"Dan hendaknya wajib" artinya merupakan suatu keharusan. di dalam sebuah masyarakat yang terkecil
sekalipun dibentuk kepemimpinan pemerintahan mulai dari RT, RW, Desa, Nagari, Kecamatan,
Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Negara yang pada gilirannya akan membentuk sebuah bangsa, baik
sebelum negara terbentuk maupun sesudah negara terbentuk.
"Segolongan Umat" artinya elite power yaitu pemerintah dan aparatnya yang dengan legitimasi yang
diberikan rakyat kepada mereka melalui pemilihan umum, baik langsung mau- pun tidak langsung, atau
pengangkatan aklamasi, lalu kemu- dian melakukan pelayanan (meningkatkan mutu pelayan- an,
memurahkan biaya pelayanan dan mempercepat waktu pelayanan) disamping mempunyai kekuasaan
untuk pengaturan.
"Mengajak kepada Kebaikan artinya melakukan good governance seperti pelayanan pemerintah terhadap
anak yatim piatu, fakir miskin, orang telantar, tua jompo, dan gelandangan lainnya dengan mendirikan
Departemen Sosial sehingga pengentasan kemiskinan dapat diselenggarakan, begitu juga Departemen
Kesehatan, Departemen Pendidikan, Departemen Hak Asasi Manusia.
"Mengajak kepada Kebenaran" artinya melakukan clean government seperti mengantisipasi pengemplang
pajak, makelar kasus, korupsi, kolusi, nepotisme yang harus diseimbangkan dengan good governance
agar pemerintah tidak hanya no state tetapi juga bold state sepanjang hal tersebut amar makruf dan nahi
mungkar dengan mendirikan Departemen Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi
Perlindungan Anak, Departemen Perberdayaan Wanita.
"Melarang berbuat mungkar" artinya mencegah keburukan, kejahatan, dekadensi moral, kerusakan,
kesalahan, kejelekan seperti perjudian, perampokan, perkelahian, kerusuhan, pela- curan, perzinaan dan
lain-lain yang sudah barang tentu harus dengan kekuasaan karena kalau tidak akan terjadi perlawanan dari
pelaku kejahatan, dan kekuasaan ini dimiliki pemerintah dengan mendirikan kepolisian, kejaksaan,
kehakiman.
Nama beliau adalah Ali bin Muhammad ra tetapi lebih dikenal dengan gelar Al Hadi (artinya
pembimbing), atau juga Abul Hasan karena beliau berputra Hasan yang dipersiapkan menjadi
penggantinya. Ketika ayah beliau meninggal, sang ayah mengangkat seorang wali bernama Abdullah bin
Musawir karena Al Hadi masih sangat muda (8 tahun), adik kandung beliau bernama Musa bin
Muhammad ra juga sempat diperdebatkan untuk menjadi imam Syi'ah. Al Hadi juga mempunyai seorang
putra bernama Muhammad yang meninggal ketika Al Hadi masih hidup, tetapi ada yang menyangka
bahwa Muhammad hanya dipropagandakan serta diakui meninggal karena khawatir akan dibunuh akibat
gencarnya pemburuan Khalifah Umayyah terhadap para Ahlul Bait Nabi ketika itu. Al Hadi meninggal
dunia di kota Samarra' pada Radjab 254 H (868 M) dalam usia 42 tahun. Khalifah Sunni yang sedang
berkuasa saat itu adalah Khalifah Mutawakkil yang mengusir beliau dari Medinah padahal pada tingkat
orangtua mereka sudah berdamai. Al Mutawakil inilah yang menjebak beliau agar keluar dari Medinah,
karena khawatir akan pengaruh sang Imam di Kota Suci Medinah. Di kota pengasingannya ini disediakan
makanan, wanita dan losmen, namun Sang Imam sadar akan jebakan ini hanya saja untuk melakukan
perlawanan terhadap kekuasaan sang Raja beliau tidak memiliki kemampuan fisik, beliau tinggal di
Samara sampai meninggal dunia.
Khalifah Abu Bakar Shiddiq ra, Khalifah Umar ibnul al Khattab ra, Khalifah Utsman bin Affan ra,
Khalifah Imam Ali bin Abu Thalib ra KW. Untuk pertama kali dalam sejarah Islam dilakukan pemilihan
umum adalah ketika Nabi Muhammad saw meninggal dunia, mereka berkumpul di Tempat Pemungutan
Suara (TPS) yang bernama Saqifah Banu Saidah, di tempat itu Abu Bakar Syidiq ra terpilih dalam
kemenangan suara tipis melawan Ali bin Abu Thalib ra KW. Dengan demikian suara Islam terpisah dua,
Yang Pertama kelompok Abu Bakar yang diprakarsai oleh Umar bin Khattab, ra yang khawatir kepe-
mimpinan berpindah tangan karena Nabi Muhammad saw telah membentuk kepemimpinan pemerintahan
negara (Selanjutnya kita sebut Kelompok Sunni), sedangkan Kelompok Kedua adalah Ali bi Abi Thalib,
ra KW yang karena kecintaannya kepada tokoh yang baru saja meninggalkan mereka ini, berharap
jenazah Nabi Muhammad saw dikebumikan terlebih dulu, jadi mereka tidak datang ke TPS, (selanjutnya
kita sebut Kelompok Syi'ah) karena mengikuti keluarga nabi.
Kedua kelompok ini memberikan pembelajaran kepada Umat Islam karena masing-masing berpegang
pada dalil yang kuat yaitu Sunni pada dalil kepemimpinan yang hukumnya wajib, sedangkan Syi'ah pada
dalil pengurusan jenazah yang hukmumnya juga wajib. Walaupun kemudian Syi'ah yang di- pimpin oleh
Ali bin Abu Thalib ra KW membaiat Abu Bakar dalam arti menyetujui kepemimpinan Abu Bakar
Shiddiq ra namun itu berlangsung enam bulan kemudian yaitu tepatnya setelah istri beliau Fatimah az
Zahra ra (putri bungsu Nabi Muhammad saw) meninggal dunia, yang tersinggung oleh kealpaan
mengurus ayahandanya.
1) Pemerintahan Abu Bakar Ash Shiddiq ra
Abu Bakar lahir pada 571 Masehi, Abu Bakar memiliki loyalitas yang tinggi kepada kepemimpinan Nabi
Muhammad saw, kalau seka- rang ini loyalitas yang sem- purna adalah kepada tugas bukan kepada,
individu, ka- rena khawatir individu yang dikultuskan akan melakukan maksiat, maka Abu Bakar me-
miliki suri tauladan yang tepat karena loyal kepada manusia Muhammad saw. Ketika di gua Tsur bahkan
Abu Bakar menahan rasa sakit karena digigit kalajengking sehingga air matanya meleleh mengenai Nabi
saw, itulah sebabnya ketika Umar mengusulkan untuk membukukan al-Qur'an sebagai inisiatif, maka
semula Abu Bakar menolaknya karena tidak dilakukan Nabi. Begitu juga ketika tanah Fadak diminta
Fatimah binti Muhammad untuk biaya hidup anak yatim piatu yang ditanggung beliau, sebagai
pemerintah yang menguasai agraria menolak pemberian warisan itu karena Nabi saw hanya mewariskan
al-Qur'an.
Abu Bakar memulai memangku jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan pada usia 61 tahun
terpilih dengan suara terbanyak menggantikan pemerintahan Nabi Muhammad saw, tepatnya Abu Bakar
memerintah selama 2 tahun 3 bulan 11 hari yaitu dari 632 sampai 634 Maschi atau dari 11 sampai 13
Hijriah.
Pernah suatu kali Abu Bakar memerintahkan Umar untuk mengejar para penunggak pajak, Umar lalu
menolaknya karena walaupun dijuluki sebagai singa padang pasir ketika peperangan Umar tidak tega
mengejar sesama Islam, Umar akhirnya dipecat dan digantikan oleh Khalid bin Walid.
Sebagai konvensi negara demokrasi, kepala pemerintahanmelalui masa jabatannya dengan sebuah pidato
pelantikan. Hal ini disebabkan oleh negara-negara demokrasi tersebut menghendaki rakyat mempunyai
kedaulatan tertinggi. Dengan pidato pelantikan tersebut diharapkan sebagai janji penguasa kepada rakyat,
tentang tugas dan fungsi yang dilaksanakan pemerintah dan dipertanggungjawabkan di kemudian hari.
Pidato pelantikan Khalifah Abu Bakar setelah beliau dibaiat adalah:
Kemudian, saudara-saudara saya sudah dijadikan penguasa atas kamu sekalian, dan saya bukanlah orang
yang terbaik di antara kamu. Kalau saya berlaku baik bantulah saya. Kebenaran adalah suatu
kepercayaan, dan dusta adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di kalangan kamu adalah kuat di mata
saya, sesudah haknya nanti saya berikan insya Allah, dan orang yang kuat bagi saya adalah lemah
sesudah haknya itu nanti saya ambil insya Allah. Apabila ada golongan yang meninggalkan perjuangan di
jalan Allah maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Apabila kejahatan itu sudah meluas
pada suatu golongan, Allah akan menyebarkan bencana pada mereka. Taatilah saya selama saya taat
kepada (perintah) Allah dan Rasulnya. Akan tetapi, apabila saya melanggar perintah Allah dan Rasul,
gugurlah kesetiaanmu kepada saya. Laksanakanlah shalatmu, Allah akan merahmati kamu sekalian.
Dari pidato Khalifah Abu Bakar ini menunjukkan sifat beliau yang demokratis, tegas dan bijaksana, yaitu:
a. Kata-kata kesediaan beliau untuk tidak diikuti apabila melanggar perintah Allah dan Rasul,
menunjukkan kerelaan untuk disanggah umat (pendemokrasian), Inilah kemudian yang menjadi
dasar didirikannya Lembaga Legislatif yang efektif di masa pemerintahan Umar dan berada di
luar kekuasaan Khalifah.
b. Kata-kata "orang yang paling kuat" (maksudnya dalam hal kekayaan) adalah paling lemah di
mata beliau (maksudnya dalam hal membayar pajak untuk kelangsungan hidup negara yang harus
dipungut), menunjukkan ketegasan, Inilah yang kemudian yang menjadi dasar didirikannya
Direktorat Jenderal Pajak.
c. Kata-kata "orang yang paling lemah" (maksudnya dalam hal kemiskinan) adalah yang paling kuat
di mata beliau (mak- sudnya harus dijamin hidupnya dengan living cost) Inilah kemudian yang
menjadi dasar didirikannya Departemen Sosial.
d. Kata-kata filsafat yang menyebutkan "kebenaran sebagai suatu kepercayaan dan dusta sebagai
suatu pengkhianatan" menunjukkan kebijaksanaan. Inilah kemudian yang menjadi dasar
didirikannya Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi di dalam Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Sebagai kepala pemerintahan beliau berpesan kepada para panglimanya sebagai berikut:
Janganlah kamu mengabaikan pasukanmu lalu mereka menjadi rusak dan janganlah kamu memata-matai
lalu mereka jahat dan jangan kamu membuka rahasia orang dan cukuplah diperhatikan yang kelihatan
dari mereka.
Dalam prinsip pengadilan yang dipegang oleh hakim-hakim muslim, Khalifah mengatakan:
Sekiranya saya melihat seorang laki-laki melakukan perbuatan yang harus diberi hukuman had, saya tidak
akan menghukumnya sebelum ada seorang saksi lain yang menyaksikannya.
Had adalah hukuman karena menyamun (merampok), mencuri (mencopet), berzina, meminum-minuman
keras, dan lain-lain (jamaknya hudud).
Selanjutnya kita lihat penggunaan pajak di masa Khalifah Abu Bakar. Karena pada gilirannya orang
enggan membayar pajak saat ini, kendatipun merupakan iuran rakyat kepada kas negara atau peralihan
kekayaan dari sektor partikelir kepada sektor pemerintah berdasarkan peraturan (perundang- undangan).
Walaupun tidak mendapat jasa kembali yang langsung dipungut dan digunakan umat pengeluaran umum
(pembangunan) serta untuk kelangsungan hidup negara.
Pajak yang terkumpul dalam kas negara (baitul mal) di- gunakan bagi yang berhak menerimanya dengan
cara yang benar, misalnya untuk fakir miskin, anak yatim, dan lain-lain. Baitul mal adalah amanat Allah
dan kaum muslimin. Mereka tidak mengizinkan pemasukan atau pengeluaran sesuatu darinya yang
berlawanan dengan apa yang telah ditetapkan dengan syari'at.
Teladan Khalifah Abu Bakar terhadap baitul mal, dapat dilihat menjelang wafatnya beliau menyuruh
menghitung apa yang telah diterimanya dari baitul mal lalu dikembalikannya dengan hartanya
Begitulah Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra walaupun sudah mengakui jabatan tertinggi dalam
pemerintahan Islam Madinah, pada kenyataannya beliau tetap menjadi pemeras susu kambing untuk
membiayai hidupnya.
Beliau meninggal karena sakit, dan berarti satu-satunya khalifah pelanjut pemerintahan Rasulullah
Muhammad saw yang tidak memperoleh syuhada (mati syahid) sebagaimana para pelanjutnya Khalifah
Umar bin Khattab ra, Khalifah Utsman bin Affan ra dan Khalifah Imam Ali bin Abu Thalib KW. ra.
Keempat khalifah ini (Abu Bakr, Umar. Utsman dan Ali disebut sebagai Khalifah ur Rasyidin
(pemerintah yang jujur) oleh Rasulullah saw yang keseluruhannya berlangsung selama 30 tahun (Abu
Bakr 4 tahun, Umar 10 tahun, Utsman 12 tahun dan Ali 4 tahun), mereka dipilih dengan demokratis
melalui perdebatan sengit
Untuk itu, kita dapat mengambil contoh keadaan yang terjadi di negeri kita. Apabila kepentingan daerah
yang diutamakan di mana pemberian otonomi seluas-luasnya. Seperti keadaan RI waktu berlaku Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah yang berpedoman pada UUDS
1950, di mana pengawasan pusat terhadap daerah lemah, kepala daerah dan gubernur terpisah sama
sekali. Akan tetapi, bila daerah dikuasai sepenuhnya oleh pusat, keterpimpinan seperti ini dapat mengarah
kepada negara tirai besi. Oleh sebab itu, sebagai jalan tengah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974
sekarang ini, melaksanakan desentralisasi bersama-sama dengan dekonsentrasi, dengan begitu pemberian
otonomi kepada daerah, pelaksanaannya mesti nyata dan bertanggung jawab, inilah yang berlangsung
selama orde baru, setelah reformasi bangsa Indonesia merasa cukup dewasa untuk melakukan otonomi
daerah dibentuklah UU No. 22 Thn 1999.
Khalifah Utsman saat pengangkatan gubernur dan jabatan lainnya yang sudah berumur tua. Tabiat beliau
yang sejak muda dermawan, tenang dan aman dari amarah membuat para amir (pejabat) di daerah
bertindak leluasa seakan-akan tidak diawasi.
Khalifah tidaklah memandang para pejabatnya tidak terlepas dari berbagai kesalahan besar yang
menyebabkan mereka di- pecat. Kekurangan pengawasan seperti ini menyebabkan daerah semakin
sentrifugal menjauhi pusat dan berbagai pem- berontakan separatis cenderung timbul. Fitnah kepada pusat
(seperti) yang dilakukan oleh seorang Yahudi bernama Abudillah bin Saba' atau dikenal juga dengan
nama Ibnu Sauda') berjalan lancar (ingat RI sebelum Dekrit 1959).
Hanya kita tidak dapat begitu saja mengatakan bahwa kurangnya pengawasan pusat (khalifah) kepada
daerah (guber- nur dan wali negeri serta lain-lain). Namun dalam kenyataannya Khalifah mengirim para
pemeriksa (inspektur).
Kita tidak dapat pula menuduh Khalifah Utsman memang teguh sistem perlindungan kesukuan yang
berlebihan karena begitu Khalifah menerima laporan bahwa Walid bin Uqbah kedapatan minum
minuman keras dan mengimami shalat subuh dalam keadaan mabuk. Maka beliau memecatnya serta
mengenakan pukulan cambuk terlebih dahulu yang dilaksanakan oleh Abdullah bin Ja'far.
Apabila kita kembali menuruti keinginan Maududi maka orang akan mengidentikkan dengan revolusi di
Filipina. Perlu diketahui bahwa Ferdinand Marcos membagikan jabatan kepada saudara-saudaranya.
Akan tetapi, Marcos lupa di pinggiran Manila merupakan basis kekuatan keluarga Aquino. Begitulah
bayangan orang-orang terhadap Muawiyah yang memiliki basis di Damsyik dan Syam sampai Khalifah
Ali yang akan mendapat dampak negatifnya.
Namun, janganlah kita semudah itu membayangkan Khalifah Utsman ra sahabat Rasulullah saw ini
seperti itu dalam perhatiannya terhadap tugas kepemimpinan pemerintahan beliau. Karena pada
kenyataannya beliau menerima kritik dari masyarakat, menerima tanggapan dari sesama sahabat, yaitu
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra dan memanggil siapa saja yang merasa teraniaya lewat surat sebagai
berikut:
"Telah sampai kepadaku bahwa beberapa kaum daripadamu dicaci maki, dan yang lain dipikul.
Barangsiapa yang merasa teraniaya maka datanglah kepada kami musim (haji) dan ambillah haknya dari
saya atau pegawai saya padamu"..
Apa pun analisis para penulis tentang riwayat para sahabat yang dikisahkan kembali (manaqib) oleh Ibnu
Katsir, Ibn Hajarm Ibn Hisyam, Thabari, dan lain-lain. Pada kenyataannya kepentingan dalam negeri
memang ditandai dengan meletusnya berbagai pemberontakan yang mewarnai sejarah pemerintahan
Islam. Waktu kediaman Khalifah dikepung para pemberontak yang mengajukan protes, banyak pihak
yang menawarkan pembelaan dan pengawalan kepada beliau, seperti Sayyidina Ali bin Abu Thalib
mengirim kedua putranya Hasan ra dan Husain ra (cucu-cucu Rasulullah SAW), Muawiyah mengirim
sepasukan tentaranya yang dipersenjatai begitu juga Marwan, putra Umar (Abdullah bin Umar), namun
beliau menolaknya:
"Saya tidak senang untuk bertemu Allah dan ditengkukku ada setetes dara seorang muslim".
Kepada pengawal pengawal yang sudah memanggul senjata dan siap bertempur karena kepungan
semakin mendekat bahkan sebagian sudah memanjat pagar beliau menghimbau.
"Sesungguhnya orang yang paling besar kegunaannya kepadaku adalah seorang yang menahan
dirinya dan sejantanya. Saya minta kepadamu dengan nama Allah agar kalian jangan mengalirkan
darah karena saya"
Kepada pengepung-pengepungnya beliau berseru:
"Wahai manusia, janganlah kamu membunuhku...... Demi Allah, jika kamu membunuhku maka
kamy tidak akan saling mencintai setelahku selama-lamanya dan kamu tidak saling sayang-
menyayangi setelahku selama-lamanya.... “
Kepada Putra Abu Bakar (Muhammad bin Abu Bakar) yang hampir saja terlibat di tengah-tengah
kelompok yang dirasuki fitnah, dengan wibawa beliau berkata:
"Hai anak saudaraku, biarkanlah jenggotku, Demi Allah, ayahmu selalu memuliakannya....dan
seandainya ia melihatmu di tempatmu niscaya ia malu terhadap apa yang kamu perbuat.”
Anak muda itu terpukau dan sadar, kemudian balik berlari dan menjauh. Ketika Khalifah duduk membaca
al-Qur'an, Surat Ali Imran ayat 173, serangan mengancam beliau, beliau tidak memedulikannya, bahkan
ketika sebuah tikaman mengenai telapak tangan beliau, dan tangan yang berhasil menulis dan
mengumpulkan ayat-ayat al-Qur'an itu bercucuran darah, beliau berkata pilu:
"Demi Allah, ini adalah tangan yang pertama menulis mufashshal (surat-surat yang pendek).....
dan menulis ayat-ayat al-Qur'an...."
Darah beliau semakin mencucur. Beliau tersungkur kendati beliau sedang berpuasa. Hari sudah
menjelang magrib, ketika tubuh yang terkenal tekun shalat lima waktu dan rajin shalat tahajud
tengah malam itu terkapar, Utsman bin Affan kembali kepada Penciptaannya (Al-Khaaliq),
memenuhi mimpinya beberapa hari yang lalu, yang seakan Rasulullah saw sahabatnya
bersabda: "Berbukalah di tempat kami besok hai Utsman".
Selamat jalan wahai amirul mukminin Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun
Al-Manshur digantikan oleh putranya Al-Mahdi, setelah itu berturut-turut kedua putra Al-Mahdi, yaitu
Al-Hadi dan Harun Ar-Rasyid menjadi khalifah. Walaupun Al-Hadi termasuk sukses menjalankan roda
pemerintahannya, tetapi karena pemerintahannya hanya berlangsung satu tahun, Ar-Rasyid lebih terkenal,
bahkan tercatat sebagai khalifah terbesar dinasti Abbasiyah.
Khalifah Harun Ar-Rasyid seorang yang taat dalam beragama, jalannya pemerintahan tentu pula
ditentukan oleh perilaku aparatur pemerintahannya secara keseluruhan, Jadi dengan begitu memang
tergantung bagaimana pemimpin harus mengarahkan bawahan sebagai salah satu pertanggungjawaban
pemerintahannya.
Sebagai khalifah kelima dinasti ini, selain sebagai orang alim yang taat beragama, Harun Ar-Rasyid
terkenal sebagai orang administrator dan stabilisator.
Di bidang administrasi, Ar-Rasyid berhasil mendirikan rumah yatim piatu, rumah sakit, sekolah,
perpustakaan, kantor pos, pelayanan transportasi, dan pusat perdagangan. Kabinet dipimpin oleh Jenderal
Yahya bin Khalid Al-Barmaki (seorang persia yang pernah menemani Ar-Rasyid dahulu menyerbu
Bosporus).
Di bidang stabilisasi, Ar-Rasyid berhasil mendirikan ang katan perang (pasukan Harbiyah) terdiri atas
angkatan laut dan angkatan darat yang kuat serta rapi. Di samping itu juga diciptakan hansip (pasukan
Mutathawwiah).
Setelah pemerintahan Ar-Rasyid orang-orang Persia (Irak dan Iran) mulai menguasai kekhalifahan,
karena salah se- orang istrinya berdarah Persia lahir Abdullah Al-Makmum, yang kemudian menjadi
khalifah ketujuh. Sebaliknya khalifah keenam dijabat oleh putranya dari Zubaidah, yaitu Muhammad Al-
Amin.
Secara lengkap urutan khalifah dalam pemerintahan Baghdad adalah:
1. Khalifah As-Saffah
2. Khalifah Al-Manshur
3. Khalifah Al-Mahdi
4. Khalifah Al-Hadi
5. Khalifah Ar-Rashyid
6. Khalifah Al-Amin
7. Khalifah Al-Makmum
8. Khalifah Al-Mu'tashim
9. Khalifah Al-Watiq
10. Khalifah Al-Mutawakkil
11. Khalifah Al-Muntasir
12. Khalifah Al-Mustain
13. Khalifah Al-Mu'tazz
14. Khalifah Al-Muhtadi
15. Khalifah Mu'tamid
16. Khalifah Mu'tadin
17. Khalifah Mu'tafi
18. Khalifah Muqtadir
19. Khalifah Al-Qahir
20. Khalifah Ar-Razi
21. Khalifah Al-Muttaqi
22. Khalifah Al-Mustakfi
23. Khalifah Al-Muti
24. Khalifah At-Ta'i
25. Khalifah Al-Qadir
26. Khalifah Al-Qaim
27. Khalifah Al-Muktadi
28. Khalifah Al-Mustadhir
29. Khalifah Al-Musytarsyid
30. Khalifah Ar-Rasyid
31. Khalifah Al-Muktati
32. Khalifah Al-Mustanjid
33. Khalifah Al-Mustadli
34. Khalifah An-Nashir
35. Khalifah Az-Zahir
36. Khalifah Al-Mustranshir
37. Khalifah Al-Mu'tashimbillah
Pemerintahan Islam Baghdad mengalami beberapa kali pergantian khalifah, khalifah ketiga puluh tujuh
merupakan khalifah terakhir dinasti ini. Pemerintah ini berperangai sangat lemah, tidak berpendirian, dan
suka bersenang-senang serta terus-menerus dihadapkan dengan kekacauan. Kemudian ia terbunuh dalam
satu penyerbuan orang-orang Mongol (Halaqu Khan) pada tahun 1258.