Kelompok 1 :
1. Abdullah
2. Achmad Alifudin
3. Achmad Muzaki
4. Ade Satria Putra
5. Adhibda Salsa As-syifa
6. Agus Syafrudin Musthofa
7. Akhnaf Fadhil Abdilah
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa wajah Islam yang sesungguhnya?
D. Pembahasan
1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Islam
a. Pengertian
Secara pengertian, Islam adalah agama yang diturunkan/diwahyukan
Allah SWT melalui perantara jibril kepada nabi Adam A.s sampai dengan
Nabi Muhammad SAW, dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk
mendapatkan hidup bahagia Dunia dan Akhirat.1 Didalam pengertian yang
lain Islam adalah Agama Allah yang di wahyukan kepada para Rasul, sebagai
hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin
kesejahteraan hidup materiil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.2
Jika ditilik secara Etimologi, Kata Islam berasal dari kata dalam
Bahasa arab Aslama yuslimu Islaman yang memiliki arti selamat/keselamatan.
Sehingga wajah islam sesungguhnya adalah ajaran yang mampu membawa
keselamatan bagi pemeluknya. Pengertian tentang islam tersebut sudah
termaktub di beberapa surat dalam Al-qur’an yang diantaranya surat An-nisa
ayat 125 menyebutkan bahwa islam mengandung arti kepasrahan,
ketundukan, keselamatan, kedamaian dan kesucian3. Di surat yang lain, surat
Maryam ayat ke-47 juga telah menyebutkan bahwa islam mengandung arti
ketundukan dan keselamatan sebagaimana doa Nabi Ibrahim. 4 Di dalam surat
Al-anfal ayat ke-61 menyebutkan bahwa Islam memiliki arti kedamaian 5, dan
di surat Asy-Syuara ayat ke 88-89 menyebutkan bahwa Islam memiliki makna
bersih atau suci6. Dalam konteks ini maka ketika kita beragama Islam dan ber-
Islam, kita harus menjadi orang-orang yang suci dan bersih, hati dan fikiran
dan tindakan. Akan tetapi jangan merasa diri paling bersih, paling suci dan
menganggap orang lain kotor dan sesat.
1
Muqaddimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Hal-6, 2017.
2
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Hal-9, 2001.
3
Al-Qur’an terjemahan surat An-Nisa ayat 125, hal-98, 2012
4
Al-Qur’an terjemahan surat Maryam ayat 47, hal-308, 2012
5
Al-Qur’an terjemahan surat Al-Anfal ayat 61, hal-184, 2012
6
Al-Qur’an terjemahan surat Asy-Syuara ayat 88-89, hal-371, 2012
b. Sumber Ajaran Islam
Al-Qur‟an dan as-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam, yang
mana keduanya merupakan wahyu Allah SWT., sehingga di antara keduanya
sama sekali tidak terdapat pertentangan di dalamnya. Setiap orang Islam harus
mencintai dan berpegang teguh pada keduanya, dengan demikian dia akan
selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti sabda Rasul SAW. sebagai
berikut: “Aku tinggalkan dua pusaka pada kalian, jika kalian berpegang pada
keduanya, niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah (al-Qur‟an) dan
sunnah Rasul-Nya.”7
Dapat diketahui dari kutipan di atas bahwa sumber ajaran Islam ada
dua, yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah (keduanya sebagai sumber primer). Adapun
Al-Ra’yu yang merupakan ijtihad atau pemikiran manusia berfungsi sebagai
sumber sekunder. Penjelasan terhadap Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ar-Ra’yu
(ijtihad) sebagai sumber ajaran Islam lebih lanjut akan dikemukakan sebagai
berikut:8
1. Al-Qur’an
Umat Islam sepakat bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Ilahi yang
menjadi sumber utama ajaran Islam. Ketika Al-Qur’an diturunkan
kepada Bangsa Arab, sebagian dari mereka mempercayainya,
sementara yang lain ada yang tidak percaya bahwa Al-Qur’an
merupakan wahyu Tuhan.9 Al-Qur’anul Karim memperkenalkan
dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya
adalah ia merupakan kitab yang keontetikannya dijamin oleh Allah,
dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara, seperti dalam firman-
Nya:10
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS.15: 9).
7
As-Suyuthi, Al-Jami‟ Ash-Shagir, (Beirut: Dar Al-Fikr, t.th), hal-130
8
Abudin Nata, Studi Islam komprehensif , (Jakarta: Prenada Media Grup, 2011), hal.26-27
9
Kusmana, Syamsuri, (ed), Pengantar Kajian al-Qur‟an: Tema Pokok, Sejarah dan Wacana Kajian, ( Jakarta: PT. al-Husna
Baru, 2004), hal. 139
10
Al-Qur’an terjemahan surat Asy-Syuara ayat 88-89, hal-371, 2012
Selain itu, ia juga sebagai pembeda antara yang haq dan yang
batil.11 Semua muslim meyakini Al-Qur’an sebagai sumber asal
ajaran Islam, syari’at terakhir yang memberi petunjuk arah perjalan
hidup manusia. Berdasarkan keyakinan tersebut, umat Islam
berlomba-lomba mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran
Islam. Mereka tidak hanya berharap selamat menjalani hidup di
dunia, tetapi juga meraih kebahagiaan sejati di akhirat. Meski
demikian, keyakinan saja ternyata tidak cukup. Al-Qur‟an sebagai
kitab petunjuk tidaklah pro-aktif memberi petunjuk layaknya
manusia. Manusialah yang bertanggung jawab membuat al-Qur‟an
aktif berbicara sehingga ia berfungsi sebagai petunjuk.12
2. As-Sunnah
Sudah kita ketahui bahwa hadits mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam ajaran Islam. Ia menepati posisi kedua setelah
Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran pertama memuat
ajaran-ajaran yang bersifat umum (global), yang perlu dijelaskan
lebih lanjut dan terperinci. Di sinilah, hadits menduduki dan
menepati fungsinya sebagai sumber ajaran kedua.13 Di kalangan
ulama, Al-Qur’an disebut wahyu matl’u, yaitu wahyu yang
dibacakan oleh Allah SWT dengan lafadz dan maknanya dengan
menggunakan Bahasa Arab kepada Rasul-Nya, dan Hadis di sebut
wahyu gairu matl’u atau wahyu yang tidak langsung dibacakan
Allah SWT kepada Rasul-Nya. Hadits adalah perincian ketentuan
agar Al-Qur’an itu dapat dioperasionalkan, lebih-lebih pada
ketentuan hukum yang bersifat amali dan perinciannya tidak
tercantum dalam Al-Qur’an, baik yang menyangkut masalah
ibadah maupun muamalah. Misalnya, pelaksanaan sholat hanya
diperintahkan secara global. Oleh karena itu, tata cara dan upacara
sholat secara terperinci hanya dapat diketahui melalui hadits.
11
Choiriddin Haidar, Klasifikasi Kandungan al-Qur‟an II, ( Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 6
12
Askin Wijaya, Teori Interpretasi al-Qur‟an Ibnu Rusyd: Kritik Ideologis- Hermeneutis, ( Penerbit: Lkis Yogyakarta, 2009),
hal. 1
13
M. Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal.78
3. Al-Ra’yu (Ijtihad)
Al-Qur‟an dan al-Sunnah sebagaimana disebutkan sebelumnya
merupakan sumber utama (primer) ajaran Islam. Adapun pemikiran
(ijtihad) merupakan sumber sekunder yang dapat digunakan ketika
dalil yang dibutuhkan untuk menetapkan suatu hukum tidak
terdapat di dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah tersebut, yaitu
ketetapan hukum yang bersifat dinamis dan berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman, seperti masalah sosial, ekonomi,
politik, budaya dan ilmu pengetahuan.14
18
Ibrahim Anis, Abdul Halim Muntasir dkk, al- Munjid al- Wasit (al-Qahirah: Majma‟ al-luqhah, t.th), cet II, hal.
505
seluruh umat manusia kepada Nabi Muhammad SAW. melalui titah ilahi
dan sunnah.19
3. Akhlak (Ihsan)
Ihsan dalam arti khusus sering disamakan dengan akhlak, yaitu tingkah
laku dan budi pekerti yang baik menurut Islam.20 Akhlak berasal dari kata
khalaqa (menjadikan, membuat). Dari kata dasar itu dijumpai kata
khuluqun (bentuk jamak), yang artinya perangai, tabiat, adat atau sistem
perilaku yang dibuat.21
Ihsan menurut Rasulullah SAW. adalah beribadah kepada Allah. Ibadah
ini tidak formalitas, tetapi terpadu dengan perasaan bahwa dirinya sedang
berhadapan langsung dengan Allah. Sementara itu, ihsan menurut bahasa
berarti kebaikan yang memiliki dua sasaran. Pertama, ia memberikan
berbagai kenikmatan atau manfaat kepada orang lain. Kedua, ia
memperbaiki tingkah laku berdasarkan apa yang diketahuinya yang
manfaatnya kembali kepada diri sendiri.22
Sebagai contoh, yaitu seperti pada bidang pendidikan, bidang sosial, bidang
kesehatan, bidang ekonomi, bidak politik dan sebagainya.Dalam karakteristik
bidang-bidang tersebut dapat kita kita dalam sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur'an
dan Hadist. Didalam Al-Qur'an dan Hadist memberikan penjelasan atau
karakteristik tersendiri dalam setiap bidang tersebut yang tentu berguna untuk
menjalankan kehidupan umat sepanjang masa.
19
Nashr Farid Muhammad Washil, Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa‟id Fiqhiyyah, Terjemah, Wahyu
Setiawan (Jakarta: Amzah,2009), hal. 203
20
Ending Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok pikiran Tentang paradigma dan Sistem Islam, (Jakarta: Gema
Insani, 2004), hal. 37
21
Kaelany, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 56
22
Al-Raqib al-Isfahani, Mufradat alfazh al-Qur‟an, (Bayrut: Dar al-Fikr, 1992), hal. 118
Ajaran Islam memiliki konsepsi yang khas dan dapat dikenali dengan berbagai
bidang keilmuannya. Perbedaan karakteristik dalam Islam menunjukkan
keragaman yang luas, akan tetapi umat Islam mempunyai konsepsi jiwa persatuan
umat “rahmatan lil'alamin”. Islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi,
yaitu mulai dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, sampai pada kehidupan rumah tangga dan masih banyak lagi dimensi-
dimensi lainnya. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut jelas
memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai referensi atau ilmu23.
Sesuai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah “Karakteristik Ajaran Islam”
terdiri dari kata dengan dua pengertiannya, yaitu “Karakteristik” dan “Ajaran Islam”, dimana
arti dari “Karakteristik” sesuai dalam KBBI yaitu “mempunyai sifat khas sesuai dengan
perwatakan tertentu” atau bisa diartikan sesuatu yang mempunyai sifat khas tertentu, berupa
tanda, sifat, sikap, corak, tingkah laku, dan sebagainya.
Kemudian makna dari Islam adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah dengan mengesakan-Nya dan melaksanakan syariatnya dengan penuh
ketaatan, dan melepaskan diri dari kesyirikan serta para pelakunya. Siapa saja
uang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, maka ia seorang muslim, dan
siapa saja yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan kepada yang lain-Nya,
makai a seorang musyrik. Dan seorang yang tidak menyerahkan diri kepada
Allah, makai a seorang kafir yang sombong24.
Dalam ajaran Islam sendiri mengandung arti yang berbeda beda pula. Untuk
meninjau ajaran Islam dapat dikemukakan,sebagai berikut :
1. Taat dan menyerahkan diri. Orang yang memeluk Islam adalah orang yang
menyerahkan diri kepada Allah SWT., dan menurut segala yang telah
ditentukan-Nya.
2. Sejahtera, tidak tercela, tidak cacat, selamat, teteram dan bahagia. Setiap
Muslim akan sejahtera, tenteram, selamat dan bahagia, baik di dunia
maupun di akherat dengan tuntunan ajaran Rabbul’alamin.
3. Mengaku, menyerahkan, dan menyelamatkan. Ini berarti bahwa orang yang
memeluk Islam itu adalah orang yang mengaku dengan sadar adanya Allah
23
Nasrullah, Al-Ittihad: Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam, Karakteristik Ajaran Islam: Perspective Unity and Divertisy of
Religion Vol. 1 hlm. 1-2, Journal STIS Al-Ittihad Bima (2015)
24
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam Al-Kamil, Jakarta : Darus Sunnah (2012)
SWT., kemudian ia menyerahkan diri pada kekuasaan-Nya dengan menurut
segala titah dan firman-Nya sehingga ia selamat di dunia dan akherat.
4. Cinta damai dan sejahtera. Islam adalah agama yang membawa kepada
kedamaian dan perdamaian. Orang yang memeluk Islam adalah orang yang
menganut ajaran perdamaian dalam segala tingkah laku dan perbuatan.
E. Simpulan
Sebagaimana makalah yang sudah kami buat dengan berbagai referensi yang
kami dapatkan dan kami yakin hal itu masih jauh dari kata pantas dan memuaskan.
Untuk itu kami mencoba membuat sebuah kesimpulan, bahwa Islam sebagai sebuah
agama yang menjadi sebuah keyakinan/faham/jalan bagi manusia yang nilai ajarannya
tak pernah terbatas oleh waktu dan tempat bahkan melampaui(beyond) fii kulli zaman
wa makan seharusnya menjadi pedoman/ way of life bagi setiap manusia. Anggapan-
anggapan kaum orientalis, modernis, pluralis terhadap Islam sesungguhnya tanpa
dasar. Islam mampu menepis anggapan bahwa Islam adalah agama yang tak bisa
beradaptasi dengan zaman, dekat dengan ketertinggalan, jauh dari ilmu
pengetahuan(science). Mereka lupa atau mungkin tidak tahu bahwa ada beberapa
Ilmuwan Islam yang sangat terkenal puluhan abad yang lalu seperti Ibnu Rusyd, Ibnu
Sina, Imam Ghazali, Al-Farabi dan masih banyak lainnya. Hal itu membuktikan
bahwa Islam tak pernah jauh dari ilmu pengetahuan atau anti dengan ilmu
pengetahuan.
Ruang lingkup dan karakteristik Islam sangatlah luas dan kompleks. Sangat
memenuhi syarat sebagai sebuah pedoman hidup bagi seluruh manusia. Terbukti
dalam bahasan-bahasan dalam ruang lingkup Islam tak hanya sekedar persoalan
Tauhid atau Ibadah semata. Mampu mengatur aktifitas kehidupan manusia dari mulai
bangun tidur hinga tidur kembali. Ada perintah dan tuntunan yang menjadi dasar
dengan dua sumber utama yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah Shohihah.
Kesimpulan seringkali bersifat subjektif. Karena tidak mungkin lepas dari
keterbatasan ilmu/pengetahuan pemakalah. Maka dari itu, kesimpulan yang kami buat
bukanlah kebenaran yang final, masih sangat terbuka ruang dialog untuk mencapai
sebuah kebenaran.
F. Daftar Pustaka
Buku
Abudin Nata, Studi Islam komprehensif , Jakarta: Prenada Media Grup, 2011
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, Yogyakarta: Pustaka Progesif, 1997
Askin Wijaya, Teori Interpretasi al-Qur‟an Ibnu Rusyd: Kritik Ideologis- Hermeneutis,
Penerbit: Lkis Yogyakarta, 2009
Ending Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok pikiran Tentang paradigma dan
Sistem Islam, Jakarta: Gema Insani, 2004
Ibrahim Anis, Abdul Halim Muntasir dkk, al- Munjid al- Wasit al-Qahirah: Majma‟
al-luqhah, t.th
M. Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2011
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam Al-Kamil, Jakarta :
Darus Sunnah,2012
M. Quraish Shihab, Menabur pesan Ilahi; Al- Qura‟n dan dinamika kehidupan
masyarakat, Jakarta: Lentera Hati, 2006
Nashr Farid Muhammad Washil, Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa‟id Fiqhiyyah,
Terjemah, Wahyu Setiawan Jakarta: Amzah,2009
Jurnal
Nasrullah, Al-Ittihad: Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam, Karakteristik Ajaran
Islam: Perspective Unity and Divertisy of Religion Vol. 1 hlm. 1-2, Journal STIS
Al-Ittihad Bima (2015)
Al-Qur’an