DISUSUN OLEH :
NPM : 920173131
B. ETIOLOGI
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas :
1. Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan
dan lain-lain.
3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),
purpura trombositopenia dan lain-lain.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran
makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap
macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran
makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya
varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan
bagian atas (Hilmy 1971: 58 %)
6. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol, dan lai-lain. Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal
perdarahan saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha
penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas.
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di
Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh
perdarahan saluran makan bagian atas.(Nurarif. 2013)
C. MANISFESTASI KLINIS
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya
kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai
berikut :
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan
diare.
2. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
3. Ascites, hidratonaks dan edemo.
4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
5. Hepatomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bila
secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan
oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif. Hati-hati akan
kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum.
6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa,
wasir dan varises esofagus.
7. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu:
a. Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan
pubis.
b. Amenore, hiperpigmentasi areola mamae.
c. Spider nevi dan eritema.
d. Hiperpigmentasi.
8. Jari tabuh.
D. PATHOFISIOLOGI
Pada gagal hepar sirosis kronis kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan !ena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalamsubmukosa esophagus lambung dan rectum serta pada dinding abdomen
anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari
sirkulasisplenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam !ena ini maka
vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut
varises.
Varises dapat pecah mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif.
Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangna darah tiba-tiba penurunan arus balik
!ena ke jantung dan penurunan perfusi jaringan. dalam berespon terhadap penurunan
curah jantung tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala
utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. jika volume darah tidak digantikan
Penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular. penurunan aliran
darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh dan tanpa suplai oksigen
yang mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan. pada melena dalam
perjalanannya melalui usus darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam.
perubahan warna disebabkan oleh HCE lambung pepsin dan warna hitam ini diduga
karena adanya pigmen porfirin. Kadang- kadang pada perdarahan saluran cerna
bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden feses dapat berwarna merah terang
gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
padasaluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling
sedikit perdarahan sebanyak 50-100cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap
berwarna hitam seperti ter selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan
berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung. darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama : 1 hari setelah
episode perdarahan tunggal.
E. PATHWAY
infeksi hepatitis viral tipe b/c
Defisiensi pengetahuan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
1) Darah : Hb menurun / rendah
2) SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari sel yang
mengalami kerusakan.
3) Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan kemampuan
sel hati yang kurang.
4) Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet.
5) Peninggian kadar gula darah.
6) Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti HBSAg/HBSAB,
HBeAg, dll.
b. Radiologi
1) USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan splenomegali,
acites.
2) Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus.
3) Angiografi untuk pengukuran vena portal.
G. Penatalaksanaan Medis
a. Istirahat cukup di tempat tidur.
b. Diet rendah protein, rendah garam, diit tinggi kalori.
c. Antibiotik.
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino esensial
berantai cabang dan glukosa.
e. Robansia vitamin B kompleks.
H. PENGKAJIAN
1. Pola Nafas
Sebelum sakit :Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu
pernafasan
Saat dikaji : Pasien tidak dapat bernafas dengan normal dan menggunakan
alat bantu
2. Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan 3x sehari dengan porsi nasi dengan lauk
pauk seadanya dan minum air putih 6-7 gelas
3. Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien bisa tidur 7-8 jam/hari tanpa ada gangguan
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak bisa tidur semalaman dan juga siang
tidak bisa tidur
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan kegiatan dan aktifitas tanpa bantuan
orang lain
Saat dikaji : Pasien tidak dapat bergerak bebas karena terpasang oksigen.
Aktivitas sehari – hari seperti mandi, makan, BAB, BAK
dibantu perawat dan keluarga.
6. Personal higine
Saat dikaji : Pasien hanya disibin oleh keluarganya pagi dan sore hari
7. Berpakaian
Saat dikaji : Pasien mengatakan dalam memakai dan memilih baju dibantu
oleh keluarga atau istrinya
Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika dingin memakai jaket dan slimut jika
panas pasien hanya memakai baju yang tipis dan menyerap
kringat
Saat dikaji : Pasien tetap memakai baju yang tipis dan mmenyerap kringat
Sebelum sakit : Pasien dapat melindungi dirinya dari bahaya lingkungan dan
kecelakaan
10. Komunikasi
11. Bekerja
Saat dikaji : Pasien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa karena
keadaannya sedang sakit
12. Ibadah
Saat dikaji : Pasien tidak dapat menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan
hanya tiduran
13. Rekreasi
14. Belajar
K. INTERVENSI