PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
1
BAB II
ISI
1. Pengertian
2
2. Rentang Respon Marah
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berperilaku pasif, asertif, dan
agresif/perilaku kekerasan (Stuart dan Laraia,2005)
Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu
menyatakan atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju
tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain sehingga perilaku ini
dapat menimbulkan kelegaan pada individu.
Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu
untuk mengungkapkan perasaan marah yang sedang dialami,
dilakukan dengan tujuan menghindari suatu ancaman nyata.
Agresif/perilaku kekerasan merupakan hasil dari kemarahan yang
sangat tinggi atau ketakutan (panic).
Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa berslah dapat
menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah pada perilaku
kekerasan. Respon rasa marah bisa diekspresikan secara eksternal
(perilaku kekerasan) maupun internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif menggunakan
kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati
orang lain, akan memberikan perasaan lega, menurunkan
ketegangan sehingga perasaan marah dapat teratasi. Apabila
perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan biasanya
dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tidak
3
menyelesaikan maslah, bahkan dapat menimbulkan kemarahan
berkepanjangan dan perilaku destruktif.
Perilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan marah
dilakukan individu seperti pura-pura tidak marah atau melarikan
diri dari perasaan marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap.
Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang
lama dan suatu saat akan menimbulkan perasaan destruktif yang
ditujukan kepada diri sendiri.
Tabel1. Perbandingan perilaku asertif, pasif dan agresif
Asertif Pasif agresif
Isi Positif Negative Menyombongk
pembicaraa menawarkan merendahkan an diri,
n diri diri (“dapatkah merendahkan
(“saya dapat”, saya?”), orang lain
“saya akan” (“dapatkah (“kamu selalu”,
kamu?”) “kamu tidak
pernah”)
Tekanan Sedang Cepat, lambat, Keras,ngotot
suara mengeluh
Posisi Tegap dan Menundukkan Kaku condong
badan santai kepala kedepan
Jarak Mempertahank Menjaga jarak Sikap dengan
an jarak yang dengan sikap jarak akan
nyaman acuh/mengabaik menyerang
an orang lain
Penampila Sikap tenang Loyo, tidak Mengancam,
n dapat tenang potensi
menyerang
Kontak Mempertahank Sedikit atau Mata melotot
mata an kontak mata sama sekali dan
sesuai dengan tidak dipertahankan
hubungan yang
4
berlangsung
c. Tangan mengepal;
d. Rahang mengatup;
e. jalan mondar-mandir.
5
8. Melempar atau memukul benda/orang lain
9. Merusak barang atau benda
10. Tidak mempunyai kemempuan mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan.
4. Faktor Risiko
- Ketersediaan senjata.
- Menyalakan api.
6
- Riwayat ancaman kekerasan (misal, ancaman verbal terhadap
seseorang, ancaman sosial, mengeluarkan sumpah serapah, membuat
catatan/surat ancaman, sikap tubuh mengancam, ancaman seksual).
- Impulsif
- Intoksikasi patologis.
- Komplikasi perinatal.
- Komplikasi prenatal.
7
Difinisi berisiko melakukan prilaku yang individu menunjukkan
bahasa dirinya dapat membahayakan dirinya sendiri secara fisik,
emosional diri atau seksual.
8
5. Fakfor Presipitasi
9
perilaku individu untuk menghadapi stress, meliputi :
7. Sumber Koping
10
dalam menghadapi stress. Akhirnya, sumber koping juga termasuk
kekuatan ego untuk mengidentifikasi jaringan sosial, stabilitas budaya,
orientasi pencegahan kesehatan dan konstitusional.
8. Mekanisme koping
11
5. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4
tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya
karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-
perangan dengan temannya.
1. Pengkajian
Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan
a. Aspek Biologis
b. Aspek Emosional
12
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek Intelektual
d. Aspek sosial
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan
dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
1) faktor predisposisi
13
faktor –faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.
a. Faktor Biologis
1. Instinctural Drive Theory (Teori Dorongan Naluri), teori ini
menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan didasar yang sangat kuat.
2. Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik), pengalaman marah
adalah akibat dari respons psikologis terhadap stimulus ekternal,
internal maupun lingkungan. Dalam hal ini system limbic berperan
sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.
b. Faktor Psikologis
1. Frustation Aggresion Theory (Teori Agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut
dapat mendorong individu perilaku agresif karena perasaan frustasi
akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas/ situasi yang mendukung.
3. Eksistensial Theory (Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui berperilaku
destruktif.
c. Faktor Sosiokultural
1. Social Environment Theory (Teori Lingkungan sosial), lingkungan
sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan
marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk merespons
asertif atau egresif.
14
2. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial), perilaku kekerasan
dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.
2) Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat
unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,
kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam (putus hubungan
dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit
fisik dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu
perilaku kekerasan.
3) Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang
umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti
“Displacement”, sublimasi, proyeksi, represi, denial dan reaksi formasi.
4) Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
1. Menyerang atau menghindar (Fight or Flight)
Pada keadaan ini respon fisiologia timbul karena kegiatan
system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang
menyebabkan TD meningkat, kakardia, wajah merah, pupil melebar,
mual sekresi Hcl meningkat, peristaltic gaster menurun, mengeluarkan
urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat
disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
menjadi kaku disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (Assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam
mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif
dan asertif. Mengekspresikan rasa marah tanpa menyakiti orang lain
15
secara fisik maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini dapat juga
untuk mengembangkan diri klien.
Berikan tanda () pada kolom yang sesuai dengan data klien
1. aniaya fisik ( )( ) ( )( ) ( ) ( )
2. aniaya seksual ( )( ) ( )( ) ( )( )
3. penolakan ( )( ) ( )( ) ( )( )
4. kekerasan dalam ( )( ) ( )( ) ( )( )
Keluarga
5. tindakan kriminal ( ) ( ) ( )( ) ( )( )
6. aktivitas motorik
16
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat,
walaupun saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah
melakukan atau mempunyai riwayat perilaku kekerasan dan belum
mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan
tersebut.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul untuk masalah perilaku
kekerasan adalah :
1. Harga diri rendah
2. Risiko Perilaku kekerasan
3. Koping individu tidak efektif
4. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Pohon masalah
Effect
Perilaku kesehatan
Core problem
Causa
17
3. rencana keperawatan RPK
Ruangan : No. CM :
No Diagnosa Perencanaan
Tgl Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
Dx keperawatan Tujuan
1 2 3 4 5 6 7
Perilaku 1. klien dapat 1.1. klien mau 1.1.1 beri salam/panggil nama - Hubungan saling percaya
membina merupakan landasan utama
kekerasan membalas salam klien
hubungan untuk hubungan
saling selanjutnya.
percaya 1.2 klien mau menjabat 1.1.2 sebutkan nama perawat
tangan sambil jabat tangan
1.5 klien mau kontak 1.1.5 beri rasa aman dan sikap
18
mata empati
2. klien dapat 2.1 klien dapat 2.1.1 beri kesempatan untuk - Beri kesempatan untuk
mengungkapkan
mengidentifika mengungkapkan mengungkapkan perasaannya
perasaanya dapat
si penyebab perasaannya membantu mengurangi
2.1.2 bantu kalien untuk stres dan penyebab
perilaku
2.2 klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
kekerasan dapat diketahui
mengungkapkan jengkel/kesal
penyebab perasaan
jengkel/kesal (dari diri
sendiri, dari
lingkungan/orang lain)
19
3. klien dapat 3.1 klien dapat 3.1.1 anjurkan klien - untuk mengetahui hal yang
dialami dan dirasa saat
mengidentifika mengungkapkan mengungkapkan apa yang
jengkel
si tanda-tanda perasaan saat dialami saat marah/jengkel
- untuk mengetahui tanda-
perilaku marah/jengkel
3.1.2 observasi tanda perilaku tanda klien jengkel/kesal
kekerasan
3.2 klien dapat kekerasan pada klien - menarik kesimpulan
menyimpulkan tanda- bersama klien supaya klien
3.2.1 simpulkan bersama klien mengtahui secara garis
tanda jengkel/kesal besar tanda-tanda
tanda-tanda jengkel/kesal yang marah/kesal
yang dialami
dialami klien
4. klien dapat 4.1 klien dapat 4.1.1 anjurkan klien untuk - mengekplorasi perasaan
klien terhadap perilaku
mengidentifika mengungkapkan mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa
si perilaku perilaku kekerasan kekerasan yang biasa dilakukan dilakukan
- untuk mengetahui perilaku
kekerasan yang yang biasa dilakukan klien
kekerasan yang biasa
biasa dilakukan dan dengan
4.2 klien dapat bermain 4.1.2 bantu klien bermain peran bantuan perawat bisa
dilakukan
peran dengan perilaku sesuai dengan perilaku membedakan perilaku
konstruktif dan destruktif
kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa dilakukan - dapat membantu klien
dilakukan dapat menemukan cara
4.1.3 bicarakan dengan klien yang dapat menyelesaikan
masalah
4.3 klien dapat apakah cara yang klien lakukan
20
mengetahui cara yang masalahnya selesai
biasa dapat
menyesuaikan masalah
atau tidak
5. klien dapat 5.1 klien dapat 5.1.1 bicarakan akibat/kerugian - membantu klien untuk
menilai perilaku kekrasan
mengidentifika menjelaskan akibat dari dari cara yang dilakukan klien
yang dilakukannya
si akibat cara yang digunakan - dengan mengetahui akibat
5.1.2 bersama klien perilaku kekerasan
perilaku klien
menyimpulkan akibat vara yang diharapkan klien dapat
kekerasan merubah perilaku
digunakan oleh klien destruktif yang
dilakukannya menjadi
perilaku yang konstruktif
6. klien dapat 6.1 klien dapat 6.1.1 tanyakan pada klien - Agar klien dapat
mempelajari cara yang lain
mengidentifika melakukan cara “apakah ia ingin mempelajari
yang konstruktif
si cara berespon terhadap cara baru yang sehat?” - dengan mengientifikasi
cara yang konstruktif
konstruktif kemarahan secara
6.1.2 berikan pujian jika klien dalam merespon terhadap
dalam konstruktif kemarahan dapat
mengetahui cara lain yang sehat membantu klie
merespon
menemukan cara yang baik
terhadap 6.1.3 diskusikan dengan klien untuk mengurangi
kejengkelannya sehingga
kemarahan
klien tidak stres lagi
21
cara lain yang sehat - Reinforcement positif
dapat memotivasi klien dan
a. Secara fisik : tarik nafas meningkatkan harga
dalam jika sedang dirinya
kesa/memukul - Berdiskusi dengan klien
bantal/kasur atau olahraga untuk memilih cara yang
atau pekerjaan yang lain sesuai dengan
memerlukan tenaga kemampuan klien
b. secara verbal : katakan
bahwa anda sedang
kesal/tersinggung/jengkel
saya kesal anda berkata
seperti itu : saya marah
karena mama tidak
memenuhi keinginan saya
c. secara sosial : lakukan
dalam kelompok cara-cara
marah yang sehat, latihan
asentif. Latihan
manajemen perilaku
kekerasan
d. secara spiritual : anjurkan
klien sembahayang,
berdo’a/ibadah lain,
meminta pada tuhan untuk
diberi kesabaran, mengadu
pada tuhan
kekerasan/kejengkelan.
22
7. klien dapat 7.1 klien dapat 7.1.1 bantu klien memilih cara - memberikan stimulasi
kepada klien untuk menilai
mendemonstra mendemonstrasikan yang paling tepat untuk klien
respon perilaku kekerasan
sikan cara cara mengontrol secara tepat
7.1.2 bantu klien - membantu klien dalam
mengontrol perilaku kekerasan
mengodentifikasi manfaat cara membuat keputusan
perilaku terhadap cara yang telah
- fisik : tarik nafas dipilih dipilihnya dengan melihat
kekerasan
dalam, olahraga, manfaatnya
7.1.3 bantu keluarga klien untuk - agar klien mengetahui cara
menyiram tanaman marah yang konstruktif
menstimulasi cara tersebut (role - pujiaan dapat
- verbal : play) meningkatkan motivasi dan
hargai diri klien
mengatakannya secara - agar klien dapat
7.1.4 berreinforcement positif melaksanakan cara yang
langsung dengan tidak
atau keberhasilan klien telah dipilihnya jika ia
menyakiti sedang kesal
menstimulasi cara tersebut
- spiritual :
7.1.5 anjurkan klien untuk
sembahayang berdo’a
menggunakan cara yang telah
atau ibadah lain
dipelajari saat jengkel/marah
23
mendapat dapat : keluarga merawat klien dari akan memungkinkan
keluarga untuk melakukan
dukungan sikap apa yang telah dilakukan
- menyebutkan cara penilaian terhadap perilaku
keluarga dalam keluarga terhadap klien selama kekrasan
merawat klien yang - meningkatkan pengetahuan
mengontrol ini
berperilaku kekerasan keluarga tenang cara
perilaku merawat klien sehingga
8.1.2 jelaskan peran serta keluarga terlibat dalam
kekerasan - mengungkapkan rasa
keluarga dalam merawat klien perawatan klien
puas dalam merawat - agar keluarga dapat
merawat klien dengan
klien 8.1.3 jelaskan cara-cara perilaku kekerasan
merawat klien : - agar keluarga mengetahui
cara merawat klien melalui
demosntrasi yang dilihat
- terkait dengan cara keluarga secara langsung
mengontrol perilaku marah - mengeksplorasi perasaan
keluarga setelah
secara konstruktif melakukan demonstrasi
-bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
24
merawat klien
9. klien dapat 9.1 klien dapat 9.1.1 jelaskan jenis-jenis obat - klien dan keluarga dapat
mengetahui nama-nama
menggunakan menyebutkan obat- yang diminum klien pada klien
obat yang diminum oleh
obat-obatan obatan yang diminum keluarga klien
- klien dan keluarga dapat
yang diminum dan kegunaanya (jenis,
9.1.2 diskusikan manfaat mengetahui kegunaan obat
dan waktu, dan efek) yang dikonsumsi klien
minum obat dan kerugian - klien dan keluarga
kegunaannya
9.2 klien dapat minum berhenti minum obat tanpa mengetahui prinsip benar
(jenis, waktu, agar tidak terjadi kesalahan
obat sesuai program seizin dokter dalam mengkonsumsi obat
dosis dan efek)
pengobatan - klien dapat memiliki
9.2.1 jelaskan prinsip benar kesadaran pentingnya
minum obat dan bersedia
minum obat (baca nama yang minum obat dengan
tertera pada botol obat, dosis kesadaran sendiri
- mengetahui efek samping
25
obat, waktu dan cara minum) sedini mungkin sehingga
tindakan dapat dilakukan
9.2.2 ajarkan klien minta obat sesegera mungkin untuk
menghindari komplikasi
dan minum tepat waktu - reinforcement positif dapat
memotivasi keluarga dan
klien serta dapat
meningkatkan harga diri
26
perilaku Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
kekerasan yang Setelah ….. kali pertemuan, latih cara fisik 2 : pukul kasur atau bantal
pernah pasien mampu : masukan dalam jadwal pasien
dilakukan menyebutkan
menyebut kegiatan yang sudah
akibat perilaku dilakukan
kekerasan yang Memperagakan cara
di lakukan fisik untuk SP 3
mengontrol perilaku Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP 2)
Keluarga mampu kekerasan Latih secara sosial atau verbal
: Menolak dengan baik
merawat pasien Setelah …… Kali Meminta dengan baik
dirumah sakit pertemuan pasien mampu : mengungkapkan dengan baik
Menyebutkan Masukkan dalam jadwal harian pasien
kegiatan yang
dilakukan
Memperagakan cara
sosial / verbal untuk
mengontrol perilaku
kekerasan.
27
Setelah … kali pertemuan, SP 4
pasien mampu : Evaluasi Kegiatan yang lalu Sp 1, 2 dan 3
Menyebutkan Latih secara spiritual (berdoa dan sholat.
kegiatan yang sudah Masukkan dalam jadwal harian pasien
dilakukan SP 5
Memperagakan cara Evaluasi Kegiatan yang lalu SP 1, 2, 3 dan 4
spiritual Latih patuh obat (minum obat secara teratur, susun jadwal
minum obat secara teratur
Masukkan dalam jadwal harian pasien
Setelah …… kali
pertemuan pasien mampu :
Menyebutkan
kegiatan yang
sudah dilakukan
Memperagakan
cara patuh obat.
28
Contoh rencana keperawatan perilaku kekerasan dalam bentuk Strategi
Pelaksanaan
No Klien Keluarga
SP1P SP1K
SP2P SP2K
29
kekerasan dengan cara fisik 2 : Melatih keluarga melakukan cara
pukul kasur dan bantal merawat langsung kepada klien
perilaku kekerasan.
Menganjurkan klien memasukan
3.
kedalam kegiatan harian
SP3P SP3K
SP4P
3.
Menganjurkan klien memasukkan
ke dalam kegiatan harian
SP5P
30
ke dalam kegiatan harian
2) Tindakan keperawatan
Dengan menggunakan pendekatan rentang rencana
keperawatan mulai dari strategi pencegahan sampai strategi
pengontrolan. Pada strategi pencegahan dapat dilakukan pendidikan
kesehatan (table 4), latihan asertif (table 5), kesadaran diri komunikasi
verbal, perubahan lingkungan, intervensi perilaku dan penggunaan
psikofarma. Jika strategi ini dilakukan namun klien bertambah agresif,
maka teknik manajemen krisis seperti isolasi dan pengikatan harus
dilakukan. Namun demikian pencegahan adalah upaya yang terbaik
dalam mengelolah klien dalam perilaku kekerasan.
31
Beberapa rencana keperawatan yang berkaitan dengan perilaku kekerasan :
32
balik apabila klien
dapat
mengekspresikan
perasaannnya
33
mengenali prasaan diri rendah
dan batasan
marahnya
Pengekspresian Komunikasikan Kemarahan yang
marah secara asertif bahwa marah itu ditekan akan
normal menyebabkan
Identifikasi depresi
mekanisme koping Perilaku agresif
yang biasa juga menyebabkan
digunakan rasa tidak aman
Berikan dukungan dan harga diri
pada mekanisme rendah
koping yang Perilaku asertif
konstruktif akan menghasilkan
Eksplorasi harga diri tinggi
alternative perilaku dan dapat
Bantu klien berlatih menghindarkan diri
mngekspresikan dari melakukan
perasaannya secara tindakan kekerasan
asertif pada orang lain.
Berikan umpan
balik
Peningkatan perhatian Memberikan batasan Informasikan
pada perilaku yang perilaku yang dapat batasan perilaku
posistif diterimaakan yang dapat diterima
meningkatkan berikut alasannya.
sosialisasinya. Klasifikasikan
Ekspresi perasaan kembali tanggung
adalah suatuproses jawab klien
yang membantu terhadap
klien untuk saling perilakunya.
menghargai orang Berikan
34
lain. batasankonsekwens
Menetapkan batasan i untuk pelanggaran
marah. peraturan yang
Marah dapat telah disepakati.
dipelajari klien dan Tingkatkan
lebih efektif dari kesepakatan staf
mekanisme koping. terhadap batasan-
batasan yang
sesuai.
Konsisten terhadap
batasan-batasan
yang telah
ditetapkan
bersama.
Berikan umpan
Lindungan diri dari balik posisti
usaha melukai diri Perilaku kekerasan apabila berhasil.
sendiri maupun orang mempunyai resiko
lain. tinggi untuk
mencerdai diri dan
orang lain. Pertahankan sikap
Persaan bersalah maupun
akan menimbulkan lingkungan dengan
tekanan psikologis, tenang.
apabila tidak dapat Control emosi dan
mengontrolnya tanda-tanda
inividu dapat ketegangan.
melukai orang lain. Berikan obat
Ciptakan rasa aman anticemas atauanti
psikotik.
Hindari
pertentangan
35
denganklien yang
dapat merendahkan
dirinya.
36
7. Bayangkan bagaimana andamenempatkan diri untuk melakukan tindakan
yang efektif, ulangi latihan tersebut pada situasi yang berbeda.
8. Latih untuk melakukan hubungan baru dengansituasi nyata.
9. Siapkan diri anda untuk menerima umpan balik dan bersikap posistif
terhadap tanggapan orang lain.
37
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
b.) Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksidengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan
dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu
3) Diskusijan persaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikantanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku pasien yang biasa dilakukan
pada saat marah secara:
a) Verbal
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendiri
d) Terhadap lingkungan
5) Diskusikanbersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
38
a) Fisik : pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Spiritual : sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur-bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
9) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a) Latih mengontrol marah secara spiritual : sholat, berdoa
b) Buat jadwal latihan sholat dan berdoa
10) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasandengan patuh minum
obat
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum
obat, benar waktu minum obat, dan benardosisi obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktifitas kelompokstimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan
39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan
pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat
terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku
kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Berikut ini tanda dan gejala pasien dengan risiko perilaku kekerasan :
1. Pandangan tajam
2. Muka merah dan tegang
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7. Mengancam secara verbal dan fisik
8. Melempar atau memukul benda/orang lain
9. Merusak barang atau benda
10. Tidak mempunyai kemempuan mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan.
40
DAFTAR PUSTAKA
41