Anda di halaman 1dari 19

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SEJARAH PENURUNAN AL-QUR`AN

SECARA BERTAHAP

Nur Hidayat
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
alamat email. Bos_hidayat@yahoo.com

Abstrak
Pembahasan tentang sejarah singkat Quran akan membuka cakrawala baru
bagi para ilmuwan yang ingin selalu mengkaji dan memahaminya dalam setiap
kesempatan waktu yang ada. Disini dapat kita garis bawahi bahwa Quran
merupakan wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril dari lauhul mahfud. Disamping itu juga, Quran merupakan sumber
beberapa ilmu pengetahuan yang harus selalu digali dengan cermat dan mendalam,
karena akan dapat memunculkan ilmu-ilmu baru setelah diadakan penelitian yang
mendalam.
Diturunkannya Quran secara bertahap selama 23 tahun akan memberikan
pembelajaran bagi umat Islam agark mudah dihafal dan dipahami dengan baik.
Disamping itu, sebagai pelajaran bagi para ilmuwan untuk selalu mengikuti pada
setiap kasus dilapangan yang dihadapi segera dapat ditemukan jawabannya dengan
pasti dan benar. Sisi lain juga merupakan pedoman bagi seorang pendidik dalam
menyampaikan suatu ilmu pengetahuan kepada siswa atau murid secara tahapan
yang benar sesuai dengan tingkat usia pendidikannya.

Kata kunci: Sejarah Quran, Wahyu, dan Nilai Pendidikan.


Abstract
Brief discussion of the history of the Quran will open new horizons for
scientists who want to always examine and understand it in every time there is a
chance. Here, we can underline that the Koran is the revelation of God which was
delivered to the Prophet Muhammad through the Gabriel from Lawh Mahfud.
Besides, the Quran is the source of some of the science that should always be
explored carefully and deeply, because it will be able to bring new knowledge once
held in-depth research.
Quran lowered gradually over 23 years will provide learning for Muslims in
order to easily memorized and understood. In addition, as a lesson for scientists to
keep up on the field facing each case can be found immediately and correct answer
with certainty. The other side is also a guide for educators in delivering a science to
students or pupils are the steps necessary in accordance with the age level of
education.

Keywords: History of the Quran, Revelation, and Value of Education.

1
Pendahuluan
Dari tema di atas, penulis ingin menyampaikan beberapa nilai pendidikan
yang terkandung dalam penurunan kitab suci Al-Quran secara bertahap. Disini, kalau
kita mau menelaah dan mendalami tentang isi kandungan Qur`an dari berbagai aspek
akan selalu menarik untuk dikaji dan dikembangkan secara lebih luas. Semakin
seseorang menekuni dan mendalami isi kandungan kitab suci Al-Quran maka ia akan
semakin bertambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang cakrawala kehidupan
yang lebih luas. Karena Quran merupakan sumber dari segala sumber ilmu
pengetahuan yang menyangkut masalah kehidupan manusia dari segala aspek dan sisi
kehidupan, baik kehidupan didunia maupun kehidupan diakhirat.
Al-Quran adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat
oleh perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
dasyat. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad Saw untuk mengeluarkan
manusia dari suasana yang gelap (jahiliyah) menuju yang terang yaitu agama Islam
yang rahmatan lil`alamin dan membimbing mereka kejalan yang lurus. Disinilah, diri
Rasulullah SAW menyampaikan isi kandungan Quran itu kepada para Sahabatnya
dan orang-orang Arab asli, sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri
bangsa mereka sendiri. Apabila mereka menemukan keraguan dan ketidakjelasan
dalam memahami suatu ayat, maka mereka dapat menanyakannya langsung kepada
diri Rasulullah SAW (Manna Khalil al-Qattan, 1996:1).
Tetapi yang menjadi persoalannya ialah kita umat Islam yang sudah jauh
masanya dengan Nabi dan tidak memahami bahasa Arab dengan baik, seperti bangsa
kita Indonesia. Disamping itu maukah dan mampukah seseorang membaca
memahami, menganalisa dan menggali isi kandungan yang ada dalam Qur`an?
Disamping itu kalau ingin mendalami isi kandungan Qur`an dengan baik, maka
seharusnya seseorang memahami dahulu apa itu Qur`an bagaimana sejarahnya dan
mengapa Qur`an diturunkan secara berangsur-angsur dan aspek penting lainnya yang
memang harus dipahami lebih mendalam.

2
Kemudian di sini, Sebelum menguraikan bukti-bukti sejarah, akan dikutipkan
pendapat seorang ulama besar Syi`ah kontemporer, Muhammad Husain Al-
Thabathaba`iy, beliau menyatakan bahwa sejarah Qur`an demikian jelas dan terbuka,
sejak turunnya sampai masa sekarang ini. Ia dibaca oleh kaum muslimin sejak dahulu
sampai sekarang, sehingga pada hakikatnya Qur`an tidak membutuhkan sejarah untuk
membuktikan keotentikannya. Karena kitab suci tersebut lanjut Thabathaba`iy
memperkenalkan dirinya sebagai firman Allah dan membuktikan hal tersebut dengan
menantang siapa pun untuk menyusun seperti keadaannya.
Dari sinilah, bagi kita sudah cukup menjadi bukti walaupun tanpa bukti-bukti
sejarah (M. Quraish Shihab, 2009: 28). Salah satu bukti bahwa Qur`an yang berada
ditangan kita sekarang ini adalah, Qur`an yang turun kepada Nabi SAW tanpa
pergantian dan perubahan adalah berkaitan dengan sifat dan ciri-ciri yang
diperkenalkannya menyangkut dirinya yang tetap asli dan utuh dapat ditemui
sebagaimana keadaannya aslinya pada masa dahulu.
Dalam artikel ini, penulis ingin memperkenalkan kepada para pembaca dan
pencinta ilmu pengetahuan, bahwa dibalik penurunan Al-Qur`an secara berangsur-
angsur dan bertahap mengandung makna pendidikan yang perlu dikembangkan dan
direalisasikan kepada anak didik, dari tingkat bawah sampai pada tingkat atas.
Realitas yang ada sekarang ini bahwa anak dizaman sekarang sedang banyak
mengahadapi problem dalam menguasai suatu ilmu, yaitu mereka punya pandangan
dan keinginan untuk mendapatkan suatu ilmu tapi belum menyadari dengan
sepenuhnya mengikuti jalan secara bertahap dan berangsur-angsur.

Fenomena Pewahyuan
Secara etimologi, kata ini mengandung dua pengertian dasar, yaitu
tersembunyi, dan cepat (Hasbi Ash-Shiddieqy, 1980: 27). Akan tetapi kata ini dapat
dimaknai sebagaimana statusnya sebagai kata benda pasif yaitu yang diwahyukan.
Wahyu adalah isyarat yang cepat, surat, tulisan dan segala sesuatu yang disampaikan

3
kepada orang lain. Sedangkan asal kata wahyu secara bahasa adalah segala
pemberitahuan yang bersifat samar atau rahasia (Nur Faizah, 2008: 35).
Pengertian wahyu dalam beberapa arti bahasa yang lain meliputi : (a) Ilham
sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa: ” Dan Kami
ilhamkan kepada ibu Musa, ” Susuilah dia..” (QS. Al-Qasas: 28: 7) (b) Ilham yang
berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah: ” Dan Tuhanmu telah
mewahyukan kepada lebah: ‟ Buatlah sarang dibukit-bukit, dipohon-pohon kayu, dan
dirumah-rumah yang didirikan manusia”. (an-Nahl, 16: 68) (c) Isyarat yang cepat
melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakariya yang diceritakan Quran : ” Maka
keluarlah dia dari mihrab, lalu memberi isyarat kepada mereka: ‟Hendaklah kamu
bertasbih diwaktu pagi dan petang”. (Maryam. 19: 11) (d) Bisikan dan tipu daya
setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia. ”
Sesungguhnya syaitan-syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar
mereka membantah kamu”. (QS. Al-an`am, 6: 121) (e) Sesuatu yang disampaikan
Allah kepada para malaikat-Nya berupa suatu perintah untuk dikerjakan. ” Ingatlah
ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: ‟Sesungguhnya Aku bersama
kamu, maka teguhkanlah pendirian orang orang yang beriman”. (QS. Al-Anfal, 8:
12) (Manna Khalil al-Qattan, 1996:37).
Sedangkan wahyu Allah secara terminologi atau (syara`) adalah: Kalam Allah
yang diturunkan kepada seorang Nabi. Berikutnya ustadz Muhammad Abduh
memberikan definisi wahyu dalam Risalatut Tauhid sebagai berikut: Pengetahuan
yang didapati seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan
itu datang dari Allah, baik melalui perantara atau tidak, yang pertama melalui suara
yang terjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali.
Di sini beda antara wahyu dengan ilham. Ilham adalah intuisi yang diyakini
jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari
mana datangnya. Seperti rasa lapar, haus, sedih dan senang. Sedangkan wahyu adalah
Kalam Allah yang diturunkan kepada seorang Nabi atau Rasul-Nya untuk
disampaikan kepada umatnya.

4
Kemungkinan Terjadinya Wahyu
Berbicara tentang fenomena pewahyuan bagi kita orang yang beriman, maka
tidak kalah pentingnya mempelajari perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin
maju dalam bidang iptek dizaman modern sekarang ini. Perkembangan ilmiah telah
begitu maju dengan pesat, dan cahayanya pun telah membuktikan dan menjawab
semua keraguan yang selama ini merayap dalam diri manusia mengenai roh yang ada
dibalik materi. Ilmu materialistis yang meletakkan sebagian besar dari yang ada di
bawah percobaan dan eksperimen percaya terhadap dunia goib yang berada dibalik
dunia nyata ini, dan percaya pula bahwa alam gaib itu lebih rumit dan lebih dalam
daripada alam yang nyata.
Disamping itu sebagian besar penemuan modern yang membimbing akal
pikiran manusia dapat menyembunyikan rahasia yang samar dan pada hakikatnya
tidak bisa dipahami oleh ilmu itu sendiri, meskipun pengaruh dan gejalanya dapat
dipahami dan diamati. Hal semacam ini dapat mendekatkan jarak antara
pengingkaran terhadap agama-agama dengan akidah keimanan seseorang (Manna
Khalil al-Qattan, 1996:32). Dari sini dapat kita perkuat dengan firman Allah yang
artinya sebagai berikut :

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di


segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya
Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fushshilat, 41: 53)

Dan firman Allah yang lain :


Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al-Isra`, 17:
85)

5
Dari beberapa ayat diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa
pembahasan tentang psikologi dan ilmu jiwa kini mempunyai tempat yang penting
dalam ilmu pengetahuan. Hal ini didukung dan diperkuat oleh perbedaan manusia
dalam kecerdasan, kecenderungan dan naluri mereka. Diantara inteligensi itu ada
yang istimewa dan cemerlang sehingga dapat menemukan segala yang baru.
Disamping itu ada pula yang dungu dan sukar memahami urusan yang mudah
sekalipun. Diantara dua macam posisi ini, terdapat banyak tingkatan kalau
dihubungkan dengan ilmu jiwa. Yaitu ada yang jernih dan cemerlang, dan ada pula
yang kotor dan gelap.
Dibalik tubuh manusia ada roh yang merupakan rahasia hidupnya. Apabila
tubuh itu kehabisan tenaga dan energi serta jaringan-jaringan mengalami kerusakan
jika tidak mendapatkan makanan menurut kadarnya, demikian juga roh sama seperti
tubuh. Ia memerlukan makanan yang dapat memberikan tenaga rohani agar ia dapat
memelihara sendi-sendi dan ketentuan lainnya.
Bagi Allah bukan hal yang jauh dalam memilih dari antara hamba-Nya
sejumlah jiwa yang dasarnya begitu jernih dan kodrat yang lebih bersih serta siap
menerima sinar illahi dan wahyu dari langit serta hubungan dengan makhluk yang
lebih tinggi, agar kepadanya diberikan risalah illahi yang dapat memenuhi keperluan
manusia. Mereka memiliki ketinggian rasa keluhuran budi dan kejujuran dalam
menjalankan hukum. Mereka itu para Rasul dan Nabi Allah. Maka tidak aneh bila
mereka berbuhungan dengan wahyu yang datang dari langit (Manna Khalil al-Qattan,
1996:1).
Manusia kini telah menyaksikan adanya hipnotis yang menjelaskan bahwa
hubungan jiwa manusia dengan kekuatan yang lebih tinggi itu menimbulkan
pengaruh. Hal semacam ini yang mendekatkan orang kepada pemahaman tentang
gejala adanya wahyu. Orang yang berkemauan lebih kuat dapat memaksakan
kemauannya kepada orang yang lebih lemah, sehingga yang lemah ini tertidur pulas
dan kemudian ia menurut kehendaknya sesuai dengan isyarat yang diberikan, maka
mengalirlah semua itu kedalam hati sanubari dari mulutnya. Apabila ini yang

6
diperbuat manusia terhadap sesama manusia , bagaimana pula dengan yang lebih kuat
dari manusia itu, yaitu Allah Rabbi yang menuntun manusia ke jalan yang benar.
Sekarang orang dapat mendengarkan percakapan yang direkam dan dibawa
oleh gelombang udara, menyebrangi lembah dan dataran tinggi, daratan dan lautan
tanpa melihat si pembicara, bahkan sesudah mereka meninggal. Kini dua orang dapat
berbicara melalui telpon, HP dan alat lainnya, sekalipun seorang berada di ujung
timur dan yang lain di ujung barat, sementara orang-orang yang duduk disekitarnya
tidak mendengarkan isi pembicaraan selain gemuruh seperti suara lebah, dan itu
persih seperti gemuruh diwaktu turunnya wahyu. Demikian contoh-contoh yang dapat
menjelaskan kepada kita tentang hakikat wahyu (Manna Khalil al-Qattan, 1996:34).
Rasulullah SAW bukanlah Rasul pertama yang diberi wahyu. Allah telah
memberikan juga wahyu kepada rasul-rasul sebelum itu seperti apa yang diwahyukan
kepadanya. Seperti firman Allah yang artinya berikut ini :
Sesungguhnya Kami telah menyampaikan wahyu kepadamu seperti Kami
telah menyampaikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-nabi yang kemudian, dan
Kami telah menyampaikan wahyu pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya`qub
dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan
Zabur kepada Daud. Dan Kami telah mengutus Rasul-rasul yang sungguh
telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara
kepada Musa dengan langsung”( QS. An-Nisa,4: 163-164).

Dengan demikian akan menjadi jelas, bahwa para Nabi yang nama-namanya
disebut secara khusus dalam ayat diatas adalah mereka yang paling dikenal
dikalangan Bani Israil. Berita tentang mereka diketahui benar oleh para ahli kitab
yang mukim dekat Rasulullah SAW. Yaitu Hijaz dan kawasan sekitarnya. Karena itu
Qur`an secara cermat menamakan apa yang diturunkan Allah kedalam hati Nabi
Muhammad sebagai wahyu, yaitu suatu lafadz yang mengandung keseragaman
makna wahyu yang diturunkan kepada semua Nabi dan rasul (subhi al-shalih, 1996:
20).

7
Dengan demikian, maka wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW itu bukan satu hal yang menimbulkan rasa heran. Oleh sebab itu Allah
mengingkari rasa heran ini bagi orang-orang yang berakal.

Cara Wahyu Allah Diturunkan kepada Malaikat


Pertama, Di dalam al-Qur`an terdapat nas mengenai kalam Allah kepada para
Malaikat-Nya yang artinya berikut ini, seperti : Artinya : “Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman: „Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah dimuka bumi‟. Mereka berkata: „ Mengapa Engkau hendak
menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
didalamnya…?”. (QS. Al-Baqarah, 2: 30)

Ayat diatas dengan tegas menjelaskan bahwa Allah berbicara kepada para
malaikat tanpa perantaraan dan dengan pembicaraan yang dapat dipahami oleh para
malaikat itu.
Kedua, Telah nyata bahwa Qur`an telah dituliskan di lauhul mahfudz.
Berdasarkan firman Allah sebagai berikut : Artinya : “ Bahkan ia adalah Quran yang
mulia yang tersimpan di lauhul mahfudz”. (QS. Al-Buruj, 85: 21-22)
Para ulama berpendapat mengenai cara turunnya wahyu Allah yang berupa
Qur`an kepada Jibril dengan beberapa pendapat: 1) Malaikat Jibril menerima secara
pendengaran dari Allah langsung dengan lafalnya yang khusus. 2) Malaikat Jibril
menghafalnya dari lauhul mahfudz. 3) Bahwa maknanya disampaikan kepada
malaikat Jibril, sedang lafalnya dari lafal Jibril, atau lafal Muhammad SAW. (Manna
Khalil al-Qattan, 1996:42).
Dari beberapa pendapat diatas, maka pendapat pertama yang benar, dan
pendapat itu dijadikan pegangan oleh Ahlus Sunnah wal-Jama`ah, serta diperkuat
oleh hadis Nabi. Qur`an adalah kalam Allah dengan lafalnya, bukan kalam jibril atau
kalam Muhammad. Sedangkan pendapat kedua diatas tidak dapat dijadikan pegangan.

8
Sebab adanya Qur`an di lauhul mahfudz itu seperti hal-hal gaib yang lain, termasuk
Qur`an.
Dan pendapat ketiga lebih sesuai dengan hadis, sebab hadis itu wahyu dari
Allah kepada Jibril, kemudian kepada Muhammad SAW secara maknawi saja. Lalu
hal itu diungkapkan dengan ungkapan beliau sendiri. Seperti friman Allah. Artinya :
“ Dia (Muhammad) tidaklah berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Apa yang
diucapkannya itu tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya”. (QS. An-
Najm, 53: 3-4) (Manna Khalil al-Qattan, 1996:871).
Dari ayat diatas maka dapat dijelaskan bahwa diperbolehkan meriwayatkan
hadis Nabi menurut maknanya, sedangkan Qur`an tidak boleh. Maka dari itu bahwa
keistimewaan Qur`an antara lain : pertama, Qur`an adalah mukjizat,. Kedua,
kepastiannya mutlak. Ketiga, membacanya dianggap ibadah. Keempat, wajib
disampaikan dengan lafalnya. Sedangkan hadis Nabi tidak sama.
Hadis nabawi ada dua macam : pertama, merupakan ijtihad Rasulullah SAW
dan ini bukanlah wahyu. Pengakuan wahyu terhadapnya dengan cara membiarkan,
bila ijtihad itu benar. Kedua, maknanya diwahyukan, sedangkan lafalnya dari
Rasulullah sendiri. Ini termasuk hadis kudsi menurut pendapat yang kuat (Manna
Khalil al-Qattan, 1996:1).

Cara Penyampaaian Wahyu Allah kepada para Rasul


Allah memberikan wahyu kepada para rasul-Nya ada dua macam. Pertama,
melalui perantaraan. Kedua, ada yang tidak melalui perantaraan atau langsung. a)
Melalui perantara, yaitu melalui malaikat Jibril. Malaikat pembawa wahyu. b) Tidak
melalui perantara, yaitu melalui mimpi yang benar dalam tidur. Contoh mimpi yang
benar dalam tidur:

‫ اول ما بدئ به انىبي ص و انرأيا انصانحة فً انىىو فكان‬: ‫عه عائشة رضي هللا عىها قانث‬
)‫ال يري رؤيا إال جاءت مثم فهق انصبح (متفق عهيه‬

9
Artinya : “ Dari Aisyah ra. Berkata: Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi
bagi Rasulullah saw adalah mimpi yang benar diwaktu tidur. Beliau tidaklah
melihat mimpi kecuali mimpi itu datang bagaikan terangnya pagi hari”.

Mimpi yang benar tidak hanya khusus bagi para rasul dan Nabi saja,
melainkan orang awam dan kaum mukminin, sekalipun mimpi itu bukan wahyu.
Seperti sabda Rasulullah saw.

‫ رؤيا انمؤمه‬،‫إوقطع انىحي وبقيث انمبشرات‬


Artinya : ” Wahyu telah terputus, tetapi berita-berita gembira tetap ada, yaitu
mimpi orang mukmin”.

Adapun cara penyampaian wahyu melalui perantara malaikat kepada Rasul


ada dua macam.
Pertama, datang kepadanya suara seperti lonceng dan suara yang amat kuat
yang mempengaruhi faktor kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya siap
menerima pengaruh itu. Cara ini yang paling berat bagi Rasul.
Kedua, Malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki dalam
bentuk manusia. Cara yang demikian ini lebih ringan dari pada cara sebelumnya,
karena ada persamaan antara pembicara dengan pendengar. Dan rasul merasa senang
sekali karena merasa seperti seorang manusia yang berhadapan dengan saudaranya
sendiri (Manna Khalil al-Qattan, 1996:1). Keadaan Jibril menampakkan diri seperti
seorang laki-laki itu tidaklah mengharuskan ia melepaskan sifat kerohaniaannya. Dan
tidak berarti dzatnya berubah menjadi laki-laki. Tetapi yang dimaksudkan ialah
bahwa ia menampakkan diri dalam bentuk manusia tadi adalah untuk menyenangkan
diri Rasulullah sebagai manusia.

Permulaan Wahyu dan Mu`jizat al-Qur`an


Sosok figur dan kepribadian Nabi Muhammad memang sudah dipersiapkan
secara bertahap, suatu masa yang penuh kebimbangan dalam melihat berbagai
kejadian dan visi pandangan yang ada. Disamping itu juga ikut ambil bagian dalam

10
mempersiapkan kematangan jiwanya dimana Jibril berulang kali hadir
memperkenalkan diri. Pertama kali muncul di depan Nabi Muhammad saat ia berada
di Gua Hiro, Jibril minta membaca dan beliau mengatakan tidak tahu. Kemudian
malaikat mengulangi permintaannya tiga kali dan ia menjawab dalam keadaan serba-
bingung dan ketakutan sebelumnya, mengetahui kenabian yang tak terduga dan
pertama kali mendengar al-Qur`an yang berbunyi :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan peraantaraan kalam”.(QS.
Al-Qalam, 96: 1-5)
Setelah ayat tersebut diterima oleh diri Rasulullah, terjadilah sesuatu yang
mengejutkan dengan perasaan dan melihat sesuatu yang tak pernah terlintas dalam
pikirannya tentang tugas tersebut (saleh, 2009: 263). Nabi Muhammad kembali dalam
keadaan gemetar menemui Khatijah minta agar dapat menghibur dan
mengembalikan ketenangan jiwanya (Mm. al-A`zami, 2005:51). Sebagai orang Arab,
tentu ia paham susunan ekspresi syair dan prosa, akan tetapi tak terlintas di otak sama
sekali tentang ayat-ayat wahyu al-Quran yang ia terimanya. Sesuatu yang tak pernah
terdengar sebelumnya serta susunan kata-kata yang tak ada bandingannya (Quraish
Shihab, 1997: 26).
Al-Quran sebagai mukjizat terbesar yang pertama ia terima. Pada suatu waktu
ditempat yang berbeda, nabi Musa diberi mukjizat sinar cahaya memancar dari
tangan, tongkat menjadi ular raksasa sebagai tanda kenabiannya. Berbeda dengan
peristiwa yang dialami Nabi Muhammad dari gua dalam sebuah gunung, malaikat
meminta sibuta huruf agar membacanya. Mukjizatnya bukannya seekor ular naga,
benda logam, kemahiran menyembuhkan penyakit, melainkan kata-kata ajaib yang
tak pernah terlintas ditelinga siapa pun orangnya (Mm. al-A`zami, 2005:51).

Nilai Pendidikan Penurunan Qur`an Secara Berangsur-angsur

11
Agama Islam yang kita ikuti dan dianut oleh ratusan juta kaum muslimin
diseluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya di dunia dan diakhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama yang
esensial, berfungsi memberikan petunjuk kejalan yang benar dan selamat.
Allah berfirman yang artinya, Sesungguhnya al-Qur`an ini memberi
petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya (QS. 17: 9) (Quraish Shihab, 1997: 45).
Al-Qur`an memberikan petunjuk dalam persoalan akidah, syariah, dan akhlak,
dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai persoalan tersebut, dan Allah
SWT menugaskan Rasulullah SAW untuk memberikan keterangan yang lengkap
mengenai dasar-dasar itu. Firman Allahyang artinya:
Kami telah turunkan kepadamu Al-Dzikr (al-Quran) untuk kamu terangkan kepada
manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berfikir”. (QS. 16:
44) (Quraish Shihab, 1997: 45)
Maksud disini adalah bahwa Allah menurunkan Qur`an kepada Nabi
Muhammad SAW untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya Qur`an
merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni
langit dan penghuni bumi. Turunnya Qur`an yang pertama kali pada malam lailatul
qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari para
malaikat akan kemuliaan umat Muhammad. Umat ini telah dimuliakan oleh Allah
dengan risalah baru agar menjadi umat yang paling baik bagi manusia.
Sedangkan turunnya Qur`an yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan
kitab-kitab yang turun sebelumnya. Rasulullah tidak menerima risalah yang besar ini
sekaligus, dan kaumnya pun tidak puas dengan risalah tersebut karena kesombongan
dan permusuhan mereka. Oleh karena itu wahyu juga turun secara berangsur-angsur
untuk menguatkan hati Rasulullah dan menghiburnya serta mengikuti peristiwa dan
kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dengan nikmat-Nya
(Manna Khalil al-Qattan, 1996:145).
Nilai-nilai pendidikan turunnya Qur`an secara berangsur-angsur selama 23
tahun adalah sebagai berikut firman Allah yang artinya,

12
Artinya : ”Dan Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian”. (al-Isra`, 17: 106)
Maksudnya : ayat tersebut menjelaskan turunnya Qur`an itu secara berangsur-
angsur agar kamu membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan teliti,
dan Kami menurunkannya bagian demi bagian sesuai dengan peristiwa dan kejadian
tertentu. Adapun kitab-kitab samawi lain, seperti Taurat, Injil dan Zabur, diturunkan
sekali gus, tidak turun secara berangsur-angsur. Hal ini seperti firman Allah yang
artinya,
”Dan berkatalah orang-orang kafir, ‟ Mengapa Quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?‟. Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya
dan Kami membacakannya kelompok demi kelompok”. (al-Furqon, 25 :32)
Ayat ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang terdahulu itu
diturunkan sekaligus. Dan inilah pendapat jumhur ulama yang dijadikan pegangan
(Manna Khalil al-Qattan, 1996:1). Seandainya kitab-kitab terdahulu turun secara
berangsur-angsur, maka orang kafir tidak akan merasa heran terhadap Qur`an yang
diturunkan secara berangsur-angsur.

Hikmah Qur`an Diturunkan Secara Bertahap


1. Untuk memperkuat hati dan jiwa Rasulullah saw.
Rasulullah SAW telah menyampaikan dakwahnya kepada manusia, tetapi ia
banyak menghadapi sikap mereka yang menantang, membangkang dan watak mereka
yang begitu beringas dan keras. Ia ditantang oleh orang-orang yang berhati keras,
berperangi kasar, dan keras kepala. Mereka senantiasa melemparkan berbagai macam
gangguan dan ancaman kepada Rasulullah. Padahal diri Rasul dengan hati tulus ingin
menyampaikan segala yang terbaik kepada mereka.
Dari kejadian di atas, maka wahyu Allah turun kepada Rasulullah SAW dari
waktu kewaktu sehingga dapat meneguhkan hatinya atas dasar kebenaran dan
memperkuat kemauannya untuk tetap melangkahkan kakinya di jalan dakwah dengan

13
tanpa menghiraukan perlakuan jahil, beringas, dan kasar yang dihadapinya dari
masyarakatnya sendiri, karena yang demikian itu hanyalah merupakan kabut dan
rintangan dimusim panas yang segera akan berakhir (Manna Khalil al-Qattan,
1996:1).
2. Tantangan dan mukjizat
Orang musyrik senantiasa berbuat dalam kesesatan dan kesombongan hingga
melampui batas. Mereka sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud
melemahkan dan menantang untuk menguji kenabian Rasulullah. Mereka juga sering
menyampaikan kepadanya hal-hal batil yang tak masuk akal, seperti menanyakan
tentang hari kiamat, tentang roh dan minta disegerakan azab. Maka turunlah Qur`an
dengan ayat yang menjelaskan kepada mereka segi kebenaran dan memberikan
jawaban yang amat jelas atas pertanyaan mereka.
Contoh firman Allah yang artinya:
Artinya : “ Dan tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu dengan
membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang
benar dan yang paling baik penjelasannya”. (QS. Al-Furqan, 25: 33)
Maksud ayat diatas ialah setiap mereka datang kepadamu dengan pertanyaan
yang aneh-aneh dari banyak pertanyaan yang sia-sia, maka Kami datangkan
kepadamu jawaban yang benar dan sesuatu yang lebih baik maknanya dari pada
pertanyaan yang hanya merupakan contoh sia-sia saja.
Mereka di saat keheranan terhadap turunya Qur`an secara berangfsur-angsur,
maka Allah menjelaskan kepada mereka kebenaran hal tersebut, sebab tantangan
kepada mereka dengan Qur`an yang diturunkan secara berangsur-angsur sedangkan
mereka tidak sanggup untuk membuat yang serupa dengannya. Hal ini akan lebih
memperlihatkan kemukjizatan Qur`an dan lebih efektif pembuktiannya dari pada
kalau Qur`an diturunkan sekaligus lalu mereka diminta membuat yang serupa dengan
itu (Manna Khalil al-Qattan, 1996:1).
3. Untuk mempermudah Hafalan dan Pemahaman

14
Al-Qur`an turun ditengah-tengah umat yang ummi, tidak pandai membaca dan
menulis. Mereka mengandalkan sistem hafalan dan daya ingatan yang tinggi. Mereka
tidak mempunyai pengetahuan tentang tata cara membaca, menulis dan pembukuan
yang dapat memungkinkan mereka dapat menuliskan dan membukukannya,
kemudian menghafal dan memahaminya.
Contoh firman Allah, yang artinya:
” Dialah yang mengutus kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka, dan
mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. ( al-Jumu`ah, 62: 2)
Disini dapat kita renungkan bersama bahwa, Umat yang buta huruf itu
tidaklah mudah untuk menghafal seluruh isi kandungan Qur`an. Seandainya Qur`an
itu diturunkan sekaligus kepada beliau Nabi Muhammad saw, maka apa yang terjadi
yaitu, tidak mudah bagi mereka untuk memahami maknanya dan memikirkan ayat-
ayatnya. Maka turunnya Qur`an secara berangsur-angsur itu merupakan pelajaran
berharga bagi umat Islam dan bantuan terbaik bagi mereka yang ingin untuk
menghafal dan memahami isi kandungan ayat-ayatnya.
Setiap kali turun ayat atau beberapa ayat, maka para sahabat segera menghafal
dan menuliskannya, memikirkan maknanya dan mempelajari hukum-hukumnya.
Tradisi semacam ini sudah menjadi metode pengajaran pada masa sahabat dan
tabi`in.

4. Sesuai dengan Peristiwa yang terjadi dan Pentahapan dalam Penetapan Hukum
Manusia pada masa itu tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada
agama baru. Dan Qur`an menghadapi mereka dengan cara yang bijaksana dan
memberikan kepada mereka obat penawar yang ampuh untuk menyembuhkan mereka
dari kerusakan dan kerendahan martabat. Setiap kali terjadi suatu peristiwa diantara
mereka, maka turunlah hukum mengenai peristiwa itu yang memberikan kejelasan
statusnya, petunjuk dan meletakkan dasar-dasar undang-undang bagi mereka, sesuai

15
dengan situasi dan kondisi, satu demi satu. Dengan cara yang demikian ini
menjadikan obat bagi hati mereka yang beriman (Manna Khalil al-Qattan, 1996:172).
Al-Qur`an pada mulanya meletakkan dasar-dasar keimanan kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari qiyamat. Untuk itu,
Qur`an menegakkan dengan bukti-bukti dan alasan sehingga kepercayaan terhadap
berhala berkurang dari jiwa mereka orang-orang musrik dan sebagai gantinya adalah
akidah Islam.
Kemudian dalam Qur`an juga mengajarkan akhlak mulia, menjelaskan kaidah
halal dan haram yang menjadi dasar agama, dan penetapan hukum bagi umatnya,
kemudian meningkat kepada penanganan penyakit sosial yang sudah mendarah
daging dalam jiwa mereka. Hal-hal tersebut diatas, semua mempunyai dalil berupa
nas al-Qur`an kemudian di jelaskan melalui sunah Rasulullah SAW (Manna Khalil
al-Qattan, 1996:174).

Hikmah Turunnya Qur`an Secara Bertahap dalam Pendidikan


Dalam pendidikan dan pengajaran ada sebuah proses yang harus dilalui, yaitu;
1) Perhatian terhadap tingkat pemikiran pendidikan siswa. 2) perhatian terhadap
pengembangan potensi akal, jiwa dan jasmani siswa dengan potensi yang dapat
membawanya kearah perbaikan dan kebenaran.
Hikmah turunnya Qur`an secara bertahap itu merupakan suatu metode yang
berfaidah bagi kita untuk mengaplikasikan kedua proses tersebut yang harus dilalui.
Sebab turunnya Qur`an secara bertahap dan bersifat alami itu dapat meningkatkan
mutu pendidikan bagi kita umat Islam untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan
prilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya sendiri.
Oleh karena itu jiwa akan tumbuh dengan baik, dan tegak diatas pilar yang kokoh dan
mendatangkan buah dan hasil yang baik bagi kepentingan dan kemaslahatan umat
manusia seluruhnya dengan izin Allah.
Pentahapan turunnya Qur`an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi
jiwa manusia dalam upaya untuk menghafal Qur`an, memahami, mempelajari,

16
memikirkan makna-maknanya dan mengamalkan apa yang ada dalam isi kandungan
Qur`an. Diantara celah-celah turunnya Qur`an yang pertama kali didapatkan perintah
untuk membaca dan belajar dengan alat tulis. Yaitu seperti firman Allah yang artinya
sebagai berikut : ” Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan
kalam”. (QS. Al-Qalam, 96 : 1-5)
Demikian juga dalam turunnya ayat-ayat tentang riba dan warisan dalam
sistem harta kekayaan, serta turunnya ayat tentang peperangan untuk membedakan
secara tegas antara Islam dengan kemusyrikan. Itu semua terdapat tahapan-tahapan
pendidikan yang mempunyai berbagai cara dan sesuai dengan tingkat perkembangan
masyarakat Islam yang sedang dan senantiasa berkembang, dari posisi yang lemah
menjadi kuat dan tangguh (Manna Khalil al-Qattan, 1996:177).
Sistem belajar mengajar yang tidak memperhatikan tingkat pemikiran siswa
dalam tahap-tahap pengajaran, bentuk bagian –bagian ilmu diatas yang bersifat
menyeluruh, dan tidak memperhatikan pertumbuhan aspek-aspek kerpibadian yang
bersifat intelektual, rohani dan jasmani, maka ia adalah sistem pendidikan yang gagal
dan tidak akan memberi hasil terhadap ilmu pengetahuan kepada umat manusia,
selain hanya akan menambah kebodohan, kemunduran dan keterbelakangan wawasan
terhadap siswa, anak didik atau murid.
Seorang pendidik atau guru yang tidak memberikan kepada para siswa dan
muridnya porsi materi pengetahuan yang sesuai, maka akan hanya menambah beban
kepada mereka diluar kemampuan dan kesanggupannya untuk menghafal dan
memahami. Dan berbicara kepada mereka dengan sesuatu yang tidak dapat mereka
jangkau, atau tidak memperhatikan keadaan mereka dalam menghadapi perubahan
yang aneh dan ganjil atau kebiasaan buruk mereka, sehingga ia berlaku kasar, brutal,
dan keras serta menangani urusan tersebut dengan tergesa-gesa, tidak bertahap dan
bijaksana, maka guru yang berlaku demikian ini adalah guru atau pendidik yang telah
gagal. Dia mengubah proses kegiatan belajar mengajar menjadi kesesatan yang

17
membahayakan dan menjadikan proses belajar mengajar yang tidak disenangi siswa
atau murid.
Dengan demikian, petunjuk dari Allah tentang hikmah turunnya Quran secara
bertahap adalah merupakan contoh yang baik untuk menyusun kurikulum dan silabi
pengajaran yang tepat, memilih metode yang cocok dan baik serta menyusun buku
pelajaran yang tepat sasaran (Manna Khalil al-Qattan, 1996:77).

Penutup
Dari beberapa pembahasan yang telah kita sampaikan diatas tentang sejarah
singkat Quran akan membuka cakrawala baru kita semuanya untuk selalu membaca,
mengkaji dan memahaminya isi kandungan al-Qur`an dalam setiap kesempatan waktu
yang ada. Disini dapat kita garis bawahi bahwa Qur`an merupakan wahyu Allah yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dari lauhul
mahfud. Disamping itu juga, Qur`an merupakan sumber dari beberapa ilmu
pengetahuan yang harus selalu digali dengan cermat dan mendalam, karena akan
dapat memunculkan ilmu-ilmu baru setelah diadakan penelitian dan kajian secara
mendalam.
Al-Qur`an Diturunkan secara bertahap selama 23 tahun memberikan inspirasi
pembelajaran bagi umat Islam untuk mudah dihafal dengan baik dan akan selalu
mengikuti pada setiap kasus dilapangan yang dihadapi segera dapat ditemukan
jawabannya dengan pasti dan benar. Kemudian sisi lain dari Al-Qur`an juga
merupakan pedoman bagi seorang pendidik dalam menyampaikan suatu ilmu
pengetahuan kepada siswa, peserta didik, atau murid yang dilakukan secara bertahap
dan benar sesuai dengan tingkat usia anak didiknya.
Demikian gambaran singkat sejarah Quran yang dapat kami sampaikan
kepada para pembaca dan pencinta ilmu pengetahuan. Kemudian penulis berharap
kepada para pembaca artikel ini agar memberikan kritik, saran dan masukan pada isi
makalah ini. Dan akhirnya nanti akan menjadi buah karya ilmiah yang berkualitas
setelah anda memberikan masukan terhadap isi artikel ini.

18
Daftar Pustaka

Depag.RI., al- Qur`an dan Terjemahannya, Jakarta, 1978.

Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, Bulan Bintang,


Jakarta, 1980.
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
kehidupan Masyarakat, Mizan, Bandung, 2009.

M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Quran, Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat


Ilmiah dan Pembicaraan Gaib, Mizan, Bandung, 1997.

Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur`an, Terj. Mudzakir AS, Litera Antar
Nusa, Jakarta, 1996.

Mm. al-A`zami, Sejarah Teks al-Quran dari Wahyu sampai kompilasi Kajian
Perbandingan dengan Perjanjian lama dan Perjanjian Baru, Gema Insani,
Jakarta, 2005.

Nur Faizah, Sejarah al-Quran, Artha Rivera, Jakarta, 2008.

Shaleh, Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnyea Ayat-ayat al-Quran,


Diponegoro, Bandung, 2009.

Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Quran, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996.

19

Anda mungkin juga menyukai