Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau
anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam
biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat,
kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk
beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari
biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya
berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih
dari 15 menit.Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas
tentang penyakit kejang demam dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan
asuhan keperawatan khususnya kepada anak.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien dengan

gangguan sistem saraf yaitu kejang demam

2. Tujuan khusus

Mahasiswa dapat menjelaskan :

1. definisi penyakit kejang demam pada anak.

2. etiologi penyakit kejang demam pada anak.

3. manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .

4. patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.

5. komplikasi penyakit kejang demam pada anak.

6. pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak .

1
7. penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.

8. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN (Kejang demam)

1. DEFINISI

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakarnium. Kejang demam

merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada

golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.

1. Menurut Milichap (1968) adalah hampir 3% daripada anak yang berumur

dibawah 5 tahun pernah menderitanya.

2. Menurut Wegman (1939) dan Prichardl dan Mc. Greal (1958) adalah terjadinya

bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu

meningkat.

3. Menurut Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap

bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen domman dengan penetrasi

yang tidak sempurna.

4. Menurut Lernox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita

mempunyai riwayat kejang, sedangkan pada anak normal hanya 3%.

2. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi etiologi kejang demam ialah umur, kenaikan

suhu tubuh, faktor genetik dan gangguan sistem saraf pusat sebelum dan sesudah

lahir.

3
Kenaikan suhu tubuh biasanya berhubungan dengan penyakit saluran nafas bagian atas,

radang telinga tengah, radang paru, gastroenteritis dan infeksi saluran kencing, kejang

dapat pula terjadi pada bayi mengalami kenaikan suhu sesudah vaksinasi terutama

vaksinasi terhadap bentuk rejan. Kadang-kadang juga terjadi setelah vaksinasi tampak

akan tetapi angka kejadian kejang demam pasca vaksinasi tampak lebih kecil (1,9%) bila

dibandingkan dengan angkat kejadian bila menderita penyakitnya sendiri (7,7%).

3. MANIFESTASI KLINIS

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan

kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan

saraf pusat; misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulasis, dan lain-lain.

Umumnya kejang demam berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi

reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun

dan sadar kembali tanpa adanya saraf.

Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone (dimodifikasi oleh

sub bagian anak FKUI-RSCM Jakarta) :

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.

2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.

3. Kejang bersifat umum.

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak

menunjukkan kelainan.

7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

4
Pemeriksaan EKG sebaiknya dilakukan sedikit setelah 1 minggu suhu normal,

oleh karena kenaikan suhu tubuh sendiri dapat menimbulkan kelainan yang tidak spesifik

pada gambaran EEG, yang dapat menetap hingga lebih kurang 1 minggu sesudahnya.

4. PATOFISIOLOGI

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi

rendahnya ambang kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah

terjadi pada suhu 38°C, sedang pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang

baru terjadi pada suhu 40°C atau lebih. Kejang demam lebih sering terjadi pada ambang

kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat

suhu berapa penderita kejang.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan

tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama lebih dari 15

menit biasanya disertai terjadinya apnea. Meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi

untuk kontruksi otot skelot yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat

disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi, areterial disertai denyut jantung yang

tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat menyebabkan metabolisme otak

meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab terjadinya kerusakan

5
neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan

peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas

kapiler dan timbul odema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang

yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi

serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat

menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

6
Patwey /kejang/demam

Trauma Perdarahan Gangguan saraf


Infeksi
,makanan /kelainan bawaan
,toksik
Gangguan metabolisme
energi di otak

Gangguan proses oxidasi


>penurunan paru2

Perubahan fungsi saraf pusat


(perubahan enzim ,ion dalam
neuron

Gangguan aliran listrik otak


(neurotransmiter)

Gangguan Kurangnya
Proses tingkat
inflamasi metabolisme Perubahan
seluruh tubuh zat kimia pendidikan
/ggn nutrisi dan adanya
tekanan
Gangguan Hcl kranial
termoregulas meningkat Kurang
i informasi
dan
perawatan
Sb Mual muntah Kejang
meningkat /output
/kejang berlebih
Kurang
pengetahuan
Risiko
Hypertermia
Peubahan kerusakan
nutrisi sel otak

7
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto x-ray kepala dan CT-scan biasanya merupakan bagian dari tindakan

diagnosa pada kejang demam menunjukkan anatomi. Pemeriksaan metabolik dapat juga

berguna, pemeriksaan glukosa darah, elektrolit, kalsium dan fungsi hepar serta ginjal

sering kali didapatkan tentang platelet, kecepatan, sedimentasi dan pemeriksaan genelogi

atau imunologi mungkin juga dipesankan (Hudak dan Gallo, 1996 : 282).

LCS juga dapat diperiksa terhadap sel-sel dan protein, serta penurunan glukosa,

dibandingkan dan nilai serum normalnya. Semua glukosa setengah atau dua pertiga nilai

serum. EEG sering memberikan keuntungan dalam menentukan diagnosa kejang dan

dalam menemukan lesi jika keduanya terjadi memperlihatkan fungsi neurologi (Hudak

dan Gallo, 1996 : 282).

6. PENATALAKSANAAN

Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan :

1. Memberantas kejang secepatnya

Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus, obat pilihan utama adalah

diazepam yang diberikan secara intravena. Efek terapeutiknya sangat cepat yaitu

kira-kira 30 detik 5 menit dan efek toksik yang serius hampir tidak dijumpai

apabila diberikan secara perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg per suntikan.

Dosis sesuai dengan BB < dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam

spuit 7,5 mg dan di atas 20 kg 0,5 kg/kg BB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai

0,3 mg/kg BB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur < dari 5 tahun dan

10 mg pada anak yang lebih besar.

2. Pengobatan penunjang

8
Sebelum memberantas kejang tidak boleh melupakan perlunya pengobatan

penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring

untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas untuk

menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi dan

pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.

3. Pengobatan rumit

Lanjutan pengobatan rumit tergantung dari pada keadaan pasien pengobatan ini

dibagi atas dua bagian yaitu :

a. Profilaksis intermiten

Untuk mencegah berulangnya kejang kembali dikemudian hari pasien

yang menderita kejang demam, sederhana diberikan obat campur anti konvulsan

dan antipirektika. Antikonvulsan yang diberikan ialah fenobarbital dengan dosis

4-5 mg/kg BB/hari. Obat anti piretika yang dipakai misalnya aspirin, dosis yang

diberikan 60 mg/tahun/kali, sehari diberikan 3 kali. Untuk bayi di bawah umur 6

bulan diberikan 10 mg/bulan/ kali, sehari diberikan 3 kali.

b. Profilaksis jangka panjang

Ini diberikan pada keadaan 1) Epilepsi yang diprovokas oleh demam, 2)

yang telah disepakati pada konsensus bersama ialah pada semua kejang demam

yang mempunyai ciri :

1) Terdapatnya gangguan perkembangan saraf seperti paralisis serebral retardasri

perkembangan dan mikrosefali.

2) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan

saraf yang sementara atau menetap.

9
3) Bila terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada orang tua

dan saudara kandung.

4) Pada kasus tertentu yang dianggap perlu yaitu bila kadang-kadang terdapat

kejang berulang atau kejang demam pada bayi berumur di bawah umru 12 bulan.

7. KOMPLIKASI

 Kerusakan otak

 Retardasi mental

 Epilepsi

8. PENCEGAHAN

 Cegah trauma

 Cegah infeksi

 Cegah perdarahan

 Atur nutisi

10
TINJAUAN KASUS

Anak R umur 10 tahun masuk Rs Monompia Kotamobagu tanggal 19 Juli 2015


jam 08.00 degan keluahan panas disertai kejang dan terkadang mual muntah, klien sangat
lemah ibu klien mengatakan klien sudah sakit selama 3 hari tapi hanya dilakukan
perawatan rumah dan diberikan obat warung. Ibu klien mengatakan klien kejang kurang
lebih 1 kali/hari lama klien kejang 5 menit. Ibu klien mengatakan klien kurang nafsu
makan dan jika makan klien tidak dapat menghabiskan satu porsi makanan bubur nasi.
Ibu klien juga mengatakan bahwa klien pernah jatuh dari sepeda 1 bulan yang lalu tetapi
hanya dibawah ke tukang urut.
Hasil pemeriksaan fisik perawat didapati TTV :
Td :
Nd: 115 x/menit
Sb : 38,5 oC
R : 29x/m
GCS klien: V : 5 M :4 E :4 jumlah 13 Apatis
Hasil opservasi badan klien lemah, pucat, turgor kulit jelek kurang elastic, mata
cekung, sianosis, konjungtiva Anemis, cuping hidung.
Terapi : Klien terpasang IVFD Rl dan D5 20 gtt/m, Klien terpasang O2 2 L/m, Nofalgin
Inj 3 X 90 mg, seftriaxone, 2x22mg Stesolid 5 mg, vit C dan vit B Complex Diet bubur
nasi, lauk dan buah. Klien terpasang staple lidah selama di UGD. Ibu klien mengatakan
sangat cemas dengan kondisi anaknya dan apa yang akan terjadi pada anaknya.

11
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A : Terjadi sumbatan jalan nafas karena lidah jatuh ke bawah
B : Pola nafa cepat 29x/m
C : Tidak ada perdarahan
D : adanya repon pupil saat inspeksi, V : 5 M :4 E :4 jumlah 13 Apatis
E : Klien hipertermi dan dilakukan kontror termoregulasi

PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Biodata.
a. Identitas klien
Nama : An. R
Tanggal lahir : 19 Juli 2007
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Alamat : Mogolaing
Agama : Kristen
Tanggal masuk : 19 Juli 2015
Tanggal pengkajian : 19 Juli 2015
Diagnosa medis : kejang demam
No register : 106076

b. Identitas orang tua


1. ayah
Nama : Tn.D
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : swasta
Agama : Kristen
Alamat : Mogolaing
Hubungan dengan klien : ayah kandung

12
2. Ibu
Nama : Ny.g
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Agama : Kristen
Alamat : Mogolaing
Hubungan dengan klien : ibu kandu2. Riwayat Kesehatan.

a. Keluhan Utama.
Kejang demam 3 kali sehari dengan durasi kejang 5 menit suhu badan klien 38,5
oC
b. Riwayat Penyakit Sekarang.
Anak R umur 10 tahun masuk Rs Monompia Kotamobagu tanggal 19 Juli 2015
degan keluahan panas disertai kejang dan terkadang mual muntah, klien sangat lemah ibu
klien mengatakan klien sudah sakit selama 3 hari tapi hanya dilakukan perawatan rumah
dan diberikan obat warung. Ibu klien mengatakan klien kejang kurang lebih 3 kali/hari
lama klien kejang 5 menit dan terkadang disertai dengan mual muntah. Ibu klien
mengatakan klien kurang nafsu makan dan jika makan klien tidak dapat menghabiskan
satu porsi makanan bubur nasi.
Hasil pemeriksaan fisik perawat didapati TTV :
Td : Nd: 115 x/menit Sb : 38,5 oC R : 29x/m
Hasil opservasi badan klien lemah, pucat, turgor kulit jelek kurang elastic, mata cekung,
sianosis, konjungtiva Anemis, cuping hidung.
Terapi : Klien terpasang IVFD Rl dan D5 20 gtt/m, Klien terpasang O2, Nofalgin Inj 3 X
90 mg, seftriaxine, 2x22mg Stesolit 5 mg, Diet bubur nasi, lauk dan buah. Klien
terpasang staple lidah selama di UGD. Ibu klien mengatakan sangat cemas dengan
kondisi anaknya dan apa yang akan terjadi pada anaknya

c. Riwayat Penyakit Dahulu.


Menurut keterangan ibu klien, klien memang sering mengalami panas demam
tetapi baru kali ini mengalami Kejang. Ibu klien juga mengatakan bahwa klien
pernah jatuh dari sepeda sebulan yang lalu tapi hanya di bawah ke tukang urut.

13
d. Riwayat Penyakit Keluarga.
Keluarga klien tidak ada riwayat kejang, hipertermi dan stroke

e. Riwayat Alergi.
Anak R tidak punya riwayat alergi.

f. Riwayat Imunisasi.
Ibu anak mengatakan bahwa anaknya sudah mendapat imunisasi secara lengkap
yaitu : BCG, DPT, I, II, III, hepatitis B, I, II, III, IV dan campak

g. Riwayat Tumbuh Kembang.


Klien hanya bisa miring kanan dan kri pada umur 4 bualn, tengkurep pada umur 5
bulan,gigi mulai tumbuh umur 7 bulan. Pada umur 10 bulan anak dapat duduk
sendiri,tetapi sebelumnya harus dibantu.

h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan.


1) Prenatal.
Selama hamil ibu tak pernah menderita penyakit yang berarti
selama hamil ibu memeriksakan kehamilan ke bidan terdekat danselama mend
apat suntikan TT
2) Natal.
Klien dilahirkan di rumah sakit dengan SC pada umur kehamilan 9 bulan dengan
berat badan lahir 330 gr, panjang 48 cm.
3) Pos natal.
Pada waktu lahir keadaan tubuh normal, tidak ada kelainan.
4) Riwayat imunisasi.
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi
secara lengkap antara lain: BCG, DPT, I, II , III, Hepatitis, B, I ,II,
II dan campak.

3. Pola Kesehatan Fungsional.


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.

14
Menurut ibu klien kesehatan adalah sangat penting karena merupakan anugerah dari
Tuhan yang perlu dijaga dan disyukuri, bila klien sakit ibu klien selalu
memeriksakan ke tempat kesehatan terdekat.

b. Pola nutrisi dan metabolik.


Ibu klien mengatakan sebelum dirawat di Rumah Sakit anaknya sudah sakit selama
3 hari dan hanya dilakukan perawatan rumah dank lien sulit untuk makan dan mual
muntah
c. Pola eliminasi.
Ibu klien mengatakan sebelum sakit BAB 1 kali sehari warna kuning, Konsistensi
lembek dan cair. BAK kurang lebih 4 – 6 kali sehari warna kuning jernih.
d. Pola istirahat dan tidur.
Sebelum dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakan biasa tidur jam 20.00 dan
bangun jam 07.00, selain itu juga biasa tidur siang kurang lebih 2-
4 jam. Selama dirawat di Rumah Sakit ibu klien mengatakan
frekuensi tidur pasien tidak mengalami perubahan.

e. Pola persepsi sensasi dan kognitif.


Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, pendengaran

f. Pola hubungan dengan orang lain.


Hubungan dengan keluarga, perawat, maupun orang lain tidak ada masalah baik
selama dirawat dirumah sakit, orang yang paling dekat adalah ibunya

g. Pola mekanisme koping.


Ibunya mengatakan dalam menghadapi masalah si anak selalu mengadu
kepada ibunya

h. Pola nilai keperawatan dan keyakinan.


Keluarga beragama islam dan selalu menjalankan ibadah sholat 5
waktu orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang sholeh.

i. Pola Persepsi.

15
Harapan klien dan ibu klien semoga anaknya cepat sembuh agar cepat
pulang ke rumah

4. Pemeriksaan Fisik.
Dilakukan pada tanggal: 19 juli 2015
Keluhan Utama : Lemah
Kesadaran : Apatis
TTV
Td :
Nd: 115 x/menit
Sb : 38,5 oC
R : 29x/m

BB : 25 Kg
TB : 120 cm.

Kepala : Mesochepal.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, rambut tampak kotor,
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada napas cuping hidung
Telinga : Telinga tidak kotor, tidak ada serumen pendengaran baik.
Mulut : Bibir kering, lidah bersih,tidak ada peradangan tonsil
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan.
Dada : Simetris, sterin fremitus kanan : kiri, konfigurasi
normal, bunyi tidak ada gallop.
Kulit : Sawo matang, kulit bersih, kuku pendek,
Genetalia : Tidak terpasang DC, tidak ada luka.
Abdomen : Datar, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran hepar.
Ekstremitas catas: Terpasang infus RL 10 tetes/menit kekuatan otot
atas 4/4 bawah 4/4 dari (0 – 5).

5. Therapy
Klien terpasang IVFD Rl dan D5 20 gtt/m, Klien terpasang O2, Nofalgin Inj 3 X
90 mg,paracetamol 250 mg, ranitidine25 mg inj/8 jam, seftriaxone, 2x22mg Stesolit 5

16
mg, Diet bubur nasi, lauk dan buah. Klien terpasang staple lidah selama di UGD. Ibu
klien mengatakan sangat cemas dengan kondisi anaknya dan apa yang akan terjadi pada
anaknya.

B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Proses infeksi dan hipertermi
 Ibu klien mengatakan klien sudah 3 hari inflamasi
sakit dan hanya dilakukan perawatan rumah
 klien mengatakan badan klien dingin dan
menggigil
 Klien mengatakan tidak nyaman
 Ibu klien mengatakan klien mengalami
kejang
DO :
TTV klien
Nd: 115 x/menit
Sb : 39,5 oC
R : 29x/m
 Badan klien teraba panas
 Klien tampak kedinginan dan menggigil
 Wajah klien tampak kemerahan
2 DS: Penurunan input Perubahan
 Ibu klien mengatakan klien sulit makan dan output berlebih nutrisi kurang
nafsu makan menurun dari kebutuhan
 Ibu klien mengatakan jika klien makan tubuh
hanya menghabiskan setengah porsi
makanan
 Ibu klien mengatakan saat di rumah klien
makan bubur nasi
DO:

17
 Anak R tampak lemas
 Turgor kulit jelek
 Konjungtifa Anemis
 Klien sianosis
 Wajah klien pucat
 terpasang infus RL 20 tetes / menit
DS: Tingkat pendidikan Kurang
 Ibu klien mengatakan anaknya sudah sakit rendah pengetahuan
selama 3 hari dan hanya dilakukan
perawatan rumah
 Ibu klien mengatakan klien pernah jatuh
dari sepeda dan hanya dibawah ke tukang
urut
3  Ibu klien mengatakan klien klien sudah
kejang berapa kali kejang di rumah baru
dibwah de RS.
DO:
 Ibu klien tampak bingung
 Ibu klien cemas
 Ibu klien sering bertanya apa yang akan
terjadi pada anaknya
DS Kejang Resiko
Resiko terjadi kerusakan sel otak kerusakan sel
berhubungan dengan kejang. otak
Ditandai dengan:
DS:
4  ibu klien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit klien mengalami kejang 3 kali
disertai demam tinggi
 klien kejang selama 5 menit setiap kali
kejang
DO:

18
 Anak tampak lemas
 Terpasang infus RL 20 tetes / menit,wajah
tampak tegang
 Klien terpasang O2, Nofalgin Inj 3 X
90 mg, seftriaxine, 2x22mg Stesolit 5
mg

19
C. DIAGNOSA KEPEREWATAN
Hari senin 19 Juli 2015
Jam : 08.00
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan
DS:
 Ibu klien mengatakan klien sudah 3 hari sakit dan hanya dilakukan perawatan
rumah
 klien mengatakan badan klien dingin dan menggigil
 Klien mengatakan tidak nyaman
 Ibu klien mengatakan klien mengalami kejang
DO :
 TTV klien, Nd: 115 x/menit, Sb : 38,5 oC , R : 29x/m
 Badan klien teraba panas
 Klien tampak kedinginan dan menggigil
 Wajah klien tampak kemerahan
2. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intek kurang dan
output berlebih
DS:
 Ibu klien mengatakan klien sulit makan nafsu makan menurun
 Ibu klien mengatakan jika klien makan hanya menghabiskan setengah porsi
makanan
 Ibu klien mengatakan saat di rumah klien makan bubur nasi
DO:
 Anak R tampak lemas
 Turgor kulit jelek
 Konjungtifa Anemis
 Klien sianosis
 Wajah klien pucat
 terpasang infus RL 20 tetes / menit
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan rendah
DS:
 Ibu klien mengatakan anaknya sudah sakit selama 3 hari dan hanya dilakukan
perawatan rumah

20
 Ibu klien mengatakan klien pernah jatuh dari sepeda dan hanya dibawah ke tukang
urut
 Ibu klien mengatakan klien klien sudah kejang berapa kali kejang di rumah baru
dibwah de RS.
DO:
 Ibu klien tampak bingung
 Ibu klien cemas
 Ibu klien sering bertanya apa yang akan terjadi pada anaknya
4. Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang Ditandai dengan:
DS:
 ibu klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien mengalami kejang1 kali
disertai demam tinggi
 klien kejang selama 5 menit setiap kali kejang
DO:
 Anak tampak lemas
 Terpasang infus RL 20 tetes / menit
 Wajah tampak tegang
 Klien terpasang O2, Nofalgin Inj 3 X 90 mg, seftriaxine, 2x22mg Stesolit 5
mg

21
NO TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan gejala adanya pe 8.30 08 : 00
S:
tindakan keperawatan ningkatan suhu tubuh 1. Mengkaji tanda dan gejala adanya  Ibu klien mengatakan
selama dan penyebabnya. peningkatan suhu tubuh hasil : badanya masih panas
1 X 8 jam tidak 2. Monitor TTV, suhu
klien masih panas Sb klien 390C)  Klien mengatakan badanya
terjadi hipertermi. tiap 6 jam sekali
dan penyebabnya. terasa dingin dan menggigil
Dengan kriteria hasil: 3. Mengatur posisi klien
2. Monitor TTV hasil O :
 Suhu tubuh normal 4. Anjurkan klien banyak minum
Td :  Suhu badan klien 38.50C
2 Liter/24 jam
(36-370C) Nd: 115 x/menit
5. Anjurkan untuk  Posisi klien Semifowler
 Klien tidak demam Sb : 38,5 oC
memakai pakaian tipis  Klien memakai pakaian
 klien tampak nyaman. R : 29x/m
1 dan menyerap keringat tipis dan menyerap keringat
 Wajah klien tidak 3. Mengatur posisi klien : Posisi
6. Menganjurkan untuk kompres  Klien dikompres hangat
kemerahan klien diatur semifowler
air hangat dan alkohol
 Klien tidak menggigil 4. Anjurkan klien banyak minum 2
7. Mengkolaborasi dengan dokter A : Masalah belum teratasi
dan kejang Liter/24 jam hasil : Klien minum
dalam pemberian terapi P : Intervensi dilanjutkan.
air sedikit-sedikit
5. Anjurkan untuk
memakai pakaian tipis 10 : 00
S:
dan menyerap keringat hasil :  Ibu klien mengatakan panas
klien memakai kaos tipis dan klien menurun
menyerap keringat  Klien mengatakan badanya

22
6. Menganjurkan untuk kompres air terasa dingin dan menggigil
hangat : klien dilakukan O :
kompres hangat dan dikolaborasi  Suhu badan klien 37.90C
dengan kompres alcohol
 Posisi klien Semifowler
7. Mengkolaborasi dengan dokter
 Klien dikompres hangat dan
dalam pemberian terapi :
alkohol
Klien terpasang IVFD Rl
 Klien memakai pakaian
paracetamol 250 mg tipis dan menyerap keringat
seftriaxon 2x22mg A : Masalah belum teratasi
sebagagian
P : Intervensi dilanjutkan.
12 : 00

S:
 Ibu klien mengatakan
badan klien hangat
 Klien mengatakan badanya
terasa dingin
O :

 Suhu badan klien 370C


 Posisi klien Semifowler

23
 Klien dikompres hangat dan
alkohol
 Klien memakai pakaian
tipis dan menyerap keringat
A : Masalah belum teratasi
sebagagian
P : Intervensi dilanjutkan.

Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi klien 1. Mengkaji status nutrisi klien 08.00
tindakan selama 1 x 8 2. Kaji dan ketahui makanan Hasil : Nutrisi klien tidak S :
jam diharapkan kesukaan klien terpenuhi karena mual muntah  Klien mengatakan badanya
pemenuhan nutrisi klien 3. Berikan motovasi pada klien dan kurang nafsu makan masih lemas
terpenuhi dengan untuk memenuhi kebetuhan 2. Mengkaji dan ketahui makanan  KLien mengatakan makan
memperihatkan tanda- nutrisi yang adekuate kesukaan klien hasil : Klien bubur nasi sedikt tapi sering
tanda 4. Pantau BB klien mengatakan suka makan telur O :
2
 Keluarga melaporkan 5. Anjurkan klien untuk banyak goreng dan ikan goreng  Klien tampak lemah
tingkatan pola asupan makan bergizi 3. Memberikan motovasi pada klien  Turgor kulit klien jelek
makanan kembali 6. Berikan klien makanan yang untuk memenuhi kebetuhan  Konjungtifa anemis
normal lunak dalam porsi kecil tapi nutrisi yang adekuate : hasil klien  BB klien 25 Kg
 Klien memperlihatkan sering ingin makan bubur nasi A : Masalah belum teratasi
peningkatan status gizi 7. Kolaborasi dengan dokter 4. Memantau BB klien : BB klien P : Intervensi dilanjutkan

24
 Klien melaporkan dalam pemberian terapi saat ini 25 kg 12.00
tingkat energi yang antiemetik dan vitamin 5. Mengjurkan klien untuk banyak S :
adekuate makan bergizi hasil : Klien  Klien mengatakan badanya
 Klien mampu makan sedikit tapi sering masih lemas
mempertahankan BB 6. Berikan klien makanan yang  Klien mengatakan sudah
lunak dalam porsi kecil tapi tidak mual muntah
sering  Klien mengatakan makan
Kolaborasi dengan dokter dalam bubur nasi sedikt tapi sering
pemberian terapi antiemetik dan O:
vitamin hasil : Klien diberikan  Klien tampak lemah
cairan RL 20 gtt/m ranitidine Inj/  Turgor kulit klien jelek
8 jam, vitamin B Compleks dan  Konjungtiva anemis
VIt C  BB klien 25 Kg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

14.00
S:
 Klien mengatakan badanya
masih lemas
 Klien mengatakan sudah

25
tidak mual muntah
 Klien mengatakan makan
bubur nasi sedikt tapi sering
O:
 Klien tampak lemah
 Turgor kulit klien membaik
 Konjungtiva anemis
 BB klien 25 Kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Setelah dilakukan 1. Kaji tingkatan pengetahuan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan 08.00
tindakan pendidikan klien dan keluarga tentang klien tentang penyakit hasil : klien S :
kesehatan selama 1 x 8 masalah penyakit dan tidak mengerti  Klien mengatakan sudah
jam diharapkan 2. Kaji penyebab kegelisahan dan 2. Mengkaji penyebab kegelisahan menerti tentang
kebutuhan pengetahuan kecemasan hasil : Ibu klien gelisa karena penyakitnya

3 klien terpenuuhi dengan 3. Berikan penguatan dan takut akan apa yang akan terjadi  Ibu klien mengatakan sudah
meperlihatkan tanda- dukungan klien dan keluarga pada anaknya mengerti tentang penyakit
tanda untuk hal penyembuhan 3. Memberikan penguatan pada anaknya dan cara
 Klien dan keluarga 4. Berikan pendidikan kesehatan klien dan keluarga untuk hal menangananya
mampu beradaptasi tentang proses penyakit dan penyembuhan hasil : Ibu klien O:
dengan kondisi fisik cara mencegahnya sampai termotivasi dan lebih tabah dan  Ibu klien termotifasi dan

26
dan psikologis perawatan sampai klien pulang kuat tidak sedih
 Klien melaporkan 4. Keluarga klien sudah mengerti  Ibu klien sudan tampak
adanya penguatan dengan penyakit klien dan tenang
positif dalam hal sikap mengerti tentang cara A : Masalah teratasi sebagian
 Klien melaporkan menanganan dan perawatan klien P : Intervensi dilanjutkan
adanya peningkatan sampai pulang
pengetahuan akan
penyakit
Setelah dilakukan 1. Atur kepala dan beri 1. Atur kepala dan beri 08.00
tindakan keperawatan sel bantal yang empuk, beri bantal yang empuk, beri S:
ama 1 x 8 posisi yang nyaman posisi yang nyaman  Klien mengatakan sudah
jam tidak terjadi 2. Longgarkan pakaian pada daer 2. Longgarkan pakaian pada daerah menerti tentang
terjadi kerusakan sel ah leher atau leher atau dada dan abdomen. penyakitnya
otak dan tidak dada dan abdomen. 3. Lakukan tanda-tanda  Ibu klien mengatakan sudah

4 terjadi komplikasi. 3. Lakukan tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran mengerti tentang penyakit
Dengan kriteria hasil: vital dan tingkat kesadaran 4. .Kolaborasi pemberian tambahan anaknya dan cara
 tidak ada tanda tanda 4. .Kolaborasi pemberian tambah O2 menangananya
kejang an O2 5. Kolaborasi pemberian O:
 peredaran darah lancar 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seftriaxone,  Ibu klien termotifasi dan
 suplai oksigen lanca obat sesuai indikas 2x22mg, Stesolid 5 mg tidak sedih
 komplikasi otak tidak  Ibu klien sudan tampak

27
terjadi tenang
 kerusakan sel otak tidak A : Masalah teratasi sebagian
terjadi P : Intervensi dilanjutkan

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di

atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakarnium. Kejang demam merupakan

kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6

bulan sampai 4 tahun.

1. Menurut Milichap (1968) adalah hampir 3% daripada anak yang berumur dibawah 5

tahun pernah menderitanya.

2. Menurut Wegman (1939) dan Prichardl dan Mc. Greal (1958) adalah terjadinya

bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat.

3. Menurut Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan

kejang demam diturunkan oleh sebuah gen domman dengan penetrasi yang tidak sempurna.

4. Menurut Lernox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai

riwayat kejang, sedangkan pada anak normal hanya 3%.

B.Saran

Untuk seluruh mahasiswa agar mampu dan mau meningkatkan pengetahuan

dan praktik berkenaan dengan sistem gawat darurat untuk mengoptimalkan pelayanan yang

profesional .

29
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin & Hardhi, 2013, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 2, Media Action Publising, Yogyakarta

Hidayat, Aziz Alimul A, 2006, Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan, Salemba

Medika, Jakarta

Hidayat, Aziz Alimul A, 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Salemba Medika,

Jakarta

Judha, Mohammad, 2011, Sistem Persyarafan (Dalam Asuhan Keperawatan), Gosyen

Publishing, Yogyakarta

Kusyati, Eni, 2006, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar, EGC,

Jakarta

Muscari, Mary E, 2005, Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Ed 2, EGC, Jakarta

Nursalam, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan), Salemba

Medika, Jakarta

IDAI, 2008, Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis, Edisi krdua, Badan penerbit IDAI,

Jakarta.

Potter, Paricia dan Anne G Perry, 2010, Fundamentals of Nursing Fundamental

Keperawatan,Salemba Medika, Indonesia

Purtri, Triloka dan Baidul Hasniah, 2009, Menjadi Dokter Pribadi bagi Anak Kita,Katahati,

Jogjakarta

Sumber :

https://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=350690761&escape

30

Anda mungkin juga menyukai