Anda di halaman 1dari 11

SUMBER SUMBER ILMU FIQH

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Pengantar Ilmu Fiqh
Mengenai Sumber sumber Ilmu Fiqh

NURUL FADHILAH (742352020018)

ANNISA PUTRI MUTMAINNAH (72352020027)

HTN 1

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BONE

2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
KATA PENGANTAR 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Fiqh 5
B. Sumber sumber Ilmu Fiqh 5
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN 10
DAFTAR PUSTAKA 11

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah ”Sumber sumber Ilmu Fiqh”.
Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar
Ilmu Fiqh.

Sumber-sumber fiqih adalah dalil-dalil syariah yang digunakan oleh para


mujtahid dalam melakukan istimbath hukum. Yang mengarahkan dan memberi
petunjuk kepada sesuatu, baik bersifat lahiriyah atau maknawiyah, baik bersifat
kebaikan atau keburukan.

Sumber sumber terebut harus kita ketahui. Maka dari itu, kami membuat
makalah ini untuk mengetahui apa saja yang menjadi Sumber sumber Ilmu Fiqh.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana kesepakatan seluruh ulama yang berbeda madzhab, bahwa
seluruh tindakan manusia (ucapan, perbuatan dalam ibadah dan muamalah)
terdapat hukum-hukumnya. Hukum-hukum tersebut sebagian telah dijelaskan di
dalam nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah.
Para imam mazhab sepakat dengan dalil yang dikemukakan Imam Syafi’i
dalam kitab al-Risalah yakni al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Pendapat
tersebut benar adanyam namun al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan sumber
hukum utama yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Adapun dalam makalah ini lebih mengedepankan fungsi al-Qur’an dan as-
Sunnah, karena selruh ulama ushul fiqh tidak pernah melepaskan peran keduanya.
Serta fungsi Ijma’ dan Qiyas yang merupakan Sumber sumber Ilmu Fiqh
Melalui tugas ini kami ingin mengetahui sumber-sumber ilmu fiqh agar
perilaku kita selaras dengan ajaran agama Islam maka penulis mengambil judul :
" Sumber-sumber Ilmu Fiqh".

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud Ilmu Fiqh
b. Apa saja yang menjadi Sumber Ilmu Fiqh

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apa itu Ilmu Fiqh dan apa itu sumber Ilmu Fiqh
b. Untuk mengetahui apa apa saja yang menjadi sumber Ilmu Fiqh

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Fiqh

Fikih (bahasa Arab: ‫الفقه‬, translit. al-fiqh) adalah salah satu bidang ilmu
dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang
mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi,
bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Beberapa ulama
fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih sebagai pengetahuan
seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.

Sumber-sumber fiqih adalah dalil-dalil syariah yang digunakan oleh para


mujtahid dalam melakukan istimbath hukum. Yang mengarahkan dan memberi
petunjuk kepada sesuatu, baik bersifat lahiriyah atau maknawiyah, baik bersifat
kebaikan atau keburukan.

B. Sumber-sumber Ilmu Fiqh

1. Al-Qur’an
Secara Bahasa (Etimologi) Merupakan mashdar dari Qoro-’a (‫ )قرأ‬yang
bermakna Talaa (‫[ )تال‬keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama’a
(mengumpulkan, mengoleksi). Secara Syari’at (Terminologi) Al-Qur’an adalah
Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya,
Muhammad saw. Allah SWT. telah menjaga al-Qur’an ini dari upaya merubah,
menambah, mengurangi atau pun menggantikannya.
Al- Qur’an merupakan Wahyu yang di turunkan oleh Allah swt kepada
nabi Muhammad adalah surat Al-Alaq ayat ke 1-5 di gua hira.Tepatnya pada
tangal 17 ramadan,tahun ke 40 bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M.
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dengan perantaraan malaikat jibril sebagai
pengentar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro
pada tanggal 17 ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia / berumur 41 tahun
yaitu surat al alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir alqu’an turun yakni

5
pada tanggal 9 zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat 3.Alquran
turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa ayat,
langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat
disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Selain itu
dengan turun sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad SAW akan lebih mudah
menghafal serta meneguhkan hati orang yang menerimanya. Lama al-quran
diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar 22 tahun 2 bulan dan 22 hari.
FungsiAl-Qur’an:
1.Petunjuk bagi Manusia.
2.Sumber pokok ajaran islam, Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam
sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap hukum islam.Adapun
ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti hokum,
ibadah ,ekonomi, politik, social, budaya, pendidikan, ilmu pengethuan dan seni.
3.Peringatan dan pelajaran bagi manusia,Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan
tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat yang taat melaksanakan
perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran
Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil
hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.
4. sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw, Turunnya Al-Qur’an merupakan salah
satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw.

2. As-Sunah dan Hadits


Hadits (bahasa Arab: ‫الحديث‬, har. 'berbicara, perkataan, percakapan',
ejaan KBBI: hadis,  dengarkan (bantuan·info)), disebut juga sunnah, adalah
perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad
yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadis dijadikan sumber hukum Islam
selain al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadis merupakan sumber hukum kedua
setelah al-Qur'an.
Secara etimologis Sunnah berarti “jalan yang dilalui” atau “cara yang
senantiasa dilakukan”. Sedangkan secara syara’ adalah “sesuatu yang datang dari
Rasulullah, baik berupa perkataan, perbuatan ataupun pengakuan”.

6
Secara terminologi, Sunnah bisa dilihat dari tiga bidang ilmu, yaitu dari
ilmu hadits, ilmu fiqh dan ushul fiqh. Menurut ahli hadis, Sunnah identik dengan
hadits. Sedangkan menurut ahli ushul fiqh adalah “segala yang diriwayatkan dari
Nabi SAW, berupa perkataaan, perbuatan dan ketetapan yang berkaitan dengan
hukum.
Sunnah menurut ahli fiqh, disamping pengertian yang dikemukakan para
ulama ushul fiqh diatas, juga dimaksudkan sebagai salah satu hukum taklifi,yang
mengandung pengertian “perbuatan yang apabila dilakukan mendapat pahala dan
apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Berdasarkan definisi diatas, para ahli ushul fiqh membagi Sunnah
sebanyak tiga macam :
1. Sunnah Fi’liyyah, yaitu perbuatan yang dilakukan Nabi SAW yang dilihat atau
diketahui dan disampaikan kepada orang lain. Misalnya, tata cara shalat yang
ditunjukkan Rasulullah SAW, kemudian disampaikan sahabat yang melihat atau
mengetahuinya kepada orang lain.
2.Sunnah Qauliyyah, yaitu ucapan Nabi SAW yang didengar dan disampaikan
seseorang atau ebebrapa sahabat kepada orang lain, misalnya sabda Rasulullah
yang diriwayatkan Abu Hurairah : Tidak sah shalat yang tidak membaca surat al-
Fatihah (H.R Bukhari dan Muslim).
3.    Sunnah Taqririyah ialah : sesuatu yang timbul dari sahabat yang telah diakui
oleh Rasulullah SAW, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Pengakuan tersebut
adakalanya dengan sikap diamnya dan tidak adanya keingkaran beliau, atau
dengan adanya persetujuan dan penrnyataan penialaian baik terhadap sikap ini.
Sedangkan Macam-Macam Hadits :
1. Hadits Shohih (Sah/benar/sehat),yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada
suatu hadits. Hadit ini Sanadnya bersambung, Diriwayatkan oleh penutur/perawi
yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga
muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya, Matannya tidak mengandung
kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak
nyata yg mencacatkan hadits .

7
2.Hadits Hasan (Bagus/Baik), bila hadits yg tersebut sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta matannya
tidak syadz serta cacat.
3. Hadits Dho’if (Lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat
berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal)dan diriwayatkan oleh
orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau
cacat.

3. Ijma’
Ijma’ dalam pengertian bahasa adalah(tekad) terhadap sesuatu. Menurut
istilah ijma', ialah kesepakatan mujtahid ummat Islam tentang hukum syara' dari
peristiwa yang terjadi setelah Rasulullah SAW meninggal dunia. Sebagai contoh
ialah setelah Rasulullah SAW meninggal dunia diperlukan pengangkatan seorang
pengganti beliau yang dinamakan khalifah. Maka kaum muslimin yang ada pada
waktu itu sepakat untuk mengangkat seorang khalifah dan atas kesepakatan
bersama pula diangkatlah Abu Bakar RA sebagai khalifah pertama. Sekalipun
pada permulaannya ada yang kurang menyetujui pengangkatan Abu Bakar RA itu,
namun kemudian semua kaum muslimin menyetujuinya. Kesepakatan yang
seperti ini dapat dikatakan ijma'.
Dasar hukum ijma' :
1) Al-Qur'an
2) AI-Hadits
3)Akal pikiran

4.  Qiyas
Secara etimologi, kata Qiyas ialah pengukuran sesuatu dengan yang
lainnya atau penyamaan sesuatu dengan yang lainnya. Tentang arti qiyas menurut 
terminologi menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada
nashnya dalam Al Qur’an dan hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu
yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Mereka juga membuat definisi lain,

8
Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu
yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum.
Rukun Qiyas
1)      Ashl (pokok), yaitu suatu peristiwa yang sudah ada nashnya yang dijadikan
tempat mengqiyaskan.
2)      Far’u (cabang), yaitu peristiwa yang tidak ada nashnya.
3)      Hukm Ashl, yaitu hukum syara’ yang ditetapkan oleh suatu nash.
4)      Illat, yaitu sifat yang yang terdapat pada Ashl. Dengan sifat itulah, ashl
mempunyai suatu hukum.
Jumhur ulama kaum muslimin sepakat bahwa qiyas merupakan hujjah
syar’i dan termasuk sumber hukum yang keempat dari sumber hukum yang lain.
Apabila tidak terdapat hukum dalam suatu masalah baik dengan nash ataupun
ijma’ dan yang kemudian ditetapkan hukumnya dengan cara analogi dengan
persamaan illat maka berlakulah hukum qiyas dan selanjutnya menjadi hukum
syar’i.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur’an ditinjau secara garis besar masih bersifat universal, sehingga


terjemahan al-Qur’an meskipun sempurna tidak dapat dikatakan sempurna, karena
tidak ada yang mampu menandingi kalam Allah. Dan satu-satunya yang mampu
sempurna dalam penerjemahannya adalah Nabi SAW.

Saat ini kita tidak mungkin untuk bertemu dengan Rasulullah, namun kita
bisa memahami maksud al-Qur’an melalui Sunnah Beliau. Seperti pesan beliau
ketika haji Wada’, bahwa beliau berpesan untuk selalu berpegang pada al-Qur’an
dan as-Sunnah. Pesan beliau ini memberi inidikasi bahwa dua aspek ini yang
paling penting diantara yang lain.

Cara pendekatan terhadap makna-makna yang telah dipahami dari


lafazhnya adalah peninjauan terhadap makna dengan metode atau cara-cara dalam
menggali hukum. Adapun disini kita membahas hanya dua cara saja yaitu ijma
dan qiyas.

Seluruh ulama sepakat bahwa ijma merupakan hujjah. Ijma memiliki


kedudukan pentign dalam sumber hukum islam setelah al-Quran dan sunah.

Berdasarkan  pada penjalan diatas maka dapat di pahami dan ditetapkan


bahwa Qiyas ini merupakan salah satu usaha dari upaya untuk menetapkan suatu
hukum atau dengan kata lain Qiyas merupakan salah satu dari dalil-dalil syara’
yang menuntuk kehujjahan atasnya. Dan penetapan itu telah didasarkan pada
penjelasan Al-Qur’an, As Sunnah, dan upaya logika dalam menjelaskan hal
tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA
http://memey7894.blogspot.com/2014/02/makalah-sumber-sumber-ilmu-fiqh.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Hadis#Klasifikasi_hadis

11

Anda mungkin juga menyukai