Anda di halaman 1dari 10

NAMA: MYA DEWI S.

NIM : 40620042

LAPORAN INFEKSI ODONTOGEN I

Nama : Mya Dewi Siaminingrum


Nim : 40620042
Instruktur : drg. Sih Winarti, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2021
NAMA: MYA DEWI S.
NIM : 40620042

Nama : Mya Dewi Siaminingrum

NIM : 40620042

Tugas : Infeksi Odontogen I drg. Sih Winarni M. Kes

DISKUSI

1. Pengertian Infeksi Odontogen:

Jawab: adalah salah satu infeksi yang paling umum terjadi dari rongga mulut. Dapat
disebabkan oleh karies gigi. Dalam semua kasus infeksi tersebut berasal dari mikroba mulut.
Tergantung pada jenis, jumlah dan virulensi dari mikroorganisme yang dapat menyebar ke
jaringan lunak, keras dan sekitarnya.

2. Gejala Dan Tanda Dari Infeksi:

Jawab:
1. Dolor (nyeri). Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang
mengalami infeksi. Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi
mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri . Rasa nyeri mengisyaratkan
bahwa terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak normal (patologis) jadi jangan
abaikan rasa nyeri karena mungkin saja itu sesuatu yang berbahaya.
NAMA: MYA DEWI S.
NIM : 40620042

2. Kalor (panas). Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami infeksi akan
terasa panas. Ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke
area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak antibodi dalam memerangi
antigen atau penyebab infeksi.
3. Tumor (bengkak). Tumor dalam konteks gejala infeksi bukanlah sel kanker seperti
yang umum dibicarakan tapi pembengkakan. Pada area yang mengalami infeksi akan
mengalami pembengkakan karena peningkatan permeabilitas sel dan peningkatan
aliran darah.
4. Rubor (kemerahan). Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami
infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga menimbulkan warna
kemerahan.
5. Fungsio Laesa. Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami
infeksi. Contohnya jika luka di kaki mengalami infeksi maka kaki tidak akan
berfungsi dengan baik seperti sulit berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan.

3. Macam-macam Infeksi Odontogen:

Jawab: Macam-macam infeksi odontogenik dapat berupa : infeksi dentoalveolar, infeksi


periodontal, infeksi yang menyangkut spasium, selulitis, flegmon, osteomielitis, dan
infeksi yang merupakan komplikasi lebih lanjut.
Adapun klasifikasi Infeksi odontogenik adalah:
I. Berdasarkan organisme penyebab Infeksi
a. Bakteri
b. Virus
c. Parasit
d. Mikotik
II. Berdasarkan Jaringan
a. Odontogenik
b. Non-odontogenik
III. Berdasarkan lokasi masuknya
a. Pulpa
b. Periodontal = kalkulus
c. Perikoronal = impaksi
d. Fraktur
e. Tumor
NAMA: MYA DEWI S.
NIM : 40620042

f. Oportunistik

IV. Berdasarkan tinjauan klinis


a. Akut
b. Kronik
V. Berdasarkan spasium yang terkena
a. Spasium kaninus
b. Spasium bukal
c. Spasium infratemporal
d. Spasium submental
e. Spasium sublingual
f. Spasium submandibula
g. Spasium masseter
h. Spasium pterigomandibular
i. Spasium temporal
j. Spasium Faringeal lateral
k. Spasium retrofaringeal
l. Spasium prevertebral

KASUS

Nama : Mya Dewi Siaminingrum


Nim : 40620042
Tugas : Infeksi Odontogen
Kasus : Periodontitis apikalis akut

A. Identitas Pasien :
1. Nama : Ny. Anggrek
2. Usia : 42 tahun
3. Kasus : Periodontitis apikalis akut
4. Jenis kelamin : perempuan
5. Alamat : ds. sumur gede
6. No telp : 081225666743

B. Anamnesis :
Pasien datang ke RSGM IIK dengan keluhan gigi bawah belakang berlubang, terasa
nyeri dan terasa goyang kurang lebih 3 hari yang lalu. Pasien mengeluh kesulitan pada saat
mengunyah makanan akibat rasa nyeri tersebut. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik dan riwayat alergi obat.
NAMA: MYA DEWI S.
NIM : 40620042

C. Kondisi umum
Pasien sudah siap menerima perawatan.

D. Pemeriksaan TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
R : 24x/menit
S : 36,70° C

E. Ektraoral : Normal

F. Intraoral :
1. Gigi : Ditemukan karies pada gigi 46 dengan kedalaman profunda
2. Gingiva : Terdapat pembengkakan dan kemerahan pada gigi 46
3. Mukosa bukal : Terdapat keratosis pada sisi kiri dan kanan
4. Lidah : Terdapat crenated tongue

G. Pemeriksaan gigi :
Gigi 46 tampak karies :
Vitalitas (-)
Edema (+)
Palpasi(+)
Perkusi (+)
Druk (+)

H. Pemeriksaan penunjang:
Radiografi periapikal
Terdapat pelebaran space periodontal dan lamina dura pada 1/2 apikal pada gigi
molar 1 kanan bawah
I. Diagnosa : Periodontitis apikalis akut o.k. gangrene radix pada gigi 46

J. Treatment planing :
a. Kunjungan pertama
1. Melakukan anamnesa pasien
2. Melakukan pemeriksaan klinik pada pasien yaitu pemeriksaan ekstra oral, intraoral,
TTV, pemeriksaan penunjang
3. Melakukan terapi medikasi dengan memberi antibiotik dan analgesik, berupa:
R/ Amoxicilin 500 tab XV
3 dd 1 Pc
R/ Ibu Profen 400 tab XV
3 dd 1 Pc P r n
b. Kunjungan ke 2 :
1. Kontrol hari ke 7 selanjutnya.
NAMA: MYA DEWI S.
NIM : 40620042

2. Ekstraksi gigi dilakukan pada gigi 46 karena tidak bisa dipertahankan. Tujuannya untuk
menghilangkan infeksi.
K. KIE:
1. Menjaga kesehatan gigi dan mulut
2. Meminum obat sesuai resep dokter
3. Bila ada keluhan segera hubungi dokter yang merawat.

LANDASAN TEORI

A. PERIODONTITIS APIKALIS
Periodontitis apikal dapat didefinisikan sebagai peradangan semua struktur pendukung
gigi di daerah sekitar apeks gigi. Inflamasi periapikal biasanya disebabkan oleh infeksi gigi
yang khas menyebabkan sakit gigi dalam soketnya. Hal ini sering disertai dengan kerusakan
tulang dan kadang-kadang, apeks akar gigi. Namun jaringan periapikal memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan jika penyebab peradangan dihapus. Periodontitis
periapikal dapat dibagi menjadi periodontitis apikal akut dan kronis.
B. Etiologi
1. Infeksi
Penyebab paling umum dari penyakit ini adalah infeksi bakteri yang
menyebabkan kerusakan gigi, yang mengarah ke peradangan pulpa (yang merupakan
daerah dalam tender gigi). Peradangan ini disebut pulpitis. Jika pulpitis ini tidak
diobati, racun bakteri bisa merangkak ke dalam saluran akar, menyebabkan
periodontitis.
2. Trauma
Setiap pukulan langsung ke gigi kadang-kadang dapat menyebabkan pulpa gigi
mati dan mungkin menjadi terinfeksi oleh bakteri dari margin gusi, yang
menyebabkan periodontitis apikal. Sebuah gigitan tiba-tiba pada benda keras, tekanan
yang tidak semestinya selama perawatan ortodontik dapat menyebabkan periodontitis
akut meskipun biasanya berumur pendek.
3. Perawatan saluran akar
Instrumentasi mekanis melalui akar gigi selama pengobatan atau dari bahan
kimia pengisi saluran akar juga dapat menyebabkan peradangan pada daerah
periapikal.
NAMA: MYA DEWI S.
NIM : 40620042

C. Macam Periodontitis Apikalis


1. Periodontitis Apikalis Akut
Periodontitis apikalis akut adalah suatu keradangan akut dari jaringan
periodontal dan tulang di daerah apical gigi. Gejala subjektif dari periodontitis
apikalis akut berupa sakit yang sangat, terutama bila gigi yang bersangkutan ini
digunakan untuk menggigit, selain itu gigi yang bersangkutan terasa lebih
menonjol. Pada pemeriksaan klinis, gigi yang mengalami periodontitis apikalis akut
sudah non-vital, pada pemeriksaan perkusi dan juga drug terasa sakit sekali. Sakit
ini disebabakan oleh adanya keradangan yang terdapat di jaringan periapikal.

2. Periodontitis Apikalis Kronis


Periodontitis apikalis kronis adalah suatu keradangan kronis pada jaringan
periapikal gigi yang biasanya merupakan kenajutan dari periodontitis apikalis akut.
Namun periodontitis apikalis kronis ini biasanya merupakan kelainan yang terjadi
sejak awal tanpa menunjukkan gejala akut terlebih dahulu. Hal ini bias diakibatkan
oleh karena infeksi periapikal yang ada sifatnya ringan, atau bias juga karena
resistensi jaringan cukup baik, atau gabungan keduanya. Rasa sakit yang timbul
biasanya berupa keluhan kemeng atau kadang-kadang tidak ada keluhan sama sekali.
Pada pemeriksaan klinis didapatkan berupa gigi yang telah non- vital, pada
NAMA: MYA DEWI S.
NIM : 40620042

pemeriksaan perkusi dan drug bias didapatkan keluhan rasa sakit berupa kemeng atau
sama sekali tidak ada respon sakit.

D. Patogenesis
Patogenesis penyakit jaringan pulpa dan periapikal gigi yang merupakan kelanjutan
dari proses karies gigi dapat dijelaskan secara lebih rinci seperti berikut ini. Jika gigi dengan
karies superfisialis tidak dirawat, maka kerusakan akan terus berlanjut dari enamel ke dentin.
Biasanya seseorang baru menyadari adanya kerusakan pada giginya apabila sudah timbul rasa
nyeri. Nyeri akan timbul apabila rangsangan/ jejas mengenai ujung sel odontoblast
dibatas dentin dengan enamel yang merupakan garis depan pertahanan jaringan pulpa.
Apabila rangsangan sudah mencapai pulpa, nyeri dentin dapat berlanjut menjadi nyeri
pulpa. Kemudian terjadi reaksi pada system aliran darah mikro dan system seluler jaringan
pulpa. Proses ini menyebabkan udema pada pulpa karena terganggunya keseimbangan antara
aliran darah yang masuk dengan yang keluar. Udema pada pulpa yang terletak didalam
rongga pulpa yang sempit mengakibatkan system persarafan pulpa terjepit, sehingga
menimbulkan rasa nyeri hebat yang sering hampir tak tertahankan. Persyarafan pulpa gigi
adalah serat syaraf cabang sensorik ganglion Trigeminal dan cabang otonomik ganglion
servika superior. Fungsi syaraf sensorik ( syaraf afferent / sensory neuron, diantaranya A-
delta dan C-fibers) adalah untuk mendeteksi rangsangan dan melanjutkannya ke system
syaraf pusat, sedangkan fungsi system otonomik ialah untuk menjaga keseimbangan jaringan
pulpa dan menjaga system“homeostatis”. Sistem pada organ pulpa gigi inilah yang
NAMA: MYA DEWI S.
NIM : 40620042

mengatur proses pemulihan / reaksi jaringan pulpa terhadap cedera (Rukmo, 2011). Bila
jaringan pulpa dapat menahan jejas yang masuk, menimbulkan kerusakan jaringan
yang sedikit dan mampu untuk pulih kembali maka keradangan pulpa ini diklasifikasikan
sebagai pulpitis reversibel. Pada proses berikutnya jika kerusakan jaringan pulpa tambah
meluas sehingga pemulihannya tidak dapat tercapai, keradangan ini disebut pulpitis
ireversibel. Jaringan pulpa yang telah meradang tersebut mudah mengalami kerusakan secara
menyeluruh dan mengakibatkan pulpa menjadi nekrosis atau mati. Pulpa yang nekrosis untuk
sementara mungkin tidak menimbulkan nyeri, namun menjadi tempat kuman
berkembang biak yang akhirnya menjadi sumber infeksi. Produk infeksinya mudah
menyebar ke jaringan sekitarnya. Bila menyebar ke jaringan periapikal dapat terjadi
periodontitis periapikal. Penyebaran kuman dapat pula menjangkau jauh ke organ tubuh
lainnya seperti jantung, ginjal, otak, dan lain sebagainya. Dalam keadaan demikian gigi
tersebut kemudian menjadi “focal infection”. Adanya kemungkinan hubungan antara “sepsis
dalam mulut” dengan “endocarditis” telah banyak dilaporkan. Hal inilah yang kemudian
menjadi salah satu dasar alasan untuk bekerja secara asepsis dalam setiap tindakan
perawatan endodontik.
NAMA: MYA DEWI S.
NIM : 40620042

DAFTAR PUSTAKA

Ariji Y, Gotoh M, Kimura Y, Naitoh M, Kurita K,Natsume N, Ariji E. 2002. Odontogenic


Infection Pathway to The Submandibular Space: Imaging Assessment.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi

Peterson L. J, Edward Ellis III, James R. Hupp, Myron R. Tucker. 2003. Contemporaray
Oral ad Maxillofacial Surgery. 4th edition. Missouri. Mosby. Pp/ 186-188

Rudiman R. 2000. Analisis farmakoekonomik: Aplikasi pada Sefalosporin Parenteral untuk


Profilaksis dan Terapi Bedah. Medika; 26(5): 303-306.

Anda mungkin juga menyukai