Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM SEDERHANA


(KDS) DIRUANG CEMPAKA RSUD KARTINI JEPARA

DISUSUN OLEH :

Nama : Rachmandani Lilik Nuramala


NIM : 82021040071
Prodi : Profesi Ners

JURUSAN S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020/2021
A. PENGERTIAN
Kejang demam merupakan serangan kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu
tubuh suhu rektal diatas 38°C (Riyadi dan Sujono, 2009 dalam Caring Nursing
Journal 2017).Menurut Nurrarif dan Kusuma (2013) Kejang demam di klasifikasikan
menjadi dua, antara lain Kejang Demam sederhana dan Kejang Demam Kompleks.
Kejang demam sederhana yaitu demam disertai kejang yang berlangsung singkat < 10
menit dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang Demam Kompleks yaitu
demam disertai kejang yang berlangsung > 15 menit dan berulang 2 kali atau lebih,
dalam 24 jam.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kejang yang paling sering terjadi pada anak, Sebanyak 2% sampai
5% anak yang berumur kurang dari 5 tahun pernah mengalami kejang disertai demam
dan kejadian terbanyak adalah pada usia 17-23 bulan.Secara umum kejang demam
memiliki prognosis yang baik, namun sekitar 30 sampai 35% anak dengan kejang
demam pertama akan mengalami kejang demam berulang (Kakalang et al., 2016).
Kejang merupaka suatu perubaha fugsi pada otak secara medadak da sangat
singat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas yang abnormal serta
adanya pelepasan listrik serebal yang sangat berlebihan. Kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 ˚C )
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (barara & jaumar 2013 ).
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat
dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan
karena proses ekstrakranium.
B. ETIOLOGI
Penyebab kejang demam Menurut Risdha (2014) yaitu:
Faktor-faktor perinatal, malformasi otak konggenital
1. Factor genetika
Factor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya kejang demam, 25-50%
anak mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga yang pernah
mengalami kejang demam
2. Penyakit infeksi
a) Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius, pharyngitis, tonsillitis,
otitis media.
b) Virus : virecella (cacar), morbili (campak), dongue (virus penyebab
demam berdarah )
3. Demam
Kejang demamm cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit
dengan demam tinggi
4. Gangguan metabolism
Gangguan metabolism seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula darah kurang
dari 30 mg% pada neonates cukup bulan dan kurang dari 20mg% pada bayi
dengan berat badan lahir rendah atau hiperglikemia.
5. Trauma
Kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera
6. Neoplasma, toksin
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapa pun, namun mereka
merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia pertengahan
dan kemudian ketika insiden penyakit neoplastic meningkat.
7. Gangguan sirkulasi
8. Penyakit degenerative sususnan saraf
C. MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM
Menurut Wulandari & Erawati (2016) manifesttasi kejang demam yaitu:
1. Kejang demam mempunyai kejadian yang tingggi pada anak yaitu 34%
2. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, banyak dialami ooleh anak laki-laki
3. Kejang timbul 24 jam setelah suhu badan naik diakibatkan infeksi disusunan
saraf pusat seperti otitis media dan bronchitis
4. Bangkitkan kejang berbentuk tonik-klonik
5. Takikardi : pada bayi, frekuensi sering 150-200 kali permenit
D. PATHOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion
Natriun (Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI- ). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar
sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke
membran sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu
rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu
tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama ( lebih
dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian
diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).
E. PATHWAY

Infeksi bakteri virus


parasit
Rangsang mekanik dan
biokimia. Gangguan
Reaksi inflamasi keseimbangan cairan dan
elektrolit

Proses demam
Perubahan konsentrasi ion Kelainan neurologis
ddiruang ekstraseluler perinatal/prenatal
Hipertermia

Resiko kejang berulang Ketidakseimbangan Perubahan difusi


potensial membram ATP Na+dan K+
ASE

Pelepasan muatan listrik Perubahan beda


semakin meluas keseluruhan sel potensial membram sel
maupun membrane sel neuron
sekitarnya dengan bantuan
neorotransmiter
Resiko cedera

kejang

Kurang dari 15 menit Lebihh dari 15 menit


(KDS) (KDK)

Kontraksi otot Perubahan suplay


meningkat darah keotak

Mmetabolisme Resiko kerusakan sel


meningkat neuron otak

Resiko ketidakefektifan
( Aplikasi nanda NIC-NOC,2015) perfusi jaringan otak
F. PENATALAKSANAAN
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor yang
perlu dikerjakan yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
a) Memberantas kejang secepat mungkin Bila pasien datang dalam
keadaan status konvulsivus (kejang), obat pilihan utama yang
diberikan adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat badan,
kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5
mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata
yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak
berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila
masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
melalui intravena.
Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang,
diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi
pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti.
Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4
% secara intravena. Efek samping dari pemberian diazepan adalah
mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan.
Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang
seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif adalah
melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah
berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5
mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama untuk
menanggulangi kejang atau status konvulsivus yang dipilih oleh para
ahli adalah difenilhidantion karena tidak mengganggu kesadaran dan
tidak menekan pusat pernapasan, tetapi dapat mengganggu frekuensi
irama jantung.
b) Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan
pengobatan penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar
jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi vital
seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung
diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya diberikan
dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk
hibernasi adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema otak
diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya dexametason
0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik
c) Memberikan pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya
kerja diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit
sesudah disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik
dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat tergantung
daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu
pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis jangka
panjang.
d) Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang
diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian
atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu
untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademis pasien kejang
demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya dilakukan pungsi
lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi
didalam otak misalnya meningitis.
b. Penatalaksanaan keperawatan
a) Pengobatan fase akut
1) Airway
a. Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala
dimiringkan dan pasangkan sudip lidah yang telah
dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.
b. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,
lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
c. berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
2) Breathing
Isap lendir sampai bersih
3) Circulation
a. Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara
intensif.
b. Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
(berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap
sadar).
Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera
berhenti, hubungi dokter apakah perlu pemberian obat
penenang.
4) Pencegahan kejang berulang
a. Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata
0,3mg/kgBB atau diazepam rektal. Jika kejang tidak
berhenti tunggu 15 menit dapat diulang dengan dengan
dosis dan cara yang sama.
b. Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai
fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya
diteruskan dengan pengobatan rumat.
G. PEMMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan
fokus dari kejang
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya
untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
6. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
7. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematocrit
8. Panel elektrolit
9. Skrining toksik dari serum dan urin.
10. GDA
H. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap penting dan menentukan dalam tahap-tahap
selanjutnya. Data yang komprehensif dan valid akan menentukan penetapan diagnosis
keperawatan dengan tepat dan benar, serta selanjutnya akan berpengaruh dalam
perencanaan keperaawatan . Tujuan dari pengkajian adalah didapatkan nya data yang
komprehensif yang mencakup data biopsiko dan spiritual (Nurrarif dan Kusuma 2013)
Pengkajian pada anak kejang demam dengan peningkatan suhu tubuh menurut
(Lestari, 2016) meliputi :
1. Observasi manifestasi klinis demam
2. Riwayat kejang
3. Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
4. Kulit kemerahan
5. Kulit hangat jika di sentuh
6. Peningkatan frekuensi pernafasan
7. Takikardia
I. DIAGNOSA
1. Resiko cedera berhbungan dengan ketidakefektifan orientasi (kesadaran
umum) kejang
(Domain 11, kelas 2, kode 00035)
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jarinan otak berhubungan dengan gangguan
aliran darah keotak
(Domain 4, kelas 4, kode 00201)
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
( Domain,11, kelas 2, kode 00039)
J. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
1 Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji
berhubungan dengan keperawatan diharapkan resiko karakteristik
ketidakefektifan cedera menghilang dengan kejang
orientasi (kesadaran kriteria hasil : 2. Balikkan badan
umum) kejang 1. .Suhu tubuh diatas klien ke satu
(Domain 11, kelas 2, normal sisi
kode 00035) 2. Kejang hilang 3. Ciptakan
3. Kulit Kemerahan lingkungan
4. Kulit terasa hangat yang aman
bagi pasien
4. Kolaboorasi
dengan tim
medis
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu
nyaman berhubungan keperawatan diharapkan rasa tubuh
dengan hipertermi nyaman terpenuhi dengan kriteria 2. Ajarkan pada
(Domain 12, kelas 1, hasil : keluarga
kode 00214) 1. Tanda-tanda vital dala batas memberikan
normal kompres pada
2. Suhu tubuh dalam batas kepala
normal 3. Anjurkan klien
untuk
menggunakan
baju tipis yang
terbuat dari
katun
4. Kolaborasi
dengan tim
medis
3. Resiko terjadinya Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi tanda
kejang berulang keperawatan diharapkan tidak kejang
berhubungan dengan terjadi kejnag berulang dengan berulang
peningkatan suhu kriteria hasil : 2. Longgarkan
tubuh. 1. Tidak terjadi serangan pakaian,
(Domain 11, kelas 6, kejang ulang berikan
kode 00007) 2. TTV dalam batas normal. pakaian yang
3. Suhu tubuh dalam batas tipis yang
normal mudah
menyerap
keringat.
3. Berikan
kompres panas
jika demam
4. Kolaborasi
dengan tim
medis
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati.(2015).konsepsolusihospitalisasi.https://www..stikesicmejbg.ac.id/
5.Diakses pada tanggal 31 juli 2019 pada pukul 10.00 WIB.

Arif,Mansjoer (2010).Kapita selekta kedokteran FKUI.


https://digilib.unimus.ac.id. Diakses pada tanggal 01 september 2019 pada
pukul 13.00 WIB

Atut dkk; hubungan antara riwayat kejang pada keluarga dengan tipe kejang demam
dan usia saat kejang demam pertama; junal sari pediatric 2013 ;
15:137-140

Badan kesehatan dunia (WHO) . Putra andretty (2015). management of febris

colvulsi https://eprints.ums.ac.id. Diakses pada Tanggal 25 juli 2019 pada


pukul 10.00 WIB.

Christianti. (2012).Dokumentasi Evaluasi Keperawatan. Jakarta:EGC

Carlrson, (2011). Perubahan konsentrasi terhadap rasa pengecap pada demam.;


jurnal penelit. Med. Eksakta, Vol.8 , No 3 : 159-167

Dewanti dkk ; Analisis faktor-faktor yang berhubugan dengan kejadian kejang demam
:E-Jurnal Medika, Vol.8 No.4 april 2019

Anda mungkin juga menyukai