akhirat. Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dibanding
dengan makhluk Allah yang lainnya. Banyak agama di dunia ini yang memiliki
umat yang banyak, namun tetap agama yang benar hanya Islam. Sebagai muslim
kita harus berpedoman hidup pada sumber ajaran islam yaitu Al-quran, Hadist,
dan ijtihad.
Sebagai muslim kita harus mempunyai iman yang kuat kepada Allah swt.
karena dengan imanlah seorang muslim bisa menjadi lebih baik dihadapan Allah
swt maupun antar sesama muslim. Selain daripada iman saja sebagai muslim kita
harus bertaqwa yang artinya menjalani segala perintah Allah dan menjauhi segala

larangan Allah swt. Sebagai muslim kita harus berakhlak baik dalam segala
tingkah laku agar bisa menjaga taqwa kita kepada Allah swt.
Di dalam agama Islam semua diatur sesuai dengan aturan agama, yang
bertujuan agar bisa menjadikan semuanya lebih baik untuk segala pihak. Salah
satu contohnya adalah harta dalam islam seperti mengatur dalam soal warisan.
Dalam membangun sebuah keluargapun banyak aturannya, karena tujuannya
adalah agar tidak sampai ada salah persepsi dari orang lain (seperti fitnah).
Setelah kita mampu mencapai kualitas iman yang baik, maka alangkah lebih
baiknya kita harus bisa mengajak orang lain bisa seperti kita. Dalam arti kita
sudah bisa berdakwah (mengajak). Dalam Pendidikan Islami banyak terjadi
problematika contohnya seperti pendidikan sudah sampai mengasingkan Allah,
hingga tidak melaksanakan solat. Maka dari itu kita harus bisa memanaje perilaku
kita sendiri.

B. Kesimpulan
Materi yang terkandung dalam buku ini sangatlah bermanfaat bagi
mahasiswa disaat pembelajaran di kelas, dan buku ini juga bisa dijadikan tuntunan
oleh mahasiswa dalam rangka mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat
nanti.
Maka dari itu sekarang ini Pendidikan Agama Islam itu harus bisa
ditanamkan dari sejak dini, agar masa depan bangsa kita bisa lebih maju lagi dari
pada sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai