Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam


meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan
tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan
yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mempesngaruhi sistem keluarga tersebut
dan mempengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global. Sebagai
contoh, apabila ada seorang anggota keluarga yang menderita penyakit demam
berdarah, nyamuk sebagai faktor penyebab dapat mengigit keluarga tetangganya.
Hal tersebut dapat mempengaruhi sistem menetap. Membangun Indonesia Sehat
seharusnya dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya
keluarga.

Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk


membangun keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai
pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik atau peneliti agar keluarga dapat
mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya.
Dengan demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai masalah sudah kronis.
Perawat keluarga memiliki peran yang snagat strategis dalam program
pemerintaan dalam pemberdayaan keluarga dibidang kesehatan belum
mengikutsertakan perawat keluarga secara optimal. Oleh karena itu, kita perlu
mempertimbangkan adanya satu orang perawat keluarga dalam satu Kelurahan
atau desa dalam membangun keluarga sehat. Asuhan keperawatan tersebut
tentunya dilaksanakan dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.

1
BAB II

ISI

A. Definisi Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari


masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Bailon dan Magjaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau


lebih individu yang bergabung karena berhubungan darah, perkawinan, atau
abdosi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama
lain menurut peran masing-masingserta menciptaka dan mempertahankan suatu
budaya.

Menurut Friedman (1998) definisi keuarga adalah dua atau lebih individu
yang bergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dengan
melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikas diri mereka sebagai
bagian dari keluarga . menurut BKKBN (1999) keluarga adalah dua orang atau
lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan.

Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa


keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasr perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya
sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU No. 10
tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-
isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga
pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan
perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah)
dengan peran masing-masing serta keterkaitan emosional.

2
Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi adat
ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar
perkawinan, seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) N0.21 tahun
1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah.

B. Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut :

 Keluarga Inti (nuclear family) adalah keluarga yang dibentuk karena


ikatan yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang
terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural)
maupun adopsi.
 Keluarga Asal (family of origin) merupakan suatu unit keluarga tempat
asal seseorang dilahirkan.
 Keluarga Besar (extended family) keluarga inti ditambah keluarga yang
lain ( karena hubungan darah), misalnya kakek,nenek,bibi,paman,sepupu
termasuk keluarga modern , seperti orangtua tunggal, keluarga modern,
seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan
sejenis (guy/lesbian families)
 Keluarga Berantai (sosial family), keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
 Keluarga bentukan kembali (dyadic family) /Keluarga duda atau
janda keluarga yang terbentuk karena percaraian dan/atau kematian
pasangan yang dicintai.
 Keluarga komposit, keluarga dari perkawinan poligami dan hidup
bersama
 Keluarga kohabitasi , dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan,
bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak
lazim da bertentangan dengan budaya timur.
 Keluarga inses, seiring dengan masuknya nilai-nilai global daan
pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang
tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah .

3
 Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
 The single adult living alone : orang dewasa (laki-laki atau perempuan)
yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah. Kecenderungan di Indonesia
juga meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau
anaknya kelak jika telah menikah.
 Keluarga tradsional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan
keluarga nontradisonal di ikat dengan perkawinan.
C. Struktur Keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal.


Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari
nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga.

Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,


kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di
anatara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan
menyelesaikan masalah.

Menurut parad dan caplan tahun (1965) yang diadopsi oleh friedman
mengatakan ada empat elmen struktur keluarga yaitu :

1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masinh-masing anggota


keluarga dalam keluarga sendiri dan peranya dilingkungan masyarakat
atau peran formal dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan
3. Pola komunikasi keluarga, mengganmbarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah dan ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan
anak, dan anggota keluarga lain (pada keluargabesar) dengan keluarga inti
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

4
Berdasarkan keempat eleman dalam struktur keluarga diasumsikan bahwa
(lesic dan korman, 1989; parsons dan balles 1955 ) :

1. Keluarga merupakan system social yang memiliki fungsi sendiri


2. Keluarga merupakan system social yang mampu menyelesaikan
masalah individu dan lingkunganya
3. Keluarga merupakan satu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi
kelompok lain
4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai
dan norma yang berlaku dalam keluarga.

D. Tumbuh-Kembang Keluarga

Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan, keluarga pun
memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan yang harus
diselesaikan pada tahapnya. Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan
menurut Carter dan McGoldrick (1989) dan Duvall (1985).

Carter dan McGoldrick Duvall


(family therapy perspective, 1989) (sociological perspective, 1985)
1. Keluaga antara: masa bebas  Tidak diidentifikasi karena periode
(pacaran) dewasa muda waktu antara dewasa dan menikah
tak dapat ditentukan
2. Terbentuknya keluarga baru 1. Keluarga baru menikah
melalui suatu perkawinan
3. Keluarga yang memiliki anak usia 2. Keluarga dengan anak baru lahir
muda (anak usia bayi sampai usia (usia anak tertua sampai 30 bulan)
sekolah) 3. Keluarga dengan anak prasekolah
(usia anak tertua 2½-5 tahun)
4. Keluarga dengan anak usia
sekolah (usia anak tertua 6-12
tahun)
4. Keluarga yang memiliki anak 5. Keluarga dengan anak remaja (usia

5
dewasa anak tertua 13-20 tahun)
6. Keluarga yang mulai melepas 7. Keluarga mulai melepas anak
anaknya untuk keluar rumah sebagai dewasa (anak-anaknya
mulai meninggalkan rumah)
8. Keluarga yang hanya tediri dari
orang tua saja/keluarga usia
pertengahan (semua anak
meninggalkan rumah)
9. Keluarga lansia 1. Keluarga lansia

Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas


perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki keluarga.
Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap
perkembangannya.

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (utama)


1. Keluarga baru menikah  Membina hubungan intim yang
memuaskan
 Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman, dan kelompok sosial
 Mendiskusikan rencan memiliki anak
2. Keluarga dengan anak baru  Mempersiapkan menjadi orang tua
lahir  Adaptasi dengan perubahan adanya
anggota keluarga, interaksi keluarga,
hubungan seksual, dan kegiatan
 Mempertahankanhubungan dalam
rangka memuaskan pasangannya
3. Keluarga dengan anak usia  Memenuhi kebutuhan anggota
pra-sekolah keluarga, missal kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman
 Membantu anak untuk bersosialisasi

6
 Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain (tua) juga harus terpenuhi
 Mempertahankan hubungan yang
sehat, baik di dalam atau luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
 Pembagian waktu untuk individu,
pasangan, dan anak (biasanya
keluarga mempunyai tingkat
kerepotan yang tinggi)
 Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga
 Merencanakan kegiatan dan waktu
untuk menstimulasikan pertumbuhan
dan perkembangan anak
4. Keluarga dengan anak usia  Membantu sosialisasi anak terhadap
sekolah lingkungan luar rumah, sekolah, dan
lingkungan lebih luas (yang
tidak/kurang diperoleh dari sekolah
atau masyarakat)
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Memenuhi kebutuhan yang
meningkat, termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja  Memberikan kebebasan yang
seimbang dan bertanggung jawab
mengingat remaja adalah seorang
dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi
 Mempertahankan hubungan intim
dalam keluarga
Tabel 1-2 tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan (lanjutan)

7
Tahap perkembangan Tugas perkembangan
5. keluarga dengan anak remaja  Mempertahankan komunikasi
terbuka antara anak dan orang tua.
Hindarkan terjadinya perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
 Mempersiapkan perubahan system
peran dan peraturan (anggota)
keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga.
6. kelurga mulai melepas  Memperluas jaringan keluarga
anaksebagai dewasa dari keluarga inti menjadi keluarga
besar
 Mempertahankan keintiman
pasangan
 Membantu anak untuk mandiri
sebagai keluarga baru
dimasyarakat
Penataan kembali peran orang tua
dan kegiatan dirumah
7. keluargausiapertengahan  Mempertahankan kesehatan
individu dan pasangan usia
pertengahan
 Mempertahankan hubungan yang
serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebaya
 Meningkatkkan keakraban
pasangan

8. keluargausiatua  Memperthankan suasana


kehidupan rumah tangga yang

8
saling menyenangkan pasanganya
 Adaptasi dengan perubahan yang
akan terjadi :kehilangan pasangan
,kekuatan fisik, dan penghasilan
keluarga.
 Memperthankan keakraban
pasangan dan saling merawat
 Melakukan life review masa lalu

Menurut Duval (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari
delapan tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan risiko tertentu pada tiap
tahap perkembangannya :

 Tahap 1, pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan


keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang
saling memuaskan, membina hubungan harmonis dengan saudara dan
kerabat, dan merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak
yang diinginkan).
 Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah
bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam keluarga),
membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga
 Tahap 3 , keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5 tahun
sampai dengan 6 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap adalah
menyatuhkan kebutuhan masing-masing, anggota keluarga, antara lain
ruang atau kamar pribadi dan keamanan.
 Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 tahun
sampai 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak-anak mencapai
prestasi yang baik disekolah

9
 Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13
sampai 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang sajalan
dengan maturnitas remaja
 Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) . tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan
kehadiran anggota keluarga yang baru memulai pernikahan anak-anak
yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan
datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah
kesehatan
 Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu,
memperkuat hubungan perkawinan dan meningkatkan usaha promosi
kesehatan
 Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan
kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan
hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan
kontak dengan masyarakat dan menemukan arti hidup

Menurut BKKBN (1999), tahapan keluarga dapat diukur berdasarkan


tingkat kesejahteraan yaitu sebagai berikut :

 Keluarga prasejahtera, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat


memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,seperti kebutuhan akan
pengajaran, agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan
 Keluarga sejahtera tahap 1, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan sosial psikologis seperti kebutuhan terhadap
pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi
dengan lingkungan tempat tinggal, dan tranportasi.
 Keluarga sejahtera tahap II : yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar dan seluruh kebutuhan psikologis, tetapi

10
belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembanganya
(developmental needs), seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperolrh informasi.
 Keluarga sejahtera tahap III : yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial-psikologis, dan
kebutuhan perkembangan, namun belum dapat memberikan sumbungan
yang maksimal terhadap masyarakat.

 Keluarga sejahtera tahap III plus : yaitu keluarga-keluarga yang telah


dapat memenuhi seluruh kebutuhanya, baik bersifat dasar, sosial-
psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta dapat pula
memberikan sumbanganya dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Penduduk miskin di Indonesia telah ada puluhan tahun yang lalu , Tahun
1970 proporsi penduduk miskin sekitar 60%, tahun 1996 menjadi 11% dan tahun
1998 menunjukan meningkat kembali menjadi 39%. Survei biro pusat statistik
akhir desember tahun 1998 menunjukan keluarga miskin sekitas 24,2%.
Kecendrungan tingginya keluarga miskin di Indonesia akibat adanya krisis
ekonomi yang melanda negara di Asia termasuk Indonesia.

Dari bahasan yang ada diatas, keluarga miskin adalah keluarga yang dibentuk
oleh perkawinan yang sah, yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup
meterial yang layak khususnya di bidang kesehatan, pendidikan,sandang, pangan,
dan papan (Rhina, 1999). Berdasarkan intruksi presiden nomor 3 tahun 1996
tentang pembangunan keluarga sejahtera dalam rangka peningkatan penggolongan
kemiskinan, keluarga miskin adalah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I
(KS I). Tahun 2000 badan kesejahteraan keluarga berencana nasional (BKKBN)
menetapkan sembilan indikator keluaarga miskin :

 Tidak bisa makan dua kali sehari


 Tidak bisa menyediakan daging/telur/ikan sebagai lauk pauk paling kurang
seminggu sekali
 Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas
 Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal satu sel setahun sekali

11
 Bagian terluas lantai rumah dari tanah
 Luas lantai rumah kurang dari delapan meter persegi untik setiap penghuni
rumah
 Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan
tetap
 Bila anak sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan
 Anak berumur 7-15 tahun tidak bersekolah

 Keluarga prasejahtera
Keluarga ini belum mampu untuk melaksanakan indikator sebagai berikut :
 Keluarga sejahtera I
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indikator 1-5 sebagai berikut :
1. Keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-
masing.
2. Keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
3. Keluarga menggunakan pakaian yang berbeda untuk berbagai
keperluan.
4. Keluarga mempunyai rumah yang sebagian besar berlantai bukan dari
tanah.
5. Keluarga memeriksa kesehatan ke petugas atau sarana kesehatan (bila
anak sakit atau PUS ingin ber-KB).
 Keluarga sejahtera II
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indikator 6-14 tetapi belum
mampu melaksanakan indikator-indikator sebagai berikut :
6. Keluarga makan daging, ikan atau telur sebagai lauk-pauk sekurang-
kurangya sekali dalam seminggu.
7. Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang
dianut.
8. Keluarga memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.
9. Setiap anggota keluarga mempunyai ruang kamar yang luasnya 8m.
10. Semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga
dapat melaksanakan fungsi mereka masing-masing.

12
11. Paling sedikit satu keluarga yang berumur 15 tahun keatas memiliki
penghasilan tetap.
12. Seluruh anggota keluarga yang berusia 10 sampai 60 tahun mampu
membaca dan menulis latin.
13. Anak usia sekolah dapat bersekolah.
14. Keluaraga yang masih pasangan usia subur (PUS) memakai
kontrasepsi dan mempunyai dua anak atau lebih yang hidup.
 Keluarga sejahtera III
Keluaraga ini sudah mampu melaksanakan indikator 1 sampai 21 sebagai
berikut :
15. Keluarga mempunyai tabungan.
16. Keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.
17. Keluarga makan bersama paling sedikit sekali sehari.
18. Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
19. Keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling kurang sekali
dalam 6 bulan.
20. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio, dan
televisi.
21. Keluarga mampu menggunkan sarana transportasi.
 Keluarga sejahtera III plus
Sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera plus jika sudah mampu
melaksanakan semua indikator (23).
22. Keluarga aktif sebagai pengurus yayasan atau institusi masyarakat.
23. Keluarga memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan
sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.
E. Pelaksanaan perkembangan keluarga sehajtera

Peraturan pemerintah NO.21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa


penyelenggaran pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui
perkembangab kualitas keluarga dan keluarga berencana yang diselenggarakan
secara meyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga.

Tujuan :

13
Memujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, bertaqwa kepada
tuhan yang maha Esa, sehat, produktif, mandiri, dan memilikikemampuan untuk
membangun diri sendiri dan lingkungan.

Pokok-pokok kegiatan :

1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan


perkembangan perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat
melakukan usaha ekonomi produktif untuk mewujudkan keluarga
kecil,bahagia, sejahtera.
Bentuk kegiatan pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan, sikap prilaku usaha,
dan keterampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan magang,
studi banding dan pendampingan.
b. Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha,melalui keompok
usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS).
c. Pembinaan pemodalan melalui tabungan, takesra (tabungan keluarga
sehajtera), dan kukesra( kredit keluarga sejahtera).
d. Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para pengusaha dan
sektor terkait.
e. Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam memilih dan
memanffatkan alat teknologi tepat guna yang diperlukan dalam proses
produksi.
f. Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sektor terkait
koperasi.
g. Pengembangan jaringan usaha, khususnya berkerja sama dengan
departemen koperasi dan PPKM.
2. Pembinaan ketahan nonfisik keluarga.
Tujuan :
a. Peningkatan kualitas anak
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja

14
c. Peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan, dan ketaqwaan
terhadap tuhan yang maha Esa.
 Bentuk kegiatan ketahan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut :
a. Bina keluarga balita
Pembinaan terhadap orangtua anak balita agar pertumbuhan dan
perkembangan anaknya optimal secara fisik dan mental malalui
kelompok dengan batuan permainan edukatif (APE).
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan :
 Pusat – pusat konsultasi remaja
 Peyuluhan konseling disekolah dan pesantren,kelompok-
kelompok.
 Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka, dan lain-lain.
 Kelompok bina keluarga remaja (BKR), dan penyuluhan
melalui media massa.
c. Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok bina keluarga lansia
d. Kegiatan – kegiatan lain adalah sebagai berikut :
 Gerakan keluarga sejahtera sadar buta aksara.
 Beasiswa supersemar
 Satuan karya pramuka keluarga berencana (saka kencana)
kegiatan lomba-lomba
3. Pelayanan keluarga bencana
a. Kegiatan komunikasi informasi eduksi (KIE)
Kegiatan ini meningkatan kesedaran, pengetahuan, dan perubahan
perilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi,
pelayanan kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain yang ada
hubungan dengan reproduksi.
4. Pendataan keluarga sejahtera
Dalam rangka mengevaluasi pelaksaan gerakan keluarga sejahtera setiap
tahun, antara bulan januari dan maret,dilakukan pendataan keluraga untuk
mengetahui pencapai keluraga berencana dan tahapan keluarga sejahtera.

15
Friedman (1981) membagi lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga, yaitu :

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.


b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
yang tidak dapat membatu dirinya sendiri
d. Memperthankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadiaan anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik.
F. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga ( Friedman,1998) adalah sebagai berikut :

1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan


segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhuubungan
dengan orang lain
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan
dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
menginggalkan rumah
3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan hidup
4. Fungsi ekonomi yaitu keluraga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
5. Fungsi perawata/pemeliharahan kesehatan yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan agama keluarga agar tetap memiliki
produktifitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga
dibidang kesehatan

Namun dengan berubahnya pola hidup agaris menjadi industrialisasi, fungsi


keluarga dikembangkan menjadi :

16
1. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang
produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan
memanfaatkan sumber daya manusia
2. Fungsi mendapatkan status sosial , yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan starata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarna
3. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran tanggung jawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi
kehidupan dewasanya
4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptkan kehiduppan sosial yang mirip dengan luar rumah
5. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitukeluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan mencegah
terhadap penyakit yang mungkin dialami
6. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama
dan mengamalkan ajaran agamanya
7. Fungsi rekreasi, yaitu merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah
8. Fungsi reproduksi, buukan hanya mengembangan keturunan tetapi juga
merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal
9. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar
rumah

Indonesia membagi fungsi keluarga menjadi delapan dengan bentuk operasional


yang dapat dilakukan oleh setiap keluarga ( UU No.10 tahun 1992 jo PP No. 21
tahun 1994) yaitu :

1. Fungsi keagamaan
a. Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh agama
b. Mnerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup
sehari-hari

17
c. Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam
pengalaman dari ajaran agama
d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan
e. Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beraagama
sebagai fondasi menuju keluarga kecil yang bahagia sejahtera
2. Fungsi budaya
a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan
norrma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan
b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring
norma dan budaya asing yang tidak sesuai
c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya
mencari pemecahan masalah
d. Membina tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapa
berperilaku yang baik/positif sesuai denga norma di Indonesia
e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang
dengan budaya masyarakat
3. Fungsi cinta kasih
a. Menumbuh-kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada
antar-anggota keluarga (suami-isteri-anak) ke dalam simbol nyata
b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar-anggota
keluarga maupun antar-keluarga yang satu dengan lainnya secara
kuantitatif dan kualitatif
c. Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan
ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang
d. Membina rasa sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup idela
menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
4. Fungsi perlindungan
a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa
tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga

18
b. Membina keamanan keluarga baik fisik mauppun psikis dari
berbagai bentuk ancaman dari tantangan yang datang dari luar
c. Membina dan menjadikan stabilias dan keamanan keluarga sebagai
moda menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
5. Fungsi reproduksi
a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga
sekitarnya.
b. Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan
keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.
c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal
anak yang diinginkan keluarga.
d. Mengambangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
6. Fungsi sosialisasi
a. Menyadari, merencanakan, dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan
utama.
b. Menyadari, merencanakan, dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai
konflik dan permasalahan yang dijumpainya, baik dilingkungan
sekolah maupun masyarakat.
c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal
yang diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan
kedewasaan (fisik dan mental), yang tidak/kurang diberikan oleh
lingkungan sekolah maupun masyarakat.
d. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam
keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak,
tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan
kematangan hidup bersama menuju Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera.

19
7. Fungsi Ekonomi
a. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam
lingkuangan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan
perkembangan keluarga.
b. Menegelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran
keluarga.
c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan sejara serasi
selaras, dan seimbang.
d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal
untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
8. Fungsi Pelestarian Lingkungan
a. Membina kesadaran , sikap, dan praktik pelestarian lingkungan
intern keluarga.
b. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan
ekstern keluarga.
c. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan
dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.
d. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan
hidup sebagai pola hidup keluarga menuju Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera.
G. Keluarga sebagai sistem

Bukan hanya perusahaan saja yang menghasilkan suatu produk yang disebut
sebagai system. Keluarga juga meruapak suatu system yang perlu dipelajari.

Pengertian system yang paling umum adalah kumpulan dari beberapa bagian
fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam
waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Alas an keluarga disebut sebgai system adalah sebagai berikut :

20
1. Keluarga mempunyai subsistem: anggota, fungsi, peran, aturan, budaya,
dan lainnya yang dipelajari serta dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar-subsistem
3. Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat
memengaruhi supra-sistemnya.

Keluarga merupakan system social karena terdiri dari kumpulan dua orang atau
lebih yang mempunyai peran social yang berbeda dengan ciri saling berhubungan
dan tergantung antar individu. Seperti pada umumnya suatu system, keluarga juga
mempunyai komponen-komponen system.

Gambar diatas dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Masukan (input), terdiri dari : anggota keluarga, struktur keluarga, fungsi


keluarga, aturan dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas), budaya,
agama dan sebagainya.
2. Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan
fungsi keluarga.
3. Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku
keluarga: perilaku social, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan,
perilaku sebagai warga Negara, dan yang lain.
4. Umpan balik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan dan
proses yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada
lingkungan/masyarakat di sekitarnya.

21
Keluarga sebagai system mempunyai prinsip dasar yang dapat dikelompokkan
sebagai berikut:

1. Keluarga sebagai system terbuka. Suatu system yang mempunyai


kesempatan dan mau menerima atau memberi perhatian kepada
lingkungan (masyarakat) sekitarnya.
2. Keluarga sebagi system tertutup. Suatu system yang kurang mempunyai
kesempatan, kurang mau menerima atau memberi perhatian kepada
lingkungan (masyarakat) sekitarnya

Gambar 1.2 Keluarga sebagai system mempengaruhi suprasistem (masyarakat)

Tabel 1-3. Karakteristik keluarga sebagai sistem


Sistem terbuka Sistem tertutup
Pola komunikasi  Langsung, jelas,  Tidak langsung, tidak jelas,
keluarga spesifik, jujur, tidak spesifik, tidak selaras,
tanpa hambatan sering menyalahkan, kacau,
membingungkan.

22
Aturan Keluarga  Hasil  Ditentukan tanpa
musyawarah, tak musyawarah, tidak sesuai
tertinggal aman, perkembangan, mengikat,
berubah sesuai tidak sesuai kebutuhan.
kebutuhan  Pendapat terbatas.
keluarga
 Bebas
mengeluarkan
pendapat
Perilaku anggota  Sesuai dengan  Memiliki sikap melawan,
keluarga kemampuan kacau, tidak siap (selalu
keluarga, tergantung), tidak
memiliki berkembang.
kesiapan, mampu  Harga diri: kurang percaya
berkembang diri (ragu-ragu) dan kurang
sesuai kondisi mendapat dukungan untuk
 Harga mengembangkan diri.
diri:percaya diri
meningkat dan
mampu
mengembangkan
dirinya

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian
tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan
dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan
peran masing-masing serta keterkaitan emosional. Keluarga juga merupakan suatu
system yang memiliki fungsi ekonomi, mendapatkan status sosial, pendidikan,
sosialisasi pemenuhan kesehatan, religius, rekreasi, reproduksi, dan fungsi afeksi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Sudiharto.2005.ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


PENDEKATAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.Jakarta:EGC

Suprajitno.2003.ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA: APLIKASI DALAM


PRAKTIK.Jakarta:EGC

25

Anda mungkin juga menyukai