Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA PNEUMONIA

DI RUANG PERAWATAN ANAK

RSUD SYEKH YUSUF

OLEH

ANTOMINA YENSEN

NIM : 7120611808

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

TA 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃.
Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun
ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai
dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013). Kejang demam merupakan
gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan
salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang
sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya
sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia
kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong,
2008)

B.Etiologi Kejang Demam 

1.Faktor-faktor prenatal
2.Malformasi otak congenital
3.Faktor genetika
4.Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5.Demam
6.Gangguan metabolisme
7.Trauma
8.Neoplasma, toksin
9.Gangguan sirkulasi
10.Penyakit degeneratif susunan saraf.
11.Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.

C.Patofisiologi Kejang Demam 

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl – ). Akibatnya konsentrasi ion K + dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat  perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a.Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b.Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
c.Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan Pada keadaan
demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 %
dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian  besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan  bantuan “neurotransmitter”dan
terjadi kejang.

Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat
D.Nursing Pathway

Infeksi bakteri Rangsang mekanik dan biokimia.

Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan&elektrolit  

perubahan konsentrasi ion


Reaksi inflamasi di ruang ekstraseluler

Resiko Infeksi

Proses demam Ketidakseimbangan kelainan neurologis


potensial membran perinatal/prenatal
ATP ASE

Hipertermia

Resiko kejang berulang difusi Na+dan K +

Pengobatan perawatan Kondisi, prognosis lanjut kejang resiko cedera


Dan diit

Defisit pengetahuan keluarga kurang dari 15 menit lebih dari 15 menit


 

perubahan suplay
Tidak menimbulkan
Darah ke otak
gejala sisa

resiko kerusakan sel  Neuron otak

Gangguan Perfusi jaringan cerebral

 
E.Tanda dan gejala klinis Klinis Kejang Demam

Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:


1.Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai
berikut :
a.Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b.Kejang umum tonik dan atau klonik
c.Umumnya berhenti sendiri
d.Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

2.Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai
berikut :
a.Kejang lama > 15 menit
b.Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c.Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

F.Klasifikasi Kejang Demam

A.Kejang demam sederhana


1).Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2).Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun
3).Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun
4).Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
5).Kejang tidak bersifat tonik klonik
6).Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7).Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau abnormalitas
perkembangan
8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat
9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha, 2014)

B.Kejang demam kompleks

Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang  parsial


simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecap-ecapkan bibir,
mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang  pada tangan, dan gerakan tangan
lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden, 2002)

 
G.Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam
1.Elektro encephalograft (EEG) 
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam
yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk  pasien
kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi. 

2.Pemeriksaan cairan cerebrospinal 


Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama
pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala
meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur
kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.

3.Darah

a.Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)  

b.BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro

toksik akibat dari pemberian obat.

c.Elektrolit : K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang Kalium

( N 3,80 – 5,00 meq/dl )  Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

4.Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,  pendarahan
penyebab kejang.

5.Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

6.Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di
bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

H.Penaktalaksanaan Medis

1.Pengobatan
a.Pengobatan fase akut Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah
diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal. Dosis awal : 0,3  – 0,5
mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan). Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis
yang sama setelah 20 menit.  

b.Turunkan panas Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis. Kompres air PAM /
Os
 
c.Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama,
walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang
dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam
berlangsung lama.

d.Pengobatan profilaksis Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam
dan  profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten
diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3  – 0,5 mg/hgBB/hari.
e.Penanganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah

2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan
antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.  

b. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasi Dapat digunakan :


Penobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
Diazepam : (indikasi khusus)
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta kedokteran


. Edisi 3. Medica Aesculpalus, FKUI. Jakarta Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis
keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta Carolin, Elizabeth J. 2002.
Buku Saku Patofisiologi
. EGC: Jakarta. Carpenito, L.J.,2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis,
EGC, Jakarta Doenges, Marilynn E. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, alih bahasa; I Made Kariasa, editor; Monica  Ester, Edisi 3
. EGC: Jakarta. Hidayat, Azis Alimul. (2005).
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I
. Edisi:1. Jakarta: Salemba medika. Judith M. Wilkinson, ( 2016) Diagnosis keperawatan
NANDA NIC-NO, Edisi :10.EGC ,Jakarta Maeda, Dkk. Lp kejang demam. 12 mai
2018.
https://www.scribd.com/doc/240209755/LP- Kejang-Demam Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2007). Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika Syaifudin (2006).

Anda mungkin juga menyukai