Anda di halaman 1dari 19

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Hisprung

1. Pengertian Hisprung

Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat
lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan.

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan

Penyakit Hirscprung (megacolon anganglionik congenital) adalah anomali congenital


yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian dari usus.

Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada
usus, dapat dari kolon sampai usus halus ( Ngastiyah,2005:219)

Jadi megakolon atau hirschprung adalah kelainan tidak adanya sel ganglion dalam rectum
atau bagian rektosigmoid, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh
obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak
ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.

Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam
rectum atau bagian rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan abnormal atau
tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily &Sowden : 2000)

2. Etiologi
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang berimigrasi ke
dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk berkembang
ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus. Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para
simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga
terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom,
kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal
pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus

3. Patofisiologi
Penyakit HIrschsprung, atau megakolon konginetal, adalah tidak adanya sel-sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan
atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter
rectum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus terdorong
ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan dilatasinya
bagian usus yang proximal terhadap daerah itu. Penyakit Hirschsprung diduga terjadi karena
factor-faktor genetic dan factor lingkungan, nmaun etiologi sebenarnya tidak diketahui.
Penyakit hirschsprung dapat muncul pada sembarang usia, walaupun paling sering terjadi
pada neonatus. (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden,
EGC : 2002)
WOC HISPRUNG

Kegagalan sel neuron pada dinding Gagal eksistensi carniokaudal pada myentrik Gagal migrasi sel ganglion pada
usus di masa embrio dan submukosa dinding pleksus perkembangan embrio

Segmen pendek (Anus-sigmoid) Tidak adanya neuron meisner


dan aorbach di segmen Prosedur
Duhamel Kerusakan jaringan
pasca pembedahan
Segmen panjang
Penyakit kongenital
(anus-seluruh kolon
aganglionik
Prosedur
Terlambat/Tidak ada mekonium yg keluar Swenson MK : Resiko infeksi
Tidak adanya peristaltik Intervensi pembedahan
usus

Serabut saraf dan otot Prosedur Soave


Membuat feses tertahan
MK : Gg rasa nyaman nyeri
polos menebal pada daerah aganglionik

Penyempitan lumen usus


Feses menumpuk diusus infeksi Diare

konstipasi
MK : Hipovolemi
Proses evakuasi feses
terganggu

MK : Gg rasa nyaman nyeri Distensi abdomen

Dorongan gas, makanan, feses kearah spingter cardia


Mual Muntah berwarna hijau Tidak nafsu makan MK : Defisit Nutrisi

6
4. Manifestasi klinik

Menurut (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC :
2002) :
Masa Neonatal

a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir


b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen

Masa Bayi dan Kanak-Kanak

a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita, berbau busuk
d. Distensi Abdomen
e. Gagal tumbuh.

5. Pemeriksaan penunjang
a. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
b. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
c. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
a. Foto abdomen (telentang, tegak, telungkup, dekubitus lateral) diagnostik; untuk
mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
b. Enema barium (diagnostic) ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
c. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
d. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refluks sfingter interna dan eksterna.
(Betz, 2002 : 197).

7
6. Penatalaksanaan

a. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar
untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga
normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau double barrel
dimana diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali
menjadi normal dalam waktu 3-4 bulan . Terdapat prosedur dalampembedahan
diantaranya:
1) Prosedur duhanel biasanya dilakukan terhadap bayi kurang dari 1 tahun dengan cara
penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya dibelakang usus
aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian
posterior kolon normal yang telah ditarik.
2) Prosedur Swenson membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan
end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan
pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior.
3) Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan cara membiarkan
dinding otot dari segmen rectum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal
ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan
jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.

b. Keperawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
1) Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara
dini
2) Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
3) Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
4) Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan
malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal
ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga
adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan
nutrisi parenteral total ( NPT )
Perencanaan pulang dan perawatan dirumah :
1) Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala komplikasi
jangka panjan berikut ini.
a) Stenosis dan kontriksi
b) Inkontinensia
c) Pengosongan usus yang tidak adekkuat
2) Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua dan anak.
a) Persiapan kulit
b) Penggunaan alat kolostomi
c) Komplikasi stoma (perdarahan, gagal defekasi, diare meningkat ,
prolaps, feses seperti pita )
d) Perawatan dan pembersihan alat kolostomi
e) Irigasi kolostomi
3) Beri dan kuatkan informasi-informasi tentang penatalaksanaan diet.
a) Makanan rendah sisa
b) Masukan cairan tanpa batas
c) Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolot dan dehidrasi.
4) Dorong orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang
kolostomi.
a) Tampilan
b) Bau
c) Ketidaksesuaian antara anak mereka dengan anak “ideal”
5) Rujuk ke prosedur institusi spesifik untuk informasi yang dapat diberikan
pada orang tua tentang perawatan dirumah.

c. Kolaboratif
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan
atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan
antibiotik.
7. Prognosis
Secara umum prognosisnya baik, 90% pasien dengan penyakit hirschprung yang
mendapat tindakan pembedahan mengalami penyembuhan dan hanya sekitar 10% pasien yang
masih mempunyai masalah dengan saluran cernanya sehingga harus dilakukan kolostomi
permanen. Angka kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi sekitar
20%.

8. Komplikasi
a. Gawat pernapasan (akut)
b. Enterokolitis (akut)
c. Striktura ani (pascabedah)
d. Inkotinensia (jangka panjang)

B. Asuhan Keperawatan Pada Hisprung

1. Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi. Antara lain :

a. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
1) Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana
upaya klien mengatasi masalah tersebut.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
4) Riwayat Nutrisi
Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak
5) Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
6) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
7) Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
8) Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
9) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat
capilary refil, warna kulit, edema kulit.
2) Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
3) Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
4) Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
5) Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
Pre Operasi
1) Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan dan keluaran)
2) Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus.
3) Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis
4) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pembedahan yang akan datang
5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
Post Operasi
1) Kaji status pascabedah anak (tanda-tanda vital, bising usus, distensi
abdomen)
2) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
3) Kaji adanya komplikasi
4) Kaji adanya tanda-tanda infeksi
5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
6) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan.
7) Kaji kemampuan orang tua dalam menatalaksanakan pengobatan dan
perawatan yang berkelanjutan.

2. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
a. Konstipasi berhubungan dengan mekanik : megakollon
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal dengan sumber
informasi
c. Hipovolemi b.d kehilangan volume caian secara aktif
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan anak
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan absorbsi usus
Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Rencana Keperawatan
Pre Operasi
Diagnosis Tujuan Intervensi
Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Bowel management
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 1. Catat BAB terakhir
dengan mekanik : diharapkan Konstipasi dapat
2. Memonitor tanda konstipasi
megakollon teratasi dg kriteria sbb:
1. Faeses lunak 3. Anjurkan keluarga untuk
mencatat warna, jumlah,
2. Anak tidak kesakitan saat frekuensi BAB.
BAB.
4. Berikan supositoria jika perlu.

Bowel irrigation
1. Jelaskan tujuan dari irigasi
rektum.
2. Check order terapi.
3. Jelaskan prosedur pada orangtua
pasien.
4. Berikan posisi yang sesuai.
5. Cek suhu cairan sesuai suhu
tubuh.
6. Berikan jelly sebelum rektal
dimasukkan.
7. Monitor effect dari irigasi.
Persiapan preoperatif
1. Jelaskan persiapan yang harus
dilakukan.
2. Lakukan pemeriksaan
laboratorium: darah rutin,
elektrolit, AGD.
3. Transfusi darah bila perlu
Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety reduction
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 1. Jelaskan semua prosedur yang
dengan perubahan diharapkan Ansietas dapat akan dilakukan.
dalam status teratasi dg kriteria sbb: 2. Kaji pemahaman orangtua
kesehatan anak 1. Ibu terlihat lebih tenang terhadap kondisi anak, tindakan
2. Ibu dapat bertoleransi yang akan dilakukan pada anak.
dengan keadaan anak 3. Anjurkan orang tua untuk berada
dekat dengan anak.
4. Bantu pasien mengungkapkan
ketegangan dan kecemasan
Defisit Orang tua tahu mengenai Teaching: proses penyakit
pengetahuan perawatan anak dengan 1. Kaji pengetahuan pasien tentang
berhubungan kriteria: penyakit.
dengan tidak 1. Mampu menjelaskan 2. Jelaskan tentang penyakit,
mengenal dengan penyakit, prosedur tindakan dan cara
sumber informasi prosedur operasi perawatan bersama dengan
2. Mampu menyebutkan dokter.
tindakan keperawatan 3. Informasikan jadwal rencana
yang harus dilakukan. operasi: waktu, tanggal, dan
3. Mampu menyebutkan cara tempat operasi, lama operasi.
perawatan 4. Jelaskan kegiatan praoperasi :
anestesi, diet, pemeriksaan lab,
pemasangan infus, tempat tunggu
keluarga.
5. Jelaskan medikasi yang diberikan
sebelum operasi: tujuan, efek
samping.

Health education:
1. Jelaskan tindakan keperawatan
yang akan dilakukan.
2. Jelaskan mengenai penyakit,
prosedur tindakan dan cara
perawatan dengan dokter.
3. Lakukan diskusi dengan keluarga
pasien dengan penyakit yang
sama.
4. Jelaskan cara perawatan post
operatif
Ketidakseimbangan Status nutrisi baik, dengan 1. Kaji nafsu makan,
nutrisi kurang dari kriteria: lakukanpemeriksaan
kebutuhan tubuh 1. Diet seimbang, intake abdomen,adanya distensi,
berhubungan adekuat. hipoperistaltik.
dengan penurunan 2. BB normal. 2. Ukur intake dan output, berikan
absorbsi usus 3. Nilai lab darah normal: per oral / cairan intravenasesuai
HB, Albumin, GDR. program (hidrasi adalah masalah
yang paling penting selama masa
anak-anak).
3. Sajikan makanan favorit anak,
dan berikan sedikit tapi sering.
4. Atur anak pada posisi yang
nyaman (fowler)
5. Timbang BB tiap hari pada skala
yang sama
Hipovolemi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan
kehilangan volume keperawatan selama 1x24 jam 1. Timbang berat badan tiap hari
diharapkan Status hidrasi
caian secara aktif 2. Kelola catatan intake dan output
dapat teratasi dg kriteria sbb:
3. Monitor status hidrasi (membran
1. Menunjukkan urine output
mukosa, nadi adekuat, ortostatik)
normal
4. Monitor hasil laboratorium yang
2. Menunjukkan TD, nadi
menunjukkan retensi cairan
dan suhu dbn
5. Monitor keadaan hemodinamik
3. Turgor kulit, kelembaban
6. Monitor vital sign
mukosa dbn.
7. Monitor tanda- tanda kelebihan
4. Mampu menjelaskan yang
atau kekurangan volume cairan
dapat dilakukan untuk
8. Administrasi terapi Intra vena
mengatasi kehilangan
9. Monitor status nutrisi
cairan
10. Berikan cairan dan intake oral.
Monitor cairan
1. Kaji jumlah dan jenis intake
cairan dan kebiasaan eliminasi
2. Kaji faktor resiko terjadinya
ketidakseimbangan cairan
3. Monitor intake dan output
4. Monitor serum, dan elektrolit
5. Jaga keakurtan pencatatan intake
dan output
6. Administrasi pemberian cairan

Managemen hipovolemi
1. Monitor status cairan termasuk
intake dan output
2. Jaga kepatenan terpi intra vena
3. Monitor kehilangan cairan
4. Monitor hasil laboratorium
5. Hitung kebutuhan cairan
6. Administrasi pemberian cairan
hipotonik/isotonik
7. Observasi indikasi dehidrasi
8. Kelola pemberian intake oral
9. Monitor tanda dan gejala over
hidration

Post Operasi

Diagnosa Tujuan Intervensi


Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Management nyeri
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 1. Kaji nyeri meliputi karakteristik,
diharapkan Nyeri dapat teratasi
dengan agen injuri dg kriteria sbb: lokasi, durasi, frekuensi, kualitas,
fisik dan faktor presipitasi.
1. Anak tidak rewel
2. Observasi ketidaknyamanan non
2. Ekspresi wajah dan sikap
tubuh rileks verbal
3. Tanda vital Normal 3. Berikan posisi yang nyaman
4. Anjurkan ortu untuk memberikan
pelukan agar anak merasa nyaman
dan tenang.
5. Tingkatkan istirahat

Teaching
1. Jelaskan pada ortu tentang proses
terjadinya nyeri
2. Pertahankan imobilisasi bagian
yang sakit
3. Evaluasi keluhan nyeri atau
ketidaknyamanan
4. Perhatikan lokasi nyeri.

Administrasi analgetik
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cek program medis tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi
pemberian
3. Ikuti 5 benar sebelum
memberikan obat
4. Cek riwayat alergi
5. Monitor tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian obat
6. Dokumentasikan pemberian obat
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infektion control
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 1. Terapkan kewaspadaan universal
diharapkan Resiko Infeksi
dengan prosedur cuci tangan sebelum dan sesudah
dapat teratasi dg kriteria sbb:
invasif melakukan tindakan keperawatan.
1. Bebas dari
tanda-tanda infeksi 2. Gunakan sarung tangan setiap
2. Tanda vital dalam batas melakukan tindakan.
normal 3. Berikan personal hygiene yang
baik.

Proteksi infeksi
1. Monitor tanda-tanda infeksi lokal
maupun sistemik.
2. Monitor hasil lab: wbc, granulosit
dan hasi lab yang lain.
3. Batasi pengunjung
4. Inspeksi kondisi luka insisi
operasi.

Ostomy care
1. Bantu dan ajarkan keluarga pasien
untuk melakukan perawatan
kolostomi
2. Monitor insisi stoma.
3. Pantau dan dampinggi keluarga
saat merawat kolostomi
4. Irigasi stoma sesuai indikasi.
5. Monitor produk stoma
6. Ganti kantong kolostomi setiap
kotor.

Medikasi terapi
1. Beri antibiotik sesuai program
2. Tingkatkan nutrisi
3. Monitor keefektifan terapi.

Health education
1. Ajarkan pada orang tua tentang
tanda-tanda infeksi.
2. Ajarkan cara mencegah infeksi.
3. Ajarkan cara perawatan colostomi
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.

Suriadi dan Yulianni Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta :Penebar
Swadaya

Widodo Judarwanto. 2010. Atresia Bilier, Waspadai Bila Kuning Bayi Baru Lahir yang
berkepanjangan.

Wong, D.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC

SDKI, SLKI, SIKI

Anda mungkin juga menyukai