Kasus :
Ny.K (35 tahun) dibawa oleh keluarganya ke RSJ karena di rumah ia sering
menyendiri, marah-marah kepada anaknya dan sering memukul-mukul diri ke tembok, serta
merusak barang-barang. Saat dilakukan pengkajian Ny. K mengatakan “saya benci dengan
mantan suami saya, dia telah menghancurkan hidup saya lalu pergi begitu saja meninggalkan
istri dan anak. Hal ini terjadi sejak 1 bulan yang lalu, dimana suaminya menceraikannya
begitu saja lalu pergi dari rumah, yang memubuat pasien syok dan belum bisa menerima.
Namun selama menikah Ny.K sering mendapat perilaku kekerasan oleh suaminya seperti
dipukul, ditendang, dimaki. Dan pada akhirnya pasien melampiaskan semua emosinya ke
anaknya sehingga anaknya kerap kali mendapatkan perilaku kekerasan oleh pasien sama
seperti apa yang suaminya lakukan kepadanya. Pasien terlihat selalu mengepal tangan, wajah
agak merah, mata melotot dan pandangan tajam, ekspresi marah saat membicarakan orang,
serta saat berbicara nada suara tinggi dan keras.
A. PROSES KEPERAWATAN
1). Pengkajian :
a. Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Obyektif :
- Mata merah dan meloto
- Wajah agak merah.
- Pandangan tajam
- Mengepal tangan
- Nada suara tinggi dan keras.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang,.
2). Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan
B. STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan untuk pasien
A. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
B. Tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus
saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
- Mengucapkan salam terapeutik
- Berjabat tangan
- Menjelaskan tujuan interaksi
- Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
- Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah secara:
- Verbal
- Terhadap Orang Lain
- Terhadap Diri Sendiri
- Terhadap Lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
- Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
- Obat
- Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
- Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
- Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
- Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
- Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
- Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
- Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
- Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
- Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minum obat
- Susun jadwal minum obat secara teratur
11. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol Perilaku Kekerasan
KERJA:
“Apa yang menyebabkan ibu marah?, Apakah sebelumnya ibu pernah marah? Terus,
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada penyebab lain yang
membuat ibu marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti ibu stress karena pekerjaan atau masalah uang
(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang ibu rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah ibu merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang ibu lakukan? O..iya, jadi ibu marah-marah, membanting pintu dan
memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress ibu hilang? Iya, tentu tidak. Apa
kerugian cara yang ibu lakukan? Betul, anak jadi takut barang-barang pecah. Menurut ibu
adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan
dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, ibu. Salah satunya adalahlah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini ibu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah ibu rasakan maka ibu berdiri, lalu tarik
napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, ibu sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul ibu sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI :
“Selamat pagi ibu, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua”
“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 15 menit dan tempatnya disini di
ruang tamu,bagaimana ibu setuju?”
KERJA :
“Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata
melotot, selain napas dalam ibu dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Jadi kalau nanti ibu kesal dan ingin
marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal. Nah, coba ibu lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali ibu melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya
TERMINASI :
KERJA :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya ibu:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu bilang penyebab marahnya karena minta
uang sama suami tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Pak, saya perlu
uang untuk membeli lipstik.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat
dan lain-lain. Coba ibu praktekkan. Bagus ibu.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba ibu
praktekkan. Bagus ibu”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari ibu mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus
nanti dicoba ya ibu!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan
cara ibadah, ibu setuju? Mau di mana ibu? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”
“Selamat pagi ibu, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi”
Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana ibu, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan
ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA :
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau
dicoba?
“Nah, kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda
juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian
sholat”.
“Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya
(untuk yang muslim).”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan ibu. Mau berapa kali ibu sholat.
Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila ibu merasa marah”
“Setelah ini coba ibu lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah,
yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa ibu? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa
marah ibu, setuju ibu?”