Anda di halaman 1dari 16

MENJADIKAN SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM SEBAGAI ACUAN

DALAM MEMAHAMI DAN MENGAMALKAN AJARAN ISLAM

(Makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Agama Islam)

Dosen Pembimbing : ABDUL AFIF SAGALA, M. Pd.

Disusun Oleh :

1. Widi Amalia Bayanu 21302024


2. Alya Aliza Thamrin 21302101
3. Ansarulla 21603085
4. Muliati 21507038
5. Noviana Anasatasya Pandese 19302038
6. Putri Patrisia Tahir 21603023
7. Siti Nurul Hasana Seroy 21304160
8. Siti Vahira Cantika Kawuwung 19302286
9. Rionaldo Gabriel Ngangi 21305063
10. Thaswirul A. Mamonto 21305059

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

1
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hiyadahnya kepada kami, sehingga dapat mengerjakan Makalah ini. Tanpa
pertolongan dan petunjuknya penyusun tidak akan menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami tentang


mengenai Sumber – sumber Ajaran Islam sebagai Acuan dalam Memahami dan
Mengamalkan Ajaran Islam. Semoga Makalah yang ini dapat memberi wawasan
dan pemahaman kepada pembaca.

Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,


sehingga kami menerima ketika ada kritikan dan saran.

Tondano, 8 Oktober 2021

Penyusun,

Kelompok 3

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kedatangan agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW,diyakini


dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Didalamnya ada bermacam petunjuk tentang bagaimana sepatutnya manusia
menyikapi hidup serta kehidupan secara lebih bermakna, dalam makna yang
seluas-luasnya. Petunjuk - petunjuk agama menimpa bermacam kehidupan
manusia sebagaimana ada didalam sumber ajaran al-Qur’an serta hadits yang
terlihat amat sempurna serta agung. Islam mengarahkan kehidupan yang dinamis
dan material serta spritual,tetap meningkatkan kepedulian sosial, menghargai
waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada mutu, menjaga kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia, serta sikap- sikap positif yang lain.

Pada masa awal penyebaran islam,islam telah menjadi suatu agama dari
berbagai suku,ras dan kelompok masyarakat.Islam adalah suatu agama yang telah
menyebar luas keseluruh dunia.

Islam memiliki ciri-ciri rabbaniyah,yaitu islam bersumber dari Allah


SWT bukan hasil dari pemikiran manusia.Islam merupakan satu kesatuan yang
terpadu dan terfokus pada ajaran tauhid, Allah SWT memberikan kepada manusia
agama yang sempurna. Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, tak satu pun
aspek terlepas dari islam karena ajaran yang bersifat holistik (lengkap) dan islam
tidak terbatas dalam waktu tertentu tetapi berlaku untuk sepanjang masa dan
disemua tempat.

Dikalangan masyarakat telah terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam


memahami dan menghayati pesan simbolis tersebut. Akibat dari kesalah pahaman
simbol - simbol keagamaan tersebut,maka agama lebih dihayati sebagai
penyelamatan individu dan bukan keberkahan sosial secara bersama.

3
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka dirumuskan:

1. Apa pengertian dan prinsip ajaran islam ?


2. Mengapa Al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam ?
3. Kapan sunnah sebagai ajaran islam dapat dilaksanakan ?
4. Mengapa itjihad sebagai ajaran islam ?
5. Bagaimana membangun paradigma Qur’ani dalam kehidupan modern ?

1.4. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengertian dan prinsip ajaran islam
2. Untuk menjelaskan Al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam
3. Untuk menjelaskan sunnah sebagai sumber ajaran islam
4. Untuk menjelaskan itjihad sebagai sumber ajaran islam
5. Untuk menjelaskan membangun paradigma Qur’ani dalam kehidupan modern

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. SUMBER – SUMBER AJARAN ISLAM

1. Pengertian dan Prinsip Ajaran Islam

Islam adalah salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh
seorang Nabi (agama samawi) yang mengajarkan monotoisme tanpa
kompromi,iman terhadap wahyu, iman terhadap hari akhir dan tanggung jawab.

Secara istilah islam bermakna penyerahan diri, ketendukan dan terhadap


perintah Allah SWT serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan
dan hukum-hukumnya.Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan
bukanlah sebutan untuk paham fatalism,melainkan sebagai kebalikan dari rasa
berat hati dalam mengikuti ajaran islam, Seorang muslim mengikuti perintah
Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi disertai usaha untuk
memahami hikmahnya.

َ‫ت لِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬


ُ ‫إِ ْذ قَا َل لَهُ َربُّهُ أَ ْسلِ ْم ۖ قَا َل أَ ْسلَ ْم‬

—Qur'an Al-Baqarah:131

Islam sebenarnya juga dipakai untuk menyebut keyakinan monoteistik


yang diyakini bersama oleh agama-agama samawi (saat ini Judaisme dan
Kekristenan); lihat QS al-Maidah ayat 44, QS Ali Imran ayat 67 dan 52.[7]
Namun, Islam lebih populer digunakan untuk agama yang dibawa oleh
Muhammad sebagaimana terdapat dalam sebuah ayat Alquran yang diturunkan di
akhir-akhir masa kenabiannya:

ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَ ْت َم ْم‬


‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي‬ ُ ‫ْاليَوْ َم أَ ْك َم ْل‬

5
—Qur'an Al-Ma’idah:3

Islam dapat juga disebut dengan iman, millah, dan syariah dalam
pengertiannya sebagai aturan yang diturunkan oleh Allah melalui para utusan
yang mencakup kepercayaan, keyakinan, adab, akhlak, perintah, dan larangan.[9]
Agama Islam berdasarkan kewajiban untuk berserah diri dan menunaikan
ajarannya disebut islam; jika dilihat berdasarkan kepercayaan terhadap Allah dan
yang Dia turunkan, maka disebut iman; karena Islam itu diktatif dan
terdokumentasikan, maka disebut millah; dan karena sumber hukumnya adalah
Allah, maka disebut syariah.[9]Islam adalah sebuah kepercayaan dan pedoman
hidup yang menyeluruh.[10] Dalam Islam diajarkan pemahaman yang jelas
mengenai hubungan manusia dengan Allah (dari mana kita berasal), tujuan hidup
(kenapa kita di sini), dan arah setelah kehidupan (ke mana kita akan pergi).[10]
Muslim adalah orang yang memeluk ajaran Islam dengan cara menyatakan
kesaksiannya tentang keesaan Allah dan kenabian Muhammad.

2. Prinsip - Prinsip Ajaran

a. Prinsip Tauhid atau Monoteisme

Dalam Islam semua manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan


kebertauhidan (fitrah). Kepercayaan kepada Tuhan karenanya merupakan hal yang
alami sehingga manusia disebut sebagai homo religius. Keberlanjutan fitrah
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama kedua orang tua, ada yang
tetap dalam kefitrahan dan ada yang mengalami perubahan dari kefitrahan
tersebut. Islam merupakan agama yang mengklaim diri sebagai agama yang tetap
menjaga kefitrahan (monoteisme) manusia dengan konsep tauhidnya laa ilaaha
illallah.

Ajaran monoteisme (tauhid) dalam Islam yang terumus dalam laa ilaaha
illallah tidaklah cukup seseorang hanya meyakini keesaan Allah semata.
Seseorang juga harus mengimani Allah dalam kualitas-Nya sebagai pencipta
seluruh alam, satu-satunya Dzat yang memiliki sifat ketuhanan (ilahiyah) dan
sama sekali tidak memandang “sesuatu”, “seseorang”, atau “alam” memiliki
kekuatan atau salah satu sifat Allah Swt. Allah-lah satu satunya Dzat Pencipta

6
semuanya (laa khaliqa illallah), Pemberi rezeki atau kekayaan (laa raziqa illallah),
Penjaga kehidupan alam (laa hafidza illallah), Pengatur nasib semua makhluk dan
alam ini (laa mudabbira illallah), Pemilik semuanya; perjodohan, karier, nasih, dll
(laa malikaillallah), Pelindung dari mara bahaya dan petaka (laa waliya illallah),
Penentu hal-hal terbaik bagi setiap manusia (laa hakima illallah), Tujuan hidup
semua manusia (laa ghayata illallah). Semua itu ada dalam kekuasaan Allah Swt
dan tidak ada satu pun makhluk, baik sesuatu (keris, jimat), manusia atau jin, yang
mampu melakukan semua hal tadi. Karena dalam konsep monoteisme Islam
(tauhid) laa ilaaha illallah, Allah Swt adalah segalanya, maka semua makhluk-Nya
memiliki derajat yang sama. Sehingga tauhid membebaskan manusia dari
penyembahan atau pemberhalaan “sesama manusia”, terhadap “sesuatu” dan
“alam”.

Dalam konteks demikian seorang yang bertauhid menjadi orang yang


bebas dalam kehidupannya. Ia bebas untuk berhubungan langsung dan meminta
kepada Allah Swt tanpa harus melalui atau perantara manusia lain baik yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal. Seorang yang bertauhid juga bebas
dalam bersikap dan perilaku kehidupan. Semua hari adalah baik untuk bepergian,
bekerja dan meneliti. Tidak ada takut untuk mengeksplorasi alam seperti gunung,
hutan, laut maupun sawah. Tidak pula hari lahir dan hal- hal terkait dengannya
yang mempengaruhi rezeki, karier, jodoh, dan sukses hidup seseorang.

b. Prinsip Sistem Nilai atau Akhlakul Karimah

Akhlak adalah tingkah laku manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah
lakunya, yang bisa bernilai baik (mulia) atau sebaliknya bernilai buruk (tercela).
Yang dinilai di sini adalah tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
Tuhan, yakni dalam melakukan ibadah, dalam berhubungan dengan sesamanya,
yakni dalam bermuamalah atau dalam melakukan hubungan sosial antar manusia,
dalam berhubungan dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan
tumbuhan, serta dalam berhubungan dengan lingkungan atau benda - benda mati
yang juga merupakan makhluk Tuhan. Secara singkat hubungan akhlak ini terbagi
menjadi dua, yaitu akhlak kepada Khaliq (Allah Sang Pencipta) dan akhlak
kepada makhluq (ciptaan-Nya). Akhlak merupakan konsep kajian terhadap ihsan.

7
Ihsan merupakan ajaran tentang penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam hidup,
melalui penghayatan diri yang sedang menghadap dan berada di depan Tuhan
ketika beribadah. Ihsan juga merupakan suatu pendidikan atau latihan untuk
mencapai kesempurnaan Islam dalam arti sepenuhnya (kaf ah), sehingga ihsan
merupakan puncak tertinggi dari keislaman seseorang. Ihsan ini baru tercapai
kalau sudah dilalui dua tahapan sebelumnya, yaitu iman dan islam. Orang yang
mencapai predikat ihsan ini disebut muhsin. Dalam kehidupan sehari-hari ihsan
tercermin dalam bentuk akhlak yang mulia (al-akhlak al-karimah). Inilah yang
menjadi misi utama diutusnya Nabi Saw. ke dunia, seperti yang ditegaskannya
dalam sebuah hadisnya: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan akhlak mulia”.

c. Prinsip Peribadatan yang Indah, Dinamis dan Natural

Bentuk peribadatan umat Islam yang indah, dinamis dan natural


menunjukkan kepada dunia bahwa Islam merupakan agama yang bebas dalam
menjalankan peribadatan. Bahkan semua orang tidak bisa mencampuri urusan
ibadah orang lain, artinya amalan ibadah yang diperbuat sesuai ketaatan masing-
masing dalam melaksanakan ibadah (amaluna amalukum). Kebebasan tersebut
membentuk karakter umat Islam dalam beribadah sehingga tampil di permukaan
peribadatan yang indah, dinamis dan natural. Ibadah dalam arti umum adalah
segala perbuatan orang Islam yang halal yang dilaksanakan dengan niat ibadah.
Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan ibadah yang
dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah
dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Haji,
Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat. Dari dua pengertian tersebut jika
digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu yang menerangkan tentang dasar-
dasar hukum-hukum syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi
thaharah, shalat, zakat, shaum, haji, kurban, aqiqah dan sebagainya yang ke
semuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk
mencapai ridho Allah.

Adapun prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:

a. Niat lillahi ta’ala

8
b. Ikhlas

c. Tidak menggunakan perantara

d. Dilakukan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah

e. Seimbang antara dunia akhirat

f. Tidak berlebih-lebihan

g. Mudah (bukan meremehkan) dan meringankan bukan mempersulit

d. Prinsip Penggunaan Akal

Akal dalam pandangan Islam adalah Hujjah atau dengan kata lain
merupakan anugerah Allah SWT, dengannya manusia dibedakan dari makhluk
lain. Akal juga merupakan alat yang digunakan untuk mencari serta
menyampaikan kebenaran dan sekaligus sebagai pembukti, pembeda antara yang
haq dan yang bathil. Semakin orang menggunakan akal nya maka akan semakin
dekat dengan Tuhannya. Akal memiliki peran yang sangat besar dalam ajaran
Islam sebagaimana Hadist Rasulullah SAW. bersabda “Segala sesuatu memiliki
alat dan perangkat; alat dan perangkat orang mungkin adalah akal, segala sesuatu
memiliki tunggangan tunggangan manusia adalah akal. Segala sesuatu memiliki
tujuan-tujuan ibadah adalah akal. Setiap kaum memiliki gembala gembala para
ahli ibadah adalah akal. Setiap puing reruntuhan pasti ada pembangunannya
pembangunan akhirat adalah akal.

e. Prinsip Kebersihan Jiwa dan Raga

Islam sangan menjunjung tinggi nilai kebersihan, baik jiwa, raga maupun
lingkungan, slogan “kebersihan bagian dari iman”, ini menunjukkan bahwa
keseriusan perhatian terhadap kebersihan yang dikakukan oleh umat Islam. Hidup
bersih merupakan kebutuhan setiap manusia yang akan mengakibatkan
terciptanya jiwa dan raga yang sehat. Namun jiwa dan raga yang sehat tentunya
harus diupayakan dalam bentuk perilaku hidup bersih dan sehat. Ajaran Islam

9
telah mengatur dan membimbing perilaku hidup bersih dan sehat tersebut melalui
al-Qur’an dan Sunnah.

Pada hakikatnya semua manusia itu membutuhkan kesehatan seluruh


dimensinya, baik pisiknya, psikisnya (mentalnya), sosialnya dan spiritualisasinya.
Guna pemenuhan kebutuhan esensial hamba tersebut ajaran Islam menawarkan
prinsip-prinsip kesehatan yang paripurna yang holistik untuk bisa diterapkan oleh
hamba hambanya, agar dikemudian hari menjadi umat muslim yang sehat lahir
batin secara totalitas demensionalnya, yaitu hamba yang memiliki kepribadian
yang prima sesuai harapan agama.

Guna menanamkan dan menegakkan prinsip-prinsip kesehatan islami


dimaksud kepada seluruh generasi muslim, kelihatannya unit keluarga menjadi
prioritas pilihan utama dan pertama menjadi sentrum penanaman dan penumbuh
kembangan nilai-nilai tersebut serta aplikasinya menjadi landasan dan tradisi
kesehariannya oleh para orang tua dan anggota keluarganya. Bila nilai-nilai
kesehatan islami tersebut suatu saat telah menjadi acuan setiap keluarga beserta
anggotanya , maka tidak mustahil umat Islam dimasa mendatang akan menjadi
umat yang benar-benar sehat, tangguh dan kuat secara utuh bersemayam dalam
diri kepribadiannya, yang mampu melaksanakan amanah di dunia dan di akhirat
nantinya dan ia menjadi orang yang berjiwa taqwa.. Profil umat yang seperti
inilah yang menjadi dambaan Allah dan rasulnya, sebagaimana firman-Nya:
Orang mukmin yang sehat, kuat lahir batinnya akan lebih dicintai Oleh Allah dari
pada orang muslim yang lemah”. Kemudian Dalam surat As- syuara’ ayat 89-90
Allah mendeskripsikan umat yang seperti ini adalah “ orang-orang yang ketika
menghadap Allah kondisi hatinya damai, sehat, selamat, bersih dan suci.”, Maka
surga akan didekatkan pada hamba hambanya yang muttaqin”. Amin yaa Rabbal
A’lamiiin.16

f. Prinsip al-Qur’an sebagai Softwere atau Informasi dari Langit yang Dahsyat

Sebagai wahyu yang dipandang begitu bernilai, al-Qur’an dengan tingkat


sakralitasnya telah menghadirkan pemahaman tanpa batas. Pemahaman ini bisa
dilacak berdasarkan sejumlah peristiwa yang berkembang dalam konteks sosial
masyarakat, dan konteks tersebut tampaknya begitu terikat dengan tanda-tanda

10
(‘ayah) empiris, seperti manusia terkadang siap menerima sesuatu yang memiliki
kebenaran (tasdiq) atau terkadang siap menolak sebagai kepalsuan (takhdhib).
Dua bentuk ini dapat dianggap sebagai rahmat dan obat penawar bagi manusia.
Bahkan tanda-tanda yang dimaksudkan dalam al-Qur’an, yang oleh Allah
merupakan ungkapan kongkret bertujuan membimbing (ihtida’) manusia ke jalan
yang benar, dan bukanhad merupakan sumber hukum Islam setelah Al Quran dan
hadist. Ketika melakukan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al Quran dan
hadist.

B. AJARAN POKOK AGAMA ISLAM

Ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan pikiran.


Sedangkan menurut istilah ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran
secara sungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hukum. Ijtihad dapat dilakukan
ketika suatu masalah yang hukumnya tidak ada di dalam Al Quran dan hadis.
Sehingga bisa menggunakan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran, namun
tetap mengacu berdasarkan Al Quran dan hadits ada tiga macam, yakni:

1. Ijma, Ijma adalah kesepakatan dan ketetapan hati untuk melaksanakan


sesuatu. Ijma dilakukan untuk merumuskan suatu hukum yang tidak
disebutkan secara khusus dalam Al Quran dan hadis.
2. Qiyas, Qiyas adalah mempersamakan hukum suatu masalah yang belum
ada kedudukan hukumnya dengan masalah lama yang pernah karena ada
alasan yang sama.
3. Mursallah, Maslahah mursallah merupakan cara dalam menetapkan
hukum. Di mana berdasarkan pertimbangan kegunaan dan manfaatnya.

Sunnah (hadis)

Sunnah (hadis) merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran.


Sunnah juga menempati posisi yang sangat penting dan strategis dalam kajian-
kajian keislaman. Keberadaan dan kedudukannya tidak diragukan lagi. Sunnah
dari segi etimologi adalah perbuatan yang semula belum pernah dilakukan
kemudian diikuti oleh orang yang lebih baik perbuatan terpuji maupun tercela.
Secara terminologi, ahli fiqih dan hadis berbeda memberikan pengertian tentang

11
hadis. Menurut para ahli hadis, sunnah sama dengan hadis yaitu suatu yang
dinisbahkan oleh Rasullullah SAW baik perkataan, perbuatan maupun sikap beliau
tentang suatu peristiwa. Para ahli fiqh makna sunnah mengandung pengertian
suatu perbuatan yang jika dikerjakan mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan
tidak mendapat dosa.

Dalam pengertian ini sunnah merupakan salah satu dari ahkam al-takhlifi
yang lima, yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, mubah. Sunnah menurut istilah
ahli usul fiqh adalah ucapan nabi dan perbuatannya dan takrirnya. Jadi sunnah
artinya cara yang dibiasakan atau cara yang dipuji. Sedangkan menurut istilah
agama yaitu perbuatan nabi. Perbuatan dan takrirnya (yakni ucapan dan perbuatan
sahabat yang beliau diamkan dengan arti membenarkan).

Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis rasul merupakan sumber


dan hukum Islam setelah Al Quran. Kesepakatan umat Islam dalam mempercayai,
menerima dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis
ternyata sejak Rasullullah masih hidup. Sepeninggal beliau, masa Khulafalah
Rasyidin dan masa-masa selanjutnya tidak ada yang mengingkarinya. Banyak
mereka yang tidak hanya memahami dan mengamalkan isi kandungannya, tapi
juga menghafal, memelihara dan menyebarluaskan kepada generasi selanjutnya.

C. KONSEP DAN KARAKTERISTIK PARADIGMA QURANI UNTUK


MENGHADAPI KEHIDUPAN MODERN

Secara etimologis kata paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya
merupakan para serta digma. Para mempunyai kandungan makna„di samping‟,
“di sebelah‟, serta„keadaan lingkungan‟. Digma berarti„sudut pandang‟,
„teladan‟,„arketif; serta„ideal‟. Bisa dikatakan bahwa paradigma merupakan
metode pandang, metode berpikir, metode berpikir tentang sesuatu kenyataan. Ada
pula secara terminologis paradigma merupakan cara berpikir bersumber pada
pemikiran yang merata serta konseptual terhadap sesuatu kenyataan ataupun
sesuatu kasus dengan memakai teori- teori ilmiah yang telah baku, eksperimen,
dan tata cara keilmuan yang dapat dipercaya. Dengan demikian, paradigma

12
Qurani merupakan metode pandang serta metode berpikir tentang sesuatu realitas
ataupun sesuatu kasus bersumber pada Al- Quran.

1. Menanyakan Alasan Mengapa Paradigma Qurani Sangat Penting Bagi


Kehidupan Modern

Yusuf al- Qardhawi menarangkan jika tujuan diturunkan Al- Quran


terdapat 7 ragam, yakni:

1) meluruskan akidah manusia,

2) meneguhkan kemuliaan manusia serta hak- hak asasi manusia,

3) menunjukan manusia guna beribadah secara baik dan benar kepada Allah,

4) mengajak manusia guna menyucikan rohani,

5) membangun rumah tangga yang sakinah serta menempatkan posisi terhormat


untuk wanita,

6) membangun umat selaku saksi atas kemanusiaan, serta ke

7) mengajak manusia supaya bersama membantu

2. Menggali Sumber Historis, Filosofis Psikologis, Sosiologis dan Pedagosis


Tentang Paradigma Qurani untuk Kehidupan Modern

Dalam sejarah peradaban Islam terdapat sesuatu masa yang disebut masa
keemasan Islam. Diucap masa keemasan Islam sebab umat Islam terletak dalam
puncak kemajuan dalam pelbagai aspek kehidupannya: pandangan hidup, politik,
sosial budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan serta teknologi, pertahanan serta
keamanan. Karena kemajuan itu pula, hingga dunia Islam jadi pusat peradaban,
dan dunia Islam jadi super- power dalam ekonomi serta politik. Ekspansi dakwah
Islam terus menjadi meluas serta diterima oleh belahan seluruh dunia kala Islam
tiba. Kekuasaan politik terus menjadi luas yang implikasinya kemakmuran
ekonomi pula terus menjadi terbuka tambah produktif serta pasti lebih
menyeluruh.

13
4. Membangun Argumen Tentang Paradigma Qurani Sebagai satu satunya
Model untuk Menghadapi Kehidupan Modern

Dalam konsep islam, kemajuan serta kemoderenan yang integral


merupakan suatu yang wajib di raih serta ialah perjuangan yang tidak boleh
menyudahi. tetapi, sebab umat islam mempunyai sumber norma serta etik yang
sempurna ialah kitab suci al- quran wajib di peruntukan paradigma dalam
memandang serta meningkatkan seluruh perkara. contohnya:

Paradigma qurani dalam pengembangan iptek, mislanya, jelas hendak


membolehkan timbulnya ilmu- ilmu alternatif yang khas yang pasti saja tidak
sekularistik. Paradigmaqurani dalam pengembangan budaya, pula hendak
melahirkan budaya warga yang islami yang tidak sekuler dalam proses, hasil, serta
aktualisasinya. Pengembangan ekonomi yang berlandaskan paradigma qurani
jelas hendak melahirkan konsep serta aktivitas ekonomi yang leluasa bunga serta
spekulasi yang merugikan. prinsip ekonomi islami merupakan tidak boleh rugi
serta tidak boleh merugikan orang lain ( la dharara wa la dhirara). riba serta gharar
jelas ialah suatu yang bisa merugikan pihak- pihak tertentu.

BAB 3

PENUTUP

A.Kesimpulan

Islam adalah salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh
seorang Nabi (agama samawi) yang mengajarkan monotoisme tanpa
kompromi,iman terhadap wahyu, iman terhadap hari akhir dan tanggung jawab.

Bentuk peribadatan umat Islam yang indah, dinamis dan natural


menunjukkan kepada dunia bahwa Islam merupakan agama yang bebas dalam
menjalankan peribadatan. Bahkan semua orang tidak bisa mencampuri urusan
ibadah orang lain, artinya amalan ibadah yang diperbuat sesuai ketaatan masing-
masing dalam melaksanakan ibadah (amaluna amalukum).

14
Dalam konsep islam, kemajuan serta kemoderenan yang integral
merupakan suatu yang wajib di raih serta ialah perjuangan yang tidak boleh
menyudahi. tetapi, sebab umat islam mempunyai sumber norma serta etik yang
sempurna ialah kitab suci al- quran wajib di peruntukan paradigma dalam
memandang serta meningkatkan seluruh perkara.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.scribd.com/presentation/482831645/BAB-5-Membangun-
Paradigma-Qurani-pptx
2. http://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-islam.asp
3. https://staimgarut.ac.id/pengertian-dan
4. https://www.kompas.com/Sunnah-sebagai-sumber-ajaran-islam
5. Https://id.m.wikipedia.org/itjihad
6. http://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-islam.asp
Hendi Suhendi, 2002, Fiqh Muamalah, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada), h.

15
7. ¹Lihat Fadhil al-Jamali, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, (terj)
H.M Arifin
8. (Jakarta: Golden Terayon Press, 1992), cet II hlm.11-12
9. ⅔Fazlur Rahman, Islam(terj) Senoaji Saleh, dari Judul asli Islam, (Jakarta,
Bina Aksara, 1987), cet.I.hlm49

16

Anda mungkin juga menyukai