Disusun Oleh :
PITRI FRAMUSINTO
202203060
A. Definisi
Kejang (seizure) adalah kejadian sementara dari tanda dan gejala hasil dari
kelebihan abnormal atau singkronisasi aktivitas neuronal pada otak. The
International Classifocation of Epileptic Seizures membagi kejang dalam 2
kategori : kejang fokal (atau yang sebelumnya dikenal dengan kejang parsial),
perubahan klinis dan elektroensefalografik menunjukkan aktivasi inisiasi pada
sistem saraf terbatas pada satu bagian hemisfer otak. Kejang generalisata, perubahan
klinis dan elektroensefalografik menunjukkan keterlibatan sinkronisasi pada seluruh
bagian hemisfer (Kliegman et al. 2016).
Kejang demam (Febrile seizure) terjadi pada anak usia 6 hingga 60 bulan
dengan temperatur 38oC atau lebih, yang tidak dihasilkan dari infeksi sistem saraf
atau gangguan metabolik dan kejang terjadi tanpa riwayat kejang nondemam
sebelumnya (Kliegman et al. 2016).Kejang ditandai dengan aktivitas berlebihan
yang tidak terkendali pada sebagian atau seluruh sistem saraf. Orang yang
mempunyai faktor predisposisi timbulnya kejang akan mendapat seranagan apabila
nilai basal eksitabilitas sistem saraf (atau bagian yang peka terhadap keadaan
epilepsi) meningkat diatas nilai ambang kritisnya (Guyton & Hall 2012).
B. Etiologi
Menurut Lambardo (2011)penyebab kejang demam dibedakan menjadi intrakranial
dan ekstrakranial :
1. Intrakranial, meliputi
a. Trauma (perdarahan) : subarachnoid, subdural, dan ventrikuler.
b. Infeksi : bakteri, virus, parasit misalnya meningitis.
c. Kongenital : disgenesis, kelainan serebri.
2. Ekstrakranial, meliputi :
a. Gangguan metabolik : hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan
elektrolit.
b. Toksik : intoksikasi, anestesi lokal, sindrom putus obat.
c. Kongenital : gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan
kekurangan piridoksin.
Kliegman et al. (2016)menambahkan faktor predisposisi kejang demam dalam
faktor mayor dan minor, yaitu :
1. Mayor
a. Usia kurang dari 1 tahum.
b. Durasi demam lebih dari 24 jam
c. Demam dengan suhu 38oC-39oC.
2. Minor
a. Riwayat keluarga dengan kejang.
b. Riwayat keluarga dengan epilepsi.
c. Kejang demam kompleks.
d. Perawatan.
e. Jenis kelamin (biasanya pada pria).
f. Rendahnya kadar sodium.
C. Patofisiologi Dan Pathway
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah
fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan
patologik. Aktivitas kejang sebagian tergantung pada lokasi lepas muatan yang
berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum
kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi di serebelum dan batang
otak umumnya tidak meicu kejang (Kliegman et al. 2016).
Kliegman et al. (2016)menjelaskan, di tingkat membran sel, fokus kejang
memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut:
1. Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan,
2. Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun
dan apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan,
3. Kelainan polarisasi (polarisasi berrlebihan, hipolarisasi, atau selang waktu dalam
repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam
gama-aminobutirat (GABA).
4. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit,
yang mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan
depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan
berlebihan neurotransmitter inhibitorik.
Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang
sebagian disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energi akibat hiperaktivitas
neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik secara drastis meningkat, lepas muatan
listrik sel-sel saraf motorik dapat meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah ke
otak meningkat, demikian juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul
di cairan serebrospinal (CSF) selama dan setelah kejang. Asam glutamat mungkin
mengalami deplesi selama aktivitas kejang(Lambardo 2011).
Secara umum, tidak dijumpai kelainan nyata pada autopsi. Bukti hispatologik
menunjang hipotesis bahwa lesi lebih bersifat neurokimiawi bukan struktural.
Belum ada faktor patologik yang secara konsisten ditemukan. Kelainan fokal pada
metabolisme kalium dan asetilkolin dijumpai di antara kejang. Fokus kejang
tampaknya sangat peka terhadap asetilkolin, suatu neurotransmitter fasilitatorik,
fokus-fokus tersebut lambat mengikat dan menyingkirkan aseltilkolin (Lambardo,
2011).
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak usia
3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion K+ maupun ion Na+ akibat terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel
sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadi kejang (Alimul, 2012).
Pathway
Ketidakefektifan
Ketidakefektifan
termoregulasi
pola napas
3. Uji darah
Pengujian darah (elektrolit serum, kalsium, fosfor, magnesium, dan hitung darah
lengkap) tidak dibutuhkan secara rutin pad penanganan anak dengan kejang
demam sederhana. Glukosa darah harus ditentukan pada anak dengan obtundasi
postikal memanjang atau dengan asupan yang kurang (puasa panjang). Nilai
elektrolit serum mungkin menjadi abnormal pada anak setelah kejang demam,
namun hal ini harus dibuktikan dengan peningkatan kondisi predisposisi dan
presipitasi pada riwayat kejang dan pemeriksaan fisik menunjukkan abnormalitas.
Bila secara klinis terindikasi, pengujian ini harus dilakukan. Rendahnya level
sodium pada darah berhubungan dengan meningkatkanya risiko kekambuhan
kejang demam dalam waktu 24 jam.
4. Pencitraan (Neuroimanging)
CT-scan dan MRI tidak direkomendasikan untuk mengevaluasi anak setelah
kejang demam pertama. Penanganan anak dengan kejang demam kompleks
membutuhkan penanganan tersendiri. Tes ini dapat memasukkan EEG dan
neuroimaging, khususnya bila anak secara neurologis abnormal. (Kliegman et al.
2016)
Penatalaksaan Medis
1. Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
2. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam 5 mg
untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan
lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia
3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak usia diatas usia 3 tahun.
3. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
4. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, diajurkan ke
rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-
0,5 mg/kg.
5. Bila kejam tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1mg/kg/menit atau kurang dari 50
mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12
jam setelah dosis awal.
6. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat diruang
intensif.
7. Bila kejang belum berhenti, pemberian obat selanjtnya tergantung dari jenis kejang
demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks daan faktor risikonya.
(Ikatan Dokter Anak Indonesia 2011)
Farmakologi
1. Fenobarbital
Fenobarbital adam 5,5-fenil-etil barbiturat merupakan senyawa organik pertama
yang digunakan untuk obat antikonvulsi. Dosis anak ialah 30-100 mg sehari. Untuk
kejang demam yang berulang pada anak dapat diberikan dosis muat (loading dose)
6-8 mg/kgBB dan ditambah dengan dosis pemeliharaan 3-4 mg/kgBB.
2. Asam valproat
Pemberian asam valproat per oral cepat diabsorpsi dan kadar maksimal serum
tercapai setelah 1-3 jam, kadar darah stabil setelah 48 jam terapi. Dosis anak yang
lazim dipakai adalah berkisar 20-30 mg/kgBB sehari.
3. Diazepam
Diazepam terutama digunakan untuk konvulsi rekuren, misalnya status epileptikus.
Pada anak-anak diazepam digunakan scara intravena dengan dosis 0,15-0,3
mg/kgBB selama 2 menit dan dosis maksimal 5-10 mg. Diazepam dapat
mengendalikan 80-90% kejang rekuren.
4. Karbamazepin
Karbamazepin menunjukkan efek analgesik selektif misalnya pada tabes dorsalis
dan neuropati lainnya yang sukar diatasi oleh obat analgesia biasa. Efek samping
penggunaan karbamazepin sering terjadi, karena potensinya untuk menimbulkan
efek samping sangat luas, maka pada pengobatan dengan karbamazepin dianjurkan
pemeriksaan nilai basal darah dan melakukan pemeriksaan ulangan selama
pengobatan. Dosis anak dibawah 6 tahun, 100 mg sehari. 6-12 tahun 2 kali 100 mg
sehari.
5. Klonazepam
Klonazepam merupakan benzodiazepim dengan aksi kerja panjang. Efek samping
yang sering muncul adalah mengantuk, ataksia, dan gangguan kepribadian. Dosis
awal untuk anak sampai 10 tahun atau 30 kg berat badan, adalah 0,01-0,03
mg/kgBB sehari, diberikan secara terbagi. Peningkatan dosis harian adalah 0,25-0,5
mg setiap 3 hari. Dosis pemeliharaan yang lazim 0,1-0,2 mg/kgBB/hari.
6. Fenitoin
Pemberian oral dosis awal pada anak diatas 6 tahun sama dengan dosis dewasa
yakni 300 mg, sedangkan untuk anak usia dibawah 6 tahun, dosis 1/3 dari dosis
dewasa, dosis pemeliharaan ialah 4-8 mg/kgBB sehari, maksimal 300 mg.
7. Pengobatanprofilaksis
Pengobatan profilaksis secara rutin tidak dianjurkan kecuali disertai gangguan
seperti berikut :
(1) gejala neurologik abnormal misalnya srebral palsi, retardasi mental,
mikrosefali,
(2) bila kejang demam terakhir berlangsung lebih dari 15 menit atau disertai gejala
neurologik,
(3) bila ada kejang pada orang tuanya atau keluarganya,
(4) anak dengan gejala kejang yang rekuren,
(5) bila anak dirawat untuk suatu kegawatan. Fenobarbital atau asam valproat
merupakan obat yang tepat. Pemberian berlangsung 1-2 tahun setelah kejang
terakhir. Profilaksis kejang demam lainnya yang dianjurkan ialah diazepam per
rektal sewaktu demam. Terapi profilaksis, baik yang menggunakan diazeoam
intermitten, fenobarbital maupun ibuprofen tidak terbukti bermanfaat.(Utomo &
Gan 2012)
AsuhanKeperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Pasien
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama
Demam tinggi disertai dengan demam.
2) Lama Keluhan
Kejang, demam tinggi.
3) Faktor pencetus
Demam tinggi secara mendadak
4) Sifat serangan (kronis atau akut)
( ) Bertahap
( ) Mendadak
5) Faktor yang memperberat
Akses rumah dengan Fasyankes jauh, pengetahuan orang tua yang
kurang.
6) Pengobatan yang telah diperoleh
b) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami :
(Adakah riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien)
2) Alergi (tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat terhadap alergi:
makanan, obat obatan dll)
3) Kebiasaan : merokok/kopi/alkohol/lain lain
4) Obat obatan (tanyakan obat obatan yang pernah dikonsumsi oleh klien
dan berapa lama mengkonsumsi.
2) Riwayat Kelahiran (ditanyakan jika pasien usianya di bawah 2 tahun)
a. Usia kehamilan : preterm, aterm, posterm
b. BB lahir : BBLR, BBLN, BBLB
c. Persalinan : spontan, SC, Forcep, VE
d. Menangis : ya atau tidak, nilai apgar
e. Jaundice : ya atau tidak
f. Lain-lain :
g. Ante Natal Care : dilakukan atau tidak, berapa kali.
3) Riwayat Immunisasi (ditanyakan jika pasien usianya di bawah 2 tahun).
4) Riwayat Pertumbuhan
a. Pemeriksaan antropometri (BB, TB, LK)
b. Penghitungan Z score : dg indikator (BB/U, TB/U, BB/TB)
5) Hasil dari intepretasi data/ analisis tumbuh kembang berdasarkan DDST
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
(Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang
lain atau riwayat penyakit lain baik yang bersifat genetis maupun tidak).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pernapasan
a) Frekuensi napas : takipnea, bradipnea, irama irreguler.
b) Paru-paru:
i. Inspeksi : penembangan dada simetris, penggunaan otot
bantu napas.
ii. Palpasi : gunakan fremitus vokal palpasi, ada masa,
benjolan, bisa digerakkan atau menetap, keras atau lunak.
iii. Perkusi : sonor, hipersonor, hiposonor.
iv. Auskultasi : vesikuler, creackes, ronkhi, kussmaul.
2) Kardiovaskuler
a. Inspeksi : tidak tampak pembesaran jantung, tidak ada distensi
vena jugularis. Irama nadi ireguler
b. Palpasi : adakah perbesaran jantung atau tidak.
c. Perkusi : mencari basal dan apeks jantung.
d. Auskultasi :bunyi jantung S-I, S-II, S-III, murmur, galoop, gurgling.
e. Pengukuran tekanan darah dan heart rate.
f. Capillary refill time : < 3 detik.
g. Akral : hangat.
3) Gastrointestinal dan Nutrisi
a. Inspeksi : perut datar, bulat, simetris.
b. Auskultasi : Bising usus : 4 – 5 kali/menit
c. Perkusi :tympani pada organ berongga, pekak pada organ padat.
d. Palpasi : hati teraba halus, dll
4) Neurosensori Dan Muskuloskeletal
a. Tingkat kesadaran : somnolen, delirium, apatis, koma.
b. Pediatric coma scale : diisi berdasarkan kondisi pasien.
c. Respon terhadap nyeri : ( ) ya( ) tidak
d. Tangisan : kuat, lemah, merintih, tidak ada.
e. Kepala : sakit kepala,vertigo.
f. Ubun-ubun : datar, cekung, cembung
g. Pupil : isokor, anisokor, dilatasi
h. Reaksi terhadap cahaya : ada atau tidak ada
5) Sistem motorik
i. Kekuatan otot : menurun
j. Tonus otot : melemah
k. Reflek : melemah
l. Gerakan : lemah, paralise
m.Postur tubuh : simetris, asimetris, gerakan tidak teratur/tremor
n. Kejang : ada. Subtle/tonik klonik.
6) Integumen
a. Warna kulit : kemerahan, pucat,
b. Suhu : panas, hangat,
c. Turgor : elastis atau tidak elastis
d. Kebersihan : bersih, kotor
e. Integritas : ekimosis, lebam, lesi, abrasi, dll
f. Kepala : bersih, kotor, bau.
g. Mata : Sekret ( ) ya( ) tidak
h. Abdomen : bentuk bulat tidak ada benjolan
i. Tali pusat : ada atau tidak.
j. Puntung umbilikal :kering, basah, bau, kemerahan, pus.
7) Reproduksi
a. Perempuan
1) Vagina : bersih atau kotor
2) Menstruasi : sudah atau belum
3) Pemasangan kateter : ada atau tidak
b. Laki-laki
1) Preputium: bersih atau tidak
2) Hipospadia : ya atau tidak
3) Scrotum : Testis( ) ada( ) tidak ada(Alimul 2012)
2. Diagnose keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hambatan neurologis :
gangguan kejang.
2. Risiko cedera dengan faktor risiko internal : disfungsi biokimia.
3. Risiko aspirasi dengan faktor risiko penurunan status kesadaran, depresi
refleks menelan.
4. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
5. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dengan faktor risiko trauma.
6. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit.
7. Risikoketerlambatan perkembangan dengan factor risiko gangguan kejang
(Herdman & Kamitsuru 2014).
3. Rencana Intervensi
( Nanda , Nic,Noc, 2015-2018)
N Diagnosa NOC NIC
No keperawatan
1 Respiratory Status Airway Management
1 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan a. Buka jalan napas secara manual
napas berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam bila perlu.
dengan hambatan diharapkan pernapasan pasien b. Posisikan pasien semi dudukagar
neurologis : gangguan dapat normal dengan kriteria hasil ventilasai dapat maksimal.
kejang. : c. Berikan terapi oksigen bila perlu.
a. Frekuensi napas dalam d. Berikan obat-obatan bronkodilator
rentang normal. bila perlu.
b. Irama napas reguler. e. Berikan cairan yang cukup.
c. Tidak ada penggunaan otot f. Jaga kepatenan jalan napas.
bantu napas. g. Kaji respirasi dan status oksigen
d. SaO2> 95%. pasien bila dibutuhkan.
e. Pasien tampak tenang.
2 Risk Control Seizure Management
2 Risiko cedera dengan Setelah dilakukan tindakan a. Pelihara jalan napas pasien.
faktor risiko internal : keperawatan selama 1 x 24 jam b. Miringkan badan pasien.
disfungsi biokimia. diharapkan cedera tidak terjadi c. Atur gerakan untuk menghindari
pada pasien dengan kriteria hasil : cedera.
a. Tidak ditemukan luka, d. Lepas pakaian pasien.
memar, perdarahan pada e. Berikan akses IV bila dibutuhkan.
pasien. f. Berikan terapi oksigen.
b. Keamanan pasien terjaga. g. Kaji tanda-tanda vital.
c. Faktor-faktor risiko penyebab h. Reorientasi pasien setelah kejang.
cedera pada pasien dapat i. Catat lama kejang.
dihindari. j. Catat karakteristik kejang.
k. Berikan obat-obatan antikonvulsi
bila perlu.
l. Kaji periode postikal dan
karakteristiknya.
3 Aspiration Prevention Aspiration Precaution
3 Risiko aspirasi dengan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat kesadaran pasien.
faktor risiko keperawatan selama 1 x 24 jam b. Jaga kepatenan jalan napas pasien.
penurunan status diharapkan aspirasi tidak terjadi c. Kaji status pulmonal.
kesadaran, depresi kepada pasien dengan kriteria d. Lakukan suction bila perlu.
refleks menelan. hasil: e. Posisikan pasien setengah duduk
a. Pasien tidak mengalami (45o) untuk menghindari aspirasi.
aspirasi. f. Hindarkan pasien untuk makan.
b. Kepatenan jalan napas pasien g. Gunakan agen prokinetik.
terjaga. h. Berikan oral care.
4 Thermoregulation Fever Treatment
.4 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan a. Kaji suhu tubuh dan tanda-tanda
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam vital pasien.
kekurangan cairan diharapkan suhu tubuh pasien b. Kaji balance cairan pasien.
dapat menurun dengan kriteria c. Berikan terapi caira intravena bila
hasil : dibutuhkan.
a. Suhu tubuh pasien dalam d. Berikan oksigen bila diperlukan.
rentang normal. e. Dukung asupan cairan pasien.
b. Tanda-tanda vital pasien f. Berikan obat penurun panas bila
dalam rentang normal. perlu.
g. Kaji tanda dan gejala komplikasi
yang disebabkan oleh demam
(kejang).
5
.5 Risiko Circulation Status Vital Sign Monitoring
ketidakefektifan Setelah dilakukan tidakan a. Kaji tanda vita pasien.
perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 jam b. Kaji status oksigenai pasien.
otakdengan faktor diharapkan status sirkulasi pasien c. Kaji warna kulit, suhu, dan
risiko trauma. dapat terjaga dengan kriteria kelembaban kulit pasien.
hasil : d. Kaji suara jantung pasien.
a. TD pasien dalam rentang e. Kaji suara napas pasien.
normal. f. Kaji CRT pasien.
b. Pulsasi teraba kuat pada g. Konsulkan dengan dokter bila
ekstremitas. ditemukan perubahan pada status
c. Akral hangat. perfusi pasien
6 Neurological Status Temperature Regulation
.6 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji temperatur pasien setiap 2
termoregulasi keperawatan selama 3 x 24 jam jam bila dibutuhkan.
berhubungan dengan diharapkan termoregulasi pasien b. Kaji tanda vital pasien.
penyakit. dapat stabil dengan kriteria hasil : c. Kaji warna dan suhu kulit pasien.
a. Tanda-tanda vital dalam d. Tingkatkan asupan cairan dan
rentang normal. nutrisi pasien.
b. Suhu tubuh stabil dalam nilai e. Gunakan kasur penghangat,
rentang normal. selimut penghangat, dan
c. Kejang pasien dapat penghangat ruangan untuk
terkontrol. menghangatkan pasien bila
dibutuhkan.
f. Berikan obat-obatan untuk
mencegah kedinginan.
g. Berikan obat antipiretik bila perlu.
7
7. Risiko keterlambatan Seizure Self Control Anticipatory Guidance
perkembangan Setelah dilakukan tindakan
7 denganfaktorrisiko keperawatan selama 7 x 24 jam a. Bantu pasien dan keluarga untuk
gangguan kejang. diharapkan pasien dan keluarga mengidentifikasi kemungkinan hal
mampu mengontrol risiko dengan yang terjadi mengenai
kriteria hasil : perkembangan atau krisis yang
a. Pasien dan keluarga mampu akan dihadapi pasien dan keluarga
mendiskripsikan faktor kedepannya.
pemicu kejang. b. Ajarkan tentang perkembangan
b. Pasien dan keluarga mampu dan perilaku normal anak pada
mengetahui penanganan keluarga.
pencegahan kejang. c. Bantu pasien dan keluarga dalam
c. Pasien dan keluarga mengerti memutuskan pilihan alternatif
tentang tahapan kedepannya.
perkembangan. d. Bantu pasien dan keluarga untuk
d. Pasien dan keluarga pasien mendapatkan sumber bantuan lain.
mampu menghindari faktor e. Bantu pasien untuk menjadwalkan
risiko kunjungan pemeriksaan.
f. Berikan dukungan emosional
kepada pasien.
Diare NOC NIC
berhubungan dengan Bowel Elimination Diarhea Manajement
bising usus hiperaktif Fluid Balance 1. Evaluasi efek samping
Hidration pengobatan terhadap
Electrolyt and Acid Base gastrointestinal
Balance 2. Ajarkan pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan menggunakan obat anti diare
keperawatan selama 3 x 24 jam 3. Instruksikan pasien atau keluarga
diareklien dapat diatasi untuk mencatat warna, jumlah,
dengankriteria hasil: frekuensi, dan konsistensi dari
1. Feses berbentuk, BAB sehari feses
sekali sampai dengan 3 hari 4. Evaluasi intake makanan yang
2. Menjaga daerah rectal dari masuk
iritasi 5. Identifikasi faktor penyebab dari
3. Tidak mengalami diare diare
4. Menjelaskan penyebab diare 6. Monitor tanda dan gejala diare
dan rasional tindakan 7. Observasi turgor kulit secara
5. Mempertahankan turgor kulit rutin
8. Ukur diare atau keluaran BAB
9. Hubungi dokter jika ada
kenaikan bising usus
10. Instruksikan pasien untuk makan
rendah serat, tinggi protein, dan
tinggi kalori jika memungkinkan
11. Instruksikan untuk menghindari
laksative
12. Ajarkan teknik untuk
menurunkan stress
13. Monitor persiapan makanan
yang aman
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A.A., 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2, Jakarta: Salemba Medika.
Bulechek, G.M. et al., 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th ed.,
Missouri: Elsevier Mosby.
Guyton, A.C. & Hall, J.E., 2012. Guyton dan Hall Buku ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
Kedu., Singapura: Saunders Elsevier.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S., 2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classification 2015-2017 10th ed., Oxford: Willey Blackwell.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011. Konsesus Penatalaksanaan Kejang Demam,
Jakarta: Ikatan DOkter Anak Indonesia.
Kliegman, R.M. et al., 2016. Nelson Textbook of Pediatrics 20th ed. R. E. Behrman, ed.,
Philadelphia: Elsevier.
Lambardo, M.C., 2011. Gangguan Kejang. In Pendit et al., eds. Price dan Wilson
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Moorhead, S. et al., 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th ed., Missouri:
Elsevier Mosby.
Potter, P.A. & Perry, A.G., 2010. Fundamental of Nursing 7th ed., Missouri: Elsevier
Ltd.
Utomo, H. & Gan, V.H.S., 2012. Antiepilepsi dan Antikonvulsi. In Farmakologi dan
Terapi. Jakarta: FKUI.
ASUHAN KEPERAWATAN An. M
DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG ANAK
UPTD PUSKESMAS UNDAAN KUDUS
Disusun Oleh :
PITRI FRAMUSINTO
202203060
: perempuan
: laki-laki
: perempuan meninggal
: laki-laki meninggal
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal satu rumah
: klien
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi √
Naik Tangga √
Keterangan :
0: Mandiri
1. : Dibantu
2. : Dibantu orang lain
3. : Dibantu orang dan peralatan
4. : Ketergantungan atau tidak mampu
5. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : Ibu mengatakan bahwa anaknyatidur 9 – 10 jam pada malam
hari, tidur siang biasanya 2 jam, tidak ada gangguan kesulitan
tidur.
Selama sakit : Ibu mengatakan bahwa anaknyatidur 9 – 10 jam pada malam
hari, tidur siang biasanya 2 jam, tidak ada gangguan kesulitan
tidur selama di RS.
6. Pola persepsi kognitif
Sebelum sakit:Orang tua klien mengetahui kalau anaknya panas, diberobatkan
ke bidan atau mantri setempat, kalau kejang segera dibawa ke
RS
Selama Sakit : Ibu pasien mengatakan bahwa kurang tahu cara untuk menangani
kejang di rumah,jadi sewaktu anaknya kejang pasien langsung
dibawa ke RS
7. Pola persepsi diri
Sebelum sakit : Ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga jadi setiap
harinya merawat anak anaknya sendirian ,sedangkan bapaknya
bekerja sebagai buruh bangunan dan bekerja serabutan, jadi
sebagai penopang ekonomi keluarga adalah ayah pasien.
Selama sakit : Ibu pasien bertugas untuk menjaga anaknya di rumah sakit
dengan dibantu oleh nenek dari ibu pasien. Sedangkan ayah
pasien tetap bekerja seperti biasa
8. Pola hubungan social
Sebelum sakit : Klien dan keluarga tidak ada masalah dengan hubungan sosial
antar anggota keluarga maupun dengan tetangga sekitar tempat
tinggal, anaknya suka bermain dengan anak sebaya di
lingkungan rumah,ibu pasien aktif ikut pengajian rutin
selapanan.
Selama sakit : Ibu pasien tidak ada masalah dengan tetangga dan anggota
keluarga yang lain, dan anak tidak bisa bermain dengan teman
sebayanya di rumah.
9. Pola seksual
Sebelum sakit : Pasien merupakan anak perempuan,anak pertama tidak
mengalami gangguan pada system reproduksi.
Selama sakit : Pasien tidak ada kelainan pada system reproduksi.
10. Pola pemecahan masalah mengatasi stress
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakn bahwa kalau ada masalah dalam keluarga
dipecahkan dengan musyawarah dengan anggota keluarga
secara kekeluargaan.
Selama sakit : Ibu mengatakan bahwa sama seperti sebelum sakit,masalah
dipecahkan secara musyawarah.
11. Sistem kepercayaan nilai-nilai
Sebelum sakit :Ibu pasien mengatakan bahwa keluarganya semuanya beragama
islam , rajin beribadah melaksanakan sholat 5 waktu rutin,dan
aktif mengikuti pengajian dilingkungannya.
Selama sakit : Ibuklien menganggap sakit ini adalah ujian dari Tuhan yang harus
dijalani dan selalu berusaha untuk mencari pengobatan
demikesembuhan anak.
A. ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: - Hipertermi Kekurangan
DO : cairan
1. Pasien tampak rewel.
2. Keadaan umum : lemah
3. Kesadaran : composmentis
4. TTV:
Suhu: 40oC,
Nadi: 130 kali/menit
RR: 30 kali/menit,
5. Tubuh klien teraba panas
6. Warna kulit kemerahan
DS: - Diare Bising usus
DO : hiperaktif
1. Pasien tampak rewel.
2. Keadaan umum : lemah
3. Kesadaran : composmentis
4. TTV:
Suhu: 40oC,
Nadi: 130 kali/menit
RR: 30 kali/menit,
5. BAB cair 5x/hari, setiap diare ±50 cc, ampas
tidak, lendir tidak, darah tidak
6. Tidak ada keruskan integritas kulit anus
7. Bising usus ±20 x/menit
DS : - Ketidakseimba Diare
DO : ngan nutrisi
1. Pasien tampak kurus kurang dari
2. BB saat sakit: 5,5 kg kebutuhan
3. BB sebelum sakit: 5,8 kg
4. Muntah 1x, cair, ±50cc
5. Tugor kulit kering
6. Penghitungan Z score :
BB/U :-3SD
Kategori gizi : Gizi Buruk
BB/PB :−3SD
Kategori gizi : Kurus
1 3. Mengajarkan keluarga DS :
15.30 kompres hangat. DO : Ibu pasien tampak
memberikan kompres
hangat kepada anaknya
2 5. Memonitor intake DS : -
1 15.55 makanan yang masuk DO; pasien makan habis
16.10 hanya 1/3 dari diit yang
diberikan RS
2 6. Kolaborasi pemberian DS :
16.30 obat antipiretik DO : obat masuk dengan
Inj. Norages 60mg lancar, tidak muntah dan
Paracetamol Syrup tidak ada reaksi alergi
3/4cth
DS : -
3. 7. Kolaborasi pemberian DO : obat masuk dengan
16.40 anti diare lancar, tidak muntah dan
Zinc syr 1cth tidak ada reaksi alergi
3 DS : ibu pasien
16.55 8. Kaji adanya alergi mengatakan anaknya
makanan tidak ada alergi
makanan
3
17.00 DS:
9. Memonitor intake DO; pasien makan habis
makanan yang masuk hanya 1/3 dari diit yang
diberikan RS
3
17.15 DS :-
10. Monitoring mual dan DO : pasien muntah 1x
muntah ±50cc cair,
3 10.00
9. Monitoring mual dan
muntah DS :-
DO : pasien sudah tidak
muntah
1. Medical Management
a. IVF, O2 Therapy
Medical Tanggal Penjelasan Indikasi Respon
management Therapy Secara umum dan tujuan pasien
- - - - -
b. Obat-obatan
Nama obat Tgl terapi Cara, dosis, Cara kerja obat, fungsi Respon pasien
frekwensi dan klasifikasi
Infus RL 15 Januari 25cc/jam Rehidrasi cairan Cairan masuk
2022 ( makro ) lancar, tidak
(Advis (IV) ada alergi,
DPJP) tidak plebitis
Injeksi 15 Januari 2x1,25 mg Mencegah Obat masuk
Ondansetron 2022 (IV/bolus) sertamengobati lancar, tidak
(Advis mualdan muntah ada alergi
DPJP)
Injeksi Norages 15 Januari 3x60 mg Anti piretik Obat masuk
2022 (IV/bolus) lancar, tidak
(Advis ada alergi
DPJP)
Injeksi 15 Januari 2x2 mg Anti inflamasi Obat masuk
Dexamethasone 2022 (IV/bolus) lancar, tidak
(Advis ada alergi
DPJP)
Injeksi Stesolid 15 Januari 1mg Anti Kejang Obat masuk
2022 ( IV/ Bolus lancar, tidak
(Advis pelan jika ada alergi
DPJP) kejang)
L-Bio 15 Januari 1x1 sachet Membantu melindungi Obat masuk
2022 (Oral) systempencernaan lancar, tidak
(Advis sertamemperbaiki fungs ada alergi,
DPJP) i normal tidak
saluranpencernaan pada dimuntahkan
kondisi sepertidiare
L zinc Syrup 15 Januari 1x1 Cth Membantu melindungi Obat masuk
2022 (oral) systempencernaan lancar, tidak
(Advis sertamemperbaiki fungs ada alergi,
DPJP) i normal tidak
saluranpencernaan pada dimuntahkan
kondisi sepertidiare
Sanmol syrup 15 Januari 4x1/4 cth Anti piretik Obat masuk
2022 (Oral) lancar, tidak
(Advis ada alergi,
DPJP) tidak
dimuntahkan
Curcumex Syrup 15 Januari 2x1/2 Cth Untuk sebagai Obat masuk
2022 (Oral) multivitamin lancar, tidak
(Advis ada alergi,
DPJP) tidak
dimuntahkan
Candistatin Drop 15 Januari 3x0,5CC Untuk membantu Obat masuk
2022 (Oral) mengobati Sariawan lancar, tidak
(Advis ada alergi,
DPJP) tidak
dimuntahkan
Trolit 15 Januari 1x1Sachet Untuk membantu Obat masuk
2022 (Oral) menaikkan Trombosit lancar, tidak
(Advis ada alergi,
DPJP) tidak
dimuntahkan
c. Diet
Jenis diet Tanggal Penjelasan Indikasi dan Makana Respon
terapi umum tujuan n klien
spesifik
Diit cair 1000 15 Januari Asupan Indikasi : Bubur Nafsu
kkal per oral 2022 nutrisi saat Gangguan fungsi saring ½ makan
( Bubur saring ini < 50 % Gastro Intestinal porsi + menurun
½ porsi + susu terkait diare susu , diet
proten ditandai BAB proten masuk ½
3x100cc) cair >6x/hari 3x100cc porsi
Tujuan : asupan yang
nutrisi > 50 % diberika
n RS
setiap
kali
makan