Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ADVOKASI PROGRAM PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN


OSTEOPOROSIS

Di Susun Oleh :
dr. Desi Susanti
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang menjadi tanggung jawab setiap orang, keluarga dan masyarakat serta
didukung oleh pemerintah. Tujuan Pembangunan Kesehatan seperti yang
diamanatkan dalam undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
yang merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan harus ditingkatkan secara terus menerus untuk
memelihaara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, bisa dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Saat manusia mulai memasuki usia lanjut, akan banyak penyakit yang
mulai menyerang. Ini dikarenakan pada saat manusia masuk dalam fase itu, fungsi
kekebalan didalam tubuh manusia mulai menurun.
Usia harapan hidup bangsa Indonesia hanya sekitar 46 tahun dan pada
tahun 1990 menjadi 61 tahun untuk laki-laki, dan 64 tahun untuk wanita. Sebagian
besar lansia mengalami berbagai penyakit yang disebabkan oleh penurunan fungsi
tubuh akibat pertambahan usia salah satunya adalah osteoporosis.
Osteoporosis merupakan salah satu masalah kesehayan di dunia seperti
yang dinyatakan oleh WHO (World Health Organization). Pada lansia yang
menderita osteoporosis, tulang menjadi tipis dan rapuh yang pada akhirnya bisa
menyebabkan patah. Data dari International Osteoporosis Foundation (IOF)
menyebutkan bahwa di seluruh dunia satu dari tiga wanita dan satu dari delapan
pria yang berusia diatas 50 tahun, memiliki resiko patah tulang akibat
osteoporosis.
Kurangnya perhatian masyarakat tentang pemeliharaan tulang dan
kesadaran mengenai osteoporosis mengakibatkan tingginya penderita osteoporosis
khususnya lansia. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kebugaran tubuh lansia
serta mencegah memburuknya penyakit osteoporosis yang diderita lansia
berencana melaksanakan kegiatan cek kesehatan, kepadatan tulang, talkshow serta
senam osteoporosis. Kegiatan-kegiatan ini perlu diadakan sebagai upaya
pencegahan dan penanganan osteoporosis pada lansia.

B. Tujuan Umum
Masyarakat Indonesia dapat mengetahui dampak bahaya dari penyakit
osteoporosis sehingga dapat dilakukan pencegahan sebelum terjadinya penyakit
osteoporosis. Setelah dilakukan cek kesehatan, kepadatan tulang, pendidikan
kesehatan (talkshow) dan senam osteoporosis pada lansia diharapkan mampu
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta tercapainya mutu kehidupan
untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna.

C. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan mengerti pentingnya kesehatan pada usia lanjut
2. Mengetahui dan mengerti tentang osteoporosis
3. Mengetahui dan mengerti manfaat senam osteoporosis
4. Menerapakan gerakan senam osteoporosis dalam kehidupan sehari-hari
5. Mengetahui pencegahan sebelum terjadinya osteoporosis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Pada Usia Lanjut


Lanjut usia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap manusia. Pada tahap ini manusia
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, dimana terjadi
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah
merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa
tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan keberadaannya.
Partisipasi Lansia dalam aktivitas fisik yang teratur atau program latihan
fisik yang terstruktur sangat disarankan dan mempunyai banyak manfaat.
Perbaikan cara berjalan, keseimbangan, kapasitas fungsional tubuh secara umum,
dan kesehatan tulang dapat diperoleh melalui latihan. Untuk dapat menghadapi
lanjut usia yang dapat menikmati hidupnya dan tetap terjaga baik kesehatan
maupun kebugarannya maka lansia harus melakukan aktivitas olahraga yang
teratur,melakukan pola hidup yang sehat, istirahat ,tidak merokok dan
pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Salah satu usaha untuk mencapai kesehatan dengan berolahraga sehingga
bagi lanjut usia untuk dapat memperoleh tubuh yang sehat salah satunya harus
rutin melakukan aktivitas olahraga. Dengan berolahraga secara teratur merupakan
satu alternatif yang efektif dan aman untuk meningkatkan atau mempertahankan
kebugaran dan kesehatan jika dikerjakan secara benar.
Aktivitas yang bersifat aerobik cocok untuk lanjut usia antara lain yaitu
Jalan kaki, senam aerobic low impac, senam lansia, bersepeda, berenang dan lain
sebagainya. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia ditujukan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis
sesuai dengan martabat kemanusiaan.

B. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi
rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan
mikroarsitektur (bentuk mikro/terhalus) jaringan tulang yang mengakibatkan
menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga
menyebabkan tulang mudah patah.
Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang
mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi
kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus
mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami
pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel.
Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami
proses penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan
dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan
peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin tua
Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan
makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan
bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan
terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis

C. Pencegahan osteoporosis
Upaya pencegahan osteoporosis hendaknya memperhatikan kondisi
puncak massa tulang, dimana kondisi tersebut optimal pada masa dewasa muda.
Dengan tercapainya puncak massa tulang optimal pada masa dewasa muda,
osteoporosis yang mungkin timbul pada usia tua akan lebih ringan.
Pada umumnya puncak massa tulang akan tercapai pada usia 20 sampai 30
tahun, setelah itu akan menurun penyebab utamanya adalah proses penuaan,
absorbsi kalsium menurun dan fungsi para tiroid meningkat. Kejadian oestoponia
pada wanita dengan hipoestrogen akan menyebabkan kehilangan jaringan tulang
pada wanita 2-3% pertahun pada masa perimenipause dan hal ini berlangsung
terus menerus sampai 5-10 tahun pasca menapause, sehingga mencapai ambang
patah tulang. Setelah usia 65 tahun memasuki usia geriatri tetap terjadi
kehilangan massa tulang dengan kecepatan yang lebih rendah.

Grafik 2. Puncak Massa Tulang Pada Wanita dan Laki – laki.

Sumber : A. Rachman Irchamsyah. Menopause Pada


Wanita dan Osteoporosis, Seminar sadar Dini Cegah
Osteoporosis Menuju Masyarakat Bertulang Sehat,
Jakarta, 2005.

Faktor penting yang menentukan puncak massa tulang adalah: 1) Status


hormonal, 2) Asupan kalsium, 3) Aktivitas fisik, 4) Faktor genetik dan
konstitusional (ras, jenis kelamin, dan lain-lain). Karena faktor genetik dan
konstitusional tidak mungkin dimanipulasi, maka faktor lainnya, seperti nutrisi
dengan asupan kalsium yang cukup, aktivitas fisik, vitamin D dan sinar matahari
merupakan hal penting untuk dimanfaatkan dalam pengobatan osteoporosis,
disamping memperbaiki gaya hidup seperti tidak merokok dan tidak
mengonsumsi alkohol.
Massa tulang optimal pada masa dewasa harus diusahakan agar tercapai
dengan menjamin asupan nutrisi yang mengandung cukup kalsium selama masa
kanak-kanak sampai pada saat terhentinya pertumbuhan tulang. Latihan fisik yang
teratur juga penting untuk meningkatkan massa tulang selama masa pembentukan
tulang. Setelah puncak massa tulang tercapai, pada masa dewasa, maka asupan
kalsium yang adekuat, latihan fisik yang teratur harus tetap dipertahankan selama
hidup.
D. Gizi
Tabel berikut ini menggambarkan kebutuhan minimal asupan kalsium
untuk setiap orang per hari dan tabel kandungan kalsium per 100 gr bahan
makanan, akan tetapi kita juga harus tetap memperhatikan faktor- faktor yang
dapat menghambat penyerapan kalsium dalam usus, seperti; makanan yang
memiliki serat berlebih, makanan yang memiliki protein tinggi (daging kambing,
daging ayam, dan lain-lain), konsumsi fosfor yang berlebih (melebihi 1500 mg,
seperti; soft drink, ikan tuna, daging), garam, kebiasaan merokok, kopi dan
alkohol.
Tabel 1 Kebutuhan kalsium perhari untuk berbagai usia.
Usia Kalsium (mg/hr)
Bayi dan anak – anak
0 – 6 bulan 300 – 400
7 – 12 bulan 400
1 – 3 tahun 500
4 – 6 tahun 600
7 – 9 tahun 700
Remaja
10 – 18 tahun 1300
(khususnya pada masa pertumbuhan)
Perempuan
19 tahun – menopause 1000
Setelah menopause 1300
Hamil 1200
Menyusui 1000
Laki – laki
19 – 65 tahun 1000
> 65 tahun 1300
Sumber : FAO/WHO : Human Vitamin and Mineral Requirements, 2002 (Data berdasar pengelompokan di Eropa Barat,
Amerika, dan Kanada)

Sumber lain ( J. Frisco, Donald. November 1999) menyebutkan Asupan kalsium yang dianjurkan untuk untuk
usia >50 tahun (wanita postmenopause), 1500 mg kalsium/hari, dengan 400-800 i.u. vitamin D. Untuk Usia
25-50 tahun (wanita premenopause), 1000 mg kalsium /hari, dengan 400 i.u. vitamin D
Tabel 2. Daftar Kandungan Kalsium per 100 gr bahan makanan.
No Kelompok Bahan Makanan Bahan Makanan Mg Ca / 100 gr
Bahan
1 Susu dan produknya Susu sapi 116
Susu kambing 129
Asi 33
Keju 90 – 1180
Youghurt 150
Susu pabrik 1450 – 2000
(Kalsium)
2 Ikan Teri kering 1200
Rebon 769
Teri segar 500
Sarden kaleng 354
(dengan tulang)

3 Sayuran Daun pepaya 353


Bayam 267
Sawi 220
Brokoli 110
4 Kacang – kacangan dan hasil Kacang panjang 347
olahannya Susu kedelai (250 250
ml) 129
Tempe 124
Tahu
5 Serealia Jali 213
Havermut 53

Sumber : Sayogo, Savitri, Osteoporosis dan Gizi, Seminar Sadar Dini Segah
Osteoporosis Menuju Masyarakat Bertulang Sehat, Jakarta 17 September 2005.
Pencegahan Ada tiga faktor penting untuk menjaga kesehatan tulang,
antara lain:
1. Cukupi asupan kalsium yang dapat ditemukan pada susu, kacang almond,
brokoli, bayam, kubis, ikan salmon kalengan dengan tulangnya, ikan sarden
dan kacang-kacangan dan tahu.
2. Cukupi asupan vitamin D yang dapat ditemukan pada minyak ikan tuna dan
sarden serta kuning telur. Akan tetapi, sebaiknya menggunakan suplemen
vitamin D untuk memenuhi kebutuhan vitamin D.
3. Berolahraga secara teratur

E. Manfaat senam osteoporosis


Senam osteoporosis yaitu kegiatan yang merangsang kekuatan otot, tulang
dan latihan yang biasanya ditambah beberapa bentuk permainan-permainan untuk
meningkatkan koordinasi, keseimbangan dan kelenturan. Senam osteoporosis
merupakan kombinasi beberapa jenis latihan yang bersifat aerobik dengan
benturan ringan, latihan kekuatan dengan menggunakan beban di kedua tangan,
latihan keseimbangan dan latihan pernafasan.
Senam merupakan salah satu alternatif yang efektif, mudah, sederhana,
murah dan luas jangkauannya dalam meningkatkan kesehatan lanjut usia dan
mencegah terjadinya Osteoporosis.
Sebagian orang beranggapan bahwa osteoporosis lebih efektif dicegah
lewat asupan kalsium yang tinggi. Padahal, senam dengan gerakan sederhana
ternyata cukup manjur untuk menguatkan tulang dan persendian. Salah satu
senam yang efektif menjaga kesehatan tulang itu ialah senam osteoporosis.
Gerakan aerobik pada senam osteoporosis yang berbeban berat badan akan
bermanfaat pada kepadatan tulang punggung, pinggang dan pinggul, dan bila
latihan tersebut dilakukan dengan duduk dikursi akan aman untuk sendi panggul
dan sendi lutut. Latihan kekuatan otot dengan menggunakan beban di kedua
tangan masing-masing beratnya 0,5 – 1 Kg akan bermanfaat mengurangi resiko
patah tulang pada pergelangan tangan.
Latihan keseimbangan mencegah usia lanjut agar tidak mudah jatuh
latihan ini harus dilakukan dengan hati-hati benar dan perlahan-lahan. Latihan
pernafasan sangat baik dilakukan karena menghirup oksigen yang banyak ke
dalam otot-otot, pembuluh darah, kepala/otak, jantung dan paru-paru, yang akan
menambah ketenangan dalam menjalani kehidupan atau aktivitas sehari-hari dan
menambah energi, serta pengendalian stress.
Ditegaskan bahwa melakukan senam osteoporpsis juga dapat menjaga
postur tubuh, menjaga kelenturan dan pergerakan otot, meningkatkan kerja
jantung dan paru-paru, menjaga keseimbangan tubuh, melatih koordinasi anggota
gerak.

F. Aktifitas Fisik dan Gerakan senam osteoporosis dalam kehidupan


sehari-hari
Senam pencegahan osteoporosis ditujukan untuk meningkatkan densitas
tulang (kepadatan massa tulang), dan senam osteoporosis ditujukan kepada Pasien
osteoporosis untuk mencegah terjadinya patah tulang & meningkatkan densitas
tulang (kepadatan massa tulang).
Berikut ini adalah jenis-jenis latihan fisik yang boleh dilakukan serta tidak
boleh dilakukan oleh pasien osteoporosis :

1. Empat Jenis Latihan Fisik Yang Boleh Dilakukan


a) Lakukan latihan fisik jalan kaki secara teratur, dengan kecepatan minimal 3
mph (4,5 km) per jam selama 50 menit, 5 kali seminggu.
b) Lakukan latihan untuk kekuatan otot, menggunakan beban bebas (dumbel
kecil) atau dengan mesin latih beban. Latihan ini ditekankan untuk melatih
daerah panggul, paha, punggung, lengan, pergelangan tangan dan bahu.
c) Lakukan latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kelincahan
d) Lakukan latihan ekstensi punggung, latihan ini dilakukan dengan cara
duduk di kursi serta melengkungkan punggung ke belakang.

2. Empat Jenis Latihan Fisik Yang Tidak Boleh Dilakukan


a) Jangan lakukan latihan fisik yang memberikan benturan dan pembebanan
pada tulang punggung, seperti : melompat, senam aerobik benturan keras,
jogging atau lari.
b) Jangan membungkukan badan kedepan dari pinggang dengan punggung
melengkung (spinal flexion), karena bahaya kerusakan pada ruas tulang
belakang, seperti: sit-up, crunch, mendayung, meraih jari-jari kaki.
c) Jangan melakukan latihan fisik atau aktifitas yang mudah menyebabkan
jatuh, seperti senam dingklik atau trampolin, atau jangan melakukan
latihan pada lantai yang licin.
d) Jangan melakukan latihan menggerakan tungkai kearah samping atau
menyilang badan dengan memakai beban (anduksi dan aduksi)

Paparan sinar matahari


Sinar matahari di pagi hari dan sore hari (menjelang magrib), berfungsi
dalam memicu kulit membentuk vitamin D3. Dalam menetralisasi tulang, dimana
sel osteoblas (sel pembentuk tulang) membutuhkan kalsium sebagai bahan
dasar,dan hormon kalsitriol. Kalsitriol ini berasal dari vitamin D3 kulit dan vitamin
D2 yang berasal dari makanan (mentega, keju, telur, ikan). Kalsitriol inilah yang
merangsang osteoblas dalam menetralisasi tulang. Berdasarkan hasil penelitian
Menzies Research Institute, Horbat-Australia,pada anak-anak tidak akan tumbuh
optimal atau bahkan terhenti pertumbuhanya jika kurang memperoleh vitamin D.
Agar diperoleh vitamin D yang cukup,sekurang kurangnya seorang anak terpapar
matahari selama 8 jam dalam seminggu (Kutub Selatan). Namun untuk anak
ataupun orang dewasa di Indonesia, cukup tertapar oleh sinar matahari pagi dan
sore selama 5 sampai 15 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu.

G. Regulasi terkait Osteoporosis


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1142/MENKES/SK/XII/2008 :

1. Kegiatan Pokok Di Pusat


a) Membuat standarisasi atau menyusun dan mendistribusikan
permenkes/kepmenkes atau pedoman/juklak/juknis modul program
b) Melaksanakan surveilans kasus (termasuk kematian) penyakit kronik dan
degeneratif lainnya
c) Melaksanakan surveilans faktor risiko dengan survei khusus dan
memanfaatkan sistem yang sudah ada (misalnya Susenas, Surkenas,
Surkesda, dan lain-lain)
d) Menyelenggarakan pelatihan TOT (training of trainer) pengendalian
penyakit kronik dan degeneratif lainnya (pengelola program Dinas
Kesehatan Propinsi)
e) Mengembangkan sistem informasi penyakit kronik dan degenerative
lainnya
f) Membangun dan memantapkan jejaring kerja serta melakukan koordinasi
secara berjenjang dan berkesinambungan
g) Memfasilitasi pertemuan lintas program/lintas sektor
h) Merancang/membuat/menggandakan dan mendidtribusikan media
penyuluhan
i) Melaksanakan penyuluhan (KIE) melalui berbagai metode dan media
penyuluhan
j) Bersama-sama propinsi membantu kabupaten/kota dalam melaksanakan
kegiatan pemberdayaan masyarakat atau peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit kronik dan
degeneratif lainnya sesuai dengan kondisi masing-masing daerah (local
area specific) berdasarkan hasil survei/kajian
k) Memfasilitasi kemandirian masyarakat dalam pengendalian penyakit
kronik dan degeneratif lainnya
l) Mengadakan dan mendistribusikan bahan/alat deteksi dini/diagnostik dan
tatalaksana penyakit kronik dan degeneratif lainnya
m) Menyelenggarakan pelatihan TOT (training of trainer) penemuan dan
tatalaksana penyakit kronik dan degeneratif lainnya (dokter spesialis,
dokter umum, dan paramedis rumah sakit propinsi)
n) Menyelenggarakan pelatihan TOT dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pengelola program dinas kesehatan propinsi
dalam melaksanakan analisis situasi penyakit kronik dan degeneratif
lainnya melalui kajian terhadap aspek manajemen, epidemiologi, serta
sosial budaya dan perilaku masyarakat
o) Memfasilitasi upaya peningkatan pengetahuan, motivasi dan partisipasi
pengelola program, dokter dan paramedis, mitra kerja dan stakeholder
lainnya dalam pengendalian penyakit kronik dan degeneratif lainnya
p) Memfasilitasi upaya peningkatan keinginan untuk kemajuan diantara
pengelola program dan petugas kesehatan dalam pengendalian penyakit
kronik dan degeneratif lainnya
q) Melakukan pemantauan, penilaian, supervisi/bimbingan teknis dan
monitoring pelaksanaan dan pencapaian program

2. UPT (Unit Pelaksana Teknis)


A. KKP
1) Melaksanakan surveilans kasus (termasuk kematian) penyakit tidak
menular
2) Melaksanakan surveilens faktor risiko
3) Membangun dan memantapkan jejaring kerja serta melakukan
koordinasi secara berkesinambungan
4) Memfasilitasi pertemuan lintas program/lintas sektor
5) Menggandakan dan mendistribusikan media penyuluhan
6) Melaksanakan KIE melalui berbagai metode dan media penyuluhan
7) Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat atau peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit tidak menular di wilayah kerja
8) Melakukan pemantauan, penilaian, supervisi/bimbingan teknis dan
9) monitoring pelaksanaan dan pencapaian program di wilayah kerja
10) Mengirimkan laporan hasil program secara rutin ke pusat dan propinsi

B. BTKL PPM
a) Melaksanakan surveilans kasus (termasuk kematian) penyakit tidak
menular
b) Melaksanakan surveilens/kajian faktor risiko lingkungan
c) Membangun dan memantapkan jejaring kerja serta melakukan
koordinasi secara berkesinambungan
d) Memfasilitasi pertemuan lintas program/lintas sector
e) Melakukan pemantauan, penilaian, supervisi/bimbingan teknis dan
monitoring pelaksanaan dan pencapaian program di wilayah kerja
f) Mengirimkan laporan hasil program secara rutin ke pusat dan propinsi

3. Kegiatan Pokok Di Provinsi


a. Menggandaan atau mendistribusikan permenkes/kepmenkes atau
pedoman/juklak/juknis/modul program
b. Melaksanakan surveilans kasus (termasuk kematian) penyakit-penyakit
kronik dan generative lainnya
c. Melaksanakan surveilans factor resiko dengan survey khusus dan
memanfaatkan system yang sudah ada (misalnya susenas, surkenas,
surkesda dan lainnya)
d. Menyelenggarakan pelatihan TOT (Training Of Trainer) pengendalian
penyakit (pengelola program dinas kesehatan kab/kota)
e. Mengembangkan sistem informasi
f. Membangun dan menetapkan kemitraan dan jejaring kerja serta melakukan
koordinasi secara berjenjang dan berkesinambungan
g. Memfasilitasi pertemuan lintas program atau lintas sektor
h. Mengadakan dan mendistribusikan media penyuluhan
i. Melaksanakan penyuluhan (KIE) melalui berbagai metode dan media
penyuluhan
j. Bersama-sama kabupaten atau kota melaksanakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat atau peningkatan partisipasi masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulangan penyakit
k. Memfasilitasi kemandirian masyarakat dalam pengendalian penyakit
l. Mengusulkan pengadaan dan mendistribusikan bahan atau alat deteksi dini
atau diagnostic
m. Menyelenggarakan pelatihan TOT (training of trainer) penemuan dan tata
laksana penyakit (dokter spesialis, dokter umum, dan paramedic rs
kabupaten/kota)
n. Menyelengarakan pelatihan TOT dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan
o. Memfasilitasi upaya peningkatan pengetahuan motivasi dan partisipasi
pengelola program, dokter dan paramedic, mitra kerja dan stage holder
lainnya dalam pengendalian penyakit
p. Memfasilitasi upaya peningkatan keinginan untuk kemajuan diantara
pengelola program dan petugas Kesehatan dalam pengendalian penyakit
q. Melakukan pemantauan, penilaian, super visi atau bimbingan teknis dan
monitoring pelaksanaan dan pencapaian program
r. Mengirimkan laporan hasil program secara rutin ke pusat.

4. Kegiatan Pokok Di Kabupaten/Kota


a. Menggandakan atau mendistribusikan permenkes/kepmenkes atau
pedoman/juklak/ juknis/modul program
b. Melaksanakan surveilans kasus (termasuk kematian) penyakit kronik dan
degeneratif lainnya
c. Melaksanakan surveilens faktor risiko dengan survei khusus dan
memanfaatkan sistem yang sudah ada (misalnya Susenas, Surkenas,
Surkesda, dan lain-lain)
d. Menyelenggarakan pelatihan pengendalian penyakit kronik dan
degeneratif lainnya (petugas puskesmas)
e. Mengembangkan system informasi penyakit kronik dan degenerative
lainnya
f. Membangun dan memantapkan jejaring kerja serta melakukan koordinasi
secara berjenjang dan berkesinambungan
g. Memfasilitasi pertemuan lintas program/lintas sektor
h. Menggandakan dan mendistribusikan media penyuluhan
i. Melaksanakan KIE melalui berbagai metode dan media penyuluhan
j. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat atau peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit
kronik dan degeneratif lainnya yang sesuai dengan kondisi masing-masing
daerah (local area specific) berdasarkan hasil survei’kajian
k. Memfasilitasi kemandirian masyarakat dalam pengendalian penyakit
kronik dan degeneratif lainnya
l. Mengadakan dan mendistribusikan bahan/alat deteksi dini/diagnostik dan
tatalaksana penyakit kronik dan degeneratif lainnya
m. Menyelenggarakan pelatihan penemuan dan tatalaksana penyakit tidak
menular (dokter dan paramedis puskesmas)
n. Menyelenggarakan pelatihan dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan pengelola program puskesmas dalam melaksanakan
analisis situasi penyakit kronik dan degeneratif lainnya melalui kajian
terhadap aspek manajemen, epidemiologi, serta sosial budaya dan perilaku
masyarakat
o. Memfasilitasi upaya peningkatan pengetahuan, motivasi dan partisipasi
pengelola program, dokter dan paramedis, mitra kerja dan stakeholder
lainnya dalam pengendalian penyakit kronik dan degeneratif lainnya
p. Memfasilitasi upaya peningkatan keinginan untuk kemajuan diantara
pengelola program puskesmas dalam pengendalian penyakit kronik dan
degeneratif lainnya
q. Melakukan pemantauan, penilaian, supervisi/bimbingan teknis dan
monitoring pelaksanaan dan pencapaian program
r. Mengirimkan laporan hasil program secara rutin ke propinsi

5. Kegiatan Pokok Di Puskesmas


a. Melaksanakan surveilans kasus (termasuk kematian) penyakit kronik dan
degeneratif lainnya
b. Membangun dan memantapkan jejaring kerja dan melakukan koordinasi
secara berjenjang dan berkesinambungan
c. Memfasilitasi pertemuan lintas program/lintas sektor
d. Melaksanakan penemuan dan tatalaksana kasus penyakit kronik dan
degeneratif lainnya
e. Melaksanakan KIE melalui berbagai metode dan media penyuluhan
f. Membina partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit kronik dan degeneratif lainnya
g. Memfasilitasi kemandirian masyarakat dalam pengendalian penyakit
kronikmdan degeneratif lainnya
h. Mengirimkan laporan hasil program secara rutin ke kabupaten/kota

6. Kegiatan Pokok Di Desa (Siaga)/Kelurahan


a. Membina partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit kronik dan degeneratif lainnya
b. Membentuk dan mengembangkan kelompok masyarakat peduli penyakit
tidak menular seperti Posbindu, dan lain-lain sesuai dengan kondisi
masing- masing desa/kelurahan.
c. Melaksanakan kegiatan Pos Kesehatan Desa.
BAB III
RANCANGAN ADVOKASI OSTEOPOROSIS

A. Permasalahan yang dihadapi


1. Masih tingginya jumlah kasus osteoporosis di puskesmas kebon kosong
2. Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai osteoporosis, pencegahan
dan penatalaksanaannya.
3. Ketidaktahuan masyarakat tentang kegiatan dan pentingnya senam
osteoporosis

B. Alternatif Masalah
1. Memberikan penyuluhan atau edukasi kepada masyarakat mengenai
osteoporosis
2. Menjadwalkan setiap jumat pagi jam 7.30 untuk senam osteoporosis
disetiap kantor lurah kebon kosong
3. Sosialisasi manfaat dilakukan senam osteoporosis, sosialisasi bisa berupa
leaflet, poster, dan rapat dengan melibatkan masyarakat atau lintas sektor

C. Tujuan Sasaran
 Tujuan : mencegah angka kejadian kasus osteoporosis
 Umur : Semua umur
 Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan
 Pendidikan : Tidak dibatasi
 Sasaran : Primer (Seluruh mayarakat), Sekunder (Kader masyarakat,
PKK), Tersier (Bupati/Walikota, Kecamatan, Dinas Pertanian, Dinas
Perikanan, perusahaan)

D. Bentuk Advokasi
Bentuk advokasi yang dilakukan dalam bentuk presentasi yang dihadiri oleh
pejabat lintas program dan sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah
osteoporosis di wilayah Puskesmas Kebun Kosong, lengkap dengan data dan
ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya. Kemudian
dibahas bersama-sama, yang akhirnya diharapkan memperoleh komitmen dan
dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan.

E. Dasar Hukum
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1142/MENKES/SK/XII/2008

F. Peran Lintas Sektor


 Untuk mewujudkan keberhasilan pencegahan atau pengendalian dari
kejadian kasus osteoporosis
 Kader kesehatan mengajak masyarakat untuk melakukan senam
osteoporosis
 PKK, tokoh masyarakat, tokoh agama mendukung dan mendorong
masyarakat dalam ikut aktif kegiatan cek kesehatan, cek kepadatan
tulang, penyuluhan osteoporosis dan senam osteoporosis
 Surat edaran camat membuat kebijakan terkait pelaksanaan senam
osteoporosis
 Kelurahan monitoring kegiatan senam osteoporosis dan melakukan
evaluasi kegiatan tersebut

G. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini antara lain :
1. Cek Kesehatan
2. Cek Kepadatan Tulang
3. Talkshow / Penyuluhan Osteoporosis
4. Senam Osteoporosis
DAFTAR PUSTAKA

http/ wikipedia.com
Potter, Patricia A ( 2005 ). Buku Dasar Fudamental Keperawatan, Keperawatan ;
Konsep, proses, dan praktik, EGC. Jakarta.
K.St Pamoentjak, Dr. Med. Ahmad (2003).  Kamus Kedokteran arti dan  keterangan
istilah. Jakarta.
 Frost HM, Thomas CC. Bone Remodeling Dynamics. Springfield, IL: 1963.

Anda mungkin juga menyukai