Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang


dirasakan sebagai ancaman.Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang adaptif
dan maladaptif.Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan
menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat. Cara demikian dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan menimbulkan tingkah laku
yang destruktif, sehingga menimbulkan perilaku kekerasan yang ditujukan pada
orang lain maupun lingkungan dan bahkan akan merusak diri sendiri.
Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yang timbul
sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan
memicu individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan
menentang. Perilaku kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah
sampai tinggi yaitu agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut,
mendekati orang lain dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman tanpa niat
melukai sampai pada perilaku kekerasan atau gaduh gelisah.
Perilaku kekerasan dengan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan ini sebagian besar mudah dilihat di ruang Elang, karena ruang Elang
merupakan ruang akut, ruang pertama klien rawat inap, semua gejala skizofrenia
dapat jelas diobservasi. Karakteristik masalah klien di ruang Elang dari Januari –
februari 2009 didapatkan data yang mengalami perilaku kekerasan terdiri dari 31
orang (20,6%). Halusinasi terdiri dari 102 orang (68%), isolasi sosial terdiri dari
12 orang (8%), HDR terdiri dari 1 orang (0,8%) dan waham terdiri dari 4 orang
(2,6%).
Perawat harus mampu memutuskan tindakan yang tepat dan segera, terutama jika
klien berada pada fase amuk.Kemampuan perawat berkomunikasi secara
terapeutik dan membina hubungan saling percaya, sangat diperlukan dalam
penanganan klien marah pada semua fase amuk / perilaku kekerasan. Dengan
dasar ini perawat akan mempunyai kesempatan untuk menurunkan emosi dan
perilaku amuk agar klien mampu merubah perilaku marah yang destruktif menjadi

1
perilaku marah yang konstruktif. Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik
mengangkat masalah dengan judul makalah “Asuhan Keperawatan Risiko
Perilaku Kekerasan”.

2
BAB II
ISI

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
RESIKO TINGGI KEKERASAN

Hari/tanggal :
Nama klien :
No. MR :
Dx / SP ke / Pertemuan ke :
Nama perawat pelaksana :
Resiko perilaku kekerasan

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
 Data Subjektif :
- Klien mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan
- Klien mengatakan merasa orang lain mengancam
- Klien mengatakan orang lain jahat
 Data objektif :
- Klien tampak tegang saat bercerita
- Pembicaraan klien kasar jika dia menceritakan marahnya
- Mata melotot, pandangan tajam
- Mengancam secara verbal dan fisik
- Nada suara tinggi
- Tangan mengepal
- Berteriak/menjerit
- Memukul jika marah
2. Diagnosa : Risiko tinggi perilaku kekerasan
3. Tujuan
a. Tujuan umum

3
Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan baik secara
fisik, sosial atau verbal, spiritual, dan terapi psikoformatika.

b. Tujuan khusus
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dapat dilakukan
- Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
- Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
- Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan
- Klien dapat memasukkan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan :
- Bina hubungan saling percaya
- Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan marahnya
- Bantu klien mengungkapkan penyebab perilaku kekerasan
- Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya
- Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini
- Diskusikan dengan klien akibat negative (kerugian) cara yang dilakukan
pada diri sendiri, orang lain/keluarga, dan lingkungan
- Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
teknik napas dalam
- Anjurkan klien untuk memasukkan kegiatan didalam jadwal kegiatan harian

B. STRATEGI PELAKSANAAN
Tindakan keperawatan dengan menggunakan pendekatan strategi pelaksaan (SP)

1. SP 1 Pasien
Membina hubungan saling percaya, identifikasi persaan marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta
mengontrol secara fisik I

4
Fase Orientasi :
“ Assalamu’alaikum Pak, perkenalkan nama saya x, panggil saya x, saya
perawat yang dinas diruangan ini. Hari ini saya dinas pagi dari pukul
07.00-14.00 Wib . Saya akan merawat bapak dirumah sakit. Nama bapak
siapa? Senangnya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan bapak saatini? Maih adaperasaan kesal dan marah?”
“ Baiklah kita akanberbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah
bapak”
“ Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalu 10
menit?
“ Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang pak? Bagaimana
kalau diruang tamu”

Fase kerja :
“ Apa yang menyebabkan bapak marah?Apakah sebelumnya bapak
permahmarah? Teus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?
O…iya, jadi ada dua penyebab bapak marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan
istri belum menyediakan makanan (misalnya ini penyebab marah pasien),
apa yang bapak rasakan?” (tunggu respon pasien).
“Apakah merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O…iya, jadi bapak memukul istri
bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara in imakanan
terhidangkan? Iya, tetntu tidak.
Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri bapak jadi sakit dan
takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih
baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik
tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak.
Salah satunya dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.

5
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
“Begini pak, kalau tanda marah-marah tadi sudah bapak rasakan makan
baoak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tuip perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik nafas dari hidung, bagus…, tahan dan
tiupmelalui mulut. Nah, lakuakan 5 kali. Bagus sekal, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?.
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul, bapak sudah terbiasa
melakukannya.”

Fase Terminasi :
“ Bagaimana persaan bapak setelahberbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?”
“ Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah…(sebutkan)dan yang bapak
rasakan…(sebutkan) dan yang bapak lakukan…(sebutkan) serta
akbiatnya….(sebutkan)
“ Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab bapa marah yang
lalu, apa yangbapak lakukan kalau bapak marah yang belum kita bahas
dan jangan lupa latihan nafas dalamnya pak”
“ Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak
mau latihan nafas dalam? Jam berapa pak?”
“ Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang
lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saya ya pak.”
“ Assalamu’alaikum”

2. SP 2 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2, dengan cara :
1) Evaluasi latihan nafas dalam
2) Latih cara fisik ke-2 : pukul kasur dan bantal
3) Susun jadwal latihan kegiatan harian cara kedua

6
Fase Orientasi :

“ Assalamu’alaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu, sekarang
saya datang lagi”

“ Bagiamana perasaan bapak saat ini? Adakah hal-hal yang menyebabkan bapak
marah?”

“ Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”

“ Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit? Dimana kita bicara? Bagaimana
kalau diruang tamu?”

“ Setuju?”

Fase Kerja :

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam bapak dapat melakukan pukul
kasur dan bantal”.

“Sekarang marikita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kasur bapak ? jadi
kalau nanti bapak kesaldan ingin marah, lansung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Ya , bagus sekali bapak
melakukannya”.

“Kekerasan terlampiaskan ke kasur dan bantal”.

“Nah cara inipun dapat dilakukan secara ruti jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya”.

Fase Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah lathan cara menyalurkan marah tadi ?”.

7
“Ada beberapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi? Bagus!”

“Mari kita masukan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur dan
bantal mau jam berapa ? Bagaimana kalau setiap bangun tidur ? Baik, jadi jam
05.00 pagi, dan jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu
gunakan kedua cara tadi ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihn memukul
kasul dan bantal serta tarik nafas dalam ini ?

“Besok pagi kita akan ketemu lagi, kita akan latihan cara mengontrol marah
dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak ? Baik, jam 10 pagi ya.
Sampai jumpa”

3. SP pasien 3
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
1) Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
2) Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal, menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
3) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

Fase Orientasi :

“ Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang kita ketemu
lagi”.

“ Bagaimana pak, sudah dilakukan llatihan tarik nafas dalam dan memukul kasur
bantal ? Apa yang dirasakan setelah melakukan secara teratur ?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya “

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
Mandiri, kalau diingatkan perawat baru dilakukan di tulis B artinya dibantu atau
diingatkan.

“Nah, kalai tidak dilakukana tulis T artinya belum bisa melakukan “

“Bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat


yang sama ?”

8
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit ?”

Fase Kerja :

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah . Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bisara dengan orang yang membuat kita marah . Ada
tiga caranya pak :

1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang penyebab
marahnya karena minta uang sama istri tidak diberi. Coba bapak minta
uang denga baik, “Bu, saya perlu uang untuk beli rokok” . Nanti bisa
dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lainlain. Coba bapak
praktekan. Bagus pak.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidka ingin
melkaukannya , katakan : “maaf saya tidak bisa melakukanya karena
sedang ada kerjaan”. Coba bapak praktekan. Bagus pak.
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan : “Saya jadi ingin marah karena
perkataanmy tadi itu”. Coba prakterkan pak. Bagus

Fase Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapaj setalah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol


marah dengan baik ? “

“Coba bapak sebutkan cara bicara yang baik yang tela kita pelajari”

“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari
bapak mau latihan bicara yang baik ? bisa kita buat jadwalnya ?”

“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang
dan lain –lain. Bagus nanti dicoba ya pak!”

9
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi ?”

“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju ?” Mau di mana pak ? Di sini lagi ? Baik,
ssampai nanti ya “.

4. SP 4 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spritual
1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
2) Latihan sholat/berdo’a
3) Buat latihan sholat/berdo’a

Fase Orientasi :

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua ja yang lalu sekarang saya
datang lagi. Baik , yang mana mau dicoba ?”

“Bagaiana pak, latihan apa yang sudah dilakukan ? Apa yang dirasakan setelah
melakukan lathan secara teratur ? Bagus sekali. Bagaimana rasa marahnya ?”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah’.

“Dimana enaknya kita berbiicang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi ?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 15 menit ?”

Fase Kerja :

“Coba ceritaan kegiatan ibadah yang biasa bapaj lakukan! Bagus. Baik , mana
yang mau dicoba?”

“Nah, kalau kala bapak sedang marah coba bapak lagsung duduk dan tarik nafas
dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda
juga, ambil air wudhu kemudian sholat”

10
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan”

“Coba bapak sebutkan sholat 5 waktu ? Bagus, mau coba yang mana ? coba
sebutkan caranya!” (untuk yang muslim)

Fase Terminasi :

“Bagaimana perasaan bepak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”

“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Mau berapa
kali bapak sholat. Baik kita masukan sholat.... dan .....” (sesuai kesepakatan
pasien)

“Coba bapak sebutkan lagi cari ibadah yang dapat bapak lalukan bila bapak
merasa marah”

“Setelah ini coba bapak lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi”

“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat cara
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat. Mau jam berapa pak ?
seperti sekarang saja, jam “O ya!”

“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah bapak, setuju pak ?”

5. SP 5 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien uuntuk cara mencegah marah yang
sudah dilatih
2) Latih pasien minum obat secara teratur dangan prinsip lima benar (benar
nama pasien,benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat dan benar dosis obta) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat

11
3) Susun jadwal minum obat secara teratur

Fase Orintasi :

“Assalamualaikum pak, sesuai janji saya kemarin hari iini kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta sholat ?”

Apa yang dirasaka setelah melakukan latihhan secara teratur? Coba kiita lihat cek
kegiatanya”

“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yag
benar untuk mengontrol rasa marah”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat kemarin?”

“Berapa lama bapak mau kitaa berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

Fase Kerja : (Perawat membwa obat pasien)

“Bapak sudah dapat obat dari dokter ?”

“Berapa macam obat yang bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
bapak minum ?bagus! “

“Obatnya ada 3 macam pak, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang . yang putih ini namanya THP agar rileks dan tenang. Dan yang
merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang.
Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sahari, jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7
malam”

“Bila nanti setelag minum obat mulut bapak terasa kering untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”

“Bila mata teraasa berkunang-kunang bapak sebaiknya istirahat dan jangan


beraktivitas dulu”

“Nanti dirumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat,
apakah ebnar nama bapak tertulis di situ, berapa dosis yang harus diminum, dan

12
jam berapa saja hatus minum. Baca juga nama obatnya apakah sudah benar ?
disini minta obatnyya sama perawat kemudian cek lagi apakah benar obatnya”

“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter


ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan”

“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya pak”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat
yang benar”

“Coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum! Bagaimana cara minum
obat dengan benar?”

“Nah sekarang sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?
Sekarang kita tambahkan jadwal, kegiatan dengan minum obat. Jangan lupa
laksanaakan semya dengan terartus ya”

“Baik, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah”

“Sampai Jumpa”

 Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku,kekerasan
(penyebab,tanda,dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari
perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan

13
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah dianjurkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapak melakukan kegiatan tersebut denga tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan
bila pasien menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga
 Tindakan keperawatan pada keluarga dengan menggunakan pendataan
Strategi Pelaksanaan (SP)
1. SP 1 keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara
merawat perilaku kekerasan dirumah dengan cara :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku, kekerasan
(penyebab, tanda, dan gejala , perilaku yang muncul da akibat dari
perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain :

Fase Orientasi :

“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya x, asaya perawat dari ruangs ini,
saya yang akan merawat bapak(pasien). Nama ibu siapa? Seangnya dipanggil apa
?”

“Bisakah kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang ibu hadapi ?”

“Berapa lama kita bisa berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit, bu ?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bu ? Bagaiman kalau dikantor perawat


?”

Fase Kerja :

“Bu, apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat bapak ? Apa yang ibu lakukan
?”

14
“Baik bu, saya akan coba jelaskan tentang marah bapak dan hal-hal yang perlu
diperhatikan”

“Bu, marah adalah suatu perasaan yang sangat wajar tapi bisa disalurkan dengan
benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dengan lingkungan”

“Yang meneybabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa
direndahkan, keinginnya tidak terpenuhi. Kalau bapak apa penyebabnya bu ?”

“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisa itu
artinya suami ibu| sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan
melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau
memukul atau bicara kasar? Kalau ada perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa
ia lakukan?”

“Bila hal itu terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan
lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak seperti gelas,
pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak”.

“Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas atau RSJ
setelah sebelumnya diikat dahulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa
minta bantuan orang lain saat mengikat bapak ya bu, lalu lakukan dengan tidak
menyakiti bapak dan jelaskan alas- an mengikat agar bapak tidak mencederai diri
sendiri, orang lain atau lingkungan.

“Nah, ibu sudah lihat ‘kan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadwal
latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal,
spiritual dan minum obat teratur”. “Kalau bapak bisa melakukan latihannya
dengan baik jangan lupa dipuji ya Bu”.

Fase Terminal:

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat


bapak?”

“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”.

15
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadwal latihan yang telah dibuat untuk bapak ya
Bu”.

“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita
bicarakan tadi langsung kepada bapak?”

“Tempatnya disini lagi saja ya Bu”

2. SP 2 Keluarga
Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan
1) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
2) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang
telah diajarkan oleh perawat
3) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
4) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

16
Fase Orientasi:

“Assalamu’alaikum bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita bertemu
lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak”.

“Bagaimana bu? Masih ingatkah diskusi kita yang lalu? Ada yang mau ibu tanyakan?
Berapa lama ibu mau kita latihan?”

“Bagaimana kalau kita latihan disini saja? Sebentar saya panggilkan bapak supaya
bias latihan bersama”.

Fase Kerja:

“Nah pak, coba ceritakan kepada ibu, latihan yang sudah bapak lakukan. Bagus sekali.
Coba perlihatkan kepada ibu jadwal harian bapak! Bagus!”

“Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan bapak”.

“Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak”.

“Masih ingatkah pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang
harus dilakukan bapak adalah?.......”

“Ya betul, bapak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar lalu
keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo
coba lagi, tarik nafas dari hidung, bagus, tahan dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5
kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.

17
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.

“Cara kedua masih ingat pak, bu?”

“Ya benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur
dan bantal”.

“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Kamar bapak dimana? Jadi
kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal”.

“Nah, coba bapak lakukan dengan didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya,
bagus sekali bapak melakukannya”.

“Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila marah. Ada tiga caranya pak, coba
praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:

1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.
3. Mengungkapkan rasa kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan: ‘Saya jadi ingin marah dengan perkataanmu itu’.
Coba praktekkan. Bagus pak.
4. Selanjutnya kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan? Baik sekali,
bapak coba langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga
marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat. Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan
didampingi ibu untuk meredahkan kemarahan.
5. Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran jadi tenang,
tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah?

Bapak coba jelaskan ada berapa macam obatnya! Bagus, jam berapa minum obat pak?
Bagus, apa guna obat? Bagus, apa boleh mengurangi atau menghentikan obat?
18 Wah
bagus sekali!
Dua hari yang lalu telah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu
tolong selama dirumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan
dihentikan tanpa sepengetahuan dokter.

Fase Terminasi:

“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan
cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”

“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”

“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi bapak melaksanakan jadwal latihan yang
telah dibuat selama dirumah nanti. Jangan lupa beri pujian untuk bapak bila dapat
melakukan dengan benar ya bu!”

“Karena bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi ibu
bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas bapak selama di rumah nanti”.

“Jam 10 seperti hari ini ya bu. Di ruang ini juga”.

19
SP 3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Fase Orientasi:

“Assalamu’alaikum pak, bu karena bapak sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita
kemarin, sekarang kita ketemu untuk membicarakan jadwal bapak selama di rumah”

“Bagaimana pak, bu, selama ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat
bapak? Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”

“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal di rumah, di sini saja?”

Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

Fase Kerja:

“Pak, bu, jadwal yang dibuat selama bapak di rumah sakit tolong dilanjutkan di
rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya. Mari kita lihat jadwal
bapak!”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
bapak selama dirumah. Ibu dan bapak, ini nomor telepon Puskesmasnya (0739)
555xxxx. Kalau misalnya bapak menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
yang membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat TS di
Puskesmas X, puskesmas terdekat dari rumah. Jika tidak teratasi perawat TS akan
merujuknya ke rumah sakit terdekat”.

“Selanjutnya perawat TS yang akan membantu memantau perkembangan bapak selama


di rumah”.

Fase Terminasi:

“Bagaimana bu, ada yang ingin ditanyakan? Coba ibu sebutkan apa saja yang perlu
diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda dan gejala, follow up ke Puskesmas). Baiklah,
silahkan selesaikan administrasinya!”

“Saya akan persiapkan pakaian dan obat bapak”.

20
C. Evaluasi

Evaluasi klien dengan perilaku kekerasan harus berdasarkan observasi


perubahan perilaku dan respon subjektif. Diharapkan klien dapat mengidentifikasi
penyebab Perilaku kekerasan, tanda-tanda Perilaku kekerasan, akibat Perilaku
kekerasan, cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan,
demontrasikan perilaku yang terkontrol, memperoleh dukungan keluarga dalam
mengontrol perilaku, penggunaan obat dengan benar.

Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien, keluarga dan perawat


dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan.

D. Dokumentasi
Format/data fokus pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
(keliat dan akemat, 2009)

Berikan tanda () pada kolom yang sesuai dengan data klien

Pelaku/usia korban/usia saksi/usia

1. aniaya fisik ( )( ) ( )( ) ( ) ( )

2. aniaya seksual ( )( ) ( )( ) ( )( )

3. penolakan ( )( ) ( )( ) ( )( )

4. kekerasan dalam ( )( ) ( )( ) ( )( )

Keluarga

5. tindakan kriminal ( ) ( ) ( )( ) ( )( )

6. aktivitas motorik

( ) lesu ( ) tegang ( ) gelisah ( ) agitasi

( ) tik ( ) grimasem ( ) tremor ( ) kompulsif

7. interaksi selama wawancara

( ) bermusuhan ( ) kontak mata kurang

( ) tidak kooperatif ( ) defensif

( ) mudah tersinggung ( ) curiga

21
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN

Nama pasien : .................


Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
No Kemampuan
A Pasien
Sp 1
1 Menyebutkan penyebab PK
2 Menyebutkan tanda dan gejala PK
3 Menyebutkan PK yang dilakukan
4 Menyebutkan akibat PK
5 Menyebutkan cara mengontrol PK
6 Mempraktekkan latihan cara mengontrol
fisik I
SP2
7 Mempraktekkan latihan cara fisik II dan
memasukkan dalam jadual
SP3
8 Mempraktekkan latihan cara verbal dan
memasukkan dalam jadual
SP 4

22
9 Mempraktekkan latihan cara spiritual
dan memasukkan dalam jadual
SP 5
10 Mempraktekkan latihan cara minum
obat dan memasukkan dalam jadual
B Keluarga
SP 1
1 Menyebutkan pengertian PK dan proses
terjadinya masalah PK
2 Menyebutkan cara merawat pasien
dengan PK
SP2
3 Mempraktekkan cara merawat pasien
dengan PK
SP3
4 Membuat jadual aktivitas dan minum
obat klien di rumah (discharge
planning)

23
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN
DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
SP Ip
1 Mengidentifikasi penyebab PK
2 Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3 Mengidentifikasi PK yang dilakukan
4 Mengidentifikasi akibat PK
5 Menyebutkan cara mengontrol PK
6 Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I
7 Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
Nilai SP Ip
SP Iip
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP Iip
SP IIIp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP IIIp

24
SP Ivp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP Ivp
SP Vp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP Vp
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK
3 Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK
Nilai SP Ik
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK
Nilai SP Iik
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP III k
Nilai Total SP p + SP k
Rata-rata

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan
pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat
terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku
kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.(Stuart
dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.

26
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukripah dan Iskandar.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.
Bandung: PT Refika Aditama
Keliat Budi Ana,Proses Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Jakarta :
EGC,1999

27

Anda mungkin juga menyukai