Anda di halaman 1dari 4

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

TAHUN AKADEMIK 2022 - 2023


MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HARI/TANGGAL : SABTU/ 20 MEI 2023

WAKTU : 08.00 – 09.30 wib

DOSEN PENGUJI : SAZALI

KELAS : K03

AWALI DENGAN BASMALAH DAN AKHIRI DENGAN HAMDALAH

1. Ada 4(empat) Sumber hukum Islam, sebagai sumber pedoman


dalam kehidupan keberagamaan umat Islam. Silahkan anda uraikan
Sumber Hukum Islam (uraikan satu persatu) yang dijadikan rujukan
berdasarkan pandangan para Ulama Ahli Sunnah waljamaah?

2. Otentitas (kemurnian ) Al Quran adalah mukjizat Allah yang


dianugerahkan kepada Umat Nabi Muhammad Shollahu Alahi
Wassalam. Anda diminta menjelaskan pengertian Mukjizat dan
berikutnya uraikan 2 (dua) temuan Ilmuwan yang berhubungan
dengan kemukjizatan Ayat-ayat Al Quran?

3. Sunnah merupakan sumber hukum Islam kedua yang memiliki


fungsi-fungsi secara khusus terhadap Al Quran. Tugas anda adalah
menjelaskan (Pertama) Pengertian Sunnah Rasul Qauliyah, Sunnah
Rasul Fi’liyah dan Sunnah Rasul Taqririyah. Berikutnya (Kedua)
Anda diminta menjelaskan 2 (dua) fungsi Sunnah terhadap Al
Quran.

4. Rasulullah diutus kemuka bumi adalah dalam rangka


menyempurnakan Akhlah manusia. Anda diminta menjelaskan
pandangan ajaran Islam tentang Akhlak dan Ruang lingkup
pembagiannya.

SELAMAT MENGERJAKAN
Nama : Sofi Millatin
NPM : 223402446460
UTS Pendidikan Agama K.03

Jawaban :

1. Para ulama Ahli Sunnah wal Jama'ah mengakui empat sumber hukum Islam yang dijadikan
pedoman dalam kehidupan keberagamaan umat Islam. Keempat sumber tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Al-Quran: Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang dianggap sebagai sumber
hukum utama. Al-Quran dianggap sebagai wahyu langsung dari Allah SWT yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Al-
Quran berisi petunjuk-petunjuk tentang aqidah (keyakinan), ibadah (ritual), etika,
moral, hukum, dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Para ulama Ahli Sunnah wal
Jama'ah memandang Al-Quran sebagai sumber utama dan otoritatif yang harus
menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan beragama.
2) Hadis: Hadis adalah catatan dan laporan mengenai perkataan, perbuatan, dan
persetujuan Nabi Muhammad SAW. Hadis adalah sumber hukum kedua dalam Islam
setelah Al-Quran. Hadis menyediakan penjelasan dan aplikasi praktis ajaran Al-Quran
dalam kehidupan sehari-hari. Ulama Ahli Sunnah wal Jama'ah menganggap hadis
sebagai otoritas dan penting untuk memahami dan menafsirkan ajaran Islam. Mereka
melakukan penelitian hadis untuk memverifikasi otentisitasnya dan memahami
konteksnya sebelum menggunakannya sebagai sumber hukum.
3) Ijma' (Konsensus Umat): Ijma' merujuk pada kesepakatan para ulama dalam suatu
masa tertentu tentang masalah hukum tertentu. Ijma' dianggap sebagai sumber hukum
ketiga yang penting dalam Islam. Ketika para ulama Ahli Sunnah wal Jama'ah
mencapai konsensus tentang suatu masalah hukum, itu dianggap sebagai bukti bahwa
hukum tersebut merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Ijma' digunakan untuk
mengatasi perbedaan pendapat individual dan menetapkan hukum yang berlaku secara
umum dalam masyarakat.
4) Qiyas (analogi): Qiyas adalah penalaran analogis yang dilakukan untuk memperoleh
hukum baru berdasarkan hukum yang ada dalam Al-Quran, hadis, dan ijma'. Dalam
hal-hal yang belum diatur secara langsung oleh Al-Quran atau hadis, para ulama Ahli
Sunnah wal Jama'ah menggunakan qiyas untuk menetapkan hukum dengan
membandingkan kasus yang sejenis dengan kasus yang sudah diatur. Qiyas digunakan
sebagai metode rasional untuk memperluas cakupan hukum Islam sesuai dengan
perkembangan zaman dan situasi baru.
Dalam praktiknya, para ulama Ahli Sunnah wal Jama'ah menggunakan keempat sumber
hukum ini secara komplementer untuk menetapkan hukum Islam yang mengatur berbagai
aspek kehidupan umat Muslim.

2. Mukjizat dalam konteks keagamaan mengacu pada tanda atau fenomena luar biasa yang
dianggap sebagai bukti kekuasaan dan kebenaran Allah. Mukjizat ini dianggap sebagai suatu
anugerah khusus yang diberikan kepada para nabi atau rasul sebagai bukti kebenaran misi
mereka. Dalam Islam, mukjizat dikaitkan dengan Nabi Muhammad SAW dan salah satu
mukjizatnya adalah Al-Quran.

Al-Quran dianggap sebagai mukjizat Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Mukjizat ini terletak pada kemurnian dan otentitas Al-Quran itu sendiri. Kemurnian Al-Quran
berarti bahwa teksnya tidak mengandung kesalahan atau inkonsistensi dan tetap terjaga
dengan sempurna sejak diturunkan hingga saat ini. Al-Quran juga memiliki keunikan dalam
gaya bahasa, struktur, dan isi yang belum dapat ditiru oleh manusia.

Berikut ini adalah dua temuan ilmiah yang terkait dengan kemukjizatan ayat-ayat Al-Quran:
1) Ilmu Pengetahuan tentang Embriologi: Ayat-ayat Al-Quran menyajikan beberapa
informasi yang sesuai dengan pengetahuan modern dalam bidang embriologi. Salah satu
contohnya adalah dalam Surah Al-Mu'minun ayat 14, di mana Al-Quran menyebutkan
tahapan perkembangan embrio dengan kata-kata yang menggambarkan pembentukan
embrio secara bertahap. Pengetahuan ini sejalan dengan penemuan ilmiah tentang tahapan
perkembangan embrio manusia.
2) Ilmu Pengetahuan tentang Kosmologi: Al-Quran juga mengandung ayat-ayat yang
menggambarkan aspek kosmologi atau pengetahuan tentang alam semesta. Misalnya,
dalam Surah Al-Anbiya ayat 30, Al-Quran menyebutkan bahwa langit dan bumi awalnya
merupakan satu kesatuan dan kemudian terpisah. Ini sesuai dengan konsep pemisahan
antara materi di alam semesta yang ditemukan dalam teori Big Bang dalam kosmologi
modern.

Perlu dicatat bahwa penafsiran ilmiah atas ayat-ayat Al-Quran terus berkembang seiring
dengan kemajuan pengetahuan manusia. Beberapa penemuan ilmiah saat ini mungkin belum
sepenuhnya dihubungkan dengan ayat-ayat Al-Quran, dan mungkin akan memerlukan
penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan korelasinya.

3. (Pertama) Pengertian Sunnah Rasul Qauliyah, Sunnah Rasul Fi'liyah, dan Sunnah Rasul
Taqririyah:
1) Sunnah Rasul Qauliyah: Sunnah Rasul Qauliyah merujuk pada perkataan atau ucapan
Nabi Muhammad SAW. Ini mencakup semua ucapan, petunjuk, nasehat, pengajaran,
dan jawaban beliau terhadap pertanyaan yang diajukan kepadanya. Sunnah Rasul
Qauliyah dianggap sebagai sumber hukum yang penting dan memiliki otoritas yang
sama dengan Al-Quran. Ucapan Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan dan
tafsiran lebih lanjut tentang ajaran Al-Quran dan memberikan pedoman dalam masalah
yang tidak secara khusus diatur dalam Al-Quran.
2) Sunnah Rasul Fi'liyah: Sunnah Rasul Fi'liyah merujuk pada perbuatan atau tindakan
Nabi Muhammad SAW. Ini mencakup semua tindakan, perilaku, dan praktik beliau
dalam kehidupan sehari-hari. Sunnah Rasul Fi'liyah juga dianggap sebagai sumber
hukum yang penting karena memberikan contoh konkret tentang bagaimana ajaran
Islam harus diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Tindakan Nabi Muhammad
SAW memberikan contoh teladan bagi umat Muslim dalam hal ibadah, etika, sosial, dan
berbagai aspek kehidupan lainnya.
3) Sunnah Rasul Taqririyah: Sunnah Rasul Taqririyah merujuk pada persetujuan atau
diamnya Nabi Muhammad SAW terhadap tindakan atau perkataan orang lain di
dekatnya. Jika Nabi Muhammad SAW menyaksikan atau mengetahui tentang suatu
perbuatan atau ucapan dan dia tidak memperingatkan atau mengoreksinya, itu dianggap
sebagai persetujuan atau validasi atas tindakan tersebut. Sunnah Rasul Taqririyah
memberikan implikasi hukum bahwa tindakan atau ucapan yang disetujui oleh Nabi
Muhammad SAW dianggap sesuai dengan ajaran Islam.
(Kedua) Fungsi-fungsi Sunnah terhadap Al-Quran:
1) Penjelasan dan Tafsiran: Sunnah memberikan penjelasan dan tafsiran yang lebih rinci
terhadap ajaran Al-Quran. Al-Quran seringkali menggunakan bahasa yang umum atau
ringkas, dan Sunnah Rasul melengkapi dengan penjelasan dan contoh konkret tentang
bagaimana ajaran tersebut harus diterapkan dalam kehidupan nyata. Sunnah membantu
umat Muslim memahami dengan lebih baik pesan dan ajaran Al-Quran.
2) Pengamalan dan Implementasi: Sunnah memberikan contoh konkret tentang bagaimana
ajaran Al-Quran harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nabi
Muhammad SAW adalah teladan sempurna dalam hal ibadah, etika, hubungan sosial,
hukum, dan banyak aspek lainnya. Melalui Sunnah, umat Muslim dapat mengikuti dan
mengamalkan ajaran Al-Quran dengan cara yang benar dan sesuai dengan praktek yang
ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW.
4. Dalam ajaran Islam, akhlak (etika atau moral) memiliki peran penting dan dianggap sebagai
bagian integral dari kehidupan seorang Muslim. Akhlak merujuk pada perilaku, sikap, dan
karakter yang baik yang harus dimiliki oleh individu dalam hubungannya dengan Allah,
sesama manusia, dan lingkungan sekitar. Ajaran Islam menekankan pentingnya
pengembangan akhlak yang baik sebagai bagian dari upaya untuk menyempurnakan diri dan
mencapai tujuan hidup yang lebih mulia.

Ruang lingkup pembagian akhlak dalam ajaran Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Akhlak terhadap Allah (Huququllah): Akhlak terhadap Allah mencakup sikap dan
perilaku yang benar terhadap Allah SWT. Ini meliputi iman yang kuat, ketaatan dalam
menjalankan ibadah, penghormatan dan kepatuhan terhadap perintah Allah, rasa takut
dan harapan kepada Allah, bersyukur, bersabar dalam menghadapi ujian, dan menjalani
kehidupan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang diberikan oleh Allah melalui
wahyu-Nya.
2) Akhlak terhadap Sesama Manusia (Huququl 'Ibad): Akhlak terhadap sesama manusia
melibatkan perilaku yang baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Hal ini
mencakup sikap yang ramah, kasih sayang, menghormati, berbagi, membantu, adil,
jujur, menghormati hak-hak orang lain, memaafkan, tidak merugikan orang lain, dan
menunjukkan kepedulian sosial. Islam mendorong umat Muslim untuk memperlakukan
semua orang dengan keadilan, kesetaraan, dan kasih sayang tanpa memandang
perbedaan suku, ras, agama, atau status sosial.
3) Akhlak terhadap Lingkungan Hidup (Huququl Mahluq): Akhlak terhadap lingkungan
hidup melibatkan sikap yang bertanggung jawab terhadap alam dan makhluk hidup di
sekitar kita. Islam mengajarkan pentingnya menjaga kelestarian alam, melindungi flora
dan fauna, menggunakan sumber daya alam dengan bijaksana, dan menjaga
keseimbangan ekosistem. Muslim juga diharapkan untuk menghindari pemborosan,
polusi, kerusakan lingkungan, dan mempromosikan praktik yang berkelanjutan serta
menjaga keindahan dan kebersihan lingkungan.

Dalam Islam, pembangunan akhlak yang baik merupakan bagian integral dari tugas utama seorang
Muslim. Hal ini mencakup pengembangan akhlak yang baik dalam hubungan dengan Allah,
sesama manusia, dan lingkungan sekitar. Dengan mempraktikkan akhlak yang baik, seorang
Muslim diharapkan dapat menyempurnakan dirinya, menjalani kehidupan yang benar, dan
berkontribusi positif terhadap masyarakat dan dunia di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai