Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HHD (HYPERTENSIVE HEART DISEASE)

DIRUANG DAHLIA I RSUD RA KARTINI JEPARA

DISUSUN OLEH :

Nama : Rachmandani Lilik Nuramala

NIM : 82021040071

Prodi : Profesi Ners

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2020/2021
A. PENGERTIAN
Hypertensive heart disease adalah suatu istilah yang digunakan secara
umum untuk penyakt jantung seperti hipertropi ventrikel kiri , penyakit artei koroner ,
aritmia jantung , dan gagal jantung kongesif yang disebabkan oleh efek peninggian
tekanan dara h kronis (Riaz , 2012) .
Hypertensive Heart Disease (HHD) adalah penyakit yang berkaitan dengan
dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sitemik yang lama dan
berkepanjangan. HHD merujuk pada suatu keadaan yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan darah (hipertensi).hpertensi yang berkepanjangan dan
terkendala dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan system konduksi
jantng. Perubahan- perubahan ini dapat mengakibatkan komplikasi berupa Left
Ventricle Hypertropy (LVH). Penyakit arteri coroner, ggangguan system konduksi
jantung, disfungsi sistolik dan diastolic miokard yang akan beranifestasi klinis
sebagai nyeri dada, infark miokard, aritmia jantung ( terutama fibrilasi atrium) dan
gagal jantung kongestif (Sudoyo,2015)

B. ETIOLOGI
Menurut Gunawan (2020), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
2) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
3) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan
timbulnya hipertensi adalah:
1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
2) Kegemukan atau makan berlebihan.
3) Stress. Merokok.
4) Minum alcohol.
5) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.
1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor.
2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.

C. MANIFESTASI KLINIS
Penyebab dari hypertensive heart disease adalah hipertensi kronis akan
tetapi, penyebab dari hipertensi sangat bervariasi (Riaz , 2012) Pada pemeriksaan
fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi
dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kupulan
cairan), penyenpitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema
pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dan
angina adalah gejala yang menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi
sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipake berkontrasi melawan
tekanan sistemik yang meningkat.
Apabia jantung tidak mampu lagi anahan peningkatkan beban kerja, maka
dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifetasi
sebagai nokturis (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azoremia (peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroks atau serangan stremik transien yang termanifestasi sebagai
patolisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.
Pada penderita stroks, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia
ansidens infark oatak mencapai 80%.
D. PATHOFISIOLOGI
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel
kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan
pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan
hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh
beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan
peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui,
mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi
berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik).
Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan
yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya,
karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik,
akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi
eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh
karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan
secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan
dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang
memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan
penyakit jantung koroner.Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan
pembuluh coroner juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang.
Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan
erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan
cadangan aliran darah koroner, yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh
badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan
tahanan perifer;
2. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per
unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi
antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada
stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini. Jadi, faktor koroner pada
hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun tampak sebagai
penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri
(Riaz , 2012) .
E. PATHWAY

Respon neurologi
Genetik
terhadap stress

Stress Lingkungan

Kebiasaan Obesitas Insulin meningkat


hidup

Hipertensi primer
Merokok, alcohol, konsumsi
garam berlebihan

Elastisitas dinding aorta Hipertrofi


menurun, katub jantung ventrikel kiri
menebal dan kaku,
Usia kemampuan memompa
lanjut Terbatasnya aliran
darah menurun, hilangnya
darah korone
elastisitas pembuluh
darah, meningkatnya
resistensi pembuluh darah
Iskemia miokard
perifer.

Hipertensi sekunder Resiko penurunan


curah jantung

Peningkatan
vaskuler
Kurangnya suplai oksigen ke jaringan

Nyeri

Intokeransi
aktivitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Somantri (2010), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi
Heart Disease (HHD), yaitu :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
2. Pemeriksaan retina.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua
kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan
penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada
pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90
pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit
jantung hipertensi menurut Oman (2018), yaitu :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
a) Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah
garam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi
sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–
100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric
oxide pada dinding vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki
keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi
endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga
teratur selama 30 menit sebanya 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
3. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang
sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan
(1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya
obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik,
sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau
gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-
obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan
tekanan darah atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.
4. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan
berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan
kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir
pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk
mencapai tekanan darah yang diinginkan.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan untuk mengindenfiklasi status
kesehatan klien. Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari
pasien dan orang terdekat lainnya melalui percakapan dan pengamatan :
a. Identitas klien :
Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
status marital, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, no.rekam medis,ruang dan alamat. Identitas penanggung
jawab : Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan klien dan
alamat.
b. Riwayat kesehatan :
1) Keluhan utama :
apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi
paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan time
(PQRST).
2) Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran
penyakit sampai dengan timbulnya keluhan 1 faktor yang
memperberat dan yang memperingan kualitas dari keluhan
dan bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
3) Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah
dialami klienyang berhubungan dengan penyakit
sekarang/penyakit lain seperti riwayat penyakit kandung kemih
(gagal jantung), penyakit sistemik (DM), dan hipertensi.
4) Riwayat kesehatan keluarga :dikaji kemungkinan pada
keluarga ada riwayat penyakit gangguan perkemihan,riwayat
kesehatan yang menular/keturunan.
c. Pemeriksaan fisik
1. Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital
2. Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil
terhadap cahaya positif, bisa membaca papan nama perawat
dalam jarak 30 cm.
3. Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa
hidung lembab, septum letar ditengah, tidak terdapat
pernafasan cupig hidung, pada palpasi sinus frontalis dan sinus
maksilaris tidak terdapat nyeri tekan, trakea ditengah, tidak
terdapat retraksi dinding dada, frekuensi nafas 24 x/menit,
paru-paru resonan.
4. Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah
muda lembab, jumlah gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah,
tidak ada pembesaran, tonsil refleks menelan, bentuk
abdomen, turgor, bising usus 10 x/menit.
5. Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis,
peningkatan JVC,bunyi jantung S152 tekanan darah.
6. Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal,
ada nyeri tekan.
7. Sistem persyarafan dikaji :sistem syaraf cranial, dikaji GCS dan
12 nervus saraf otak.
8. Sistem motorik, dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai
kaki.
9. Sistem sensorik, dikaji respon klien dengan menggunakan
rangsangan.
10. Sistem endokrin : dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar
lemfe, dan menanyakan riwayat penyakit DM.
11. Sistem integumen : dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka,
warna kulit, kepala.
12. Sistem genetalia, dikaji genetalia jika klien mau.
13. Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya
hidup, dan pola interaksi melalui wawancara / menanyakan
kepada orang terdekat (keluarga).
14. Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep
diri, immage, harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
15. Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di
rumah sakit

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload (Domain 4, kelas 4, kode 0024)
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(Domain 12, kelas 1, kode 00132)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
(Domain 4, kelas 4, kode 00092)
3. INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
1. Resiko tinggi penurunan Setelah Dilakukan 1. kaji Tanda-tanda
curah jantung berhubungan Tindakan Keperawatan vital
dengan perubahan selama 3X24 jam 2. Catat keberadaan,
afterload tekanan darah menurun kualitas denyutan
(Domain 4, kelas 4, kode Dengan Kriteria hasil : sentral dan perifer
0024) 1. Tekanan darah 3. Auskultasi tonus
dalam rentang jantung dan bunyi
individu yang dapat nafas
diterima 4. Amati warna kulit,
2. Irama dan frekuensi kelembaban, suhu
jantung stabil dalam 5. Anjurkan tehnik
rentang normal relaksasi
6. Pantau respon
terhadap obat
untuk mengontrol
Tekanan darah
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Berikan posisi
dengan agen cedera tindakan keperawatan yang nyaman.
biologis selama 3X24jam nyeri 2. Berikan tindakan
(Domain 12, kelas 1, kode berkurang Kriteria hasil : untuk
00132) 1. klien melaporkam menghilangkan
nyeri berkurang sakit kepala
2. klien tidak meringis misalnya:
kesakitan kompres dingin
3. ekspresi wajah klien pada dahi,pijat
rileks punggung dan
leher
3. Minimalkan
aktivitas
vosokontiksi yang
dapat
meningkatkan
sakit kepala
4. Ajarkan teknik
relaksasi nafas
untuk mengurangi
rasa nyeri
5. Kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
obat analgesik
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan klien
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Kaji hal-hal yang
ketidak seimbangan antara selama 3X24 jam, klien tidak mampu
suplai dan kebutuhan mampu melakukan dilakukan oleh
oksigen aktivitas Kriteria hasil : klien
(Domain 4, kelas 4, kode 1. klien berpartisipasi berhubungan
00092) dalam aktivitas dengan
yang diinginkan kelemahan
2. klien melaporkan fisiknya.
peningkatan dalam 3. Instruksikan
toleransi aktivitas pasien tentang
yang dapat diukur teknik
3. Pasien dapat penghematan
melakukan aktivitas energy
sendiri 4. Berikan
dorongan untuk
melakukan
aktivitas
5. Berikan bantuan
sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.


Jakarta:EGC
(Jitwiyono& Kristiyanasari, 2012) Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada
Praktik Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC
(Tarigan M.H 2014).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC Muttaqin, Arif
dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai