Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang Muslim sekali sepanjang
hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya
mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa
manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah Yang Maha
Agung. Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah tersebut diliputi
dengan penuh kekhusyu'an, Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi

Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak yang mulia.
Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi umat yang satu karena
memiliki persamaan atau satu akidah.. Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun
umrah merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan
memerlukan. kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan. Ibadah
haji Menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah. tenaga serta
waktu untuk melakukannya.

Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun. persatuan dan kesatuan
umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang peserta-
pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka'bahlah yang menjadi simbol kesatuan dan
persatuan.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud Haji?


2. Bagaimana sejarah haji?
3. Apa saja syarat-syarat haji?
4. Apa saja rukun-rukun haji?
5. Apa saja wajib haji?
6. Apa saja sunnah haji?
7. Apa saja larangan haji?
8. Bagaimana cara pelaksanaan haji?
9. Apa hikmah ibadah haji?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji
Haji menurut bahasa berasal dari kata Al-Hajju yang memiliki arti Al- Qasdhu yaitu sengaja tujuan
atau kedatangan. Sedangkan menurut istilah sengaja. datang ke mekkah, mengunjungi ka'bah dan
tempat-tempat lainnya untuk melakukan serangkaian ibadah tertentu dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan Ibadah haji merupakan puncak pencapaian ritual seorang muslim dalam
menjalankan perintah Allah. Di dalam nya terdapat kegiatan lengkap meliputi kegiatan fisik, rohani,
lisan, serta pengorbanan jiwa, waktu dan harta.

‫و ال على الن الناس حج البيت من استطاع إليه سي أيد ومن كفر فإن المغرب من العالمين‬

"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Ali Imron: 97)

‫ حتى كلها ثلنا فقال‬، ‫ فقال رجل أكل عام يا رسول ال فيك‬... ‫أيهالة القد فرض الى فيكمال حج فديوا‬

‫رسول صلى ال عليه وسلم «لول تنقل وجد دول ما استطاعم‬

"Rasulullah SAW berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, "Wahai sekalian manusia, Allah
telah mewajibkan haji hagi kalian, maka berhajilah." Lantas ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?" Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga
tiga kali. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lantas bersabda, "Seandainya aku mengatakan "iya,
maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup." (HR.
Muslim).

Mengenai hukum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib bagi yang mampu. Melaksanakan haji
wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita "nazar" yaitu seorang yang bernazar
untuk haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat, yaitu dikerjakan pada
kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.

B. Sejarah Haji
Pelaksanaan ibadah haji ditetapkan sepenuhnya oleh Rasulullah Saw, berdasarkan petunjuk Allah.
Praktek pengamalannya pada prinsipnya menapaktilasi perjalanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail As.

Setelah Nabi Ibrahim As membangun Baitullah, menyuruh anak cucunya bertempat tinggal
disekitarnya. Sejak itulah orang-orang Arab melakukan haji ke Baitullah dan hal itu dilakukan terus
menerus dengan prinsip beribadah hanya. mengharap ridho Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Sebagaimana ayat berikut

(QS. Al-Baqarah 2:127) "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar
Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kumi),
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

Setelah beberapa abad kemudian, mereka melakukan perubahan tatacara. ibadah haji
sebagaimana dilakukan pada Nabi Musa As. Dengan perubahan itu, mereka mempersekutukan Allah
dengan berhala-berhala, mengangkat berhala di atas Baitullah dan meletakkan di sekelilingnya.
Mereka meminta pertolongan kepada berhala dan menjadikannya sebagai pemeberi syafa'at selain
Allah. Mereka menyembelih hewan qurban untuk berhala dan menyebut nama-nama berhala ketika
menyembelih. Mereka melakukan thawaf dengan telanjang dan sebagian mereka tidak melakukan
waquf di Arafah bersama yang lain, karena mereka merasa derajatnya di atas derajat manusia yang
lain, sebab mereka mempunyai kewenangan mengurus Baitullah.
Hamka menjelaskan dengan lebih detail, yaitu bahwa sebelum negeri Mekkah ditaklukan oleh
Rasulullah dan kaum Muslimin pada tahun ke 8 hijriah, maka pada tahun ke 7 hijriah sudah berlaku
juga umratul qadha, pengganti umrah yang tidak jadi pada tahun ke 6 hijriah, padahal di Mekkah
masih ada berhala, di Ka'bah masih terdapat 360 berhala.

Bahkan di bukit Shafa, masih terdapat berhala Lata sehingga menghalangi orang Islam yang
datang untuk melakukan ritual Sa'i (berjalan cepat antara Shafa dan Marwah). Maka ada sahabat
Rasulullah yang ragu-ragu tentang Sa'i di antara Shafa dan Marwah itu karena melihat masih ada
berhala lata berdiri di sana. Lalu datanglah ayat, bahwa Sa'i di antara Shafa dan Marwah itu tidak ada
halangan diteruskan sebab kita melakukan Sa'i itu semata-mata ibadah karena Allah.

Kerena terdapat berbagai perubahan itulah maka diutuslah Nabi Muhammad Saw, yang dengan
tegas mengatakan bahwasannya kedatangannya adalah hendak membangkitkan kembali ajaran asli
Nabi Ibrahim, ajaran Hanif dan Muslim. Lurus menuju Allah dan berserah diri kepada-Nya. Maka
kedatangan Nabi Muhammad adalah memperkuat kemabli ajaran Nabi Ibrahim itu, menghidupkan
kembali sendi pokok ajaran beliau. Oleh sebab itu, Ka'bah bukanlah semata-mata sebuah rumah.
kuno yang antikdan menjadi sekedar tujuan wisata rohani bagi wisatawan. Oleh sebab itu Nabi
Muhammad Saw meneruskan perintah Allah atas Nabi Ibrahim, agar semua manusia datang ke
tempat itu.

C. Syarat-Syarat Haji

Syarat haji adalah syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk menunaikan ibadah haji. Jika
seseorang tersebut tidak memenuhi syarat haji, maka ia tidak diwajibkan untuk melakukan. ibadah
haji. Berikut adalah syarat-syarat haji:

1. Beragama Islam
2. Berakal sehat
3. Sehat secara jasmani dan rohani. Sehat dan kuat untuk menjalankan ibadah haji, memahami ritual
haji dan kesiapan mental karena ibadah haji merupakan ibadah yang dilakukan selama berhari-hari.
4. Baligh, mencapai usia dewasa
5. Merdeka, bukan seorang budak
6. Mampu, baik secara fisik, mental dan juga materi. Ibadah haji akan membutuhkan biaya
perjalanan yang tidak murah. Jika seseorang harus menjual satu-satunya sumber kehidupan yang
dimiliki, maka hal itu tidak dibolehkan karena akan mendatangkan banyak mudharat bagi seseorang
tersebut dan keluarganya. Selain itu, orang yang ingin melaksanakan ibadah haji juga harus
menyiapkan biaya hidup untuk keluarga yang ia tinggalkan di rumah.
D. Rukun Haji

Rukun haji adalah perbuatan yang harus dikerjakan yang tidak boleh digantikan dengan satupun.
Sehingga jika tertinggal salah satunya mengakibatkan tidak sah hajinya. Sedangkan wajib haji ialah
sesuatu yang harus dikerjakan namun bila tertinggal salah satunya karena sesuatu hal, boleh diganti
dengan membayar dam (denda yang harus dibayarkan ditunaikan sesuai dengan ketentuan yang
telah tercapai)
Rukun haji ada enam, yaitu:

1. Ihram
Ihram adalah berniat mulai mengerjakan haji atau umrah, dengan memakai pakaian ihran (warna
putih). Pakaian ihram laki-laki tidak berjahit, namun bagi wanita boleh berjahit.

2. Wuquf di Arafah
Wuquf adalah berhenti (hadir) di padang Arafah pada waktu yang ditentukan, yang mulai dari
tergelincir matahari (waktu zhuhur) tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbit. fajar tanggal 10 Dzulhijjah.
Artinya orang yang sedang mengerjakan haji itu wajib berada di padang arafah pada waktu tersebut.
Dalam sebuah sabda Rasulullah Saw, diterangkan
"Dari Abd al-Rahman bin Ya mur, bahwasannya orang-orang Nejd telah datang kepada Raulullah Saw,
sewaktu beliau sedang wuquf di Arafah. Mereka bertanya kepada beliau, maka beliau kemudian
menyuruh orang supaya mengumumkan "Haji iti Arafah." Artinya, yang terpenting urusan haji iaslah
hadir di Arafah. Barangsiapa yang datang pada malam sepuluh sebelum terbit fajar, sesungguhnya ia
telah mendapat waktu yang sah" (HR. Lima Ahli Hadits).
Dari hadits tersebut, bahwasannya kehadiran di padang Arafah pada waktu-waktu yang telah
ditentukan itu penting, karena inti haji adalah Arafah. Dan Wuquf inilah yang menjadi pokok
perbedaan haji dengan umrah, bahwa dalam pelaksanaan ibadah umrah tidak diharuskan melakukan
wuquf di Arafah.

3. Thawar
Thawaf ialah mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali. Thawaf rukun/thawaf yang merupakan rukun
haji ini dinamakan Thawaf Ifadhah.
Cara melakukan thawaf ialah: Pertama, harus suci dari hadats dan najis. Kedua, menutup aurat.
Ketiga, Ka'bah berada di sebelah kiri orang yang thawaf Keempat, memulai thawaf dari Hajar al-
Aswad (batu hitam) yang ada di salah satu sudut
Ka'bah yang dinamakan Rukun Yamani, dengan cara menyapunya (kalau dapat. bahkan
bolehmenciumnya, namun kalau tidak dapat cukup dengan melambaikan tangan sewaktu berada di
arah Hajar al-Aswad tersebut). Kelima, thawaf itu dilakukan tujuh kali (dari Hajar al-Aswad ke Hajar
al-Aswad terhitung satu kali). Keenam, melakukan thawaf hendaknya berada berada di dalam Masjid
al-Haram. Sewaktu Thawaf membaca: "Mahasuci Allah, segala puji bagi-Nya, tiada Tuhan melainkan
Allah, Allah Maha Besar, tiada dava dan kekuatan kecuali dari Allah".

4. Sa’i
Sa'i ialah berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. dimulai dari Shafa
dan diakhiri di Marwah. Dimana pada saat ini, jarak di antara dua bukit ini telah dibuatkan
penghubung berupa atap dan berlantai marmer, sehingga orang-orang yang melakukan sa'i tidak lagi
merasa kepanasan oleh teriknya matahari./

5. Tahallul
Tahallul ialah penghalalan atas beberapa larangan dalam ibadah haji dengan cara menggunting
rambut minimal tiga helai. Tahallul ada dua macam, yaitu Tahallul pertama adalah penghalalan atas
beberapa larangan haji seperti bolehnya melepas pakaian ihram, menggunting kuku, memakai
wangi-wangian, menutup kepala. Setelah tahallul pertama, pelaksanaan rukun haji telah selesai,
namun wajib hajinya belum selesai. Tahallul kedua adalah penghalalan atas keseluruhan larangan
dalam ibadah haji, seperti melakukan akad nikah.

6. Tertib
Yaitu menertibkan urutan pelaksanaan rukun, yang dahulu didahulukan, yang kemudian
dikemudiankan, seperti melakukan thawaf lebih didahulukan daripada melakukan sa'i dan
seterusnya..

E. Wajib Haji

Adapun wajib haji ada tujuh, yaitu:

1.Ihram dari miqat


Miqat ada dua macam, yaitu miqat zamani dan miqat makani. Miqat zamani, adalah waktu berniat
haji, yakni sejak awal bulan Syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Miqat makani adalah
tempat-tempat yang telah ditentukan untuk melakukan ihram, seperti Yamlam, Dzulhulaifah, Juhfah,
Qarn al-Manazil, Dzatu Irqin, Birr Ali, Jeddah dan lain-lain.
Secara lebih terperinci, Sulaiman Rasyid menerangkan mengenai miqat makani ini sebagai berikut:

a) Mekkah aialah miqat bagi orang-orang yang tinggal di Mekkah. Maka penduduk Mekkah yang
hendak berhaji, hendaklah mereka ihram dari rumah. masing-masing.
b) Zulhulaifah adalah miqat bagi orang-orang yang datang dari arah Madinah dan negeri-negeri yang
sejajar dengan Madinah.
c) Juhfah adalah miqat bagi orang-orang yang datang dari Mesir, Maghribi dan negeri-negeri yang
sejajar dengannya. Juhfah itu sendiri merupakan kampong di antara Mekkah dan Madinah yang kini
telah lenyap. Oleh karena itu miqat ditentukan di kampong yang dekat dengannya yaitu kampong
Rabig.
d) Yalamlam adalah suatu bukit, miqat bagi orang yang datang dari arah Yaman, Indian, Indonesia
dan negeri-negeri yang sejajar dengannya.
e) Qarnul Manazil adalah miqat bagi orang yang datang dari arah Najd serta negeri-negeri yang
sejajar dengannya.
F) Dzatu Irqin adalah miqat bagi orang yang datang dari arah Iraq dan negeri- negeri yang sejajar
dengannya.
g) Bagi orang yang tinggal di daerah antara Mekah dan miqat-miqat tersebut diatas, maka miqat
mereka adalah di daerahnya masing-masing.

2. Bermalam di Muzdalifah
Maksudnya adalah setelah melakukan wuquf di Arafah, para jama'ah melakukan perjalanan menuju
Muzdalifah dan malam itu (malam 10 Dzulhijjah) hendaknya bermalam di Muzdalifah, jangan
melanjutkan perjalanan (karena yang melanjutkan dikenakan denda/dam), Yang dilakukan di
Muzdalifah di waktu malam itu adalah mencari/mengambil batu-batu kerikil dengan menggunakan
lentera atau lampu senter untuk melontar jumrah di Mina keesokan harinya.

3. Melontar Jumrah al-Aqabah


Melontar jumrah adalah melempar suatu jumroh yang dinamai Jumrah al-Aqabah. Penentuan miqat
ini ditetapkan oleh Rasulullah. Namun, karena situasi dan kondisi dan demi kenyamaruan jama'ah
haji, maka ketentuan berikutnya diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi dan sewaktu-waktu dapat
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi.
Jumrah ada tiga, berbentuk tiga buah tugu sebagai pelambang syaitan (yang dulu menggoda Nabi
Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar. Yaitu sewaktu Ibrahim hendak menyembelih Ismail atas perintah Allah.
Ketiganya digoda oleh syaitan agar tidak melakukannya, namun ketiga orang tersebut tidak tergoda
dan masing-masing melempari syaitan dengan batu sebanyak tujuh lontaran batu kerikil. Pelontaran.
terhadap Jumrah al-Aqabah ini dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah yakni di hari Raya Idul Adha

4. Melontar Tiga Jumrah


Ketiga jumrah dilontar masing-masing dengan tujuh buah batu kerikil, yang dilakukan pada hari
Tasyrik, yakni tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah. Pelontaran terhadap ketiga jumrah itu hendaknya
berurutan, mulai Jumrah al-Ula, kemudian Jumrah al-Wushta dan terakhir Jumrah al-Aqabah.

5. Bermalam di Mina
Yaitu bermalam di Mina selama tiga hari, yaitu dihari-hari tasyriq, tempat dimana terletak ketiga
jumrah. Jarak Mina dengan Mekkah sekitar 5km, dalam sebuah hadits yang yang diriwayatkan oleh
Aisyah Ummul Mukminin, la berkata: "Rasulullah Saw, telah tinggal di Mina selama hari tasyriq,
beliau melontar jumrah apabila matahari telah cenderung ke sebelah Barat, tiap-tiap jumrah dilontar
dengan tujuh batu kerikil" (HR. Ahmad dan Abu Daud).

6.. Thawaf Wada


Yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali, sebagaimana cara melakukan Thawaf Ifadhah. Thawaf
Wada ini adalah thawaf perpisahan sebagai symbol perpisahan melakukan ibadah haji. Setelah itu
para jama'ah haji melakukan tahallul kedua, yang merupakan pembebasan atas seluruh larangan haji

7. Meninggalkan larangan haji


Yaitu menjauhkan diri dari segala larangan (muharramat) dalam pelaksanaan ibadah haji.

F. Sunnah Haji

Adapun beberapa kesunatan dalam haji adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Haji Ifrad, yaitu melakukan haji saja tanpa disertai dibarengi dengan umrah.
2. Membaca doa talbiyah (bagi laki-laki dengan suara keras, bagi perempuan sekedar didengar oleh
dirinya sendiri) selama dalam ihram sampai melontar jumrah al-aqabah pada hari raya haji.
Bacaannya sebagai berikut: "Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu, ya Allah
aku memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji bagl-Mu dan nikmat adalah dari-Mu,
Engkaulahyang menguasai segala sesuatu, tiada sekutu bagi-Mu"
3. Berdoa setelah membaca talbiyah, yakni dengan meminta keridhaan Allah, supaya diberi surga dan
meminta perlindungan kepada-Nya dari siksa api neraka.
4. Membaca dzikir sewaktu thafaf (sewaktu di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad), sebagaimana
yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, yaitu membaca doa sapujagat: "Ya Allah berilah kebaikan kepada
kami di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka".
5. Shalat dua rakaat sesudah thawaf
6. Memasuki Ka'bah sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
bahwasannya Nabi Saw telah bersabda: "Barang siapa vang masuk ke Baitullah (Ka'bah), ia telah
masuk ke dalam kebaikan, serta ia keluar mendapat ampunan" (HR. al-Baihaqy).
G. Larangan Haji

Beberapa larangan dan konsekuensi denda karena melanggar larangan adalah


sebagai berikut:

1. Memakai pakaian yang berjahit (bagi kaum pria).


2. Menutup kepala (bagi kaum pria).
3. Menutup muka dan telapak tangan (bagi perempuan).
4. Memakai wangi-wangian setelah ihram (baik laki-laki maupun perempuan).
5. Menghilangkan rambut atau bulu badan yang lain.
6. Memotong kuku.
Terhadap pelanggaran atas keenam larangan haji di atas dikenakan denda masing-masing dengan
memilih alternative di antara tiga hal, yaitu menyembelih seekor kambing yang sah untuk qurban,
atau puasa tiga hari, atau bersedekah tiga gantang (9,3 liter) makanan kepada enam orang miskin.
Hal ini didasarkan atas firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 196 "Dan sempurnakanlah ibadah
haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka
(sebelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum. korban
sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah tas berfidyah, yaitu berpuasa atau bersedekah atau
berkorban. Apabila kamu telah merasa aman, maka hagi siapa yang ingin mengerjakan umrah
sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih), korban yang mudah didapat tetapi jika
ia tidak menemukan (hinatang korban atau tidak mamтри). Maka wajib berpuasa tiga hari dalam
masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kumu telah berpulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang
sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak
berada di (sekitar) Majidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekkah). Dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya."
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa suatu ketika seseorang mengadu kepada Rasulullah Saw
bahwa kepalanya sakit sewaktu beribadah. Kemudian Rasulullah Saw bersabda: "Cukurlah rambutmu
itu dan sembelihlah seekor kambing, kalau tidak puasalah tiga hari ataubersedekah tiga gantang
korma kepada enam orang miskin" (HR.Ahmad dan Muslim).
7. Mengadakan akad nikah (nikah, menikahkan atau menjadi wakil dalam akad nikah). Bagi orang
yang melanggar, maka hajinya tidak sah dan harus mengulang tahun depan.
8. Bersetubuh
Hal tersebut berarti melanggar haji, maka tidak sah hajinya dan harus menyembelih seekor kambing
(menurut dalil yang kuat).
9. Berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan. Bagi pelanggar larangan haji
ini wajib menggantikan hewan yang senilai dengan binatang yang diburu dibunuhnya, atau
membayar dengan harga yung senilai dengan binatang yang diburu dibunuhnya tersebut kemudian
dibelikannya makanan untuk orang-orang miskin atau berpuasa sebanyak harga binatang tadi, tiap-
tiap seperempat gantang makanan berpuasa satu hari.
H. Cara Pelaksanaan Haji

Ada tiga macam cara melaksanakan ibadah haji, yaitu:

1. Haji Ifrad, yaitu mendahulukan pelaksanaan ibadah haji kemudian mengerjakan ibadah umrah.
Cara pelaksanaan ibadah haji ini lebih baik daripada cara ibadah haji yang lain. Pelaksanaan cara ini
dihukumkan sunnah, dan tidak terkena dam/denda. Hanya saja pelaksanaannya membutuhkan
waktu dan tenaga ekstra, karena harus menyelesaikan haji. terlebih dahulu, baru kemudian
melakukan ibadah umrah.
2. Haji Qiran, yaitu mengerjakan ibadah haji dan umrah secara berbarengan (serentak) Cara ini
dikenakan dam/denda dengan menyembelih seekor kambing yang sah untuk qurban, atau berpuasa
sepuluh hari (tiga hari sewaktu masih melakukan ihram sampai hari raya haji, tujuh hari dilakukan
bila telah sampai di negeri masing-masing).
3. Haji Tamattu, yaitu mendahulukan melakukan ibadah umrah daripada ibadah haji (di waktu musim
haji).

I. Hikmah Ibadah Haji

Hikmah haji dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:

1. Aspek historis-geografis
Ditinjau dari segi ini, ibadah haji mengandung pelajaran untuk menghargai jasa-jasa para pendahulu,
yaitu para Nabi terdahulu. Bahwa diutusnya Rasulullah dan salah satu syariatnya adalah ibadah
hamenunjukkan penghargaan dan pelanjut kebrlangsungan ajaran dan jasa- jasa perjuangan Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail serta Siti Hajar, yang telah mendirikan rumah ibadah pertama di muka bumi
bagi manusia.
Perjuangan berat ketiga pendahulunya itu dilestarikan bukan dalam bentuk prasasti atau
peninggalan-peninggalan bentuk fisik, namun dengan. menapaktilasi perjalanan para pendahulunya,
yaitu diwujudkan dengan perilaku perbuatan ibadah, sehingga orang yang menunaikan ibadah haji
dapat meraskan langsung perjuangan berat dalam menunaikan ibadah haji yang pelaksanaannya
disamakan dengan jihad fisabilillah.
Di samping itu, dalam melaksanakan ibadah haji dapat secara langsung melihat dan merasakan
medan perjuangan Nabi Saw dan para sahabat dalam menegakkan agama Allah. Menaklukan medan
yang berat, yang terdiri dari luasnya padang pasir yang kering dan tandus. Dengan demikian, akan
dapat memotivasi setiap bentuk amaliah ibadah seberat apapun, hendaknya dilakukan dengan tahah
dan penuh kesabaran, serta selalu penuh harap mendapat pertolongan Tuhan.

2. Aspek sosiologis
Ibadah haji diperuntukkan bagi seluruh umat Islam sedunia dari berbagai kultur dan ras. Sehingga
akan dapat dirasakan keragaman budaya. umat Islam yang diikat dalam satu kesatuan aqidah Islam.
Akan terlihat pula betapa Islam mengajarkan egalitarianism, persamaan derajat HAM. Maka wajar
jika Ka'bah dilambangkan sebagai pemersatu dunia. Banyak orang juga menyebutkan bahwa
pelaksanaan ibadah haji merupakan kongres dunia.
Dengan demikian orang yang telah berhaji adalah orang yang telahmemiliki pengalaman tingkat
dunia, telah memiliki wawasan yang luas, karena telah melihat berbagai macam corak kebudayaan
dunia luar. Maka wajar pula jika para haji setelah pulang ke negerinya masing-masing menjadi orang
yang dihormati dan mendapat tempat yang tinggi dalammasyarakat namun tetap menjadi orang
yang tawadhu karena menghayati pakaian yang dikenakan sewaktu ibadah haji adalah warna pakaian
yang akan dikenakan sewaktu berakhir hidupnya. Kafan yang berwarna putih, akan dapat
mengingatkan bahwa manusia manakala menghadap Allahkelak, atribut apapun yang disandangya di
dunia ini akan ditinggalkan, hanya ketaqwaan yang akan diperhitungkan di hadapan Allah SWT.
3. Aspek pedagogis
Ibadah haji dapat mendidik manusia untuk meningkatkan amal perbuatan menjadi lebih baik.
Dengan melakukan ibadah haji, manusia dapat mengambil I'tibar (penjelasan) atas berbagai
pengalaman yang ditemuinya untuk selalu melakukan introspeksi dan evaluasi diri, sehingga dirinya
tidak merasa sebagai orang terbaik, karena ternyata kebaikan yang ada pada dirinya juga didapatkan
pada orang lain, bahkan mungkin orang lain itu lebih baik dari dirinya.
Dengan ibadah haji akan memunculkan suatu sifat utama dengan selalu menghargai orang lain dan
mencintainya, sebagaimana menghargai dan mencintai dirinya sendiri. Pada dirinya akan tertanam
suatu sikap menghargai, yang pada akhirnya akan tercipta suasana penuh kedamaian. dalam
kebersamaan. Ibadah haji yang dilaksanakan dengan penuh ikhlas karena Allah SWT akan
memberikan makna penyucian diri secara maksimal.

4. Aspek ekonomis
Ibadah haji merupakan ibadah maliah, karena umtuk melaksanakan ibadah haji dibutuhkannya biaya
yang cukup besar. Maka secara langsung maupun tidak langsung, jumlah calon haji yang berangkat
dapat dijadikan sebagai indikasi kesejahteraan masyarakat negeri bersangkutan. Dengan
melaksanakan ibadah haji, maka cukup banyak sector ekonomi masyarakat tergerak dinamis
sehingga dapat menambah kesejahteraan ekonomi mereka, mulai dari masyarakat di negeri sendiri
juga kemakmuran masyarakat negeri Mekkah Mukarramah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-hajj secara etimologi berarti tujuan, maksud dan menyengaja. Dalam arti terminology, haji berarti
bermaksud dengan sengaja mengunjungi Baitullah (Ka'bah) menurut syarat-syarat dan rukun-rukun
yang tertentu, karena memenuhi panggilan Allah semata. Hukum melaksanakan ibadah haji hanyalah
diwajibkan sekali dalam seumur hidup manusia.
Rukun haji adalah perbuatan yang harus dikerjakan yang tidak boleh digantikan dengan satupun.
Sehingga jika tertinggal salah satunya mengakibatkan tidak sah hajinya. Sedangkan wajib haji ialah
sesuatu yang harus dikerjakan namun bila tertinggal salah satunya karena sesuatu hal, boleh diganti
dengan membayar dam, Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun dan wajib haji.

B. Saran
Bagi umat islam yang hendak melaksanakan ibadah haji, sebaiknya mempersiapkan diri baik secara
fisik maupun mental atau spiritual sebab ibadah haji merupakan ibadah yang sangat menuras tenaga
di samping mental dan batin.

DAFTAR PUSTAKA

Aden Rosadi, Ibadah Haji di Indonesia, (Bandung: CV. Arvino Raya, 2011) Abi Bakar Bin Syayid
Muhammad Syatho, Syeh. Khasiyah l'anatuth Tholibin Darul Ihya

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra

Iman KH. Ma'rifat. dkk. 2012. Ibadah Akhlak untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta: Uhamka Press.

Abi Zakaria Al-Anshori, Hasiyah Asy-Syarqowi Darul Fikri, Bairut, 1996

Abi Zakaria Muhyidin Yahya Bin Syaraf An-nawawi, Minhaj Syarah Shohih

Muslim,

Abidin, Slamet. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Ash shiddieqy. Teungku Muhammad Hasbi. 1998. Pedoman Haji.

Rahman, Nandi. 2002. Ibadah Akhlak, Jakarta: Uhamka Press.

Rasyid, H. Sulaiman. 1954. Figih Islam. Jakarta: Attahiriyah.

https://www.gramedia.com/literasi/haji

Anda mungkin juga menyukai