(Makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Agama Islam)
Disusun Oleh :
1
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hiyadahnya kepada kami, sehingga dapat mengerjakan Makalah ini. Tanpa
pertolongan dan petunjuknya penyusun tidak akan menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Penyusun,
Kelompok 3
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada masa awal penyebaran islam,islam telah menjadi suatu agama dari
berbagai suku,ras dan kelompok masyarakat.Islam adalah suatu agama yang telah
menyebar luas keseluruh dunia.
3
1.2. Rumusan Masalah
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Islam adalah salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh
seorang Nabi (agama samawi) yang mengajarkan monotoisme tanpa
kompromi,iman terhadap wahyu, iman terhadap hari akhir dan tanggung jawab.
—Qur'an Al-Baqarah:131
5
—Qur'an Al-Ma’idah:3
Islam dapat juga disebut dengan iman, millah, dan syariah dalam
pengertiannya sebagai aturan yang diturunkan oleh Allah melalui para utusan
yang mencakup kepercayaan, keyakinan, adab, akhlak, perintah, dan larangan.[9]
Agama Islam berdasarkan kewajiban untuk berserah diri dan menunaikan
ajarannya disebut islam; jika dilihat berdasarkan kepercayaan terhadap Allah dan
yang Dia turunkan, maka disebut iman; karena Islam itu diktatif dan
terdokumentasikan, maka disebut millah; dan karena sumber hukumnya adalah
Allah, maka disebut syariah.[9]Islam adalah sebuah kepercayaan dan pedoman
hidup yang menyeluruh.[10] Dalam Islam diajarkan pemahaman yang jelas
mengenai hubungan manusia dengan Allah (dari mana kita berasal), tujuan hidup
(kenapa kita di sini), dan arah setelah kehidupan (ke mana kita akan pergi).[10]
Muslim adalah orang yang memeluk ajaran Islam dengan cara menyatakan
kesaksiannya tentang keesaan Allah dan kenabian Muhammad.
Ajaran monoteisme (tauhid) dalam Islam yang terumus dalam laa ilaaha
illallah tidaklah cukup seseorang hanya meyakini keesaan Allah semata.
Seseorang juga harus mengimani Allah dalam kualitas-Nya sebagai pencipta
seluruh alam, satu-satunya Dzat yang memiliki sifat ketuhanan (ilahiyah) dan
sama sekali tidak memandang “sesuatu”, “seseorang”, atau “alam” memiliki
kekuatan atau salah satu sifat Allah Swt. Allah-lah satu satunya Dzat Pencipta
6
semuanya (laa khaliqa illallah), Pemberi rezeki atau kekayaan (laa raziqa illallah),
Penjaga kehidupan alam (laa hafidza illallah), Pengatur nasib semua makhluk dan
alam ini (laa mudabbira illallah), Pemilik semuanya; perjodohan, karier, nasih, dll
(laa malikaillallah), Pelindung dari mara bahaya dan petaka (laa waliya illallah),
Penentu hal-hal terbaik bagi setiap manusia (laa hakima illallah), Tujuan hidup
semua manusia (laa ghayata illallah). Semua itu ada dalam kekuasaan Allah Swt
dan tidak ada satu pun makhluk, baik sesuatu (keris, jimat), manusia atau jin, yang
mampu melakukan semua hal tadi. Karena dalam konsep monoteisme Islam
(tauhid) laa ilaaha illallah, Allah Swt adalah segalanya, maka semua makhluk-Nya
memiliki derajat yang sama. Sehingga tauhid membebaskan manusia dari
penyembahan atau pemberhalaan “sesama manusia”, terhadap “sesuatu” dan
“alam”.
Akhlak adalah tingkah laku manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah
lakunya, yang bisa bernilai baik (mulia) atau sebaliknya bernilai buruk (tercela).
Yang dinilai di sini adalah tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
Tuhan, yakni dalam melakukan ibadah, dalam berhubungan dengan sesamanya,
yakni dalam bermuamalah atau dalam melakukan hubungan sosial antar manusia,
dalam berhubungan dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan
tumbuhan, serta dalam berhubungan dengan lingkungan atau benda - benda mati
yang juga merupakan makhluk Tuhan. Secara singkat hubungan akhlak ini terbagi
menjadi dua, yaitu akhlak kepada Khaliq (Allah Sang Pencipta) dan akhlak
kepada makhluq (ciptaan-Nya). Akhlak merupakan konsep kajian terhadap ihsan.
7
Ihsan merupakan ajaran tentang penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam hidup,
melalui penghayatan diri yang sedang menghadap dan berada di depan Tuhan
ketika beribadah. Ihsan juga merupakan suatu pendidikan atau latihan untuk
mencapai kesempurnaan Islam dalam arti sepenuhnya (kaf ah), sehingga ihsan
merupakan puncak tertinggi dari keislaman seseorang. Ihsan ini baru tercapai
kalau sudah dilalui dua tahapan sebelumnya, yaitu iman dan islam. Orang yang
mencapai predikat ihsan ini disebut muhsin. Dalam kehidupan sehari-hari ihsan
tercermin dalam bentuk akhlak yang mulia (al-akhlak al-karimah). Inilah yang
menjadi misi utama diutusnya Nabi Saw. ke dunia, seperti yang ditegaskannya
dalam sebuah hadisnya: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan akhlak mulia”.
8
b. Ikhlas
f. Tidak berlebih-lebihan
Akal dalam pandangan Islam adalah Hujjah atau dengan kata lain
merupakan anugerah Allah SWT, dengannya manusia dibedakan dari makhluk
lain. Akal juga merupakan alat yang digunakan untuk mencari serta
menyampaikan kebenaran dan sekaligus sebagai pembukti, pembeda antara yang
haq dan yang bathil. Semakin orang menggunakan akal nya maka akan semakin
dekat dengan Tuhannya. Akal memiliki peran yang sangat besar dalam ajaran
Islam sebagaimana Hadist Rasulullah SAW. bersabda “Segala sesuatu memiliki
alat dan perangkat; alat dan perangkat orang mungkin adalah akal, segala sesuatu
memiliki tunggangan tunggangan manusia adalah akal. Segala sesuatu memiliki
tujuan-tujuan ibadah adalah akal. Setiap kaum memiliki gembala gembala para
ahli ibadah adalah akal. Setiap puing reruntuhan pasti ada pembangunannya
pembangunan akhirat adalah akal.
Islam sangan menjunjung tinggi nilai kebersihan, baik jiwa, raga maupun
lingkungan, slogan “kebersihan bagian dari iman”, ini menunjukkan bahwa
keseriusan perhatian terhadap kebersihan yang dikakukan oleh umat Islam. Hidup
bersih merupakan kebutuhan setiap manusia yang akan mengakibatkan
terciptanya jiwa dan raga yang sehat. Namun jiwa dan raga yang sehat tentunya
harus diupayakan dalam bentuk perilaku hidup bersih dan sehat. Ajaran Islam
9
telah mengatur dan membimbing perilaku hidup bersih dan sehat tersebut melalui
al-Qur’an dan Sunnah.
f. Prinsip al-Qur’an sebagai Softwere atau Informasi dari Langit yang Dahsyat
10
(‘ayah) empiris, seperti manusia terkadang siap menerima sesuatu yang memiliki
kebenaran (tasdiq) atau terkadang siap menolak sebagai kepalsuan (takhdhib).
Dua bentuk ini dapat dianggap sebagai rahmat dan obat penawar bagi manusia.
Bahkan tanda-tanda yang dimaksudkan dalam al-Qur’an, yang oleh Allah
merupakan ungkapan kongkret bertujuan membimbing (ihtida’) manusia ke jalan
yang benar, dan bukanhad merupakan sumber hukum Islam setelah Al Quran dan
hadist. Ketika melakukan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al Quran dan
hadist.
Sunnah (hadis)
11
hadis. Menurut para ahli hadis, sunnah sama dengan hadis yaitu suatu yang
dinisbahkan oleh Rasullullah SAW baik perkataan, perbuatan maupun sikap beliau
tentang suatu peristiwa. Para ahli fiqh makna sunnah mengandung pengertian
suatu perbuatan yang jika dikerjakan mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan
tidak mendapat dosa.
Dalam pengertian ini sunnah merupakan salah satu dari ahkam al-takhlifi
yang lima, yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, mubah. Sunnah menurut istilah
ahli usul fiqh adalah ucapan nabi dan perbuatannya dan takrirnya. Jadi sunnah
artinya cara yang dibiasakan atau cara yang dipuji. Sedangkan menurut istilah
agama yaitu perbuatan nabi. Perbuatan dan takrirnya (yakni ucapan dan perbuatan
sahabat yang beliau diamkan dengan arti membenarkan).
Secara etimologis kata paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya
merupakan para serta digma. Para mempunyai kandungan makna„di samping‟,
“di sebelah‟, serta„keadaan lingkungan‟. Digma berarti„sudut pandang‟,
„teladan‟,„arketif; serta„ideal‟. Bisa dikatakan bahwa paradigma merupakan
metode pandang, metode berpikir, metode berpikir tentang sesuatu kenyataan. Ada
pula secara terminologis paradigma merupakan cara berpikir bersumber pada
pemikiran yang merata serta konseptual terhadap sesuatu kenyataan ataupun
sesuatu kasus dengan memakai teori- teori ilmiah yang telah baku, eksperimen,
dan tata cara keilmuan yang dapat dipercaya. Dengan demikian, paradigma
12
Qurani merupakan metode pandang serta metode berpikir tentang sesuatu realitas
ataupun sesuatu kasus bersumber pada Al- Quran.
3) menunjukan manusia guna beribadah secara baik dan benar kepada Allah,
Dalam sejarah peradaban Islam terdapat sesuatu masa yang disebut masa
keemasan Islam. Diucap masa keemasan Islam sebab umat Islam terletak dalam
puncak kemajuan dalam pelbagai aspek kehidupannya: pandangan hidup, politik,
sosial budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan serta teknologi, pertahanan serta
keamanan. Karena kemajuan itu pula, hingga dunia Islam jadi pusat peradaban,
dan dunia Islam jadi super- power dalam ekonomi serta politik. Ekspansi dakwah
Islam terus menjadi meluas serta diterima oleh belahan seluruh dunia kala Islam
tiba. Kekuasaan politik terus menjadi luas yang implikasinya kemakmuran
ekonomi pula terus menjadi terbuka tambah produktif serta pasti lebih
menyeluruh.
13
4. Membangun Argumen Tentang Paradigma Qurani Sebagai satu satunya
Model untuk Menghadapi Kehidupan Modern
BAB 3
PENUTUP
A.Kesimpulan
Islam adalah salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh
seorang Nabi (agama samawi) yang mengajarkan monotoisme tanpa
kompromi,iman terhadap wahyu, iman terhadap hari akhir dan tanggung jawab.
14
Dalam konsep islam, kemajuan serta kemoderenan yang integral
merupakan suatu yang wajib di raih serta ialah perjuangan yang tidak boleh
menyudahi. tetapi, sebab umat islam mempunyai sumber norma serta etik yang
sempurna ialah kitab suci al- quran wajib di peruntukan paradigma dalam
memandang serta meningkatkan seluruh perkara.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://id.scribd.com/presentation/482831645/BAB-5-Membangun-
Paradigma-Qurani-pptx
2. http://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-islam.asp
3. https://staimgarut.ac.id/pengertian-dan
4. https://www.kompas.com/Sunnah-sebagai-sumber-ajaran-islam
5. Https://id.m.wikipedia.org/itjihad
6. http://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-islam.asp
Hendi Suhendi, 2002, Fiqh Muamalah, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada), h.
15
7. ¹Lihat Fadhil al-Jamali, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, (terj)
H.M Arifin
8. (Jakarta: Golden Terayon Press, 1992), cet II hlm.11-12
9. ⅔Fazlur Rahman, Islam(terj) Senoaji Saleh, dari Judul asli Islam, (Jakarta,
Bina Aksara, 1987), cet.I.hlm49
16