Anda di halaman 1dari 7

MATERI KEDUA

ISLAM DISIPLIN ILMU

ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QURAN

Islam adalah hidayah Allah, agama semua nabi, dan kitab suci Al-Quran adalah sumber utama
ajaran Islam yang dianut oleh hampir seperempat penduduk dunia hari ini. Tidak ada satu buku
dan kitab yang paling banyak dibaca dan dihafal di seluruh dunia serta dikaji dari berbagai
perspektif keilmuwan melebihi Al-Quran. Sumber Al-Quran sama dengan sumber Taurat, Zabur,
Injil dan suhuf-suhuf yang lainnya, yaitu Allah SWT, Tuhan Yang Esa.

Al-Quran menyuruh manusia belajar dari sejarah dan mengambil perbandingan dari kejayaan
dan kejatuhan umat-umat terdahulu dalam rangka menghadapi masa depan. Pesan-pesan samawi
dalam Al-Quran sejalan dengan semua tingkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban. Umat Islam di masa lalu mencapai zaman kejayaan dan menjadi trendsetter kemajuan
peradaban dunia dalam abad 7 - 13 M adalah karena mengamalkan Api Islam, menurut istilah
Presiden RI Pertama Soekarno, yang bersumber dari Al-Quran.

Al-Quran mendorong manusia agar mengembangkan kemampuan berpikir seimbang dengan


kemampuan berzikir, mengingat Allah. Al-Quran menginspirasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan mengajarkan peran dan tanggungjawab manusia yang diberi amanah ilmu. Al-
Quran sebagai pedoman hidup (manhaj al-hayah) menuntun umat manusia agar memperoleh
keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam QS. al-Baqarah ayat 30-33 menunjukkan
betapa pentingnya ilmu untuk manusia, bahkan manusia pertama yang Allah ciptakan, langsung
mendapatkan pelajaran tentang apa-apa yang ada di surga oleh Allah. Ayat tersebut juga
menjelaskan kepada kita, bahwa Islam adalah agama ilmu pengetahuan, di mana kita semua
mempunyai potensi untuk mengembangkan apa yang sudah kita miliki bersama, yaitu akal
pikiran kita yang merupakan anugerah Allah yang luar biasa. Ilmu yang ada membuat manusia
lebih baik. Dengan ilmu manusia dapat mengarahkan perilakunya, dengan perasaannya manusia
mendapatkan kesenangan. Kombinasi keduanya membuat hidup manusia lebih terarah, masuk
akal dan bermanfaat. Tidak dapat disangkal bahwa ilmu sangat berperan dalam kehidupan
manusia, maka bekali diri kita dengan ilmu yang bermanfaat sebanyak-banyaknya
Ada empat fakta seputar Al-Quran sesuai surat Al-Israa [17] ayat 105 dan Al-Hijr [15] ayat 9
sebagaimana disimpulkan oleh H.S.M. Nasaruddin Latif dalam tulisannya Fakta dan Data Al
Quran (1391 H). Pertama, Kitab Suci Al-Quran adalah benar-benar Wahyu Ilahi yang
diwahyukan-Nya kepada Nabi/Utusan-Nya, Muhammad SAW. Kedua, Kitab Suci Al-Quran itu
berisi kebenaran mutlak dari Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui.

Ketiga, Nuzul/turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW adalah benar dan tepat, selaku
penerima pertama dan pemegang amanat dari Tuhan SWT yang akan menyampaikannya kepada
umat manusia. Dan keempat, Kitab Suci Al-Quran itu, senantiasa dipelihara keaslian dan
keutuhan (authenticitasnya) dari tangan-tangan yang hendak merusak keaslian dan keutuhan
serta keabadiannya sepanjang kurun zaman, sampai datang waktunya Iradat Ilahiyah akan
mengangkatnya kelak di akhir zaman, menjelang pergantian kehidupan duniawi yang fana
dengan Hari Akhirat yang kekal abadi.

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama pada 17 Ramadan, 13 tahun sebelum
hijrah/610 M. Turunnya wahyu pertama menandai pengangkatan Muhammad sebagai Nabi dan
Rasul terakhir. Tidak ada Nabi dan Rasul sesudah Muhammad. Surat Al-Alaq [96] ayat 1 - 5
sebagai wahyu pertama kepada Nabi Muhammad yang turun di Gua Hira, Kota Suci Mekkah,
membuka wawasan ilmu pengetahuan dan literasi.

"Bacalah (ya Muhammad), dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang amat pemurah. Yang
mengajarkan (menulis) dengan pena. Yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya." (QS Al Alaq [96]: 1-5)

Mushaf Al-Quran yang ada sekarang tidak berbeda dari yang dibaca oleh Nabi Muhammad dan
para sahabatnya. Susunan 114 surat dan 6.000 ayat Al-Quran diberi tahu Malaikat Jibril yang
datang setiap Ramadan kepada Nabi Muhammad dan Nabi memberi tahu para sahabat yang
ditugaskan sebagai penulis wahyu. Mushaf Al-Quran dicetak di berbagai negara sesuai naskah
induk (Mushaf Al-Imam) di masa pemerintahan Khalifah III Utsman Ibnu Affan (644 656 M).
Copi asli naskah induk dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kufah serta satu copi dipegang
Khalifah Utsman di ibukota Madinah. Naskah induk Mushaf Al-Quran kini tersimpan di
Museum Istambul Turki. Seni baca Al-Quran dengan tanda baca dan qiraat-nya, terjemahan dan
tafsirnya, menjadi ilmu tersendiri di dunia Islam.
Dalam rubrik ”Tanya Jawab” di Majalah Gema Islam (1962) yang diasuh Dr. Hamka (Buya
Hamka), seorang pembaca mengajukan pertanyaan: Seorang ulama di tempat saya menyatakan,
jika manusia mendarat di bulan, maka batallah kerasulan Nabi Muhammad Saw. Bagaimana
pendapat Bapak dalam hal ini?

Hamka menanggapi: Jika manusia sudah dapat mendarat di bulan, kami akan bersujud syukur
kepada Tuhan, karena dengan demikian akan bertambah nyatalah ke-Rasulan Nabi Muhammad
Saw. Karena di dalam Al-Quran sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad
Saw berjumpa beberapa ayat yang hanya dapat ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan alam yang
mendalam berkenaan dengan bulan. Kalau kita tilik sejarah Islam, penyelidikan tentang ruang
angkasa ini, hanyalah lanjutan saja daripada peneropong bintang dan bulan yang telah didirikan
oleh sarjana-sarjana Islam di Baghdad, di Samarkand, di Mesir dan di Andalusia beberapa abad
yang telah lalu. Lalu disambung sekarang dengan penyelidikan tajribiah (empirisme) orang
Barat. Karena kita tidak mempunyai kesanggupan lagi menyambung rantai pengetahuan itu, lalu
kita sandarkan ketiadaan-tahu kita itu, kepada agama. Padahal karena kekurangan pengetahuan
kita dalam hal ilmu alam, tidak kita sadari bahwa penafsiran kita terhadap agama pun amat
sempit pula. (Prof. Dr. Hamka Tanya Jawab Jilid I tahun 1967).

Dr. Abdurrazaq Naufal dalam buku Baina Dien Wa Ilmi (Antara Agama dan Ilmu Pengetahuan)
mengemukakan tiga pertanyaan dan jawaban ketika mengurai konflik agama dan ilmu
pengetahuan di dunia Barat semenjak abad ke-17, yaitu: (1) kapan dimulainya ilmu dan kapan
agama? (2) apa tujuan ilmu dan tujuan agama? (3) dari mana sumber ilmu dan sumber agama?
Abdurrazaq Naufal lalu menjelaskan berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 30-39 yang berbicara
tentang sejarah Nabi Adam.

Pertama, ilmu maupun agama dimulai dari nenek-kakek manusia pertama Nabi Adam, yang
diturunkan ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah dengan tugas meramaikan, memakmurkan
dan menguasai bumi dengan segala isinya. Adam dianugerahi ilmu pengetahuan dan juga diberi
agama yang akan menjadi way of life baginya.

Kedua, tujuan ilmu dan tujuan agama adalah satu ialah menciptakan kebahagiaan, jasmani dan
ruhani manusia, sebagaimana tercantum dalam ayat-ayat Al Quran itu. Ketiga, sumber ilmu dan
sumber agama ialah satu yang tidak terpisahkan yaitu Allah SWT.
Keempat, karena semuanya satu, maka akhirnya antara ilmu dan agama tidak mungkin ada
konflik. Jika diciptakan pertentangan antara keduanya dan masing-masing menempuh jalannya
sendiri, niscaya hidup manusia akan rusak dan dunia akan kacau.

Kelima, oleh karena itu, Islam memanggil segala macam ilmu pengetahuan supaya
mempersatukan diri dengan agama, dan para ahli, baik ahli ilmu pengetahuan dan ahli agama
agar bersatu mengabdikan diri kepada Tuhan dan mempersatukan tekadnya untuk kebahagiaan
manusia dan alam seluruhnya.

Turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW berlangsung selama 22 tahun. Hal itu memberi
pelajaran tentang metode penetapan hukum secara bertahap (asas at-tadrij fit-tasyri). Sejarah
turunnya ayat-ayat Al-Quran mengandung pelajaran bagaimana seharusnya membuat undang-
undang dan peraturan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kesiapan masyarakat.

Dr. H. Abdoerraoef, S.H. dalam buku Al Quran dan Ilmu Hukum (1970) menjelaskan bahwa
norma-norma hukum dalam Quran merupakan hukum yang minimum harus ada dalam
masyarakat umat manusia di segala masa dan tempat. Hukum yang selebihnya dapat berbeda
menurut waktu dan tempat, dengan syarat tidak boleh bertentangan dengan norma-norma hukum
Quran dan Hadis. Quran tidak hendak menghapuskan segala rupa hukum yang ada dalam
masyarakat umat manusia, asal saja tidak bertentangan dengan norma-normanya. Salah satu
sumber norma-norma itu adalah Quran. Quran bukanlah buku undang-undang. Dan Quran
sendiri pun hanya mengatakan bahwa dia sebagai petunjuk, bukan suatu sistem perundang-
undangan. Menurut Quran, segala hukum positif yang ada dalam masyarakat semuanya harus
berdasarkan kepada norma-norma yang sudah diberikan oleh Al-Quran, dengan pengertian tidak
boleh bertentangan dengan norma-norma tersebut. Jadi yang menjadi persoalan bukan siapa yang
membuat undang-undang, tetapi apakah undang-undang itu bertentangan atau tidak dengan
norma-norma Quran. Sumber hukum dalam Islam adalah Quran dan Hadis. Adapun qiyas, ijma
dan sebagainya bukanlah sumber hukum dalam Islam, tetapi cara-cara mencari hukum
(rechtsvinding).

Umat Islam setiap tahun memperingati Nuzulul Quran sebagai tanda syukur atas rahmat dan
karunia Allah kepada umat manusia. Bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Quran
untuk menjadi petunjuk bagi manusia, dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan furqan
(pembeda antara haq dan bathil). (QS Al Baqarah [2]: 185)
AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN

Ada begitu banyak Ayat-ayat tentang ilmu yang dapat ditemukan dalam al-quran dan tersebar di
beberapa surah, seperti:

Q.S alBaqarah(2) : 145, 247, 255; Q.S Taha (20): 110;

Q.S Ali Imran(3): 61; Q.S al-Anbiya (21): 7, 74, 79;

Q.S al-Nisa(4): 162, 166; Q.S al-Hajj (22): 54;

Q.S al-An’am(6): 100; Q.S Asy-Syu’ara (26): 21;

Q.S Hud (11):14; Q.S al—Naml (27): 40, 84; .

Q.S Yusuf (12): 22; Q.S al-Qasas (28): 78;

Q.S ar-Rad(13): 43; Q.S al-Ankabut (29): 43;

Q.S al-Isra’ (17): 60; Q.S Sad (38): 45.

Q.S al-Kahfi (18): 65; 66, 91;

Allah mengangkat derajat orang yang berilmu, terdapat dalam Q.S al-Mujadilah (58): 11. Untuk
itu kita diperintahkan untuk mempelajari ilmu agama (Q.S at-Taubah (9): 122), mempelajari
alam dan isinya dengan akal dan ilmu [Q.S. Ali Imran(3): 190, 191; Q.S. Yunus (10): 5,6; Q.S ar-
Rad(13) 3,4; Q.S. al-Nahl (16): 11, 16; Q.S. al-Isra’(17): 12; Q.S. Fatir(35): 27, 28]. Allah juga
memerintahkan mempelajari kota yang dihancurkan, tentunya mempelajari dengan ilmu agar
mendapatkan ibrahNya (Q.S. al-Hajj (22): 44, 45), mempelajari sejarah bangsa-bangsa tentu
dengan ilmu (Q.S. Yusuf (12): 111; Q.S. ar-Rum (30): 9; Q.S. Fatir(35): 44), bahkan ada pula
ilmu gaib (Q.S. al-Qalam(68): 47). Dengan mempelajari hal-hal tersebut, maka manusia dapat
menguasai alam dengan ilmu (Q.S. al-Anbiya’ (21): 79, 82; Q.S. al-Jatsiyah (45): 12, 13). Selain
itu, term ilmu sangat sering disinggung oleh al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara
mengenai ilmu pengetahuan diantaranya adalah: Q.S al-Anbiya (21): 30, 31, 33; Q.S
alMukminun(23): 12, 13, 14; Q.S az-Zumar (39): 6. Menulis dan membaca adalah kunci dari
ilmu pengetahuan (Q.S al-‘Alaq (96): 1, 2, 3, 4, 5, 6), sehingga dapat dipelajari ilmu pengetahuan
itu sendiri (Q.S. al-Hijr (19): 43; Q.S. Taha (20): 114; Q.S. al-Hajj (22): 3, 8; Q.S. ar-Rum (30):
29, 56; Q.S Luqman (31): 20; Q.S. al-Jatsiyah (45): 17, 24; Q.S. Muhammad (47): 15). Manusia
memang tiada apa-apanya, karena ilmu Allah luas tak terhingga (Q.S al-Kahfi (18): 109; Q.S.
Luqman (31): 27). Maka dari itu, hanya orang-orang yang berakal yang dapat memiliki ilmu
(Q.S. al-Baqarah (2): 269; Q.S. az-Zumar (39): 9). Oleh karena itu, sebagai manusia hendaknya
senantiasa berdoa agar ditambahkan ilmu, sebagaimana dalam Q.S Taha (20):114. Nabi
Muhammad sendiri diutus untuk mengajarkan ilmu bagi manusia, sebagaimana terdapat dalam
Q.S al-Baqarah (2): 151, oleh karena itu, seperti Nabi Sulaiman juga dikaruniai ilmu dari Allah
agar dapat berlaku adil secara hukum, dalam Q.S al-Anbiya’ (21): 79.

PENGERTIAN ILMU

Berdasarkan kitab Ta’limul Muta’allim, sebuah ilmu ditafsiri dengan sebuah sifat yang mana jika dimiliki
oleh seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya. Ilmu sendiri berasal
dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima-ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris
ilmu dipadankan dengan kata science, pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata
science umumnya diartikan Ilmu tapi sering diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meski secara
konseptual mengacu pada makna yang sama. Beberapa pengertian Ilmu:

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu di bidang (pengetahuan) itu.

2. English Reader’s Dictionary, Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by


observation and testing of fact.

3. Webster’s Super New School and Office Dictionary, Science is a systematized knowledge obtained by
study, observation, experiment.

Dari pengertian di atas, nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan
dengan ciri-ciri khusus yaitu tersusun secara sistematis atau pengetahuan itu didapatkan dengan jalan
keterangan yang disebut Ilmu. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancaindranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), dan takhayul
(superstitions). Penting diketahui bahwa pengetahuan berbeda dengan buah pikiran (ideas) karena tidak
semua buah pikiran merupakan pengetahuan. Dalam konteks ajaran Islam, Ilmu yang dimaksud adalah
sebuah disiplin yang disusun ulang dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam metodologi, strategi,
data, masalah, objek, serta setiap aspirasinya agar sesuai dengan Islam dalam kerangka membentuk
tauhid. Mengenai hal ini al-Faruqi memberikan tiga landasan atau prinsip bagaimana seharusnya Ilmu
Pengetahuan dibentuk:

a. Penyatuan dalam Ilmu Pengetahuan. Berdasarkan penyatuan ini, seluruh disiplin ilmu harus
rasional, objektif, dan kritis dari segi kebenaran. Ini akan melenyapkan asumsi bahwa sebagian
ilmu merupakan ‘aqli (rasional) sementara lainnya ‘naqli (irrasional) dan tidak berkaitan.
Sebagian bidang ilmu bersifat saintifik dan mutlak, dan lainnya bersifat dogmatis dan relatif.
b. Penyatuan hidup. Berdasarkan penyatuan ini, semua disiplin ilmu mesti eksis dan sesuai
kehendak kejadian alam. Ini akan mengaburkan tuduhan dan alasan bahwa sebagian disiplin
ilmu bernilai, sementara lainnya tidak bernilai atau merupakan pengecualian.
c. Penyatuan sejarah. Berdasarkan penyatuan ini, setiap disiplin ilmu akan mengakui ‘ummatic’
atau berasal dari masyarakat dalam semua aktivitas manusia dan mempunyai persamaan dalam
tujuan umat. Hal ini akan menghentikan dikotomi pengetahuan kepada ilmu-ilmu yang bersifat
individual dan sosial kemasyarakatan sehingga menjadikan semua disiplin ilmu bersifat humanis
dan kolektif.

Anda mungkin juga menyukai