Anda di halaman 1dari 14

Nama : Anggun Amelia Contessa

Nim : 231101030067
Kelas : C2/ MPI
Kelompok : 7
Islam Sebagai Sumber Ajaran
Autentisitas ajaran Islam merujuk pada keaslian dan kesesuaian ajaran Islam dengan sumber-
sumber utamanya, yaitu Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad. Dalam Islam, autentisitas
sangat penting, dan menjaga kesucian serta kebenaran ajaran agama adalah prioritas utama.
Islam sebagai agama universal, tidak terbatas oleh batasan waktu atau kecepatan, dan
menghadapi tantangan dalam era modern. Kemunculan permasalahan baru telah menjadikan
bidang hukum Islam, yang dikenal sebagai fiqh, semakin kompleks dan memerlukan respon
yang tidak sederhana. dapat disimpulkan bahwa autentisitas ajaran Islam adalah prinsip dasar
dalam menjaga kebenaran dan keaslian agama ini , hal ini mengacu pada kesesuaian ajaran
Islam dengan sumber-sumber utamanya, Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW.
B. Karakterstik Ajaran Islam
Islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam
berbagai bidang, seperti bidang agama, muamalah (kemanusiaan) yang di dalamnya termasuk
masalah pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, kehidupan,
lingkungan hidup, kesehatan pekerjaan, serta Islam sebagai sebuah disiplin ilmu. Untuk
penjelasan yang lebih rinci sebagai berikut :
1. Bidang Agama Karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama adalah mengakui adanya
pluralisme sebagai sesuatu kenyataan, mengakui adanya universalisme, yakni mengajarkan
kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat baik, dan mengajak pada
keselamatan.
2. . Bidang Ibadah Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ibadah berarti bakti manusia
kepada Allah SWT.
3. Bidang Akidah Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai
Tuhan yang wajib disembah; ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat, yaitu
: menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-
Nya; perbuatan dengan amal saleh.
4. Bidang Ilmu dan Kebudayaan Karakteristik ajaran Islam dalam ilmu dan kebudayaan
bersikap terbuka, akomodatif, tetapi juga selektif yakni tidak bergitu saja menerima seluruh
jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan ajaran
Islam sendiri.
5. Bidang Pendidikan Senada dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan di atas,
Islam juga memiliki ajaran yang khas di bidang Pendidikan.
6. Bidang Sosial Karakteristik ajaran Islam di bidang sosial, bahwa Islam mengajarkan setiap
manusia untuk hidup damai dan sejahtera.
7. Bidang Kehidupan Ekonomi Islam memandang bahwa kehidupan yang harus dilakukan
manusia adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan antara urusan dunia dan akhirat.
8. Bidang Kesehatan Ciri khas ajaran Islam selanjutnya dapat dilihat dalam konsepnya
mengenai kesehatan.
9. Bidang Politik Islam tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu, oleh karena setiap
bangsa boleh saja menentukan bentuk negaranya masing-masing sesuai seleranya.
10. Bidang Pekerjaan Karakteristik ajaran Islam lebih lanjut dapat dilihat dari ajarannya
mengenai kerja. Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah SWT.
11. Bidang Disiplin Ilmu Selain sebagai ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang
kehidupan dengan ciri-cirinya yang khas tersebut, Islam juga telah tampil sebagai sebuah
disiplin ilmu, yaitu ilmu keislaman, seperti hadist, tafsir, fiqih, dan teologi.
Dimensi-dimensi ajaran Islam terdiri dari Islam, Iman dan ihsan yang merupakan tiga
rangkaian konsep agama islam sesuai dengan dalil. Islam, Iman dan ihsan saling
berhubungan karena seseorang yang hanya menganut Islam belum cukup tanpa dibarengi
dengan Iman. Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam.
Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi
dengan Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam, yang sekaligus
merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri. Pemahaman ajaran Islam dalam
struktur Islam, Iman, dan Ihsan adalah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan mereka
memiliki hubungan yang sangat erat dalam praktik keagamaan seorang Muslim. Dengan
demikian, Islam adalah bentuk ibadah, Iman adalah bentuk keyakinan, dan Ihsan adalah
bentuk perbuatan baik kepada Allah dan sesame, ketiganya harus dijalankan bersama-sama
sebagai bagian dari kehidupan seorang Muslim.
Kelompok: 8
SUMBER AJARAN ISLAM
Pengertian Al-Quran Pengertian Al-qur’an Secara bahasa (etimologi) Al-Quran merupakan
bentuk masdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-a yang bermakna membaca atau bacaan. Ada
yang berpendapat bahwa qur’an adalah masdar yang bermakna isim maf’ul, karenanya ia
berarti yang dibaca atau maqru’. Menurut para ahli bahasa, kata yag berwazan fu’lan memiliki
arti kesempurnaan. al-mabdu’ bi surah al-fatihah wa al-makhtum bi surah al-nas (yang dimulai
dari surah al-fatihah dan diakhiri surat An-nas. Sehingga dari definisi diatas kami dapat
menyimpulkan:
1. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, apabila
tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW maka tidak dapat disebut AL-qur’an,
seperti wahyu Allah yang diturunkan pada Nabi Daud as (zabur), kepada nabi Musa as
(taurot), kepada Nabi Isa as (injil).
2. Al-qur’an disampaikan kepada kita semua secara mutawatir, dan tanpa keraguan
sedikitpun, seperti yang dijelaskan dalam QS.
3. Kebenaran Al-qur’an Abdul wahab khallaf mengatakan bahwa ”kehujjahan Al-qur’an
itu terletak pada kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada keraguan
atasny”. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT
4. Kemukjizatan Al-qur’an Mukjizat memiliki arti sesuatu yang luar biasa yang tiada
kuasa manusia membuatnya karena hal itu adalah diluar kesanggupan manusia.
Menurut istilah ulama hadis, hadis ialah ucapan, perbuatan, taqrῐr (pengakuan/persetujuan),
dan sifat yang dihubungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pengertian hadis seperti ini
tidak saja terbatas pada hadis-hadis setelah bi’tsah (Muhammad SAW diangkat menjadi
Rasulullah), tetapi juga sebelumnya, seperti masalah persemadian Nabi di Gua Hira. Ajaran
Islam merupakan wahyu yang duturunkan melalui Nabi Muhamad saw, berisi ajaran yang
meliputi segala aspek, tetapi tidak serta merta semuanya dapat dilaksanakan dalam realitas
kehidupan, karena terlalu umum misalnya. Sarana untuk menjadikan ajaran dan Hukum
Islam dapat dilaksanakan, ataukah untuk melakukan perubahandan pembaharuan Hukum
Islam adalah ijtihad. Salah satu sahabat Nabi yang popular dalam mengembangkan Hukum
Islam yang senantiasa relevan dan fleksibel adalah Umar bin
Khattab(Wahab,1994).Semangat Islam yang senatiasa relevan dengan segala zaman dan
kondisi menempatkan ijtihad sebagai sarana yang paling utama dalam pengembangan
hokum Islam.
Sejalan dengan syarat-syarat mujtahid di atas, Yusuf Qardhawi mengemukakan syarat-
syarat ijtihad atau mujtahid sebagai berikut :
a.Harus mengetahui al-Qur’an (ulu>mu>l al-Qur’a>n) dan Hadis (ulu>mu>l hadis|)
b.Mengetahui bahasa Arab dan ushul fiqhi
c.Mengetahui tema-tema yang sudah merupakan ijma’
d.Mengetahui sejarah-sejarah dan mengenal manusia serta alam sekitarnya
e.Bersifat adil dan taqwa.
ijtihad adalah pencurahan segala kemampuan, kekuatan dan kesanggupan. Jadi, secara
etimologis ijtihad merupakan suatu kemampuan, kesanggupan, dan kerja keras untuk
mendapatkan sesuatu. Pernyataan ini menunjukkan bahwa ijtihad merupakan pekerjaan
yang sulit dan berat dilakukan. Sedangkan orang yang melakukan ijtihad disebut dengan
Mujtahid.
Kelompok: 9
METODE MEMPELAJARI SUMBER AJARAN ISLAM
A. Pengertian Metode Penelitian Tafsir
Metodologi Penelitian Tafsir adalah ilmu mengenai jalan (cara) yang dilewati melalui
kegiatan ilmiah untuk memahami, membahas, menjelaskan serta
merefleksikan\kandungan al-Qur’an secara apresiatif dengan menggunakan
pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan berdasarkan kerangka konseptual tertentu
sehingga menghasilkan suatu karya tafsir yang refresentatif. Ada dua istilah yang sering
digunakan yaitu: metodologi tafsir dan metode tafsir. Kita dapat membedakan antara
dua istilah tersebut, yakni: “metode tafsir, yaitu cara-cara yang digunakan untuk
menafsirkan al-Qur’an, sedangkan metodologi tafsir yaitu ilmu tentang cara tersebut.
B. Macam-macam Metode Tafsir Al Quran. Metodologi Tafsir Al-Qur'an dibagi
menjadi empat macam, yaitu metode Tahlili, metode Ijmali, metode Muqarin, dan
metode Maudhu'i.
khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami dan samar artinya.Berikut
penjelasan empat metodologi Tafsir Al-Qur'an:
1. Metode Tahlili (Analitik) Metode ini adalah yang paling tua dan paling sering
digunakan.
2. Metode Ijmali (Global) Metode ini adalah berusaha menafsirkan Al-Qur'an secara
singkat dan global, dengan menjelaskan makna yang dimaksud tiap kalimat dengan
bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami.
3. Metode Muqarin Tafsir ini menggunakan metode perbandingan antara ayat dengan
ayat, atau ayat dengan hadits, atau antara pendapat-pendapat para ulama tafsir dengan
menonjolkan perbedaan tertentu dari objek yang diperbandingkan itu.
4. Metode Maudhu'i (Tematik) Tafsir berdasarkan tema, yaitu memilih satu tema
dalam Al-Qur'an untuk kemudian menghimpun seluruh ayat Al-Qur'an yang berkaitan
dengan tema tersebut. baru kemudian ditafsirkan untuk menjelaskan makna tema
tersebut.
C. Pengertian Metode Penelitian Hadis. Metode berarti cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, atau cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan. Terdapat beberapa faktor yang menjadikan penelitian hadis
berkedudukan sangat penting. Menurut Syuhudi Ismail faktor-faktor tersebut adalah:
1.Hadis Nabi sebagai salah satu sumber ajaran islam. Kita harus memberikan perhatian
yang khusus karena hadis merupakan dasar hukum kedua setelah al Qur’an dan kita
harus meyakininya.
2.Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi. Nabi pernah melarang sahabat untuk
menulis hadis, tetapi dalam perjalanannya ternyata sangat dibutuhkan untuk
membukukan hadis.
3.Telah timbul berbagai masalah pemalsuan hadis.
4.Proses penghimpunan hadis memakan waktu yang cukup lama, karena itu dibutuhkan
penelitian hadis sebagai upaya kewaspadaan dari adanya hadis yang tidak bisa
dipertanggung jawabkan. 5.Jumlah kitab hadis yang banyak dengan model penyusunan
yang beragam. 6.Telah terjadi periwayatan hadis secara makna, hal ini dikhawatirkan
adanya keterputusan sumber informasinya.
D. Takhrij sebagai Metode Penelitian Hadis.
Al-Takhrij menurut bahasa berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu
yang satu . Takhrij hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis dari berbagai kitab
hadis sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang di dalam itu ditentukan
secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan. Dalam arti lain bahwa takhrij
adalah mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebut para perawinya
dalam sanad yang telah menyampaikan hadits itu dengan metode periwayatan yang
ditempuh.
Kelompok: 10
ALIRAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Aliran Kalam


secara etimologis ilmu adalah suatu pengetahuan dan kalam artinya perkataan atau
percakapan. Kalam yang dimaksud bukan pembicaraan dalam pengertian sehari-hari,
melainkan dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Ciri
utama ilmu kalam ialah rasionalitas. Ibnu Khaldun menjelaskan ilmu kalam adalah ilmu yang
mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani berdasarkan dalil-dalil rasional.

Berikut beberapa aliran-aliran kalam,diantaranya: 1

1) Aliran Khawarij
2) Aliran Murji'ah
3) Aliran Syi'ah
4) Aliran Qadariyah
5) Aliran Jabariyah
6) Aliran Mu'tazilah
7) Aliran Ahlussunnah Wal Jama'ah

Jadi Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan atau membahas tentang masalah ketuhanan,
ketauhidan (mengesakan Tuhan) dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan disertai alasan-
alasan yang rasional.

B. Pengertian Aliran Fiqh

Fikih menurut bahasa adalah paham yang mendalam. Sedangkan menurut istilah terdapat
beberapa perbedaan pendapat sebagai berikut : Menurut kebanyakan fuqoha fiqh menurut
istilah ialah “segala hukum syara’ yang diambil dari kitab Allah SWT, dan sunnah Rasul SAW
dwngan jalan ijtihad dan istimbath berdasarkan hasil penelitian yang mendalam.

Ulama-ulama Madzhab :

1) Mazhab Hanafi
2) Mazhab Maliki
3) Mazhab Syafi’i
4) Mazhab Hambali.
5) Mahzhab Ja’fari

C. Pengertian Aliran Tasawwuf

Secara etimologi, para ahli berbeda pendapat tentang akar kata tasawuf. Setidaknya ada ada
enam pendapat dalam hal itu, yakni: (1) kata suffah yang berarti emperan masjid Nabawi
yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian tasawuf adalah bagian dari syari‟at islam yang
memuat suatu metode untuk mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan Tuhan
dan juga untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki (mak‟rifat) dan atau inti rasa
agama. Tasawuf dikategorikan syari‟at karena ia merupakan salah satu dari tiga pilar
Syari‟at Islam, yakni Islam (Fiqih), Iman (Tauhid), dan Ihsan (Tasawuf).9 Dikatakan
sebagai metode, karena tasawuf merupakan suatu cara, baik dengan cara memperbaiki
akhlak (lahir dan batin), mujahadah, kontemplasi, ishq dan mahabbah, mengikuti semua
yang dianjurkan oleh Nabi (sunnahsunnah), penyucian jiwa (riyadhoh, tirakat, jw), maupun
dengan cara lain sesuai dengan kemampuan dan kecondongan masing-masing.
Kelompok: 11
MENGEMBANGKAN METODE PEMIKIRAN ISLAM (
BAYANI,IRFANI,BURHANI)
A. Pengertian Tradisi Keilmuan Islam
keilmuan dalam Islam memiliki orientasi yang jelas, termasuk memberi kontribusi
yang baik dan maslahat bagi kemanusiaan. Inilah titik kunci ilmu sekaligus tradisi
keilmuan Peradaban Islam adalah suatu hasil akumulasi perjalanan pergumulan
penganut agama Islam ketika berhadapan dengan proses dialektis antara “normativitas”
ajaran wahyu yang permanen dan “historisitas” pengalaman kekhalifahan manusia di
muka bumi yang selalu berubah-ubah. Diantara catatan penting yang patut kita ambil,
Pertama, peradaban Islam dibangun di atas ilmu yang berbasiskan wahyu. Ilmu di
dalam Islam berdimensi Iman. Ilmu dalam pikiran menguatkan keyakinan yang
tertanam di dalam hati yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan (amal) yang
merupakan satu kesatuan yang utuh. Kedua, ilmu perlu pewarisan melalui sarana-
sarana khas, dalam konteks kekinian misalnya, pesantren, sekolah dan perguruan tinggi.
B. Konsep Nalar Bayani,Irfani dan Burhani
1. Nalar Bayani
Bayani merupakan metode pemikiran yang menekankan otoritas teks (nash) dan
dijustifikasi oleh logika penarikan kesimpulan. Secara etimologis, kata bayan berasal
dari akar kata b-y-n, yang memiliki arti pisah atau terpisah (alfashl/infishal) dan jelas
atau menampakkan (azh-zhuhur/al-izhhar).
2. Nalar Irfani
‘Irfani merupakan bentuk mashdar dari verba ‘arafa yang berarti al-ma’rifah: ilmu
pengetahuan. ‘Irfani lebih dikenal sebagai terminologi mistik yang secara khusus, yaitu
pengetahuan tentang Tuhan.
3. Nalar Burhani
Secara etimologis, burhani dalam bahasa Arab berarti bukti yang terperinci dan jelas,
dalam bahasa Latin koheren dengan kata demonstration yang berarti isyarat, gambaran
dan jelas.
Al-Burhani(demonstrative), secara sederhana bisa diartikan sebagai suatu aktifitas
berfikir untukmenetapkan kebenaran proposisi (qadliyah) melalui pendekatan deduktif
(al-istintaj) dengan mengaitkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain yang
telah terbukti kebenarannya secara aksiomatik(badhihi).
Metode pemikiran yang menekankan otoritas teks dan dijustifikasi oleh logika
penarikan kesimpulan.Memiliki lima tingkatan, termasuk Bayan ijtihad yang diperoleh
melalui qiyas.Prinsip infishal, tajwiz, dan qiyas menjadi dasar epistemologi keilmuan
Islam.Pengetahuan tentang Tuhan, diperoleh melalui kasyf atau ilham (tersingkapnya
rahasia-rahasia).Tidak didasarkan pada analisis teks, melainkan pada pengalaman
langsung dan olah rohani.Sifat langsung "irfani" melibatkan pengalaman, ilmu hudhuri,
dan pengalaman eksistensi.Berfokus pada bukti yang terperinci dan jelas,
menggunakan pendekatan deduktif.Berdasarkan sistem sebab-akibat, melibatkan
logika rasional dan dalil-dalil logika.Muncul sebagai respons terhadap doktrin-doktrin
baru dan membutuhkan argumen rasional.Masing-masing nalar memiliki peran dan
karakteristiknya sendiri dalam pemahaman dan pengembangan ilmu pengetahuan
Islam, mencakup aspek teks, pengalaman langsung, dan argumen rasional.
Kelompok: 12
AGAMA SUMBER PENDIDIKAN KEMANUSIAAN

A. AKHLAK

1. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya“khuluqun” yang berari budi
pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang
menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan
menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.
2. Hal hal yang harus di biasakan sebagai Akhlak dalam Islam
Adapun hal-hal yang perlu dibiasakan sebagai akhlak yang terpuji dalam islam, antara
lain :
1. Berani dalam kebaikan, berkata benar serta menciptakan manfaat, baik bagi diri maupun
orang lain.
2. Adil dalam memutuskan hukum tanpa membedakan kedudukan, status sosial ekonomi,
maupun kekerabatan.
3. Arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
4. Pemurah dan suka menafkahkan rezeki baik ketika lapang maupun sempit.
5. Ikhlas dalam beramal semata-mata demi meraih ridha Allah.
6. Cepat bertobat kepada Allah ketika berdosa.
7. Jujur dan amanah.
8. Tidak berkeluh kesah dalam menghadapi masalah hidup.
9. Penuh kasih sayang.
10. Lapang hati dan tidak balas dendam
11. Malu melakukan perbuatan yang tidak baik.
12. Rela berkorban untuk kepentingan umat dan dalam membela agama Allah.
3. Macam-macam Akhlak
Menurut Ibnu Qoyyim ada dua jenis akhlak, yaitu ;
a. Akhlak Dharuri adalah akhlak yang murni, dalam arti akhlak tersebut sudah secara
otomatis merupakan pemberian dari Tuhan secara langsung, tanpa memerlukan
latihan, kebiasaan dan pendidikan.
b. Akhlak muhtasabi merupakan akhlak atau budi pekerti yang harus diusahakan
dengan jalan berlatih dan membiasakannya, untuk berbuat baik serta cara berfikir
yang tepat. Tanpa dilatih, dididik dan dibiasakan, akhlak ini tidak akan terwujud.
4. Konsep Akhlak Terkait dengan Konsep Keimanan Konsep akhlak dalam Islam
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa, akhlak dalam Islam mencakup budi
pekerti, perangai, dan tingkah laku yang berakar pada keyakinan dan ketaatan kepada
Allah. Akhlak yang baik adalah hasil dari pengaruh orientasi kepada Al-Qur'an dan
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, teks juga menguraikan poin-
poin khusus tentang akhlak terpuji, jenis-jenis akhlak, dan hubungannya dengan
konsep keimanan dalam Islam.
B. Tauhid
1.Pengertian Tauhid
Istilah tauhid berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata wahhada ( َ‫ ( َو َّح َد‬dan yuwahhidu
) ُ ‫( ي َُو ِّح َد‬. Secara etimologi, tauhid mengandung makna keesaan, yaitu keyakinan bahwa Allah
adalah Esa, Tunggal, dan Satu. Dalam konteks bahasa Indonesia, tauhid diartikan sebagai
“keesaan Allah,” dan mentauhidkan berarti “mengakui keesaan Allah serta mengesakan-Nya.
2.Pembagian Tauhid
Fuqoha mengelompokkan tauhid berdasarkan analisis berbagai dalil yang terdapat dalam
syari’at. Tauhid dibagi menjadi tiga :
a. Tauhid Ar-Rububiyah
b. Tauhid Al-Uluhiyyah
c. Tauhid Al-Asma Wa As-Sifat
C. Ibadah
Dalam Kamus Munjid yang diterbitkan pada tahun 1986 dengan nomor halaman 483,
dijelaskan bahwa kata "ibadah" berasal dari akar kata "Abada" yang memiliki bentuk
turunan seperti Ibadatan dan Ubudiyah.
Beberapa jenis ibadah yaitu sebagai berikut :

1. Sholat
2. Dzikir
3. Membaca al qura
4. Puasa
5. Haji

Ibadah adalah ketaatan yang dilandasi oleh ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT.
Ibadah diwujudkan melalui pelaksanaan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya, baik
melalui tindakan maupun kata-kata, serta mencakup aspek lahiriah dan batiniah. Beberapa jenis
ibadah antara lain shalat, dzikir, membaca al-quran, puasa, haji.
Kelompok: 13
TAQWA
A.Kriteria orang taqwa
Makna taqwa para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa diantaranya : •
Imam ar- Raghib al- Ashfahani mendefenisikan “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan
yang membuatnya berdosa dan itu dengan meninngalkan apa yang dilarang menjadi sempurna
dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan. • Imam Nawawi mendefinisikan taqwa
dengan “menaati perintah dan larangan Nya”. Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan
azab Allah. • Imam al- Jurzani “Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan
siksa baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya.” Taqwa merupakan kumpulan
seluruh kebaikan, dan hakekatnya adalah “bahwa seseorang melindungi dirinya dari hukuman
Tuhan dengan kepatuhan dan ketundukan kepada-Nya.
Ada lagi beberapa kriteria/ciri-ciri orang yang bertaqwa yang disebutkan didalam Al Qur’an,
yaitu:
a. Ali Imran Ayat 76, Barangsiapa menepati janjinya, maka Tuhan menyukai orang yang
bertaqwa.
b. Al Maidah Ayat 8, Tegakkanlah keadilan, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.
c. Al Baqarah ayat 273, Kalau kamu memaafkan, maaf itu lebih dekat kepada taqwa.
d. At Taubah ayat 7, Selama mereka bersifat lurus kepadamu, hendaklah kamu bersikap teguh
hati (istiqamah) kepada mereka, sesungguhnya Tuhan itu menyukai orang-orang yang taqwa.
e. Ali Imran ayat 200, Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetap bersiap siaga, dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.
Taqwa adalah puncak kehidupan Ibadah, yang selalu dicari oleh setiap muslim. Tuhan selalu
mendorong manusia untuk mencapai tingkatan itu dan berusaha mempertahankannya setelah
mendapatkannya. Sebab taqwa itu akan menanamkan akhlak mulia, yang efeknya bukan saja
untuk menyelamatkan diri sendiri tapi juga untuk seluruh ummat manusia dimanapun ia berada.
B.Taqwa Sumber Kemenangan
Dengan tertanamnya pohon taqwa di dalam lubuk hati masing-masing individu dalam suatu
masyarakat, tumbuh suburnya pohon taqwa di dalam lubuk hati yang subur yang memberikan
kenikmatan kepada seluruh manusia yang bertaqwa, karena itu Tuhan menempatkan manusia
taqwa sebagai mausia yang paling mulia di sisi Allah SWT. Hubungan manusia dengan
Tuhannya dalam berbagai persoalan hidup, amatlah pentingnya. Orangorang besar yang
menjadi pemimpin dunia sangat memahami persoalan ini.
taqwa merupakan sumber kemenangan yang membawa keberkahan dalam kehidupan individu
dan masyarakat. Firman Allah menegaskan bahwa yang paling mulia di sisi-Nya adalah orang
yang paling bertakwa. Dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kehidupan kenegaraan,
taqwa memegang peranan penting. Pemeliharaan taqwa oleh penguasa dan rakyat dapat
menciptakan keadilan, ketenteraman, dan kesejahteraan. Taqwa membawa kekuatan untuk
menghadapi tantangan hidup dan membuka jalan keluar dari setiap kesulitan. Oleh karena itu,
agama Islam mengajarkan agar setiap muslim membangun taqwa sebagai tujuan hidup utama,
menciptakan harmoni antara iman, ibadah, dan perilaku yang baik.

Anda mungkin juga menyukai