Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH USHUL FIQH

SUMBER HUKUM ISLAM YANG UTAMA; AL-QUR’AN DAN AS-


SUNNAH

Dosen Pengampu :
Dr. Mohammad Rofiq, S.Ag, M.Pd., M.Si., M.Pd.I

Disusun Oleh :
Surya Alam Hadi Putra (B03218044)
Khusnul Khotimah (04010320003)
Ari Kusuma Dewi (04020320021)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN 2021
KATA PENGATAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sumber Hukum
Islam Yang Utama; Al-Qur‟an dan As-Sunnah. dalam mata kuliah Ushul Fiqh. Kami
menyadari bahwa makalah ini akan sulit terselesaikan tanpa adanya peran dari berbagai pihak
yang telah memberikan dan bimbingannya kepada kami. Maka dari itu, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Muhammad Rofiq selaku dosen pengampu
yang telah memberikan bimbingan hingga makalah ini bisa terselesaikan.

Semoga atas bimbingan, dukungan, dan bantuan dalam makalah ini akan memdapatkan
balasan dari Allah SWT. Saya menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak
kekurangan. Untuk itu komentar, kritik dan saran yang membangun merupakan suatu hal
yang kami harapkan untuk memperbaiki segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Semoga segala ikhtiar kami diridhoi oleh Allah SWT.

Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan memperluas serta
menambah hasanah dunia pendidikan, khususnya bagi kami selaku penulis.

Surabaya 1 April 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber ajaran Islam yang pokok adalah al-Qur‟an dan hadis. Keduanya
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Walaupun
terdapat perbedaan dari segi penafsiran dan aplikasi, namun setidaknya ulama sepakat
bahwa keduanya harus dijadikan rujukan. Dari keduanya ajaran Islam diambil dan
dijadikan pedoman utama. Oleh karena itu, kajiankajian terhadapnya tidak pernah
keruh bahkan terus berjalan dan berkembang seiring dengan kebutuhan umat Islam.
Akan tetapi terdapat perbedaan yang mendasar antara alQur‟an dan Hadis.
Untuk al-Qur‟an, semua periwayatan ayatayatnya berlangsung secara mutawatir,
sedangkan untuk Hadis sebagian periwayatannya berlangsung secara mutawatir dan
sebagian berlangsung secara ahad.1
Selain itu al-Qur‟an sudah ditulis sejak zaman Rasulullah saw dan dilakukan
oleh sekretaris resmi yang di tugaskan langsung oleh Rasulullah. Sedangkan, secara
keseluruhan hadis belum ditulis di zaman Nabi Muhammad saw, bahkan beliau dalam
suatu kesempatan melarang sahabat yang menulis hadis. Namun, upaya sahabat dalam
menulis hadis sudah ada sejak masa Rasulullah saw. Hadis, yaitu ucapan-ucapan dan
tindakan- tindakan nabi. Tidak diragukan lagi bahwa nabi adalah manusia yang paling
baik dalam memahami maksud-maksud Kitab suci. Dia dapat secara tepat
menafsirkan ayat-ayat tersebut dan bertindak sesuai dengan apa yang
diperintahkannya. Dia juga seorang petunjuk par excellence bagi umat Islam. Umat
Islam akan datang kepada nabi dan bertanya tentang perbagai persoalan dan mencari
petunjuk di hampir semua masalah. Nabi memberikan petunjuk langsung kepada
mereka, atau menunggu wahyu dari Allah. Ketika dia berkata atau bertindak sesuatu,
hal itu secara hati-hati dicatat dan kata-katanya dihafal untuk disampaikan kepada
orang lain.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sumber hukum Islam ?
2. Bagaimana peran Al-Qur‟an sebagai sumber hukum islam yang utama ?
3. Bagaimana peran As-Sunnah sebagai sumber hukum islam yang utama ?

1
Syuhudi Ismail, Perkembangan Pemikiran Hadis, (Yogyakarta: LPPI UMY, 1994), h. 3
2
Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, Terj. Agus Nuryanto, (Yogyakarta: LKiS, 2003), h. 26-27
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian sumber hukum islam.
2. Untuk mengetahui peran Al-Qur‟an sebagai sumber hukum islam yang utama .
3. Untuk mengetahui peran As-Sunnah sebagai sumber hukum islam yang utama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Hukum Islam
Pengertian hukum sendiri menurut ulama ushul fiqh ialah apa yang
dikehendaki oleh syar’i (pembuat hukum). Syar’i disini adalah Allah Swt, sementara
kehendak syar‟i itu dapat ditemukan dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Usaha
pemahaman, penggalian, dan perumusan hukum dari kedua dari kedua sumber
tersebut dikalangan ulama disebut istinbath. Jadi istinbath adalah usaha dan cara
mengeluarkan hukum dari sumbernya.
Menurut Amir Syarifuddin sumber hukum Islam pada dasarnya ada 2
macam3 :
1. Sumber “tekstual” atau sumber tertulis (disebut juga nash), yaitu sumber
berdasarkan teks Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi.
2. Sumber “Non tekstual” atau sumber tak tertulis (disebut juga ghair al-
nash), seperti, istihsan, qiyas, dan maslahah mursalah. Meskipun sumber
hukum kedua ini tidak mengambil dari teks Al-Qur‟an dan Sunnah, tetapi
hakikatnya digali dari (berdasar dan menyandar) Al-Qur‟an dan Sunnah.
Sumber hukum Islam dapat dibagi menjadi dua bagian yakni sumber hukum
Islam materil yakni sumber hukum yang bentuk hukum dalam sebuah negara dan
sumber hukum formil yaitu sumber isi hukum yang menentukan corak isi hukum.
Sumber hukum formil inilah yang kemudian disebut sebagai mashadir al-ahkam,
sementara aladillah asy-syar‟iyyah merupakan sumber hukum materil.
Istilah mashadir al-ahkam sendiri tidak dikenal dalam catatancatatan para ahli
hukum masa klasik. Karena pada umumnya para ahli hukum klasik menggunakan
istilah al-adillah asy-syar‟iyyah. Secara umum kedua istilah ini memiliki mengertian
yang berbeda antara satu sama lain. Mashadir berarti sumber, yakni wadah yang
darinya digali norma-norma hukum tertentu, sedangkan al-adillah berarti dalil, yakni
petunjuk yang akan membawa kepada hukum tertentu.4
Membicarakan pengkatagorian untuk sumber hukum Islam, maka akan banyak
spekulasi pambagian. Ada yang mengatakan empat (Alquran,Hadis, Ijmak dan qiyas),
ada pula yang mengatakan hanya tiga (tanpa mengikutkan qiyas). Namun yang pasti

3
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 322
4
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 82.
dan diakui untuk semua kalangan adalah dua yakni Alquran dan Hadis. Sedangkan
untuk dua lainnya, masih menjadi perdebatan dan memerlukan kajian yang lebih
dalam.
B. Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam yang utama

Sebagai umat muslim, kita tentu sudah sangat tahu bahwasanya sumber hukum
Islam yang paling utama ialah Al-Qur‟an dan hadist dari nabi Muhammad SAW.
Pasalnya kedua hal tersebut merupakan panduan hidup beragama yang sering kita
amalkan. Berdasarkan banyak sumber sendiri, sebenarnya terdapat 4 sumber hukum
Islam yang telah disepakati oleh para ulama. Selain Al-Qur‟an dan hadist, dikenal
pula sumber hukum lainnya yakni ijma dan qiyas. Namun yang menjadi pokok utama
atau yang paling kuat dalil-lalilnya ialah Al-Qur‟an dan hadist. Sedangkan ijma dan
qiyas sifatnya hanyalah sebagai dalil pendukung saja.5

Kitab suci Al-Qur‟an merupakan pedoman utama bagi seorang muslim untuk
menjalankan kehidupan beragama sesuai apa yang sudah diperintahkan oleh Allah
SWT. Sedangkan hadist nabi Muhammad SAW sendiri merupakan sumber hukum
penjelas atau penegas untuk menerangkan poin-poin yang telah disebutkan oleh Allah
SWT dalam firmanNya. Kedua sumber hukum Islam tersebut merupakan pokok
paling sentral atau juga bisa disebut sebagai jantung hukum dalam ajaran agama
Islam. Hal ini sendiri telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmanNya yakni surat
An-Nisa ayat 59, yang berbunyi berikut:

ِ ‫ُىا ٱل هزسُى َل َوأُ ۟ولِى ْٱْلَ ْم ِز ِمى ُك ْم ۖ فَئِن تَىَ َز ْعتُ ْم فِى َش ْى ٍء فَ ُز ُّدويُ إِلَى ه‬
‫ٱَّلل‬ ۟ ‫ٱَّللَ َوأَ ِطيع‬ ۟ ‫يََٰٓأَيُّهَا ٱله ِذيهَ َءامىُ َٰٓى ۟ا أَ ِطيع‬
‫ُىا ه‬ َ
‫يل‬ً ‫ك َخ ْي ٌز َوأَحْ َسهُ تَأْ ِو‬ ِ ‫ٱَّلل َو ْٱليَىْ ِم ٱلْ َء‬
َ ِ‫اخ ِز ۚ َذل‬ ِ ‫ُىل إِن ُكىتُ ْم تُ ْؤ ِمىُىنَ ِب ه‬
ِ ‫َوٱل هزس‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur‟an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Berdasarkan ayat tadi, maka umat muslim diharuskan untuk selalu mencari
pedoman ataupun sumber ajaran hukum berdasarkan ketentuan yang sudah terangkum
dalam ayat suci alquran yang sempurna beserta hadist/sunnah Nabi Muhammad SAW

5
Satria Efendi dan M. Zein, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana, 2009), 247.
karena sifatnya lebih utama dan memiliki akibat yang jauh lebih baik jika kita
pergunakan.

Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad SAW secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril. Al-Qur‟an
menggunakan bahasa Arab dengan makna yang benar sebagai hujah bagi Rasulullah
SAW dan dijadikan sebagai pedoman hukum bagi seluruh umat manusia disamping
merupakan amal ibadah bagi yang membacanya. Al-Qur‟an pertama kali diturunkan
di Mekkah tepatnya di Gua Hira pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M dan
berakhir di Madinah pada tahun 633 M dalam rentang waktu 22 tahun.

Telah kita ketahui bahwa Al-Qur‟an merupakan kitab suci umat Islam dan
merupakan pedoman hidup yang abadi. Dikatakan abadi karena kemurniannya sejak
diturunkan sampai di akhir zaman senantiasa terpelihara.6

Allah SWT menjamin pasti kemurnian Al-Qur‟an, seperti dalam firmannya.

َ‫إِوها و َۡحهُ وَ هز ۡلىَا ٱل ِّذ ۡك َز َوإِوها لَ ۥًُ لَ َحفِظُىن‬

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya kami benar-


benar menjaganya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9).

Al-Qur‟an merupakan pedoman hidup yang pertama dan utama bagi umat
Islam. Pada masa Rasulullah SAW setiap persoalan solusinya selalu dikembalikan
kepada Al-Qur‟an. Rasulullah SAW sendiri dalam perilakunya sehari-hari selalu
mengacu pada al-Qur‟an. Oleh karena itu kita sebagai seorang muslim kita harus
menggunakan al-Qur‟an sebagai pedoman hidup.

Seperti dalam firman-Nya,

َ‫ٱَّللَ َو َرسُىلَ ۥًُ َو ََل ت ََىله ۡى ْا ع َۡىًُ َوأَوتُمۡ ت َۡس َمعُىن‬ ْ ‫يََٰٓأَيُّهَا ٱله ِذيهَ َءا َمىُ َٰٓى ْا أَ ِطيع‬
‫ُىا ه‬

“Hai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah
kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya).”
(QS. Al-Anfal [8]: 20).

6
As-Shabuni, ‘Ulum al-Qur’an, terjmh. Saiful Islam Jamaludin (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), 17.
Ayat tersebut mengandung dua perintah yang pertama adalah perintah untuk
taat kepada Allah SWT, taat berarti kita harus menjalankan smua perintah-perintah
Allah SWT dan menjauhi larangan-larangannya.

Dan perintah-perintah Allah itu ada dalam Al-Qur‟an, jadi kalau kita taat
kepada Allah kita harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada dalam Al-Qur‟an.
Perintah yang kedua adalah taat kepada Rasulullah SAW, artinya kita harus taat
kepada Sunnah dan hadits-haditsnya. Baik perintah maupun larangannya.

C. Hadist sebagai sumber hukum islam yang utama


Hukum Islam yang selanjutnya yaitu As Sunnah. As Sunnah adalah perkataan,
perbuatan dan taqrir (ketetapan/persetujuan/diamnya) Rasulullah SAW terhadap
sesuatu hal/perbuatan seorang sahabat yang diketahuinya.
Sunnah juga menempati posisi yang sangat penting dan strategis dalam kajian-
kajian keislaman. Keberadaan dan kedudukannya tidak diragukan lagi.
Sunnah dari segi etimologi adalah perbuatan yang semula belum pernah
dilakukan kemudian diikuti oleh orang yang lebih baik perbuatan terpuji maupun
tercela.
Secara terminologi, ahli fiqih dan hadis berbeda memberikan pengertian
tentang hadis. Menurut para ahli hadis, sunnah sama dengan hadis yaitu suatu yang
dinisbahkan oleh Rasullullah SAW baik perkataan, perbuatan maupun sikap belaiu
tentang suatu peristiwa.
Para ahli fiqh makna sunnah mengandung pengertian suatu perbuatan yang
jika dikerjakan mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan tidak mendapat dosa.
Dalam pengertian ini sunnah merupakan salah satu dari ahkam al takhlifi yang
lima, yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, mubah.
Sunnah merupakan sumber syari‟at Islam yang nilai kebenarannya sama
dengan Al-Qur‟an, karena sebenarnya As Sunnah juga berasal dari wahyu. Al Qur‟an
telah menegaskan bahwa selain dari Al Qur‟an, Rasulullah SAW juga menerima
wahyu yang lain, yaitu „Al Hikmah‟ yang pengertiannya sama dengan As Sunnah,
baik perkataan, perbuatan, ataupun ketetapan (diamnya). Jadi, As Sunnah juga
dianggap sebagai sumber hukum/syariat Islam bersifat pasti (qoth‟i) kebenaranya;
sebagaimana Al-Qur‟an itu sendiri.
Seperti yang kita ketahui, bahwa Al-Qur‟an merupakan sumber hukum
primer/utama dalam Islam. Akan tetapi dalam realitasnya, ada beberapa hal atau
perkara yang sedikit sekali Al-Qur‟an membicarakanya, Al-Qur‟an membicarakan
secara global saja, atau bahkan tidak dibicarakan sama sekali.
Di sinilah peran dan kedudukan Hadits sebagai tabyin atau penjelas dari Al-
Qur‟an atau bahkan menjadi sumber hukum kedua setelah Al-Qur‟an. Tidak berbeda
dengan Al-Qur‟an, As Sunnah juga berasal dari wahyu Allah yang diturunkan kepada
manusia melalui Rasulullah SAW. Hanya saja ada perbedaan antara Al-Qur‟an dan
As Sunnah, yaitu dari segi lafadznya. Dalam hal ini lafadz As Sunnah berasal dari
Rasulullah SAW sedangkan Al-Qur‟an lafadznya langsung dari Allah SWT. 7
Jadi sunnah artinya cara yang dibiasakan atau cara yang dipuji. Sedangkan
menurut istilah agama yaitu perbuatan Nabi. Perbuatan dan takrirnya (yakni ucapan
dan perbuatan sahabat yang beliau diamkan dengan arti membenarkan). Seluruh umat
Islam telah sepakat bahwa hadis rasul merupakan sumber dan hukum Islam setelah
Al-Qur‟an. Kesepakat umat Islam dalam mempercayai, menerima dan mengamalkan
segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak Rasullullah masih
hidup. Sepeninggal beliau, masa Khulafaal Rasyidin dan masa-masa selanjutnya tidak
ada yang mengingkarinya. Banyak mereka yang tidak hanya memahami dan
mengamalkan isi kandungannya, tapi juga menghafal, memelihara dan
menyebarluaskan kepada generasi selanjutnya.

7
Abdul Wahhab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih, terjmh. Halimuddin (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 14- 15.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian hukum sendiri menurut ulama ushul fiqh ialah apa yang
dikehendaki oleh syar’i (pembuat hukum). Syar’i disini adalah Allah Swt, sementara
kehendak syar‟i itu dapat ditemukan dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Sumber hukum Islam yang paling utama ialah Al-Qur‟an dan hadist dari nabi
Muhammad SAW. Pasalnya kedua hal tersebut merupakan panduan hidup beragama
yang sering kita amalkan. Berdasarkan banyak sumber sendiri, sebenarnya terdapat 4
sumber hukum Islam yang telah disepakati oleh para ulama. Selain Al-Qur‟an dan
hadist, dikenal pula sumber hukum lainnya yakni ijma dan qiyas. Namun yang
menjadi pokok utama atau yang paling kuat dalil-lalilnya ialah Al-Qur‟an dan hadist.
Sedangkan ijma dan qiyas sifatnya hanyalah sebagai dalil pendukung saja.
B. SARAN
Demikian makalah yang telah saya buat, kami menyadari bahwa makalah
diatas masih banyak memiliki kekurangan. Dipersilahkan apabila ada kritik maupun
saran yang membangun, semoga makalah yang saya buat dapat menjadi manfaat untuk
banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA

Engineer, Asghar Ali. 2003. Pembebasan Perempuan, Terj. Agus Nuryanto, Yogyakarta:

LKiS.

Djamil, Fathurrahman. 1999. Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Ismail, Syuhudi 1994. Perkembangan Pemikiran Hadis, Yogyakarta: LPPI UMY.

Khalaf, Abdul Wahhab. 2012. Ilmu Ushul Fikih, terjmh. Halimuddin, Jakarta: Rineka Cipta.

M. Zein, Satria Efendi dan, 2009. Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana.

Shabuni, As-.1983. ‘Ulum al-Qur’an, terjmh. Saiful Islam Jamaludin, Surabaya: al-Ikhlas.

Syarifuddin, Amir. 2008. Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai