Anda di halaman 1dari 162

Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.

Z Dengan Gangguan Persepsi


Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Wisma Merpati Rsj
Prof. H.B. Sa’anin Padang Dan Evidence Based Practice
Terapi Okupasi Menanam Untuk Mangurangi Tanda
Dan Gejala Halusinasi Pendengaran

KARYA ILMIAH NERS

OLEH:

Ressa Novihendri, S.Kep


21131193

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN 2022

9
Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.Z Dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Wisma Merpati Rsj
Prof. H.B. Sa’anin Padang Dan Evidence Based Practice
Terapi Okupasi Menanam Untuk Mangurangi Tanda
Dan Gejala Halusinasi Pendengaran

KARYA ILMIAH NERS


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners (Ns)

OLEH:

Ressa Novihendri, S.Kep


21131193

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022
10
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ressa Novihendri, S. Kep
NIM : 21131193
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Ners yang berjudul “Analisis
Asuhan Keperawatan Pada Tn.Z Dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Wisma Merpati Rsj
Prof. H.B. Sa’anin Padang Dan Evidence Based Practice Terapi
Okupasi Menanam Untuk Mangurangi Tanda Dan Gejala
Halusinasi Pendengaran”.

Merupakan :
1. Hasil karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri.
2. Penggunaan sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
adalah yang sesungguhnya bukan hasil rekayasa dan telah saya
nyatakan dengan benar.
3. Karya Ilmiah Ners ini belum pernah disampaikan pada
kesempatan apapun, oleh karena itu pertanggung jawaban
laporan ini sepenuhnya berada pada diri saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, Juli 2022

(Ressa Novihendri, S.Kep)

11
I
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama Lengkap : Ressa Novihendri, S.Kep

NIM : 21131193

Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.Z Dengan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di

Ruangan Wisma Merpati Rsj Prof. H.B. Sa’anin Padang

Dan Evidence Based Practice Terapi Okupasi Menanam

Untuk Mangurangi Tanda Dan Gejala Halusinasi

Pendengaran

Pembimbing

Ns. Ulfa Suryani, M. Kep.,Sp.Kep.J


NIDN. 1018038601

Ketua Program Studi

Ns. Lenni Sastra, S. Kep. MS


NIDN. 1014058501

12
II
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah serta karunianya, sehingga penulis bisa
menyelesaikan Karya Ilmiah Ners ini dengan tepat pada waktunya. banyak
rintangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penyusunan Karya Ilmiah
Ners yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.Z Dengan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Wisma Merpati Rsj Prof.
H.B. Sa’anin Padang Dan Evidence Based Practice Terapi Okupasi Menanam
Untuk Mangurangi Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran.”
Dalam penulisan Karya Ilmiah Ners ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dengan mencurahkan kemampuan, waktu dan tenaga untuk
menyelesaikannya. Dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Ners ini penulis banyak
mendapatkan masukan, bantuan, bimbingan, dukungan, dan arahan dari berbagai
pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penuh penghargaan penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Ns. Ulfa Suryani,M. Kep, SP. Kep. J selaku pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan memberikan arahan serta masukan untuk
penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmuah Ners ini.
2. Ibu Drg. Ernovia, M. Kes sebagai direktur RSJ Prof. HB. Saanin Padang
yang telah mengizinkan penulis melaksanakan peminatan di RSJ Prof. HB.
Saanin Padang.
3. Bapak Ns. Arluna Masjon, S. Kep selaku kepala ruangan wisma merpati
RSJ Prof. HB. Saanin Padang yang telah mengizinkan penulis dalam
pengambilan kasus dirungan wisma merpati RSJ Prof. HB. Saanin Padang.
4. Ibu Ns. Lenni Sasta, S. Kep, MS selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
5. Ibu Ises Reni, S. Kp, Kep selaku Ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang.
6. Bapak Jasmarizal, SKP. MARS selaku Ketua Yayasan
MERCUBAKTIJAYA Padang.
7. Seluruh staf dan dosen pengajar STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
yang telah memberikan ilmu untuk bekal penulis dan membantu
kelancaran pembuatan Karya Ilmiah Ners ini.
III
13
8. Yang teristimewa ungkapan terimakasih kepada kedua orang tua penulis
yang selalu mendo’akan, menyemangati, dan memotivasi penulis dalam
mengerjakan Karya Ilmiah Ners ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Karya Ilmiah Ners.

penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Ners ini masih jauh dari sempurna, hal
ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengelaman penulis. Untuk itu
diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Karya Ilmiah Ners ini.

Padang, 2022

Penulis

14
IV
ABSTRAK

Nama : Ressa Novihendri S.Kep

NIM : 21131193

Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.Z Dengan Gangguan Persepsi


Sensori: Halusinasi Pendengaran Diruangan Wisma Merpati Rsj Prof. H.B.
Sa’anin Padang Dan Evidence Based Practice Terapi Okupasi Menanam
Untuk Mangurangi Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran
.

Prevalensi skizofrenia pada tahun 2018 terdapat sekitar 600 juta jiwa orang
didunia terkena skizofrenia (WHO, 2018). Di Indonesia pada tahun 2018
menunjukkan prevalensi skizofrenia sekitar 220 juta jiwa dan terdapat 60% yang
terdiri dari pasien perilaku kekerasan (RISKESDAS, 2018). Sedangkan di
Sumatra Barat pada tahun 2018 sebanyak 50.605 jiwa yang menderita skizofrenia,
terdapat 40-50% yang menderita halusinasi (Dinprov, 2018). Halusinasi
merupakan gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori,
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, rasa, sentuhan, atau
penciuman (Abdurkhman & Maulana 2022). Dampak halusinasi adalah adanya
gangguan orientasi realita, gangguan interpersonal menarik diri, gangguan
komunikasi verbal dan nonverbal, dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh
diri, membunuh orang lain dan merusak lingkungan, Tujuan: menganalisis pasien
dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran yang diberikan
Evidence Based Practice Terapi menanam untuk mengurangi tanda dan gejala
halusinasi. Penatalaksanaan halusinasi dapat dilakukan secara farmakologi dan
nonfarmakologi.Salah satu terapi nonfarmakologi yaitu terapi okupasi menanam.
Dengan melakukan penanaman yang dapat meminimalkan interaksi pasien dengan
dunianya yang tidak nyata, membangkitkan pikiran, emosi, atau emosi yang
mempengaruhi perilaku sadar, dan memotivasi kegembiraan dan hiburan.
Prosedur yang dilakukan untuk asuhan keperawatan dimulai dengan pengkajian,
menentukan diagnosis, dan membuat intervensi. Hasil terapi menanam efektif
dalam mengurangi tanda gejala halusinaso. Diharapkan terapi okupasi menanam
dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk mengurangi tanda
dan gejala halusinasi .
Kata Kunci : Halusimasi , Terapi Okupasi Menanam

Daftar Pustaka : (2012-2022)

V 15
ABSTRACT

Name : Ressa Novihendri S.Kep

ID : 21131193

Title : Analysis of Nursing Care for Mr. Z with Sensory Perception


Disorders: Auditory Hallucinations in the Room of Wisma Merpati Rsj Prof.
H.B. Sa'anin Padang and evidence of the practice of implanting occupational
therapy to reduce signs and symptoms of auditory hallucinations

The prevalence of schizophrenia in 2018 there are around 600 million people in
the world affected by schizophrenia (WHO, 2018). In Indonesia in 2018 the
prevalence of schizophrenia was around 220 million people and there were 60%
consisting of patients with violent behavior (RISKESDAS, 2018). Whereas in
West Sumatra in 2018 as many as 50,605 people suffer from schizophrenia, there
are 40-50% who suffer from hallucinations (Dinprov, 2018). Hallucinations are
mental disorders where the client experiences changes in sensory perception, feels
false sensations in the form of sound, sight, taste, touch, or smell (Abdurkhman &
Maulana 2022). The impact of hallucinations is the presence of reality orientation
disorders, interpersonal withdrawal disorders, verbal and nonverbal
communication disorders, in this situation the patient can commit suicide, kill
other people and damage the environment, Objective: analyze patients with
sensory perception disorders: Auditory hallucinations provided Evidence Based
Practice Plant therapy to reduce signs and symptoms of hallucinations. The
management of hallucinations can be done pharmacologically and non-
pharmacologically. One of the non-pharmacological therapies is plant
occupational therapy. By doing implants that can minimize the patient's
interaction with his unreal world, evoke thoughts, emotions, or emotions that
influence conscious behavior, and motivate excitement and entertainment. The
procedure performed for nursing care begins with assessment, determining the
diagnosis, and making interventions. The results of plant therapy are effective in
reducing symptoms of hallucinations. It is hoped that occupational planting
therapy can be used as one of the nursing interventions to reduce the signs and
symptoms of hallucinations.

Keywords: Hallucinations, Planting Occupational Therapy

Bibliography : (2012-2022)

16

VI
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 9
C. Tujuan............................................................................................ 9
1. Tujuan Umum ......................................................................... 9
2. Tujuan Khusus ........................................................................ 9
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Teoritis
1. Pengertian Halusinasi............................................................ 11
2. Rentan Respon ...................................................................... 12
3. Faktor Penyebab Halusinasi.................................................. 15
4. Proses Terjadinya Halusinasi ............................................... 17
5. Mekanisme Koping .............................................................. 19
6. Prinsip Tindakan Keperawatan ............................................. 21
7. Penatalaksanaan .................................................................... 22
B. AsuhanKeperawatanTeoritis....................................................... 34
1. Pengkajian ............................................................................ 34
2. Daftar Masalah ..................................................................... 47
3. Pohon Masalah ..................................................................... 47

17
VII
4. Daftar Diagnosa Keperawatan .............................................. 48
5. Implementasi dan Evaluasi ................................................... 48

BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA


A. Rangkuman Kasus Kelolaan........................................................ 67
B. Pengkajian .................................................................................. 70
C. Analisa Data ............................................................................... 86
D. Daftar Masalah ........................................................................... 90
E. Pohon Masalah ........................................................................... 90
F. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 91
G. Intervensi Keperawatan .............................................................. 93

BAB IV PEMBAHASAN
A. Profil Lahan Praktek...................................................................... 128
B. Analisis Masalah Keperawatan...................................................... 129
C. Analisis intervensi (Aplikasi Evidence Based Practice)............... 135

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 139
B. Saran ........................................................................................... 141

DAFTAR PUSTAKA

18

VIII
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nursing Care Planning ..................................................................... 51


Tabel 3.1 Analisa Data .................................................................................... 86
Tabel 3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 91
Tabel 3.3 Intervensi ......................................................................................... 92

19
IX
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Rentang Respon ............................................................................. 12


Skema 2.2 Genogram ....................................................................................... 38
Skema 2.3 Pohon Masalah................................................................................ 48

20
X
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Ganchart
Lampiran 2 : Analisa EBN
Lampiran 3 : Daftar Riwayat Hidup

21
XI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan jiwa

merupakan perasaan sehat jiwa yang memiliki keselarasan dan keseimbangan

jiwa yang mencerminkan kepribadian dirinya (Martini et al., 2021).

Kesehatan jiwa juga masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang

signifikan di dunia, termasuk di Indonesia (Ernawati et al., 2020).Seseorang

dikatakan sehat jiwa apabila memenuhi kriteria seperti sikap positif terhadap

diri sendiri, integritas dan ketanggapan emosional, otonomi dan kemantapan

diri, persepsi realitas yang akurat, serta penguasaan lingkungan dan

kompetensi social tanpa mengalami gangguan jiwa (Silvia, 2020). Gangguan

jiwa merupakan suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya

gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu atau

hambatan dalam melaksanakan peran social (Mawarti et al., 2021)

Ciri ciri individu yang memiliki sehat jiwa meliputi bersikap positif

terhadap diri sendiri, mampu tumbuh kembang dan mencapai aktualisasi diri,

mampu mengatasi stress dan perubahan pada dirinya, bertanggung jawab atas

keputusan dan tindakan yang di ambil, mempunyai persepsi yang realistis dan

menghargai perasaan dan sikap orang lain dan mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan kompentesi sosial tanpa mengalami gangguan jiwa

(Keliat dkk, 2014).

1
Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang serius karena

jumlah penyakit yang terus menerus meningkat, termasuk penyakit kronis

seperti skizofrenia yang mempengangaruhi proses berpikir bagi penderitanya.

Akibatnya penderita skizofrenia sulit berpikir jernih, kesulitan menejemen

emosi dan kesulitan bersosialisasi dengan orang lain.(Hairani, Kurniawan,

Latif & Innudin, 2021). Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang

mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, emosi, persepsi,

gerakan dan perilaku yang aneh (Fatturahman, Putri & Fradianto 2021) .

Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang

mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir,

berkomunikasi, merasakan dan menunjukkan emosi serta gangguan otak yang

ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh

(Pardede & Ramadia, 2021). Menurut ECA (2021). Prevelensi Amerika

Serikat askizofrenia telah meningkat dari 30% jiwa. Sedangkan di Indonesia

prevelensi skizofrenia meningkat menjadi 25% penduduk.

Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan

derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan

masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat (UU Kesehatan Jiwa,

2014).

Menurut World Health Organization (WHO, 2019), memperkirakan

terdapat sekitar 20 juta orang didunia terkena skizofrenia. Di Indonesia


2
menunjukkan prevalensi skizofrenia pada tahun 2018 diperkirakan sebanyak

31,5% penduduk mengalami gangguan jiwa (RISKESDAS, 2019). Jumlah

penderita gangguan jiwa di Indonesia khususnya halusinasi menyebutkan

pada tahun 2018 adalah 282.654 orang (Dinkes, 2019). Di Sumatera Barat

penderita gangguan jiwa pada tahun 2018 kunjungan rawat jalan pada

fasilitas pelayanan kesehaaan tingkat lanjut di Kota Padang tahun 2019

sebanyak 1.598.091 orang (740.678 orang laki-laki dan 857.413 orang

perempuan), kunjungan rawat inap 118.477 (51.437 orang laki-laki dan

67.041 orang perempuan) dengan kunjungan jiwa 49.531 orang. (DKK

Padang, 2019).

Berdasarkan data yang di dapatkan di Rumah Sakit Jiwa RSJ Prof.

H.B. Sa’anin Padang, jumlah penderita gangguan jiwa yang dirawat pada

tahun 2017 di dapatkan data pasien yang mengalami gangguan jiwa

khususnya skizofrenia sebanyak 2.032 orang dan pada tahun 2018 terdapat

sebanyak 2.130 orang penderita yang mana 1.477 orang adalah penderita

halusinasi. 2019 didapatkan data pasien yang mengalami gangguan jiwa

khususnya skizofrenia sebanyak 2432 orang dan meningkat di tahun 2020

sebanyak 2460 orang. Untuk data gangguan jiwa di tahun 2020 terdiri dari

perilaku kekerasan sebanyak 1.872 orang, halusinasi sebanyak 1.823 orang,

waham sebanyak 278 orang, HDR sebanyak 456 orang, isolasi social

sebanyak 265 orang dan RBD sebanyak 69 orang. Berdasarkan data di atas di

simpulkan bahwa terjadinya peningkatan kasus skizofrenia khusunya dengan

halusinasi (Rekam Medik, RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang, 2021).

3
Dari hasil buku laporan komunikasi ruangan dan wawancara yang

dilakukan pada tanggal 23 Mei 2022 di Wisma Merpati RSJ.Prof. HB. Saanin

Padang, didapatkan 36 orang pasien mengalami gangguan jiwa, dimana

didapatkan 2 (15%) yang mengalami waham, 17 (50%) yang mengalami

halusinasi, dan 13 (25%) yang mengalami perilaku kekerasan, 4 yang

mengalami harga diri rendah. Dari 17 orang pasien yang mengalami

halusinasi tersebut, penulis menganalisis satu orang pasien yaitu Tn. Z yang

sudah lebih 20 tahun mengalami gangguan jiwa dan sudah di rawat di RSJ

sebanyak 4 kali, dengan ditemukan tanda dan gejala mendengarkan suara-

suara bisikan, marah tanpa sebab dan mengganggu lingkungan sekitar, dan

tidak mampu memperhatikan kebersihan diri (RSJ Prof HB Saanin

Padang,202)

Halusinasi merupakan gangguan jiwa dimana klien mengalami

perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, rasa, sentuhan, atau penciuman (Abdurkhman & Maulana 2022).

Halusinasi merupakan persepsi yang/diterima oleh panca indera tanpa adanya

stimulus eksternal. Klien dengan halusinasi sering merasakan

keadaan/kondisi yang hanya dapat dirasakan olehnya namun tidak

apat dirasakan oleh orang lain (Harkomah,2019). Halusinasi adalah persepsi

klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien

mengiterprestasikan sesuatu yang tidak nyata stimus/rangsangan dari luar

(Manulang, 2021).

4
Halusinasi pendengaran merupakan gangguan persepsi sensori yang

paling sering dialami pasien dengan skizofrenia. Pasien dengan halusinasi

pendengaran sering terlihat bercakap-cakap sendiri, dan bahkan melakukan

sesuatu yang membahayakan (Barus & Siregar, 2020). Halusinasi

pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan yang kurang jelas

ataupun yang jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak

bicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan sesuatu. Apabila

gangguan halusinasi pendengaran tidak bisa dikontrol, maka dapat

mengakibatkan atau dampaknya menciderai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan (Oktiviani, 2020).

Pasien halusinasi menimbulkan dampak yang sangat berbahaya,

yaitu kehilangan kontrol diri yang dapat merugikan diri sendiri, maupun

orang lain seperti melukai diri sendiri dan orang lain, adanya gangguan

orientasi realita, gangguan interpersonal menarik diri, gangguan

komunikasi verbal dan nonverbal, dalam situasi ini pasien dapat

melakukan bunuh diri, membunuh orang lain dan merusak lingkungan

(Kusumawati, 2019).

Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dibutuhkan peran

perawat yang optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan

membantu klien mencegah masalah yang dihadapinya dengan memberikan

penatalaksanaan untuk mengatasi halusinasi. Peran perawat sebagai

edukator yang memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan

masalah halusinasi dan peran perawat sebagai care provider yaitu sumber

5
pelayanan kesehatan yang melakukan asuhan keperawatan dengan

mengaplikasikan strategi pelaksanaan halusinasi kepada pasien dan

keluarga. Strategi pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan

keperawatan yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk

mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi

pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal

halusinasi, mengajarkan pasien cara menghardik, mengajarkan cara minum

obat, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas terjadwal dan memberikan

terapi aktivitas untuk mengontrol halusinasi pendengaran (Akemat dan

Keliat, 2018).

Selain itu dalam upaya mengoptimalkan dampak yang ditimbulkan

pada gangguan halusinasi pendengaran dibutuhkan peran perawat yang

optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan membantu klien

mencegah masalah dihadapinya dengan memberikan penatalaksanaan

untuk mengatasi halusinasi. Penatalaksanaan yang diberikan antara lain

meliputi farmakologi yaitu dengan memberikan obat-obatan antiseptik,

sedangkan penatalaksanaan non-farmakologi yaitu dengan memberikan

terapi-terapi modalitas (Direja, 2019).

Terapi non-farmakologis yang dapat digunakan untuk mengurangi

gejala halusinasi adalah dengan melakukan terapi okupasi. Terapi okupasi

adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk

melaksanakan tugas tertentu. Terapi okupasi berfokus pada pengenalan

kemampuan yang masih dapat di gunakan pada seseorang, pemeliharaan

6
atau peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, dan

tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Purwanto, 2009)

Terapi okupasi adalah ilmu dan seni yang mengarahkan partisipasi

seseorang dalam melakukan tugas tertentu. Terapi okupasi merupakan

salah satu bentuk psikoterapi suportif berupa kegiatan yang menciptakan

kemandirian manual, kreatif, dan edukatif untuk beradaptasi dengan

lingkungan dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental pasien. Terapi

okupasi berfokus pada mengenali keterampilan yang masih tersedia bagi

seseorang, dan mempertahankan atau meningkatkannya bertujuan untuk

membentuk orang tersebut menjadi orang yang mandiri yang tidak

bergantung pada bantuan eksternal (Purwanto, 2009).

Terapi okupasi membantu klien mengembangkan mekanisme

koping untuk memecahkan masalah masa lalu yang tidak menyenangkan.

Klien dilatih untuk mengidentifikasi keterampilan yang masih dapat

digunakan dan meningkatkan harga diri sehingga tidak menemui hambatan

dalam hubungan social (Purwanto, 2009). Tujuan okupasi bertujuan untuk

mengembangkan, memelihara, memulihkan, dan atau menyeimbangkan

atau menyeimbangkan aktivitas sehari-hari, produktivitas, dan rekreasi

melalui pelatihan, rehabilitasi, stimulasi, dan promosi. Terapi okupasi

meningkatkan kemampuan individu untuk terlibat dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari dan area kinerja aktivitas instrumental aktivitas

kehidupan sehari-hari (Ponto et al., 2015).

7
Kegiatan penanaman yang dilakukan meminimalkan interaksi

pasien dengan dunianya yang tidak nyata, membangkitkan pikiran, emosi,

atau emosi yang mempengaruhi perilaku sadar, dan memotivasi

kegembiraan dan hiburan, tidak dimaksudkan untuk memberikan, tetapi

mengalihkan pasien dari halusinasi yang dialami, serta Tidak fokus pada

halusinasi pasien (Fitri, 2019). Kegiatan Berkebun atau menanam

merupakan salah satu cara yang dapat dijadikan sebagai alternatif rekreasi

yang cocok untuk kegiatan gaya hidup sehat. Hal-hal yang berbasis hobi

lebih mudah karena sebenarnya tidak dijadikan beban atau kebutuhan yang

membebani pasien. Salah satu hobi yang biasa dijadikan terapi alternatif

adalah berkebun atau menanam (Magfirah & Fariki, 2018).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

menganalisis kasus tentang gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Pendengaran dengan judul: “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.Z

dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di

Ruangan Wisma Merpati Rsj Prof. H.B. Sa’anin Padang dan

Evidence Based Practice Terapi Okupasi Menanam Terhadap

Penurunan Gejala Halusinasi Pendengaran”

8
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah

“Bagaimanakah Analisis Asuhan Keperawatan pada Tn.Z Dengan Gangguan

Persepsi Sensori: Halusinasi Di Ruangan Wisma Melati RSJ Prof. H.B.Sa’anin

Padang dan Diberikan Evidence Based Practice Terapi Okupasi Menanam

Terhadap Penurunan Gejala Halusinasi Pendengaran?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan ada Tn.Z

dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran di ruangan

Wisma Merpati RSJ Prof. H.B.Sa’anin Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.Z dengan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran di ruangan

Wisma Merpati RSJ Prof. H.B.Sa’anin Padang.

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.Z dengan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran di ruangan

Wisma Merpati RSJ Prof. H.B.Sa’anin Padang.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada Tn.Z dengan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran di ruangan

Wisma Merpati RSJ Prof. H.B.Sa’anin Padang.

d. Mampu menganalisa Evidence Based Practive terapi okupasi

menanam terhadap mengurangi tanda gejala Gangguan Persepsi

9
Sensori: Halusinasi pendengaran di ruangan Wisma Merpati RSJ Prof.

H.B.Sa’anin Padang

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam

keilmuan keperawatan jiwa khususnya tentanggangguan persepsi sensori:

Halusinasi Pendengaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Karya ilmiah ini dapat mengembangkan pengetahuan dan pengalaman

di bidang keperawatan jiwa terutama dalam melakukan asuhan

keperawatan dengan masalah gangguan persepsi sensori: Halusinasi

pendengaran serta mengaplikasikan materi yang didapat saat di bangku

perkuliahan.

b. Bagi Institusi

Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai sumber

informasi bagi mahasiswa/i STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

dalam menganalisa strategi pelaksanaan asuhan keperawatan pada

pasien gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.

c. Bagi Rumah Sakit

Memberikan masukan bagi tenaga pelaksana keperawatan di istansi

dengan menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan

Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teoritis

1. Pengertian

Halusinasi dapat didefenisikan sebagai suatu gejala gangguan jiwa

pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi merasakan

sensasi palsu berupa panglihatan, pengecapan, perabaan, penghiduan, atau

pendengaran (Keliat dan Akemat, 2014). Menurut Pambayung (2015)

halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya

rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2013). Halusinasi

merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang

sebenarnya tidak terjadi.

Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal

yang tidak realita atau tidak ada. Gejala yang muncul pada pasien halusinasi

adalah sering mendengar suara-suara dari luar baik jelas ataupun tidak jelas.

Gejala tersebut sangat khas dalam penampilannya dan merupakan satu

gangguan yang sangat kompleks ditemukan (Videbeck, 2008). Halusinasi

pendengaran adalah gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara

terutama suara-suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang

dipikirkannya dan memerintah untuk melakukan sesuatu (Prabowo, 2014).

11
11
Berdasarkan dari beberapa pengertian dari halusinasi di atas, penulis

dapat menyimpulkan bahwa halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap

stimulus dari luar tanpa objek yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran

adalah dimana klien mendengar suara, terutama suara-suara yang seperti

membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk

melakukan sesuatu hal yang kemudian direalisasikan oleh klien dengan

tindakan.

2. Rentang Respon

Respon prilaku klien dapat di identifikasi sepanjang rentang respon

yang berhubungan dengan fungsi neurobiologi. Prilaku yang dapat diamati

dan mungkin menunjukan adanya halusinasi disajikan dalam tabel berikut:

Skema 2.1

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Distorasi Fikiran 1. Waham


1. Pikiran Logis
2. Ilusi 2. Halusinasi
2. Persepsi Akut
3. Emosi </> 3. Emosi tidak
3. Emosi Konsisten
4. Perilaku tidak Terkontrol
4. Perilaku Sesuai
biasa 4. Perilaku Kekerasan
5. Hubungan Sosial
5. Menarik diri 5. Isolasi Sosial

(Stuart GW, 2013)

12
a. Respon Adaptif

1) Pikiran logis

Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal

2) Persepsi Akurat

3) Mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus

berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindera

(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan).

4) Emosi Konsisten dengan pengalaman

Kemantapan perasaan jiwa dengan peristiwa yang pernah dialami.

5) Perilaku Sesuai

Prilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan

masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya

umum yang berlaku.

6) Hubungan Sosial

Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-

tengah masyarakat.

b. Respon Transisi

1) Distorasi Fikiran

Kegagalan dalam mengabstrakkan dan mengambil keputusan.

2) Ilusi

Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.

3) Reaksi emosional berlebihan atau kurang

Emosi yang di ekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.

13
4) Perilaku ganjil atau tidak lazim

Prilaku aneh yang tidak enak, membingungkan, kesukaran

mengelola dan tidak kenal orang lain.

5) Menarik diri

Prilaku menghindar dari orang lain

c. Respon Maladaptif

1) Waham

Keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak

diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.

2) Halusinasi

Persepsi yang salah tanpa adanya ransangan.

3) Ketidakmampuan mengalami emosi

Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami

kesenangan, kebahagiaan, keakraban, dan kedekatan.

4) Ketidakteraturan

Ketidakselarasan antara prilaku dan gerakan yang ditimbulkan.

5) Isolasi Sosial

Suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang

lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Stuart GW,

2013)

14
3. Faktor Penyebab

Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktiviani, 2020) :

a. Factor predisposisi

1) Factor perkembangan

Perkembangan pasien yang terganggu misalnya kurangnya

mengontrol emosi dan keharmonisan keluarga menyebabkan

pasien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi hilang

percaya diri.

2) Factor social budaya

Seseorang merasa tidak terima dilingkungan sejak bayi akan

membekas diingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa

disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.

3) Factor psikologis

Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan

mudah terjerumus pada penyalah gunaan zat adaptif. Pasien

lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata

4) Factor genetic

Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan

hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini

b. Factor presipitasi

1) Dimensi fisik

15
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga

delirium dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama

2) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak

dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjdi. Isi dari

halusinasi dapat berubah perintah memaksa dan menakutkan.

Pasien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut sehingga

dengan kondisi tersebut.

3) Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan

halusinasi kan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada

awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk

melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang

menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh

perhatian pasien.

4) Dimensi social

Pasien menganggap bhawa hidup bersosialisasi di alam nyata

sangat membahayakan. Pasien asyik dengan halusinasinya, seolah-

olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan

interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan

dalam dunia nyata

16
5) Dimensi spiritual

Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,

hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupanya secara spiritual

untuk menyucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam

upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain

yang menyebabkan takdirnya memburuk

4. Proses Terjadinya Halusinasi

Halusinasi terbagi atas beberapa fase (Oktiviani, 2020):

a. Fase Pertama / Sleep disorder

Pada fase ini Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar

dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya

banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karna berbagai

stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat

narkoba, dikhianati kekasih, masalah dikampus, drop out, dst.

Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan

support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat

buruk. Sulit tidur berlangsung trus-menerus sehingga terbiasa

menghayal. Klien menganggap lamunanlamunan awal tersebut

sebagai pemecah masalah

b. Fase Kedua / Comforting

Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya

perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan, dan

17
mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan.

Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya

dapat dia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini

ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan

halusinasinya

c. Fase Ketiga / Condemning

Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami

bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan

mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang

dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain, dengan

intensitas waktu yang lama.

d. Fase Keempat / Controlling Severe Level of Anxiety

Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal

yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya

berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan psikotik.

e. Fase ke lima / Conquering Panic Level of Anxiety

Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam

dengan datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat

menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari

halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal

empat jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan

komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.

18
5. Mekanisme Koping

Menurut (Stuart, 2011), mekanisme koping adalah upaya atau cara

untuk menyelesaikan masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang

digunakan untuk melindungi diri, mekanisme koping ada 2 yaitu :

a. Mekanisme koping destruktif

1) Identifikasi

Menginternalisasi ciri-ciri yang dimiliki oleh orang lain yang

berkuasa dan dianggap mengancam.

2) Pengalihan

Memindahkan reaksi dari objek yang mengancam ke objek yang

asli tidak ada atau berbahaya bila diagresi secara langsung.

3) Represi

Menghalangi impuls-impuls yang ada atau tidak bias diterima

sehingga impuls-impuls tersebut tidak dapat diekspresikan secara

sadar atau langsung dalam tingkah laku.

4) Denial

Melakukan bloking atau menolak terhadap kenyataan yang ada

karena kenyataan yang ada dirasa mengancam integritas individu

yang bersangkutan.

5) Reaksi formasi

Dorongan yang mengancam diekspresikan dalam bentuk laku

secara terbalik.

19
6) Proyeksi

Mengatribusikan atau menerapkan dorongan-dorongan yang

dimiliki pada orang lain karena dorongan-dorongan tersebut

mengancam integritas.

7) Rasionalisme atau intektualitas

Dua gagasan yang berbeda dijaga supaya tetap terpisah karena bila

bersama-bersama akan mengancam.

8) Sublimasi

Dorongan atau impuls yang ditransportasikan menjadi bentuk-

bentuk yang diterima secara social sehingga dorongan atau impuls

aslinya.

b. Mekanisme koping konstruktif

1) Penalaran (reasoning)

Penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasikan

berbagai macam alternative pemecahan masalah dan kemudian

memilih salah satu alternative yang dianggap paling

menguntungkan.

2) Objektifitas

Kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen

emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah

laku.

3) Konsentrasi

20
Kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada

persoalan yang sedang dihadapi.

4) Penegasan diri (self assertion)

Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi

pemicu stress dengan cara mengekspresikan perasaan dan pikiran-

pikirannya secara langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa

atau manipulasi orang lain.

5) Pengamatan diri (self observation)

Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu

melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran

sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku motif,

ciri, sifat sendir dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman

mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

6. Prinsip Tindakan Keperawatan

Prinsip tindakan keperawatan pada pasien dengan halusinasi menurut

Keliat (2009) adalah sebagai berikut:

a. Validasi halusinasi klien tapi tidak memfasilitasi halusinasi klien

b. Adakan kontrak sering tapi singkat

c. Terima halusinasi dan ungkapkan realita perawat

d. Bantu klien mengontrol halusinasinya

21
7. Penatalaksanaan

Menurut Rasmun (2011), penatalaksanaan halusinasi sebagai berikut:

a. Medis

Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran

keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ

pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan

yang sangat penting di dalam hal merawat pasien, menciptakan

lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat

(Yosep, 2013).

1) Psikofarmakologis

Obat yang lazim digunakan pada halusinasi pendengaran yang

merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti

psikosis. Adapun kelompok umum yang digunakan adalah:

a) Chlorpromazine

(1) Klasifikasi sebagai anti psikotik

(2) Indikasi

Penanganan anti psikotik seperti skizofrenia, fase mania

pada gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan

agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktifitasi

motorik berlebihan.

(3) Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum dipahami

sepenuhnya, namun mungkin berhubungan dengan afek

22
antidopaminergik. Antipsikotik dapat menyekat reseptor

dopamine postsinapsis pada ganglia basal, hipotalamus,

system limbic, batang otak dan medulla.

(4) Kontra Indikasi

Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau

depresi sum-sum tulang, penyakit Parkinson, insufisiensi

hati, ginjal dan jantung, anak usia 6 bulan dan wanita

kehamilan laktasi.

(5) Efek Samping

Sedasi, sakit kepala, kejang insomnia, pusing, hipotensi,

ortostatik, hieprtensi dan mulut kering.

b) Haloperidol

(1) Klasifikasi anti spikotik, neuro pletik, butirofenon

(2) Indikasi

Penalaksanaan psikologis kronik dan akut pengendalian

hiperaktivitas dan maslah perilaku berat pada anak-anak.

(3) Mekanisme kerja

Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami

sepenuhnya, tampak menekan SSP pada tingkat

subkortikal formasi reticular, mesenfalon dan batang otak.

(4) Kontra Indikasi

23
Hipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi ssp dan

sum-sum tulang, kerusakan otak subkortikal formasi

reticular otak, mesenfalon dan batang otak.

(5) Efek Samping

Sedasi, sakit kepala kejang, insomnia, pusing, mulut

kering dan anoreksia.

c) Trihexypenidil (THP)

(1) Klasifikasi anti Parkinson

(2) Indikasi

Gejala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal

berkaitan dnegan anti parkinson.

(3) Mekanisme Kerja

Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan

kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum, asetikolin

disekat oleh sinapsis untuk mengurangi efek olinergik

berlebihan.

(4) Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhdap obat ini, glaucoma sudut

tertutup, hipertropi prostat pada anak dibawah usia 3

tahun.

(5) Efek Samping

Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering,

mual dan muntah.

24
2) Terapi Kejang Listrik / Electro Compulsive Therapy (ECT)

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang

grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui

elektrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang

listrik dapat diberikan pada Skizofrenia yang tidak mempan dengan

terapi neoroleptika oral atau injeksi. Dosis terapi kejang listrik 4-5

joule/detik.

3) Psikoterapi atau Rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu

karena berhubungan dengan praktisi dengan maksud

mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat. Selain itu terapi

kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan orang

lain, pasien lain, perawat, dan dokter.

b. Keperawatan

1) Terapi Generalis

a) Terapi Individu

Karena karakteristik dari halusinasi adalah rusaknya

kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan

sesama manusia, maka intervensi utama difokuskan untuk

membantu klien memasuki dan mempertahankan sosialisasi

yang penuh arti dalam kemampuan klien. Tindakan keperawatan

kepada klien adalah melakukan SP1 sampai SP 4.

b) Terapi keluarga

25
Dalam terapi ini keluarga dibantu untuk memerankan bagaimana

menyelesaikan konflik, saling mendukung dan bersatu dan

menghilangkan stress. Kemudian keluarga melakukan SP

kepada pasien yaitu SP 1 Keluarga mengidentivikasi jenis, isi,

waktu, frekwensi, situasi, perasaan kemudian melatih cara

minum obat yang baik dan benar, SP 2 mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik, SP 3 mengontrol halusinasi dengan

bercakap-cakap, dan SP 4 follow up ke PKM, tanda kambuh dan

rujukan ke rumah sakit.

c) Terapi kelompok

Melalui umpan balik kelompok dukungan klien serta perubahan

tingkah laku yang dikembangkan dalam diri individu sendiri

yang efektif.

2.) Terapi modalitas

Sebuah terapi sebagai modal pasien setelah keluar dari rumah sakit.

Salah satu terapi modalitas yaitu terapi okupasi. Terapi okupasi

berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih dapat di gunakan

pada seseorang, pemeliharaan atau peningkatan bertujuan untuk

membentuk seseorang agar mandiri, dan tidang tergantung pada

pertolongan orang lain (Purwanto, 2009) .

26
A. Terapi Okupasi Aktivitas Menanam

a) Pengertian

Terapi okupasi berasal dari kata occupational dan therapy.

Occupational berarti suatu pekerjaan, sedangkan therapy yang

berarti pengobatan. Sedangkan aktivitas waktu luang adalah

aktivitas yang bertujuan untuk mengalihkan pasien dari halusinasi

yang dialaminya. Jadi terapi okupasi aktivitas waktu luang adalah

suatu cara atau bentuk psikoterapi suportif yang penting dilakukan

untuk meningkatkan kesembuhan pasien melalui aktivitas yang

disenangi pasien untuk mengalihkan halusinasinya (Djunaedi &

Yitnarmuti, 2008). Menurut Nasir & Muhith (2011) terapi okupasi

aktivitas waktu luang adalah perpaduan antara seni dan ilmu

pengetahuan untuk mengarahkan pasien kepada aktivitas selektif,

agar kesehatan dapat ditingkatkan serta dipertahankan, dan

mencegah kecacatan melalui kegiatan dan kesibukan kerja untuk

penderita cacat mental maupun fisik. Jadi dapat disimpulkan terapi

okupasi aktivitas waktu luang merupakan suatu cara atau bentuk

psikoterapi suportif untuk mengarahkan pasien kepada aktivitas

selektif yang disenangi pasien yang bertujuan untuk mengalihkan

halusinasinya.

27
b) Fungsi dan tujuan terapi okupasi aktivitas menanam

Kegiatan penanaman yang dilakukan meminimalkan interaksi

pasien dengan dunianya yang tidak nyata, membangkitkan pikiran,

emosi, atau emosi yang mempengaruhi perilaku sadar, dan

memotivasi kegembiraan dan hiburan, tidak dimaksudkan untuk

memberikan, tetapi mengalihkan pasien dari halusinasi yang

dialami, serta Tidak fokus pada halusinasi pasien (Fitri, 2019).

Sehingga fungsi diberikan terapi okupasi aktivitas adalah sebagai

berikut :

Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa.

1) Menciptakan suatu kondisi tertentu dimana pasien dapat

mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan

dengan orang lain dan masyarakat disekitarnya.

2) Membantu dalam melampiaskan emosi secara wajar dan

produktif.

3) Membantu pasien untuk menemukan kemampuan kerja yang

sesuai dengan bakat dan keadaannya.

4) Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnosis

dan penetapan terapi lainnya.

5) Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan

ruang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan.

6) Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari–hari seperti makan,

berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telepon,

28
televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu,

mandi yang bersih dan lain–lain.

7) Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan

rutin di rumahnya, dan memberi saran penyederhanaan

(siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-

hari.

8) Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan

kemampuan yang masih ada.

9) Membantu pasien untuk menerima kenyataan dan menggunakan

waktu selama masa rawat dengan efektif.

10) Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan kembali ke

keluarga.

c) Peranan terapi okupasi aktivitas menanam dalam pengobatan

Aktivitas dipercayai sebagai penghubung antara batin dan dunia

luar. Melalui aktivitas manusia dihubungkan dengan lingkungan,

kemudian mempelajarinya, mencoba keterampilan atau pengetahuan,

mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik maupun emosi,

mengembangkan kemampuan dan sebagai alat untuk mencapai tujuan

hidup (Nasir & Muhith, 2011).

Kegiatan penanaman yang dilakukan meminimalkan interaksi

pasien dengan dunianya yang tidak nyata, membangkitkan pikiran,

emosi, atau emosi yang mempengaruhi perilaku sadar, dan

memotivasi kegembiraan dan hiburan, tidak dimaksudkan untuk

29
memberikan, tetapi mengalihkan pasien dari halusinasi yang dialami,

serta Tidak fokus pada halusinasi pasien (Fitri, 2019). Kegiatan

Berkebun atau menanam merupakan salah satu cara yang dapat

dijadikan sebagai alternatif rekreasi yang cocok untuk kegiatan gaya

hidup sehat. Hal-hal yang berbasis hobi lebih mudah karena

sebenarnya tidak dijadikan beban atau kebutuhan yang membebani

pasien. Salah satu hobi yang biasa dijadikan terapi alternatif adalah

berkebun atau menanam (Magfirah & Fariki, 2018).

d) Indikasi terapi okupasi aktivitas menanam

Menurut Direja (2011) adapun indikasi dari pemberian terapi okupasi

aktivitas waktu luang adalah klien dengan kelainan tingkah laku

disertai dengan kesulitan berkomunikasi.

1) Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi

terhadap rangsangan tidak wajar.

2) Klien yang mengalami kemunduran.

3) Klien dengan cacat tubuh disertai dengan gangguan kepribadian.

4) Orang yang mudah mengekspresikan perasaan melalui aktivitas.

5) Orang yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung

daripada membayangkan.

e) Karakteristik terapi okupasi aktivitas waktu luang

Menurut Direja (2011) adapun karakteristik terapi okupasi aktivitas

waktu luang adalah sebagai berikut :

1) Mempunyai tujuan yang jelas.

30
2) Mempunyai arti tertentu bagi klien.

3) Harus mampu melibatkan klien walau minimal.

4) Dapat mencegah bertambah buruknya kondisi.

5) Dapat memberi dorongan hidup.

6) Dapat dimodifikasi disesuaikan dengan minat.

f) Jenis kegiatan

Jenis kegiatan dalam terapi okupasi aktivitas waktu luang antara lain

olah raga, permainan, kerajinan tangan, seni, rekreasi, diskusi,

pekerjaan sehari-hari dan perawatan kebersihan diri (Direja, 2011).

g) Proses terapi okupasi aktivitas waktu luang

Dalam proses terapi okupasi aktivitas waktu luang dibagi menjadi 5

tahap. Yaitu tahap pengumpulan data, analisa data dan identifikasi

masalah, penentuan tujuan dan sasaran, penentuan aktivitas, penentuan

aktivitas dan evaluasi (Muhith, 2015).

1) Pengumpulan data

Data bisa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang

disertakan ketika pertama kali pasien mengunjungi unit terapi

okupasional. Jika dengan mengadakan wawancara dengan pasien

atau keluarganya atau dengan mengadakan kunjungan rumah. Data

ini diperlukan untuk menyusun rencana terapi bagi pasien. Proses

ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan kebutuhan.

2) Analisis data dan identifikasi masalah

31
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara

tentang masalah dan/atau kesulitan pasien. Hal ini dapat berupa

masalah di lingkungan keluarga atau pasien itu sendiri.

3) Penentuan tujuan dan masalah

Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat disusun daftar

tujuan terapi sesuai dengan prioritas, baik jangka pendek maupun

jangka panjangnya.

4) Penentuan aktivitas

Setelah tujuan terapi ditetapkan, maka dipilihlah aktivitas yang

dapat mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien

dapat diikut sertakan dalam menentukan jenis kegiatan yang akan

dilaksanakan sehingga pasien merasa ikut bertanggung jawab atas

kelancaran pelaksanaannya. Dalam hal ini harus diingat bahwa

aktivitas tersebut tidak akan menyembuhkan penyakit, tetapi hanya

sebagai media untuk dapat mengerti masalahnya dan mencoba

mengatasinya dengan bimbingan terapis. Pasien juga harus

diberitahu alasan–alasan mengapa dia harus mengerjakan aktivitas

tersebut sehingga sadar dan diharapkan akan mengerjakannya

dengan aktif.

5) Evaluasi

Proses ini harus dilaksanakan secara terencana dan sistematis

sesuai dengan tujuan pemberian terapi. Hal tersebut dirasa perlu

agar bisa menyesuaikan program terapi berikutnya sesuai dengan

32
perkembangan pasien. Hasil evaluasi yang didapatkan dapat

dipergunakan untuk merencanakan hal–hal mengenai penyesuaian

jenis aktivitas yang diberikan. Namun, dalam hal tertentu

penyesuaian aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan

akan mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan

diharapkan akan mengerjakannya dengan aktif.

h) Pelaksanaan terapi okupasi aktivitas waktu luang

Terapi okupasi aktivitas waktu luang dapat dilakukan secara individu

maupun kelompok tergantung dari kondisi klien dan tujuan terapi

(Direja, 2011).

1. Metode

a. Individual

Dilakukan untuk klien baru masuk, klien yang belum mampu

berinteraksi dengan kelompok dan klien yang sedang menjalani

persiapan aktivitas.

b. Kelompok

Klien dengan masalah yang sama, klien yang lama, dan yang

memliki tujuan kegiatan yang sama. Pasien juga perlu

dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan

menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia

atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah

anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas

yang akan dilakukan, dan kemampuan terapis mengawasi.

33
2. Waktu

Terapi okupasi aktivitas waktu luang dilakukan diantara 1–2 jam

setiap sesi baik untuk individu maupun kelompok setiap hari, atau

tiga kali dalam seminggu, berdasarkan tujuan dari terapi,

tersedianya tenaga dan fasilitas, dan lain lain. Sesi ini dibagi dalam

dua bagian yaitu ½-1 jam untuk menyelesaikan kegiatan-yang

diberikan dan 1-1 ½ jam untuk diskusi. Dalam diskusi tersebut hal

yang dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara

lain yaitu kesulitan yang dihadapi kesan diskusi tersebut, kearah

yang sesuai dengan tujuan dari pemberian terapi.

3. Terminasi

Ikut sertanya pasien dalam pemberian kegiatan okupasi terapi

dapat diakhiri dengan dasar bahwa pasien :

a. Dianggap telah mampu mengatasi persoalannya.

b. Dianggap tidak akan berkembang lagi

c. Dianggap perlu untuk menjalankan program lainnya

sebelum terapi okupasi waktu luang

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

Berdasarkan Askep teoritis, diuraikan dengan beberapa langkah sebagai

berikut (Keliat 2014):

a. Identitas

34
Biasanya meliputi: nama klien, umur jenis kelamin, agama, alamat,

tanggal masuk ke rumah sakit, nomor rekam medis, informasi keluarga

yang bisa di hubungi.

b. Keluhan Utama

Biasanya yang menjadi alasan utama yang menyebakan kambuhnya

halusinasi klien, dapat dilihat dari data klien dan bisa pula diperoleh

dari keluarga, antara lain : berbicara, senyum dan tertawa sendiri tanpa

sebab. Mengatakan mendengar suara-suara. Kadang pasien marah-

marah sendiri tanpa sebab, mengganggu lingkungan, termenung,

banyak diam, kadang merasa takut dirumah, lalu pasien sering pergi

keluar rumah dan keluyuran/jalan-jalan sendiri dan tidak pulang

kerumah. Mengatakan melihat bayangan seperti montser atau hantu.

Mengatakan mencium sesuatu atau bau sesuatu dan pasien sangat

menyukai bau tersebut. Mengatakan sering meludah atau muntah

karena pasien merasa seperti mengecap sesuatu. Mengatakan sering

mengagaruk-garuk kulit karena pasien merasa ada sesuatu di kulitnya.

c. Faktor Predisposisi

1) Gangguan jiwa di masa lalu

Biasanya pasien pernah mengalami sakit jiwa masa lalu atau baru

pertama kali mengalami gangguan jiwa.

2) Riwayat pengobatan sebelumnya

Biasanya pengobatan yang dilakukan tidak berhasil atau putus obat

dan adaptasi dengan masyarakat kurang baik.

35
3) Riwayat Trauma

a) Aniaya fisik

Biasaya ada mengalami aniaya fisik baik sebagai pelaku,

korban maupun saksi.

b) Aniaya seksual

Biasanya tidak ada klien mengalami aniaya seksual sebelumnya

baik sebagai pelaku, korban maupun saksi.

c) Penolakan

Biasanya ada mengalami penolakan dalam lingkungan baik

sebagai pelaku, korban maupun saksi

d) Tindakan kekerasan dalam keluarga

Biasanya ada atau tidak adaa klien mengalami kekerasan

daalam keluarga baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai

saksi.

e) Tindakan kriminal

Biasanya tidak ada klie mengalami tindakan kriminal baik

sebagai pelaku, korban maupun saksi.

4) Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama

dengan klien.

5) Riwayat pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

36
Biasanya yang dialami klien pada masa lalu yang tidak

menyengkan seperti kegagalan, kehilangan, perpisahan atau

kematian, dan trauma selama tumbuh kembang.

d. Fisik

1) Biasanya ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan

darah, nadi, suhu, dan pernapasan

2) Ukur tinggi badan dan berat badan

3) Menjelaskan keluhan fisik yang dirasakan oleh pasien

e. Psikososial

1) Genogram

Biasanya salah satu faktor penyakit jiwa diakibatkan genetik atau

keturunan, dimana dapat dilihat dari tiga generasi. Genogram

dibuat 3 generasi yang dapat menggambarkan hubungan Pasien

dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang

mudah diingat oleh pasien maupun keluarga pada saat pengkajian.

Biasanya menggambarkan pola asuh keluarga, pengambilan

keputusan dan komunikasi yang digunakan dalam keluarga.

37
Skema 2.2

Keterangan:

: Laki-laki : Meninggal

: Perempuan : Serumah

: Klien

2) Konsep diri

a) Citra tubuh

Biasanya persepsi pasien terhadap tubuhnya merasa ada

kekurangan di bagian tubuhnya (perubahan ukuran, bentuk dan

penampilan tubuh akibat penyakit) atau ada bagian tubuh yang

tidak disukai. Biasanya pasien menyukai semua bagian

tubuhnya

b) Identitas diri

Biasanya berisi status pasien atau posisi pasien sebelum dirawat.

Kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan. Dan

38
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat

kerja, dan kelompok)

c) Peran diri

Biasanya pasien menceritakan tentang peran/tugas dalam

keluarga/kelompok masyarakat. Kemampuan pasien dalam

melaksanakan tugas atau peran tersebut, biasanya mengalami

krisis peran.

d) Ideal diri

Biasanya berisi tentang harapan pasien terhadap penyakitnya.

Harapan pasien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat

kerja, dan masyarakat). Dan harapan pasien terhadap tubuh,

posisi, status, dan tugas atau peran. Biasanya gambaran diri

negatif.

e) Harga diri

Biasanya hubungan Pasien dengan orang lain tidak baik,

penilaian dan penghargaan terhadap diri dan kehidupannya yang

selalu mengarah pada penghinaan dan penolakan. Biasanya ada

perasaan malu terhadap kondisi tubuh / diri, tidak punya

pekerjaan, status perkawinan, muncul perasaan tidak berguna,

kecewa karena belum bisa pulang / bertemu keluarga.

3) Hubungan sosial

a) Orang terdekat

39
Biasanya ada ungkapan terhadap orang/tempat, orang untuk

bercerita, tidak mempunyai teman karena larut dalam

kondisinya.

b) Peran serta dalam kelompok

Biasanya pasien baik dirumah maupun di RS pasien tidak

mau/tidak mengikuti kegiatan/aktivitas bersama.

c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Biasanya pasien meloporkan kesulitan dalam memulai

pembicaraan, takut dicemooh/takut tidak diterima dilingkungan

karena keadaannya yang sekarang.

4) Spritual

a) Nilai dan Keyakinan

Biasanya nilai-nilaai dan keyakinan terhadap agama kurang

sekali, keyakinan agama pasien halusinasi juga terganggu.

b) Kegiatan Ibadah

Biasanya pasien akan mengeluh tentang masalah yang

dihadapinya kepada Tuhan YME.

5) Status Mental

a) Penampilan

Biasanya pasien berpenampilan tidak rapi, seperti rambut acak-

acakan, baju kotor dan jarang diganti, penggunaan pakaian yang

tidak sesuai dan cara berpakaian yang tidak seperti biasanya.

b) Pembicaraan

40
Biasanya ditemukan cara bicara pasien dengan halusinasi bicara

dengan keras, gagap, inkoheren yaitu pembicaraan yang

berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak

ada kaitannya.

c) Aktifitas motorik

Biasanya ditemukan keadaan pasien agitasi yaitu lesu, tegang,

gelisah dengan halusinasi yang didengarnya. Biasanya bibir

pasien komat kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala

mengangguk-ngangguk, seperti mendengar sesuatu, tiba-tiba

menutup telinga, mengarahkan telinga kearah tertentu, bergerak

seperti mengambil atau membuang sesuatu, tiba-tiba marah dan

menyerang.

d) Alam perasaan

Biasanya pasien tanpak, putus asa, gembira yang berlebihan,

ketakutan dan khawatir.

e) Afek

Biasanya ditemukan afek klien datar, tidak ada perubahan roman

muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau

menyedihkan. Efek klien bisa juga tumpul dimana klien hanya

bereaksi jika ada stimulus emosi yang sangat kuat. Afek labil

(emosi yang mudah) berubah juga ditemukan pada klien

halusinasi pendengaran. Bisa juga ditemukan efek yang tidak

sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada.

41
f) Interaksi selama wawancara

Biasanya pada saat melakukan wawancara ditemukan kontak

mata yang kurang, tidak mau menatap lawan bicara. Defensif

(mempertahankan pendapat), dan tidak kooperatif.

g) Persepsi

Biasanya pada pasien yang mengalami gangguan persepsi

halusinasi pendengaran sering mendengar suara gaduh, suara

yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang berbahaya, dan

suara yang dianggap nyata oleh pasien. Waktunya kadang pagi,

siang, sore dan bahkan malam hari, frekuensinya biasa 3 sampai

5 kali dalam sehari bahkan tiap jam, biasanya pasien berespon

dengan cara mondar mandir, kadang pasien bicara dan tertawa

sendiri dan bahkan berteriak, situasinya yaitu biasanya ketika

pasien termenung, sendirian atau sedang duduk.

h) Proses pikir

Biasanya pada klien halusinasi ditemukan proses pikir klien

Sirkumtansial yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai

dengan tujuan pembicaraan. Tangensial : Pembicaraan yang

berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan pembicaraan.

Kehilangan asosiasi dimana pembicaraan tidak ada

hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dan

klien tidak menyadarinya. Kadang-kadang ditemukan blocking,

pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal

42
kemudian dilanjutkan kembali, serta pembicaraan yang diulang

berkali-kali.

i) Isi pikir

Biasanya ditemukan fobia yaitu ketakutan yang patologis/ tidak

logis terhadap objek/ situasi tertentu. Biasanya ditemukan juga

isi pikir obsesi dimana pikiran yang selalu muncul walaupun

klien berusaha menghilangkannya.

j) Tingkat kesadaran

Biasanya ditemukan stupor yaitu terjadi gangguan motorik

seperti kekakuan, gerakan-gerakan yang diulang, anggota tubuh

dalam sikap canggung tetapi klien mengerti tentang semua hal

yang terjadi dilingkungan. Orientasi terhadap waktu, tempat dan

orang bisa ditemukan jelas ataupun terganggu.

k) Memori

Biasanya pasien mengalami gangguan daya ingat jangka

panjang (mengingat pengalamannya dimasa lalu baik atau

buruk), gangguan daya ingat jangka pendek (mengetahui bahwa

dia sakit dan sekarang berada dirumah sakit), maupun gangguan

daya ingat saat ini (mengulang kembali topik pembicaraan saat

berinteraksi). Biasanya pembicaraan pasien tidak sesuai dengan

kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk

menutupi daya ingatnya.

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

43
Biasanya pasien mengalami gangguan konsentrasi, pasien

biasanya mudah dialihkan, dan tidak mampu berhitung.

m) Kemampuan penilaian

Biasanya ditemukan gangguan kemampuan penilaian ringan

dimana klien dapat mengambil kepusan sederhana dengan

bantuan orang lain seperti memberikan kesempatan pada pasien

untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu

sebelum mandi. Jika diberi penjelasan, pasien dapat mengambil

keputusan.

n) Daya tilik diri

Biasanya ditemukan klien mengingkari penyakit yang diderita

seperti tidak menyadari penyakit (perubahan emosi dan fisik)

pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan. Klien juga bisa

menyalahkan hal-hal di luar dirinya seperti menyalahkan orang

lain/ lingkungan yang dapat menyebabkan kondisi saat ini.

8. Kebutuhan persiapan pulang

a) Makan

Biasanya pasien tidak mengalami perubahan makan, biasanya

pasien tidak mampu menyiapkan dan membersihkan tempat

makan.

b) BAB/BAK

Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan tidak ada gangguan,

pasien dapat BAB/BAK pada tempatnya.

44
c) Mandi

Biasanya pasien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang

mencuci rambut dan bercukur atau berhias.Badan pasien sangat

bau dan kotor, dan pasien hanya melakukan kebersihan diri jika

disuruh.

d) Berpakaian/berhias

Biasanya pasien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau

berdandan. Pasien tidak mampu mengenakan pakaian dengan

sesuai dan pasien tidak mengenakan alas kaki

e) Istirahat dan tidur

Biasanya pasien tidak melakukan persiapan sebelum tidur,

seperti: menyikat gigi, cucui kaki, berdoa. Dan sesudah tidur

seperti: merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan

menyikat gigi. Frekuensi tidur pasien berubah-ubah, kadang

nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.

f) Penggunaan obat

Biasanya pasien mengatakan minum obat 2 kali sehari

danpasien tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus

minum obat.

g) Pemeliharaan kesehatan

Biasanya pasien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak

peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.

h) Aktifitas didalam rumah

45
Biasanya pasien mampu atau tidak merencanakan, mengolah,

dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian

sendiri dan mengatur biaya sehari-hari.

9. Mekanisme Koping

a) Adaptif

Biasanya ditemukan klien mampu berbicara dengan orang lain,

mampu menyelesaikan masalah, tenik relaksasi, aktivitas

konstruktif, klien mampu berolah raga

b) Maladaptif

Biasanya ditemukan reaksi klien lambat/berlebuhan, klien

bekerja secara berlebihan, selalu menghindar dan mencederai

diri sendiri.

10. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Biasanya ditemukan riwayat klien mengalami masalah dalam

berinteraksi dengan lingkungan, biasanya disebabkan oleh

kurangnya dukungan dari kelompok, masalah dengan pendidikan,

masalah dengan pekerjaan, masalah dengan ekonomi dan msalah

dengan pelayanan kesehatan.

11. Pengetahuan

Biasanya pasien halusinasi mengalami gangguan kognitif.

12. Aspek Medik

46
Tindakan medis dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan halusinasi adalah dengan memberikan terapi sebagai

berikut (Erlinafsiah, 2010) :

a) ECT (Electro confilsive teraphy)

b) Obat-obatan seperti : Risperidon, Lorazepam, Haloperidol

2. Daftar Masalah keperawatan

a. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

b. Isolasi Sosial

c. Resiko Prilaku kekerasan

(Keliat, 2014)

3. Pohon Masalah

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat.

Masalah utama adalah prioritas masalah pasien dari beberapa masalah

yang dimiliki oleh pasien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat

dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari

beberapa masalah pasien yang merupakan penyebab masalah utama.

Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain,

demikian seterusnya. Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah

pasien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama (Trimelia,

2011).

47
Pohon Masalah Halusinasi

Skema 2.3

Resiko Perilaku Kekerasan Effect

Gangguan Persepsi Sensori:


Core Problem
Halusinasi

Isolasi Sosial Cause

(Keliat, 2014)

4. Daftar Diagnosa keperawatan

Perumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon masalah

yang sudah dibuat. Misalnya pada halusinasi dapat dirumuskan diagnosa

keperawatannya sebagai berikut;

a. Resiko Perilaku Kekerasan

b. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

c. Isolasi sosial

(Keliat, 2014)
5. Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi adalah tahapan ketika perawat

mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu

pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Keliat, 2014).

Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap

implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan

untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan


48
melakukan teknik psikomotor, kemampuan untuk melakukan observasi

sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan

advokasi dan kemampuan evaluasi (Keliat, 2014).

6. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada pasien (Keliat, 2005). Evaluasi dapat

dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir.

S: Merupakan respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan “Bagaimana

perasaan bapak setelah latihan cara menghardik?”

O: Merupakan respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi prilaku pasien

pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah

dijabarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.

A: Merupakan analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau

ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada. Dapat pula

membandingkan hasil dengan tujuan.

P: Merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis

pada respon pasien yang terdiri dari tindak lanjut pasien dan tindak lanjut

oleh perawat.

7. Dokumentasi

49
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting dari praktik

keperawatan yaitu sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang

dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang. Dokumentasi keperawatan juga mendeskripsikan tentang

status dan kebutuhan pasien yang komprehensif, juga layanan yang

diberikan untuk perawatan pasien. Dokumentasikan semua tindakan serta

respon pasien (Keliat,2014).

50
Tabel 2.1
Rencana Tindakan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Pendengaran

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pesien
1 Gangguan Pasien Mampu : Setelah 1x pertemuan SP 1 Pasien Halusinasi 1. Dengan memberikan
Persepsi Sensori: 1. Pasien pasien mampu: 1. Mengidentifikasi jenis, isi, pemahaman tentang
Halusinasi mengenal 1. Dapat waktu,frekuensi, situasi, halusinasi pasien mampu
pendengaran halusinasi yang menyebutkan jenis, perasaan, respon Halusinasi memahami:
dialaminya isi, waktu, 2. Mengajarkan cara a) Masalah yang
(jenis, isi, frekuensi, situasi mengontrol halusinasi dialaminya
waktu, pencetus dan dengan cara menghardik. b) Kapan masalah timbul,
frekuensi, perasaan saat Tahap tindakan: menghindarkan waktu
situasi pencetus halusinasi a) Jelaskan cara dan situasi saat
dan perasaan 2. Mampu menghardik halusinasi masalah timbul,
saat halusinasi menyebutkan b) Peragakan cara menghindari waktu dan
dan mampu manfaat dari menghardik situasi saat masalah
menjelaskan program c) Minta pasien untuk muncul
dan pengobatan yang memperagakan ulang c) Pentingnya masalah
memperagakan dilakukan 3. Menganjurkan pasien halusinasi untuk diatasi
cara mengontrol memasukan cara karena perasaan tidak
halusinasi) menghardik kedalam nyaman saat
2. Pasien dapat jadwal kegiatan harian dan munculnya halusinasi
mengontrol berikan pujian dapat menimbulkan
halusinasinya perilaku malasaptif
dengan cara yang sulit untuk
menghardik dikontrol
2. Dengan menghardik
halusinasi memberi
kesempatan pasien
51
mengatasi masalah
dengan reaksi
penolakan terhadap
sensasi palsu
3. Dengan peragaan
langsung dan peragaan
ulang memungkinkan
cara menghardik
dilakukan dengan benar
oleh pasien
4. Dengan penguatan yang
positif mendorong
pengulangan perilaku
yang diharapkan pasien

1. Pasien Setelah 1 x dilakukan SP 2 Pasien Halusinasi


mengikuti pertemuan diharapkan 1. Mengevaluasi jadwal 1. Penggunaan obat
program pasien mampu: kegiatan harian cara merupakan bagian penting
pengobatan 1. Menyebutkan menghardik yang benar dalam mengendalikan
secara kegiatan yang 2. Jelaskan pentingnya minum gejala halusinasi dengan
optimal sudah dilakukan obat mengetahui manfaat dan
2. Mampu 3. Jelaskan akibat jika obat akibat tidak minum obat
menjelaskan dan tidak sesuai dengan program akan menimbulkan motivasi
memperagakan 4. Jelaskan akibat bila putus pasien untuk patuh minum
cara mengontrol minum obat obat.
halusinasi 5. Jelaskan cara mendapatkan
obat/berobat
6. Jelaskan cara menggunakan
obat dengan prinsip 6 benar
7. Latih pasien minum obat
secara teratur
52
8. Menganjurkan pasien
memasukan cara menghardik
kedalam jadwal kegiatan
harian dan berikan pujian

1. Pasien dapat Setelah 1 x dilakukan SP 3 Halusinasi 1. Menilai kemampuan


mengontrol pertemuan diharapkan 1. Mengevaluasi jadwal perkembangan pasien
halusinasinya pasien mampu: kegiatan pasien cara minum 2. Dengan bercakap-cakap
dengan cara obat yang benar dan cara mengalihkan fokus dan
bercakap- 1. Menyebutkan mengontrol halusinasi perhatian dan
cakap kegiatan yang dengan menghardik menghindarkan saat pasien
sudah dilakukan 2. Melatih cara mengontrol merasakan sensasi palsu
2. Mampu halusinasi dengan bercakap-
memperagakan cakap dengan orang lain 3. Memungkinkan pasien
cara bercakap- 3. Mengajurkan pasien melakukan kegiatan
cakap dengan memasukan mengontrol dengan teratur
orang lain halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan
orang lain kedalam jadwal
kegiatan harian dan berikan
pujian
1. Pasien dapat Setelah 1 x dilakukan SP 4 Pasien Halusinasi 1. Menilai kemampuan
mengontrol pertemuan diharapkan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan perkembangan pasien
halusinasinya pasien mampu: pasien yang telah lalu cara 2. Dengan aktivitas terjadwal
dengan cara 1. Menyebutkan minum obat yang benar, cara memberi kesibukan yang
aktivitas kegiatan yang mengontrol halusinasi dengan menyita waktu dan
terjadwal sudah dilakukan menghardik, bercakap-cakap perhatian menghindarkan
2. Membuat jadwal 2. Melatih pasien mengendalikan pasien merasakan sensasi
kegiatan sehari- halusinasinya dengan palsu
hari dan mampu melakukan aktivitas yang 3. Memberikan pemahaman
memperagakan terjadwal (Kegiatan yang biasa tentang pencegahan
53
dilakukan dirumah) munculnya halusinasi
a) Jelaskan pentingnya dengan aktivitas positif
aktivitas yang bermanfaat yang bisa
b) Diskusikan aktivitas yang dilakukan
biasa dilakukan pasien 4. Dengan memantau
c) Latih pasien melakukan pelaksanaan jadwal
aktifitas memastikan intervinsi
d) Susun jadwal aktivitas yang diberikan, dilakukan
sehari-hari oleh pasien dan dengan
e) Pantau pelaksanaan penguatan positif
kegiatan mendorong pengulangan
3. Mengajurkan pasien prilaku yang diharapkan
memasukan aktivitas terjadwal
kedalam jadwal kegiatan
harian dan berikan pujian
Untuk Keluarga
1. Keluarga mampu Setelah interaksi 2-3x , SP 1 Keluarga
membantu klien keluarga mampu 1. Diskusikan masalah yang 1. Mengetahui masalah yang
mengontrol menjelaskan tentang dirasakan dalam merawat dihadapi keluarga dalam
halusinasi halusinasi dan cara klien merawat pasien
merawat keluarga 2. Jelaskan pengertian, tanda 2. Menambah pengetahuan
dengan halusinasi gejala, penyebab dan proses keluarga
terjadinya.
3. Jelaskan cara merawat klien
3. Keluarga dapat merawat
dengan halusinasi pasien dengan halusianasi
4. Latih cara merawat halusinasi:
4. Keluarga mengetahui cara
hardik menghardik yang baik dan
benar
5. Anjurkan membantu klien 5. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual dan memberi klien untuk cepat sembuh
pujian.
54
2. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 2 Keluarga
memperagakan keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui pemahaman
cara merawat merawat klien dalam merawat atau melatih keluarga dalam merawat
klien dengan halusinasi klien menghardik, beri pujian dan melatih klien
halusinasi menghardik
2. Jelaskan 6 benar cara 2. Menambah pengetahuan
memberikan obat keluarga
3. Latih cara memberikan atau 3. Keluarga mengetahui cara
membimbing minum obat memberikan obat
4. Anjurkan membantu klien 4. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual dan memberi klien untuk cepat sembuh
pujian
3. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 3 Keluarga
memperagakan keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui pemahaman
cara merawat merawat klien dalam merawat atau melatih keluarga dalam merawat
klien dengan halusinasi klien menghardik dan dan melatih klien
halusinasi memberikan obat, beri pujian menghardik dan
memberikan obat
2. Jelaskan cara bercakap-cakap 2. Menambah pengetahuan
dan melakukan kegiatan untuk keluarga
mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu 3. Keluarga mengetahui cara
bercakap-cakap dengan klien bercakap-cakap yang benar
terutama saat halusinasi dengan klien halusunasi
4. Anjurkan membantu klien 4. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual dan memberi klien untuk cepat sembuh
pujian
4. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 4 Keluarga
membuat keluarga mampu 1. Evaluasi 1. Mengetahui pemahaman
discharge membuat aktifitas klien kegiatankeluargadalam keluarga dalam merawat
planning dan dirumah dan follow up merawat atau melatih klien dan melatih klien
55
follow up klien klien menghardik dan memberikan menghardik, memberikan
pulang obat, dan bercakap- cakap, obat dan bercakap-cakap
beri pujian 2. Agar pengobatan tidak
2. Jelaskan Follow up ke RSJ/ putus
PKM, tanda kambuh, rujukan 3. Keluarga dapat memotivasi
3. Anjurkan membantu klien klien untuk cepat sembuh
sesuai jadual dan memberi
pujian
(Keliat, 2014)

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pesien
2 Isolasi Sosial Pasien mampu: Seteh 1x pertemuan SP 1 Pasien Isolasi Sosial 1. Hubungan saling percaya
1. Membina pasien mampu: 1. Bina hubungan saling merupakan landasan dasar
hubungan saling 1. Membina percaya interaksi perawat dengan
percaya hubungan saling 2. Bantu pasien mengenal pasien sehingga pasien
2. Menyadari percaya penyebab Isolasi Sosial terbuka dalam
penyebab 2. Mengenal dengan tindakan: mengunggkapkan
Isolasi Sosial penyebab Isolasi a) Menanyakan tentang masalahnya dan
3. Berinteraksi Sosial, keuntungan pendapat pasien tentang menimbulkan sikap
dengan orang berhubungan kebisaan berinterksi menerima terhadap orang
lain dengan orang lain dengan orang lain lain
dan kerugian tidak b) Siapa yang satu rumah 2. Agar pasien dapat
berhubungan dengan pasien mengenal dan
dengan orang lain c) Siapa yang dekat dengan mengungkapkan penyebab
pasien Isolasi Sosial yang terjadi
d) Siapa yang tidak dekat 3. Agar pasien mempunyai
dengan pasien dan apa keinginan berinteraksi
56
sebabnya dengan orang lain
e) Menanyakan apa yang 4. Agar pasien menyadari
menyebabkan pasien kerugian yang ditimbulkan
tidak ingin berinteraksi akibat tidak berinteraksi
dengan orang lain. dengan orang lain
5. Dengan belajar berkenalan
menimbulkan motivasi
3. Bantu pasien mengenal pasien untuk berinteraksi
keuntungan dengan orang dengan orang lain
lain dengan cara 6. Memberikan rasa
mendiskusikan keuntungan tanggung jawab pada
bila pasien memiliki banyak pasien untuk
teman dan bergaul akrab melaksanakan kegiatan
dengan mereka yang teratur
4. Bantu pasien mengenal
kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang
lain dengan tindakan:
a) Mendiskusikan kerugian
bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang
lain.
b) Menjelaskan pengaruh
Isolasi Sosial terhadap
kesehatan fisik pasien
5. Latih dan ajarkan pasien
berkenalan dengan cara:
a) Jelaskan kepada pasien
cara berinteraksi dengan
orang lain
57
b) Beri contoh cara
berinteraksi dengan orang
lain
(1) Sebutkan nama kita
dan nama panggilan,
asal dan hobbi
(2) Menanyakan nama
orang yang akan
diajak
(3) Berkenalan, nama
panggilan, asal dan
hobbinya
6. Menganjurkan memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
dan berikan pujian
Seteh 1x pertemuan SP 2 Pasien Isolasi Sosial 1. Menilai kemajuan
pasien mampu : 1. Mengevaluasi jadwal perkembangan pasien
1. Mampu kegiatan harian cara 2. Memberikan kesempatan
menyebutkan berkenalan dengan orang dan motivasi pasien untuk
kegiatan yang yang pertama mau melakukan interaksi
sudah dilakukan 2. Mengajarkan cara secara bertahap
2. Berinteraksi berinteraksi secara bertahap: 3. Memberikan suatu
dengan orang lain Berkenalan dengan orang tanggung jawab kepada
secara bertahap pertama yaitu perawat pasien untuk
3. Menganjurkan memasukan melaksanakan kegiatan
dalam jadwal kegiatan harian yang teratur
dan berikan pujian
Seteh 1x pertemuan SP 3 Pasien Isolasi Sosial 1. Sebagai dasar bagi
pasien mampu: 1. Mengevaluasi jadwal perawat untuk menilai
1. Mampu kegiatan cara berkenalan perkembangan pasien
menyebutkan dengan orang yang pertama dalam mengenal cara
58
kegiatan yang dan bekenalan dengan orang berinteraksi
sudah dilakukan yang ke dua 2. Memberikan motivasi
2. Mampu 2. Mengajarkan cara pasien untuk berinteraksi
berinteraksi berinteraksi secara bertahap: dan mendapatkan respon
dengan orang lain Berkenalan dengan 2 (dua) yang positif
secara bertahap: orang atau lebih
Berkenalan dengan 3. Susun jadwal latihan 3. Memberikan motivasi dan
orang kedua yaitu berkenalan dengan orang lain rasa tanggung jawab
pasien-pasien lain secara bertahap dalam jadwal kepada pasien untuk
kegiatan harian melaksanakan kegiatan
berkenalan dengan teratur

Seteh 1x pertemuan SP 4 Pasien Isolasi 1. Sebagai dasar bagi


pasien mampu: 1. Mengevaluasi jadwal perawat untuk menilai
1. Mampu kegiatan harian cara perkembangan pasien
menyebutkan berkenalan dengan orang dalam mengenal cara
kegiatan yang yang pertama dan bekenalan berinteraksi
sudah dilakukan dengan orang yang ke dua 2. Memberikan motivasi
2. Mampu dan ke tiga pasien untuk berinteraksi
berinteraksi 2. Mengajarkan cara dan mendapatkan respon
dengan orang lain berinteraksi secara bertahap: yang positif
secara bertahap: Melatih cara bicara sosial 3. Memberikan motivasi dan
Latih cara bicara 3. Susun jadwal latihan rasa tanggung jawab
sosial berkenalan dengan orang lain kepada pasien untuk
secara bertahap dalam jadwal melaksanakan kegiatan
kegiatan harian berkenalan dengan teratur
Untuk Keluarga
1. Keluarga mampu Setelah interaksi 2-3x , SP 1 Keluarga
merawat klien keluarga mampu 1. Diskusikan masalah yang 1. Mengetahui masalah yang
dengan isolasi menjelaskan tentang dirasakan dalam merawat dihadapi keluarga dalam
sosial penyebab,keuntungan klien merawat pasien
59
dan kerugian 2. Jelaskan pengertian, tanda 2. Menambah pengetahuan
berkenalan dan cara gejala, penyebab dan proses keluarga
merawat terjadinya isolasi sosial. 3. Keluarga dapat merawat
3. Jelaskan cara merawat pasien pasien dengan isolasi sosial
dengan isolasi sosial 4. Keluarga mengetahui cara
4. Latih dua cara merawat berkenalan dan berbicara
berkenalan, berbicara saat saat melakukan kegiatan
melakukan kegiatan harian 5. Keluarga dapat memotivasi
5. Anjurkan membantu klien klien untuk cepat sembuh
sesuai jadual dan memberikan
pujian

2. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 2 Keluarga


memperagakan keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui pemahaman
cara merawat merawat klien isolasi dalam merawat atau melatih keluarga dalam merawat
klien dengan sosial klien berkenalan dan berbicara dan melatih klien
isolasi sosial saat melakukan kegiatan berinteraksi
harian, beri pujian

2. Jelaskan kegiatan rumah 2. Menambah pengetahuan


tangga yang dapat melibatkan keluarga
klien berbicara (makan, sholat,
bersama) di rumah
3. Latih cara membimbing klien 3. Keluarga mengetahui cara
berbicara dan memberi pujian memberikan membimbing
klien
4. Anjurkan membantu klien 4. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual klien untuk cepat sembuh
3. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 3 Keluarga 1. Mengetahui pemahaman
memperagakan keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga keluarga dalam merawat
cara merawat merawat klien isolasi dalam merawat atau melatih dan melatih klien
60
klien dengan sosial klien berkenalan dan berbicara berinteraksi
isolasi sosial saat melakukan kegiatan
harian, beri pujian
2. Jelaskan cara melatih klien 2. Menambah pengetahuan
melakukan kegiatan sosial keluarga
seperti berbelanja, meminta
sesuatu
3. Latih keluarga mengajak klien 3. Keluarga mengetahui cara
berbelanja mengajak klien berbelanja
yang baik dn benar
4. Anjurkan membantu klien 4. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual klien untuk cepat sembuh
4. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 4 Keluarga 1. Mengetahui pemahaman
membuat keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga keluarga dalam merawat
discharge membuat aktifitas klien dalam merawat atau melatih dan melatih klien
planning dan dirumah dan follow up klien berkenalan dan berbicara berkenalan dan berbicara
follow up klien klien saat melakukan kegiatan saat melakukan kegiatan
pulang harian/RT, berbelanja harian/RT, berbelanja
2. Jelaskan Follow up ke RSJ/ 2. Agar pengobatan tidak
PKM, tanda kambuh, rujukan putus
3. Anjurkan membantu klien 3. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual dan memberi klien untuk cepat sembuh
pujian
(Keliat, 2014)

61
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pasien
3 Resiko Prilaku Pasien Mampu: Setelah dilakukan SP 1 PasienPerilaku Kekerasan 1. Dapat diketahui tentang PK
Kekerasan 1. Pasien dapat intervensi 1x 1. Identifikasi penyebab, tanda pasien, dan membantu
mengontrol dan pertemuan, pasien dan gejala, PK yang pasien dalam mengontrol
mengendalikan mampu mengontrol dilakukan, akibat PK. PK
perilaku perilaku kekerasan 2. Menjelaskan cara mengontrol 2. Agar pasien mengetahui
kekerasan dengan kriteria: PK : fisik, obat, verbal dan jenis-jenis cara mengontrol
dengan cara fisik 1. Pasien mampu spiritual PK
(tarik nafas menyebutkan 3. Bantu pasien mempraktekkan 3. Kegiatan pasien terkontrol
dalam serta penyebab perilaku cara mengontrol PK dengan 4. Agar pasien lebih mudah
pukul kasur dan kekerasan, tanda latihan fisik : tarik nafas dan paham tentang cara
bantal) dan gejala, perilaku dalam serta pukul kasur dan mengontrol PK
kekerasan yang bantal 5. Dengan peragaan langsung
dilakukan dan 4. Anjurkan pasien memasukkan dan peragaan ulang
akibat perilaku dalam jadwal kegiatan harian memungkinkan cara
kekerasan 5. Anjurkan pasien memasukkan mengontrol PK dengan
2. mampu dalam jadwal harian latihan fisik dilakukan
mempraktekkan dengan benar
latihan cara fisik 6. Agar kegiatan lebih terarah
(tarik nafas dalam dan terkontrol
serta pukul kasur
dan bantal)

2. Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 2 Pasien Perilaku Kekerasan 1. Penggunaan obat merupakan
mengontrol atau pasien mampu: 1. Evaluasi cara pukul bantal bagian yang terpenting dalam
mengendalikan 1. Jenis, guna, dosis, 2. Menjelaskan cara mengontrol pengendalian gejala PK dengan
perilaku frekuensi, cara, PK dengan cara teratur minum mengetahui manfaat dan akibat
62
kekerasan kontinuitas minum obat obat tidak minum obat akan
dengan cara itu sendiri a. Jelaskan pentingnya menumbuhkan motivasi pasien
minum obat 2. Pasien mampu minum obat untuk patuh
dengan baik menggunakan obat b. Jelaskan akibat jika obat 2. Agar kegiatan pasien lebih
sesuai aturan tidak sesuai dengan terarah dan terkontrol.
program 3. Agar kegiatan lebih terarah
c. Jelaskan akibat bila putus dan terkontrol
minum obat
d. Jelaskan cara
mendapatkan obat/berobat
e. Jelaskan cara
menggunakan
f. Obat dengan prinsip 6
benar
g. Latih klien minum obat
secara teratur
3. Memasukan mengontrol
Halusinasi dengan cara
teratur minum obat kedalam
jadwal kegiatan harian dan
berikan pujian

3. Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 3 Pasien Perilaku Kekerasan 1. Kegiatan pasien terkontrol
mengontrol atau pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, 2. Menolak dan meminta serta
mengendalikan mengontrol PK dengan obat dan beri pujian mengungkapkan perasaan
PK dengan cara cara verbal (meminta, 2. Melatih pasien cara dengan baik dapat
verbal (meminta, menolak, dan mengontrol PK secara verbal meminimalisir munculnya
menolak, dan mengungkapkan (meminta, menolak, PK
mengungkapkan dengan baik) dengan mengungkapkan dengan baik) 3. Agar pasien lebih terarah
dengan baik) kriteria : 3. Anjurkan pasien memasukkan dan terkontrol.
1. Pasien tidak marah- dalam kegiatan harian.
63
marah lagi jika
permintaan ditolak.
2. Pasien dapat
mengungkapkan
perasaan tanpa
emosi

4. Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 4 Pasien Perilaku Kekerasan 1. Kegiatan pasien terkontrol
mengontrol atau pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, 2. Dengan mendekatkan diri
mengendalikan mengontrol PK dengan obat, dan verbal pasien. Beri pada penciptanya pasien
PK dengan cara cara spiritual (shalat pujian lebih tenang
spiritual (shalat dan berdoa) menurut 2. Melatih pasien cara 3. Agar kegiatan pasien lebih
dan berdoa) keyakinan dengan mengontrol PK dengaan terarah dan terkontrol
menurut kriteria: spiritual (2 kegiatan)
keyakinan 1. Efektifitas cara 3. Anjurkan pasien memasukkan
yang dipakai dalam kedalam jadwal kegiatan
menyelesaikan harian
masalah
2. Pasien terlihat lebih
tenang
3. Pasien lebih
meningkatkan diri
pada penciptanya
Untuk Keluarga
1. Keluarga dapat 1. Setelah dilakukan SP 1 Keluarga 1. Meningkatkan peran serta
memahami interkasi keluarga 1. Mendiskusikan masalah yang keluarga dalam merawat
tentang PK dan mampu dirasakan keluarga dalam keluarga dengan PK
cara merawat menjelaskan tentang merawat pasien PK 2. Agar keluarga paham akan
anggota keluarga PK dan cara 2. Menjelaskan pengertian PK, pengertian, tanda dan
denga PK merawat anggota tanda dan gejala PK, serta gejala, serta proses
keluarga dengan PK proses terjadinya PK terjadinya PK
64
3. Menjelaskan cara merawat 3. Agar keluarga mengetahui
pasien PK cara merawat pasien PK
4. Menjelaskan kepada keluarga 4. Agar pasien dapat melatih
6 benar cara memberikan obat pasien dengan latihan fisik.
5. Melatih keluarga cara 5. Agar keluarga paham cara
memberikan/ membimbing merawat keluarga dengan
pasien minum obat PK
6. Menganjurkan keluarga
membantu pasien ssesuai
memasukkan sesuai jadwal
dan memberikan pujian
2. Keluarga mampu 2. Setelah dilakukan SP 2 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
menyebutkan interaksi keluarga 1. Mengevaluasi kegiatan membimbing pasien
cara merawat mampu merawat keluarga dalam merawat/ terkontrol
anggota keluarga secara langsung melatih pasien dengan fisik. 2. Agar keluarga mengetahui
dengan PK anggota keluarga Memberikan pujian 6 benar cara minum obat
dengan PK 2. Melatih satu cara merawat PK 3. Meningkatkan peran serta
dengan melakukan kegiatan keluarga dalam merawat
fisik : tarik nafas dalam dalam keluarga dengan PK
serta pukul kasur dan bantal 4. Agar keluarga lebih paham
3. Anjurkan keluarga membantu dalam merawat anggota
pasien memasukkan sesuai keluarga dengan PK
jadwal. Beri pujian
3. Keluarga mampu 3. Setelah dilakukan SP 3 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
mengetahui cara interaksi keluarga 1. Mengevaluasi kelgiatan membimbing pasien
mengontrol mampu merawat keluarga dalam merawat/ terkontrol
halusinasi secara langsung membimbing pasien dengan 2. .Agar keluarga mengetahui
dengan cara anggota keluarga fisik, dan obat. Beri pujian membimbing pasien dengan
verbal dengan PK 2. Melatih keluarga cara cara bicara yang baik
membimbing dengan bicara 3. Agar keluarga mengetahui
yang baik cara membimbing pasien
65
3. Melatih keluarga cara dengan spiritual
membimbing dengan cara 4. Agar kegiatan pasien lebih
spiritual terarah dan terkontrol
4. Anjurkan keluarga membantu
pasien memasukkan sesuai
jadwal dan memberikan pujian
4. Keluarga 4. Setelah dilakukan SP 4 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
mengetahui interaksi keluarga 1. Mengevaluasi kegiatan membimbing pasien
follow up pasien mengetahui follow keluarga dalam merawat/ terkontrol
dengan PK up pasien dan meatih pasien dengan fisik, 2. Penyusunan kegiatan
membantu membuat obat, bicara yang baik dan secar teratur dapat
jadwal klien kegiatan spiritual. Beri pujian meminimalisir
dirumah 2. Menjelaskan follow-up ke RS/ munculnya PK
PKM, tanda kambuh, rujukan 3. Agar kegiatan pasien
3. Anjurkan keluarga membantu lebih terarah dan
pasien sesuai jadwal dan terkontrol
memberikan pujian
(Keliat, 2014)

66
BAB III

LAPORAN KASUS

A. RANGKUMAN KASUS KELOLAAN

Klien berinisial Tn.Z umur 44 tahun diantar oleh keluarganya yang

ke-4 kalinya ke RSJ Prof.H.B.Sa’anin Padang pada tanggal 07 Mei 2022

pukul 10.00 wib dengan keluhan gelisah, sering jalan keluar rumah, marah-

marah tanpa sebab, emosi labil, merusak alat-alat rumah tangga, mendengar

suara-suara, berbicara ngaur dan tertawa sendiri, klien mendengar suara

bisikan dan melihat bayangan mantan pacarnya

Berdasarkan informasi dari Ny.A (Ibu klien) mengatakan bahwa Ny Z

sakit sejak 20 tahun yang lalu, terakhir dirawat 3 bulan yang lalu. Awalnya

pasien mengalami hal yang mengecewakan baginya yaitu pitus dengan

pacarnya pada tahun 2000 karena pacarnya harus pendidikan di luar kota.

Keluarga klien pada saat itu khawatir dengan kondisinya yang saat itu sangat

drop ditinggal pacarnya, pasien jadi lebih sering mengamuk, tidak mau

membantu kerjaan rumah tangga. Pasien jadi lebih senang meyendiri,

berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Keluarga memutuskan untuk membawa

pasien berobat ke Puskesmas pada awalnya karena keluarga beranggapan

bahwa klien mengalami gangguan kejiwaan dan tidak ada perubahan. Setelah

beberapa hari kemudian keluarga membawa pasien berobat ke RSJ Putri

Bungsu. Setelah pulang berobat, klien teratur minum obat dan menghabiskan

obatnya.

67
67
Selama ini klien minum obat dengan teratur, tetapi 1 bulan terakhir

pasien putus obat dengan alasan rujukannya habis dan malas pergi mengambil

rujukan ke puskesmas. Klien menjadi gelisah, marah-marah tanpa sebab,

berbicara sendiri, merusak alat rumah tangga. Ny.A (Ibu klien) mengatakan

tahun 2000 waktu pertama kali Tn.Z dirawat di RSJ. Putri Bungsu Padang.

Terakhir klien dirawat pada bulan Februari tahun 2022 di RSJ Prof Hb Saanin

Padang, klien di rawat yang ke-3 kalinya di RSJ dengan keluhan yang sama

yaitu gelisah, sering jalan keluar rumah, dan keluarga kalau klien akan

disakiti, marah-marah tanpa sebab, emosi labil, merusak alat-alat rumah

tangga, mendengar suara-suara, menangis tanpa sebab, berbicara ngaur dan

tertawa sendiri.

Setelah kondisi pasien membaik klien diperbolehkan pulang oleh

pihak rumah sakit dan dijemput tenang oleh keluarga, setelah itu dilakukan

rawat jalan di Poli RSJ Prof.H.B.Sa’anin Padang. Pada saat dirumah, klien

teratur minum obat tetapi klien juga merokok dan minum kopi sehingga obat

tidak bereaksi dan penyakit klien kambuh kembali. Lalu klien dibawa lagi ke

RSJ untuk ke- 4 kalinya dengan keluhan yang sama. Pada saat dilakukan

pengkajian pada tanggal 17 Mei 2022 didapatkan klien suka bicara sendiri,

tertawa sendiri, pembicaraan berbelit-belit, menarik diri dari orang lain,

menangis tiba-tiba, serta kurang memperhatikan kebersihan dirinya,

mendengar suara-suara dengan kalimat “aku mencintaimu, jangan pernah

tinggak kan aku, jangan menikah dengan wanita lain sekalin aku, jika kamu

melanggar kamu akan tau akibatnya” dan menutup telinganya yang

68
sebenarnya suaranya tidak ada. Suara-suara itu sering muncul pada saat sepi

dan disaat orang tertidur lelap. Klien tampak ketakutan dan tiba-tiba

menangis, menutup telinga, pasien tampak berjalan mondar-mandir. Saat

berinteraksi kontak mata pasien kurang .Pasien mengatakan mandi 2 kali

dalam sehari, gosok gigi 1x dalam sehari, ganti baju 1x dalam sehari,

penampilan klien tampak kurang rapi, rambut berketombe, kusut dan kuku

tampak agak panjang, diujung kuku kehitaman dan gigi pasien membusuk

Dari hasil pengkajian didapatkan masalah utama pada pasien adalah

Halusinasi pendengaran dan sudah dilakukan intervensi oleh penulis sesuai

dengan strategi pelaksanaannya yaitu: mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik, minum obat teratur, bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan

terjadwal. Pada SP 4 yaitu kegiatan terjadwal yaitu melakukan terapi okupasi

dengan berkebun.

Intervensi yang dilakukan pada Tn.Z adalah memberikan terapi

okupasi Menanam kepada pasien halusinasi pendengaran. Dimana setelah

dilakukan intervensi selama seminggu terjadi penurunan gejala halusinasi

pada Tn.Z

Implementasi untuk klien dengan gangguan persepsi sensori:

halusinasi pendengaran SP pada klien dengan halusinasi ada 4 yaitu SP 1:

Mengontrol halusinasi dengan menghardik, SP 2: Mengontrol halusinasi

dengan cara minum obat, SP 3: Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-

cakap, SP 4: Mengontrol halusinasi dengan kegiatan terjadwal. Hal ini yang

69
menjadi fokus penelitian adalah SP 4 yaitu kegiatan terjadwal dengan cara

mengisi kegiatan dengan memberikan terapi okupasi menanam. Waktu

pemberian terapi okupasi menanam dilakukan selama 2 minggu yang terdiri

dari 4 tahap; tahap persiapan, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi

dilakukan selama 14 hari dengan 2 sesi. Untuk diagnosa Defisit Perawatan

Diri implementasi yang dilakukan adalah latih cara menjaga kebersihan diri:

mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku. Latih cara

berdandan setelah kebersihan kebersihan diri : sisiran dan cukuran. Latih cara

makan dan minum yang baik dan latih BAB dan BAK yang baik.

B. PENGKAJIAN

Ruang Rawat: Wisma Merpati Tanggal masuk: 07 Mei 2022

I. Identitas Klien

Inisial : Tn. Z

Umur : 44 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

No. Rekam Medis : 01-17-22

Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2022

Alamat : Padang

Informan : Pasien Dan Status

70
Alasan Masuk

Pasien masuk IGD pada tanggal 07 Mei 2022 pukul 12.30 wib, diantar oleh

keluarga untuk ke-4 kalinya dengan keluhan gelisah, sering jalan keluar

rumah, marah-marah tanpa sebab, emosi labil, merusak alat-alat rumah

tangga, mendengar suara-suara, berbicara ngaur dan tertawa sendiri, klien

mendengar suara bisikan dan melihat bayangan mantan pacarnya. Pada saat

dirumah, klien teratur minum obat tetapi klien juga merokok dan minum

kopi, 1 bulan terakhir klien putus obat dengan alasan rujukannya sudah

habis sehingga penyakit klien kambuh karena klien tidak meminum obatnya

dan akhirnya keluarga kembali membawa klien ke RSJ. Prof. H.B. Sa’anin

Padang.

II. Faktor Predisposisi

a. Gangguan jiwa di masa lalu

Klien sudah 4 kali di rawat di RSJ. Prof. H.B. Sa’anin padang. Awalnya

pasien sakit sejak tahun 2009, terakhir dirawat bulan februari 2022.

Awalnya pasien mengalami hal yang mengecewakan baginya yaitu di

tinggal sama pacar nya pada tahun 2000 saat klien baru tamat SMA.

Segala bentuk upaya sudah dilakukan oleh pihak keluarga Tn.Z

mengatakan tahun 2009 waktu pertama kali Ny. Y dirawat di RSJ.

Klien di rawat yang ke-4 kalinya di RSJ pada bulan Mei 2022 dengan

keluhan yang sama yaitu gelisah, sering jalan k eluar rumah, marah-

marah tanpa sebab, emosi labil, merusak alat-alat rumah tangga,

71
mendengar suara-suara, menangis tanpa sebab, berbicara ngaur dan

tertawa sendiri.

b. Pengobatan sebelumnya

Pasien mengatakan pada tahun 2009 klien menjalani pengobatan ke

RSJ putri bungsu tetapi tidak ada perubahan sehingga harus di bawa ke

RSJ Prof HB Saanin Padang. Saat dirumah klien teratur minum obat

tetapi klien juga merokok dan minum kopi dan 1 bulan yang lalu klien

putus obat sehingga menyebabkan penyakit klien kambuh kembali.

Lalu klien dibawa ke rumah RSJ untuk ke-4 kalinya karena klien

merusak alat rumah tangga dan mendar suara-suara lagi.

c. Trauma

1) Aniaya Fisik

Pasien tidak pernah menjadi pelaku kekerasan atau penganiayaan

fisik kepada tetangga dan keluarganya.

2) Aniaya Seksual

Pasien mengatakan dirinya tidak pernah menjadi korban, pelaku

ataupun saksi penganiayaan seksual

3) Penolakan

Pasien mengatakan tidak pernah menjadi korban, pelaku maupun

saksi penolakan.

4) Kekerasan Dalam Keluarga

Pasien mengatakan sering marah-marah dirumah, merusak alat

rumah tangga dirumah .

72
5) Tindakan Kriminal

Pasien mengatakan tidak pernah memakai narkoba dan sejenisnya.

Pasien mengatakan ia tidak pernah menjadi saksi tindakan

kriminal.

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

d. Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami

gangguan jiwa seperti klien.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

e. Pengalaman Masa Lalu Yang Tidak Menyenangkan

Klien mengatakan pada tahun 2000 pengalaman yang tidak

menyenangkan dalam hidupnya yaitu saat di tanggal sama mantan

pacarnya seningga membuat klien sedih, klien tampak tidak

bersemangat saat menceritakan pengalamannya

Masalah Keperawatan : Respon Pasca Trauma

III. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 150/100 mmHg

Nadi : 96 x/i

Pernafasan : 18 x/i

Suhu : 36,5C

b. Ukuran

Tinggi Badan : 163 cm

73
Berat Badan : 43 kg

c. Keluhan Fisik

Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.

Masalah Keperawatan : Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

Tubuh

IV. Psikososial

Keterangan:

: Laki-laki : Meninggal

: Perempuan : Serumah

: Klien

Klien anak ke 6 dari 8 bersaudara, 3 orang kakak laki-laki, 2

orang kakak perempuan dan 2 adik perempuan, orang tua laki-laki

klien sudah meninggal. Klien sampai saat ini belum pernah menikah,

74
klien tinggal berdama orang tua, kakak dan adiknya. Keputusan

dirumah berada di tangan orang tua, pola asuh demokratis, komunikasi

di keluarga lancar dan saling terbuka.

Masalah Keperawatan : Tidak AdaMasalah

V. Konsep Diri

a. Citra Tubuh

Klien mengatakan tidak ada yang kurang pada dirinya karena Allah

sudah menciptakan umatnya yang sempurna. Pasien mengatakan

menyukai semua bagian tubuhnya.

b. Identitas Diri

Klien seorang laki-laki berumur 44 tahun, klien single dan

pendidikan terakhir SMA. Sebelum sakit klien bekerja sebagai

tukang ojek. Semenjak sakit klien bekerja membantu kakak nya

berjualan di depan ru,ah nya , klien puas menjadi seorang laki-laki

c. Peran Diri

Pasien berperan sebagai anak, kakak, adik dan paman dalam

keluarganya. Dalam perannya tersebut pasien tidak mampu

melaksanakan perannya dengan baik karena saat ini pasien dirawat

di RSJ. Prof. H.B. Sa’anin Padang.

d. Ideal Diri

Pasien berharap bisa cepat keluar dari RSJ serta dapat kembali

berjumpa dengan keluarganya. Pasien juga berharap agar masyarakat

menerima klien dengan baik dan segera membuat usaha sendiri.

75
e. Harga Diri

Klien mengatakan dirinya tidak berguna karena klien tidak memiliki

pekerjaan yang tetap. Klien juga mengatakan bahwa dirinya tidak

berharga karena tidak ada membuat orang tua dan adiknya bangga.

MasalahKeperawatan : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri

Rendah

VI. Hubungan Sosial

a. Orang Terdekat

Orang terdekat klien adalah semua anggoa keluarganya. Pasien

mengatakan bahwa ia memiliki teman dekat selama di RSJ. Klien

mengatakan menyayangi keluarganya, dan teman-temannya.

b. Peran Serta Dalam Kegiatan Kelompok atau Masyarakat

Klien mengatakan ada mengikuti kegiatan di masyarakat

c. Hambatan Dalam Hubungan Dengan Orang Lain

Semenjak klien sakit jarang kegiatan sosial dimasyarakat dilakukan

atau diikutinya. Selama dirumah sakit klien jarang berkomunikasi

dengan teman sekitarnya , suka menyendiri, dan tidak mau

bergabung dengan temannya

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

76
VII. Spiritual

a. Nilai dan Keyakinan

Klien mengatakan beragama islam dan klien percaya dengan adanya

Tuhan dengan menjalankan ibadah shalat. Klien menggangap

gangguan jiwanya takdir dari Tuhan Yang Maha Esa.

b. Kegiatan Ibadah

Pasien mengetahui sholat lima waktu. Selama dirawat di RSJ. pasien

tampak jarang melakukan ibadah shalat. Dirumah klien ada shalat

meskipun ada sekali-sekali tidak melaksanakan ibadah shalat. Pasien

mengatakan jika ia tidak melaksanakan ibadah shalat maka ia akan

berdosa.

Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah

VIII. Status Mental

a. Penampilan

Pasien berpenampilan kurang rapi. Pasien tampak memakai pakaian

yang diganti setiap hari. Rambut pasien rontok, berantakan, berminyak

dan badan klien agak berbau, mulut berbau dan gigi klien kbusukr, serta

saat makan tampak berserakan

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

b. Pembicaraan

Pada saat pengkajian pasien berbicara dengan jelas, Pasien menjawab

pertanyaan yang diberikan,.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

77
c. Aktivitas Motorik

Pada saat pengkajiann klien tampak tenang saat menjawab semua

pertanyaan perawat,

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

d. Alam Perasaan

Pasien mengatakan ketakutan dengan suara-suara yang di dengarnya, ia

bosan karena sudah lama tinggal di RS. Jiwa. Pasien merasa sedih

karena belum bisa pulang, klien lebih banyak diam, ekspresi wajah

datar

Masalah Keperawatan :Ansietas

e. Afek

Terdapat perubahan roman muka pada saat diberikan stimulus yang

menyenangkan ataupun menyedihkan. Roman muka yang ditunjukkan

sesuai dengan stimulus yang diberikan contohnya saat diberi stimulus

menyenangkan pasien tampak tersenyum ataupun tertawa.

Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah

f. Interaksi Selama Wawancara

Saat dilakuakan wawancara klien cukup kooperatif, kontak mata ada,

dimana klien mau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

perawat,.klien tidak pernah menolak saat bicara.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

g. Persepsi

78
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang membisikan di kedua

telinganya yaitu “aku mencintaimu, jangan pernah tinggak kan aku,

jangan menikah dengan wanita lain sekalin aku, jika kamu melanggar

kamu akan tau akibatnya”. Suara-suara itu sering muncul pada tengah

malam disaat orang tertidur lelap dan suasana sunyi. Respon klien

menutup telinga dan mwngabaikan nya , sesekali klien menjawab

perkataan nya , pasien tampak berjalan mondar-mandir. Perasaan klien

takut dengan suara itu.

Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pendengaran

h. Proses Pikir

Pada saat interaksi dengan perawat,pembicaraan klien terhenti tiba-

tiba tanpa ada gangguan dari luar atau eksternal kemudian

dilanjutkan kembali dengan topik yang lain atau disebut juga dengan

bloking.

Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

i. Isi Pikir

Klien meyakini dirinya, dia mampu untuk sembuh agar bisa mencari

kerja dan membantu kakak dan adiknya dirumah

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

j. Tingkat Kesadaran

Pada saat dilakukan wawancara kepada pasien, pasien tampak sadar dan

mengerti dengan pertannyaan yang diajukan perawat. Pasien

79
mengetahui identitas dirinya seperti siapa dirinya dan usianya. Saat

ditanya tentang waktu, pasien sedikit lupa mengenai tanggal saat ini.

Pasien mengatakan ia tahu bahwa ia sedang berada di RSJ. Prof. H.B.

Sa’anin Padang sebagai pasien dan bagaimana dirinya bisa dirawat di

rumah sakit.

Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah

k. Memori

1) Gangguan daya ingat jangka panjang

Klien mampu mengingat kejadian jangka panjang dibuktikan

pasien mampu mengingat tahun berapa pertama kali masuk RSJ

2) Gangguan daya ingat jangka pendek

Klie mampu mengingat kejadian jangka pendek dibuktikan dengan

Pasien mampu mengingat terakhir kali dirawat di RSJ dan hari

rawatan selama di RSJ.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Konsentrasi pasien mudah dialihkan saat ada hal lain yang mengganggu

pasien seperti saat pasien sedang berbincang dengan perawat, ada

seorang pasien lain yang mengganggu pasien, saat itu konsentrasi

pasien langsung terfokus pada pasien lain tersebut dan membuat

pembicaraan sedikit terganggu. Pasien tidak mengalami gangguan atau

masalah dalam berhitung.

80
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

m. Kemampuan Penilaian

Klien tidak ada mengalami gangguan dalam penilaian dibuktikan

dengan klien mengatakan terlebih dahulu mandi baru makan.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

n. Daya Tilik Diri

Pasien mengetahui alasan mengapa dirinya dibawa ke RSJ. Prof. H.B.

Sa’anin Padang, pasien mengatakan dirinya bicara sendiri, mendengar

suara-suara di telinganya, melempar alat-alat rumah tangga, kemudian

keluarga membawanya ke RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang. Pasien tidak

menyalahkan keluarganya karena telah membawa dirinya ke RSJ.

Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah

IX. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan

Pasien mengatakan makan 3x sehari yaitu pagi, siang dan malam.

Pasien memakan makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Pasien

mengatakan bahwa dirinya menyukai makanan yang disediakan rumah

sakit dan selalu menghabiskannya. Pasien mampu mengambil makanan

secara mandiri, pasien mampu meletakan kembali peralatan makan

ketempatnya dan membersihkannya seperti mencuci gelas sehabis

makan dengan arahan perawat.

81
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

b. Defekasi /Berkemih

Pasien BAK dan BAB secara mandiri dengan menggunakan toilet

sebagai tempat toileting. Pasien mampu membersihkan diri saat setelah

BAK/BAB. Saat keluar dari WC baju celana pasien tampak rapi dan

tidak basah.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

c. Mandi

Pasien sudah mandiri dalam hal kebersihan diri dimana pasien mandi 2

kali sehari. Pasien mengatakan ia menggosok gigi ketika dirinya mandi.

Kuku pasien tampak pendek dan bersih.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

d. Berpakaian

Pasien mampu memilih pakaian. Pasien mampu mengenakan pakaian

secara mandiri. Pakaian yang digunakan oleh pasien sudah sesuai.

Pasien tampak mengganti pakaian 1 kali sehari. Pasien menggunakan

alas kaki saat di Rumah Sakit

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

e. Istirahat dan tidur

Pasien mengatakan ada tidur siang lebih kurang 1 jam dan tidur malam

± 8 jam. Saat sebelum tidur pasien tidak menggosok gigi namun pasien

82
mencuci tangan dan kaki sebelum tidur, pasien juga mengatakkan

bahwa ia selalu berdoa sebelum tidur.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

f. Penggunaan Obat

Pasien tidak mengetahui obat yang dia minum. Pasien butuh

pengawasan dalam minum obat. Pasien minum obat sesuai dengan

order dokter dengan di awasi oleh perawat. Pasien tampak meminum

obat secara teratur apabila diarahkan oleh perawat.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

g. Pemeliharan Kesehatan

Pasien mengatakan jika diperbolehkan pulang pasien akan rajin kontrol

ke Pelayanan Kesehatan, pasien mengatakan akan meminum obat

teratur jika boleh pulang dan tidak merokok serta minum kopi lagi.

Pasien tinggal bersama keluarganya yang akan mengingatkan pasien

untuk menjaga kesehatannya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

h. Aktivitas didalam rumah

Pasien mengatakan saat dirumah pasien mampu merapikan kamar tidur,

melipat selimut, mencuci piring , dan mencuci pakaian. Selama dirawat

di RSJ pasien tampak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan

dirumah seperti merapikan tempat tidur, menyapu, dan mencuci piring

dibawah pengawasan perawat.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

83
i. Aktivitas Diluar rumah

Pasien mengatakan ada melakukan aktivitas diluar rumah.yaitu setiap

sabtu malam pasien melalukan olahraga batminton dengan teman-

temannya. Pasien mengatakan ada mengikuti kegiatan-kegiatan di

sekitar rumahnya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

X. Mekanisme Koping

a. Koping Adaptif

Kien mengatakan jika ada masalah ia menceritakan kepada kakaknya

kandungnya untuk mendengarkan masalah yang dirasakan.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

b. Mekanisme Maladaptif

Klien sering berkomunikasi dengan teman atau masyarakat di sekitar

lingkungannya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

XI. Masalah Psikososial dan Lingkungan

a. Masalah dengan dukungan kelompok

Pasien mengatakan ada dekat dengan dengan teman-temannya yang di

rawat di RSJ. Saat dirawat pasien lebih banyak duduk di luar. Sebelum

dirawat pasien sering bermain dengan teman sebaya nya.

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan

Pasien mengatakan kalau ia sering bergaul dengan masyarakat sekitar

karena dia berjualan di depan rumahnya.

84
c. Masalah dengan pendidikan

Pendidikan pasien sampai SMA. Pasien tidak ada merasa terganggu

dengan pendidikannya saat ini

d. Masalah dalam pekerjaan

Pasien tidak bekerja, pasien kadang membantu kakaknya berjualan

sembako di rumah

e. Masalah dengan perumahan

Pasien tinggal bersama keluarganya di rumah milik orang tuanya.

f. Masalah Ekonomi

Pasien berasal dari golongan ekonomi sedang. Kebutuhan sehari-hari

dipenuhi oleh kakak dan ibu kandungnya

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan

Pasien mengatakan saat sakit ia dibawa oleh keluarga ke puskesmas

ataupun ke Rumah Sakit terdekat.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

XII. Pengetahuan

Pasien mengatakan ia mengetahui mengapa dibawa ke RSJ, klien

mengetahui bahwa dia mengalami gangguan jiwa, tetapi klien tidak tahu

apa yang menyebabkan dia sakit. Pasien hanya mengetahui bahwa dirinya

dibawa ke RSJ karena merusak alat-alat rumah tangga, berbicara sendiri.

Pasien mengatakan minum obat secara teratur ketika dirumah tetapi masih

mengonsumsi rokok dan kopi.

85
Masalah Keperawatan :Kurang Pengetahuan

XIII. Aspek Medis

Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid

Terapi Medis : Risperidon 2x3 mg, Lorazepam 1x2 mg,

C. ANALISA DATA

N DATA MASALAH

1 Ds : Gangguan Sensori
- Klien mengatakan mendengar suara- Persepsi: Halusinasi
suara yang membisikan di kedua Pendengaran
telinganya
- Klien mengatakan isi suara itu yaitu
“aku mencintaimu, jangan pernah
tinggak kan aku, jangan menikah
dengan wanita lain sekalin aku, jika
kamu melanggar kamu akan tau
akibatnya”,
- Klien mengatakan Suara bercakap-
cakap itu sering muncul pada tengah
malam disaat orang tertidur lelap dan
suasana sunyi.
- Klien mengatakan suara-suara yang
sering membuatnya ketakutan dan
menangis
Do :
- Klien tampak bicara sendiri dan
terkadang mulut klien komat kamit
- Klien tampak menangis tiba-tiba

86
- Klien bicara sendiri dengan nada suara
yang pelan sekali saat ditanya pasien
menyangkal.
2 Ds : Harga diri rendah
- Klien mangatakan dalam masyarakat
pendapatnya kurang didengar
- Klien merasa tidak berarti di
masyarakat.
- Klien mengatakan dirinya tidak berguna
karena klien tidak memiliki pekerjaan
yang tetap.
- Klien mengatakan bahwa dirinya tidak
berharga karena tidak membuat
keluarganya bangga
.
Do:
- Klien tampak sedih
- Klien tampak kecewa
- Kontak mata kurang dan Afek datar
- Klien tampak murung dan menunduk
saat menceritakan
3 Ds : Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan malas sisir rambut
- Klien mengatakan tidak menggosok gigi
- Klien mengatakan mandi kadang pakai
sabun kadang tidak
Do :
- Klien tampak kurang rapi
- Rambut klien tampak berketombe dan
badan berbau

87
- Klien makan berserakan
- Mulut berbau dan gigi klien tampak
kotor.
- Gigi klien tamoak banyak yang
membusuk
4 Ds : Resiko perilaku
- Klien mengatakan sering marah-marah kekerasan
dirumah
- Klien mengatakan sering merusak alat
rumah tangga
Do :
- Klien tampak mondar-mandir, mata
merah, pandangan tajam dan mudah
marah.
- Klien tampak tidak tenang saat bicara.
- Pandangan matta tajam
5 Ds : Gangguan proses pikir
- Klien mengatakan mengingat tahun
berapa pertama kali masuk RSJ.
- Klien mengatakan mengingat kapan
terakhir kali di rawat di RSJ
Do :
- Pada saat interaksi dengan perawat
pembicaraan klien terhenti tiba-tiba
tanpa ada gangguan dari luar atau
external
6 Ds Respon pasca trauma
- Klien mengatakan pengalaman yang
tidak menyenangkan dalam hidupnya
pada saat di tinggalkan oleh pacarnya

88
Do
- Klien tampah tidak bersemangat setelah
menceritakan pengalamannya
- Klien tampak sedih dan menundukkan
kepala
7 Ds Kurang pengetahuan
- Klien mengatakan kuran paham dengan
penyakit yang dideritanya.
- Klien mengatakan tidak mengetahui apa
penyebab dari penyakit jiwa.
Do
- Kilen tampak bingung
- Klien tampak banyak diam.

2 Ds : Isolasi Sosial
- Pasien mengatakan jarang melakukan
aktivitas diluar rumah.
- Pasien mengatakan tidak mau
berkomunikasi dengan teman, suka
menyendiri, dan tidak mau bergabung
dengan temannya
- Pasien mengatakan jarang mengikuti
kegiatan sosial di lingkungan
masyarakat.
Do :
- Klien tampak sering termenung
- Klien tampak banyak duduk sendirian
- Klien tampak suka menyendiri
- Klien tampak tidak mau bergabung
dengan temannya.

89
D. DAFTAR MASALAH

1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran

2. Isolasi Sosial

3. Harga diri rendah

4. Defisit perawatan diri

5. Resiko Perilaku kekerasan

6. Gangguan proses pikir

7. Respon pasca trauma

8. Kurang pengetahuan

E. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori Gangguan


Persepsi : Halusinasi
Proses Pikir
Penglihatan

Defisit
Isolasi Sosial Perawatan Diri

Harga Diri Rendah

Respon Pasca Trauma

90
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tabel 3.2

Diagnosa Hari/tanggal Hari/tanggal


No TTD TTD
Keperawatan muncul teratasi

1. Gangguan Sensori 17 Mei 2022 MHS 22 Mei 2022 MHS


Persepsi:
Halusinasi
Pendengaran

2. Risiko Perilaku 17 Mei 2022 MHS 22 Mei 2022 MHS


Kekerasan

3. Isolasi Sosial 17 Mei 2022 MHS 22 Mei 2022 MHS

4. Defisit Perawatan 17 Mei 2022 MHS 22 Mei 2022 MHS


Diri

91
Tabel 3.3
Rencana Tindakan Keperawatan Pada Ny Y Dengan Halusinasi
Pendengaran
di RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang

Diagnos
N a Kriteria
Tujuan Intervensi Rasional
o Kepera Hasil
watan
Untuk
Pesien
1 Ganggua Pasien Setelah 1x SP 1 Pasien Halusinasi 1. dengan
n Mampu : pertemuan 1. mengidentifika
memberikan
Persepsi 1)Pasien pasien
si halusinasi
Sensori: mengen mampu: pemahaman
Halusina al 1) Dapat a) mengidentif
tentang
si halusin menye
ikasi
pendeng asi butkan halusinasi
aran yang jenis, halusinasi
mampu
dialami isi,
b) mengidentit
nya waktu, memahami:
(jenis, frekuen fikasi
a) masalah
isi, si,
frekuensi
waktu, situasi yang
frekuen pencet waktu
dialami
si, us dan
terjadinya
situasi perasaa b)kapan
pencetu n saat c) mengidentif
masalah
s dan halusin
ikasi
perasaa asi timbul,m
n saat 2) Mamp perasaan
enghinda
halusin u
saat
asi dan menye ri waktu
mampu butkan terjadinya
dan
menjela manfaa
halusinasi
skan t dari situasi
dan progra d) mengdentifi
saa
mempe m
kasi respon
ragakan pengob masalah
cara atan saat terjadi
timbul
mengon yang
halusinasi
trol dilakuk c) pentingn
halusin an 2. jelaskan cara
ya
asi)
mengontrol
masalah
2)Pasien halusiansi
93
mengik dengan cara halusinas
uti
hardik, obat, i untuk
progra
m bercakap, dan diatasi
pengob
melakukan karena
atan
secara kegiatan perasaan
optimal
3. mengajarkan tidak
cara nyaman
mengontrol saat
halusinasi munculn
dengan cara ya
menghardik halusinas
a) jelaskan i
cara menimbu
menghardik lkan
b) peragaka perilaku
cara maladapt
menghardik ive
c) minta
pasien
untuk
mengulangi
kembali
4. menganjurkan
pasien untuk
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan sehari
– hari dan
berikan pujian
1) Pasie Setelah 1 x SP 2 Pasien Halusinasi 1. penggunaan
n dilakukan 1. evaluasi obat
dapat pertemuan merupakan
kegiatan
men diharapkan bagian
gontr pasien menghardi. penting
ol mampu: dalam
94
halus 1) Menye Beri pujian mengndalik
inasi butkan an gejala
2. menjelaskan
nya kegiata halusiansi
deng n yang cara dengan
an sudah mengetahui
mengontrol
cara dilakuk manfaat
minu an halusinasi dan akibat
m 2) Mampu tidak
dengan cara
obat menjel minum obat
askan teratur minum akan
dan menimbulk
obat
mempe an motivasi
ragaka a) jelaskan klien untuk
n cara patuh
pentingnya
mengo minum obat
ntrol minum obat
halusin
b) jelaskan
asi
akibat bila
tidak
minum obat
c) jelaskan
akibat putus
minum obat
d) jelaskan
cara
menapatkan
obat /
berobat
e) jelaskan
cara
menggunak
an obat
dengan 6
benar
f) latih klien
minum obat
95
secara
teratur
3. memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
untuk latihan
menghardik
dan minum
obat
1) Pasien Setelah 1 x SP 3 Halusinasi 1. Menilai
dapat dilakukan 1) Mengevaluasi kemampu
mengon pertemuan jadwal kegiatan an
trol diharapkan pasien cara perkemba
halusina pasien minum obat ngan
sinya mampu: yang benar dan pasien
dengan cara 2. Dengan
cara 1)Menyeb mengontrol bercakap-
bercaka utkan halusinasi cakap
p-cakap kegiatan dengan mengalih
yang menghardik kan fokus
sudah 2) Melatih cara dan
dilakuk mengontrol perhatian
an halusinasi dan
2)Mampu dengan menghind
memper bercakap-cakap arkan saat
agakan dengan orang pasien
cara lain merasaka
bercaka 3) Mengajurkan n sensasi
p-cakap pasien palsu
dengan memasukan 3. Memungk
orang mengontrol inkan
lain halusinasi pasien
dengan cara melakuka
bercakap-cakap n
dengan orang kegiatan
lain kedalam dengan
jadwal kegiatan teratur
harian dan
berikan pujian
1) P Setelah 1 x SP 4 Pasien Halusinasi 1. Menilai
asien dilakukan 1) Mengevaluasi kemampuan
dapat pertemuan jadwal kegiatan perkembang
mengont diharapkan pasien yang an pasien
rol pasien telah lalu cara 2. Dengan
halusina mampu: minum obat aktivitas
96
sinya 1) Menyeb yang benar, terjadwal
dengan utkan cara memberi
cara kegiatan mengontrol kesibukan
aktivitas yang halusinasi yang
terjadwa sudah dengan menyita
l dilakuk menghardik, waktu dan
an bercakap-cakap perhatian
2) Membu 2) Melatih pasien menghindar
at mengendalikan kan pasien
jadwal halusinasinya merasakan
kegiatan dengan sensasi
sehari- melakukan palsu
hari dan aktivitas yang 3. Memberika
mampu terjadwal n
memper (Kegiatan yang pemahaman
agakan biasa dilakukan tentang
dirumah) pencegahan
3) Jelaskan munculnya
pentingnya halusinasi
aktivitas dengan
4) Diskusikan aktivitas
aktivitas yang positif yang
biasa dilakukan bermanfaat
pasien yang bisa
5) Latih pasien dilakukan
melakukan 4. Dengan
aktifitas memantau
6) Susun jadwal pelaksanaan
aktivitas sehari- jadwal
hari memastikan
7) Pantau intervinsi
pelaksanaan yang
kegiatan diberikan,
8) Mengajurkan dilakukan
pasien oleh pasien
memasukan dan dengan
aktivitas penguatan
terjadwal positif
kedalam jadwal mendorong
kegiatan harian pengulanga
dan berikan n prilaku
pujian yang
diharapkan

Untuk
Keluara
97
1) Kelua Setelah SP 1 Keluarga
rga interaksi 2- 1) Diskusikan 1. Mengetah
mam 3x , masalah yang ui masalah
pu keluarga dirasakan dalam yang
mem mampu merawat klien dihadapi
bantu menjelaska 2) Jelaskan keluarga
klien n tentang pengertian, tanda dalam
meng halusinasi gejala, penyebab merawat
ontrol dan cara dan proses pasien
halusi merawat terjadinya. 2. Menamba
nasi keluarga 3) Jelaskan cara h
dengan merawat klien pengetahu
halusinasi dengan halusinasi an
4) Latih cara merawat keluarga
halusinasi: hardik
3. Keluarga
5) Anjurkan dapat
membantu klien merawat
sesuai jadual dan pasien
memberi pujian. dengan
halusianas
i
4. Keluarga
mengetah
ui cara
menghardi
k yang
baik dan
benar
5. Keluarga
dapat
memotiva
si klien
untuk
cepat
sembuh

1) Kelua Setelah SP 2 Keluarga


rga interaksi 1) Evaluasi kegiatan 1. Mengetah
mam keluarga keluarga dalam ui
pu mampu merawat atau pemahama
mem merawat melatih klien n keluarga
perag klien menghardik, beri dalam
akan halusinasi pujian merawat
cara dan
mera 2) Jelaskan 6 benar melatih
98
wat cara memberikan klien
klien obat menghardi
denga 3) Latih cara k
n memberikan atau 2. Menamba
halusi membimbing h
nasi minum obat pengetahu
4) Anjurkan an
membantu klien keluarga
sesuai jadual dan 3. Keluarga
memberi pujian mengetah
ui cara
memberik
an obat
4. Keluarga
dapat
memotiva
si klien
untuk
cepat
sembuh

1) Kelua Setelah SP 3 Keluarga


rga interaksi 1) Evaluasi kegiatan 1. Mengetah
mam keluarga keluarga dalam ui
pu mampu merawat atau pemahama
mem merawat melatih klien n keluarga
perag klien menghardik dan dalam
akan halusinasi memberikan obat, merawat
cara beri pujian dan
mera melatih
wat 2) Jelaskan cara klien
klien bercakap-cakap menghardi
denga dan melakukan k dan
n kegiatan untuk memberik
halusi mengontrol an obat
nasi halusinasi 2. Menamba
3) Latih dan sediakan h
waktu bercakap- pengetahu
cakap dengan klien an
terutama saat keluarga
halusinasi
4) Anjurkan 3. Keluarga
membantu klien mengetah
sesuai jadual dan ui cara
memberi pujian bercakap-
cakap
99
yang
benar
dengan
klien
halusunasi
4. Keluarga
dapat
memotiva
si klien
untuk
cepat
sembuh

1) Kelua Setelah SP 4 Keluarga


rga interaksi 1) Evaluasi 1. Mengetah
mam keluarga kegiatankeluargada ui
pu mampu lam merawat atau pemahama
mem membuat melatih klien n keluarga
buat aktifitas menghardik dan dalam
disch klien memberikan obat, merawat
arge dirumah dan bercakap- dan
plann dan follow cakap, beri pujian melatih
ing up klien 2) Jelaskan Follow up klien
dan ke RSJ/ PKM, menghardi
follo tanda kambuh, k,
w up rujukan memberik
klien 3) Anjurkan an obat
pulan membantu klien dan
g sesuai jadual dan bercakap-
memberi pujian cakap
2. Agar
pengobata
n tidak
putus
3. Keluarga
dapat
memotiva
si klien
untuk
cepat
sembuh

(Keliat, 2014)
N Diagno Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
o sa Hasil
100
Kepera
watan
Untuk
Pesien
2 Isolasi Pasien Seteh 1x SP 1 Pasien Isolasi 1. Hubungan
Sosial mampu: pertemuan Sosial saling
1) Mem pasien 1) Bina percaya
bina mampu: hubungan merupakan
hubu 1) Mem saling landasan
ngan bina percaya dasar
saling hubu 2) Bantu interaksi
perca ngan pasien perawat
ya saling mengenal dengan
2) Meny perca penyebab pasien
adari ya Isolasi sehingga
penye 2) Meng Sosial pasien
bab enal dengan terbuka
Isolas penye tindakan: dalam
i bab a) Menanyak mengungg
Sosial Isolas an tentang kapkan
3) Berin i pendapat masalahnya
teraks Sosial pasien dan
i , tentang menimbulk
denga keunt kebisaan an sikap
n ungan berinterksi menerima
orang berhu dengan terhadap
lain bunga orang lain orang lain
n b) Siapa 2. Agar
denga yang satu pasien
n rumah dapat
orang dengan mengenal
lain pasien dan
dan c) Siapa mengungka
kerug yang dekat pkan
ian dengan penyebab
tidak pasien Isolasi
berhu d) Siapa Sosial yang
bunga yang tidak terjadi
n dekat 3. Agar
denga dengan pasien
n pasien dan mempunyai
orang apa keinginan
lain sebabnya berinteraksi
e) Menanyak dengan
an apa orang lain
yang 4. Agar
101
menyebab pasien
kan pasien menyadar
tidak ingin i kerugian
berinteraks yang
i dengan ditimbulk
orang lain. an akibat
3) Bantu tidak
pasien berinterak
mengenal si dengan
keuntungan orang lain
dengan 5. Denga
orang lain n
dengan cara belaja
mendiskusi r
kan berke
keuntungan nalan
bila pasien meni
memiliki mbulk
banyak an
teman dan motiv
bergaul asi
akrab pasien
dengan untuk
mereka berint
4) Bantu eraksi
pasien denga
mengenal n
kerugian orang
bila tidak lain
berhubunga 6. Memb
n dengan erikan
orang lain rasa
dengan tangg
tindakan: ung
a) Mendisku jawab
sikan pada
kerugian pasien
bila pasien untuk
hanya melak
mengurun sanak
g diri dan an
tidak kegiat
bergaul an
dengan yang
orang lain. teratur
b) Menjelask
102
an
pengaruh
Isolasi
Sosial
terhadap
kesehatan
fisik
pasien
5) Latih dan
ajarkan
pasien
berkenalan
dengan
cara:
a) Jelaskan
kepada
pasien cara
berinteraks
i dengan
orang lain
b) Beri
contoh
cara
berinteraks
i dengan
orang lain
i. Sebutk
an
nama
kita
dan
nama
panggi
lan,
asal
dan
hobbi
ii. Menan
yakan
nama
orang
yang
akan
diajak
iii. Berken
alan,
103
nama
panggi
lan,
asal
dan
hobbin
ya
6) Menganjurkan
memasukan
dalam jadwal
kegiatan
harian dan
berikan pujian
Seteh 1x SP 2 Pasien Isolasi 1. Menil
pertemuan Sosial ai
pasien 1) Mengevalu kemaj
mampu : asi jadwal uan
1) Mam kegiatan perke
pu harian cara mban
meny berkenalan gan
ebutk dengan pasien
an orang yang 2. Memb
kegiat pertama erikan
an 2) Mengajarka kesem
yang n cara patan
sudah berinteraksi dan
dilak secara motiv
ukan bertahap: asi
2) Berin Berkenalan pasien
teraks dengan untuk
i orang mau
denga pertama melak
n yaitu ukan
orang perawat intera
lain 3) Menganjurk ksi
secar an secara
a memasukan bertah
berta dalam ap
hap jadwal 3. Memb
kegiatan erikan
harian dan suatu
berikan tangg
pujian ung
jawab
kepad
a
104
pasien
untuk
melak
sanak
an
kegiat
an
yang
teratur

Seteh 1x SP 3 Pasien Isolasi 1. Sebag


pertemuan Sosial ai
pasien 1) Mengevalu dasar
mampu: asi jadwal bagi
1) Mam kegiatan peraw
pu cara at
meny berkenalan untuk
ebutk dengan menil
an orang yang ai
kegiat pertama perke
an dan mban
yang bekenalan gan
sudah dengan pasien
dilak orang yang dalam
ukan ke dua meng
2) Mam 2) Mengajarka enal
pu n cara cara
berint berinteraksi berint
eraksi secara eraksi
denga bertahap: 2. Memb
n Berkenalan erikan
orang dengan 2 motiv
lain (dua) orang asi
secar atau lebih pasien
a 3) Susun untuk
berta jadwal berint
hap: latihan eraksi
Berke berkenalan dan
nalan dengan mend
denga orang lain apatka
n secara n
orang bertahap respo
kedua dalam n
yaitu jadwal yang
pasie kegiatan positif
n- harian
105
pasie 3. Memb
n lain erikan
motiv
asi
dan
rasa
tangg
ung
jawab
kepad
a
pasien
untuk
melak
sanak
an
kegiat
an
berke
nalan
denga
n
teratur
Seteh 1x SP 4 Pasien Isolasi 1. Sebag
pertemuan 1) Mengevalu ai
pasien asi jadwal dasar
mampu: kegiatan bagi
1) Mam harian cara peraw
pu berkenalan at
meny dengan untuk
ebutk orang yang menil
an pertama ai
kegiat dan perke
an bekenalan mban
yang dengan gan
sudah orang yang pasien
dilak ke dua dan dalam
ukan ke tiga meng
2) Mam 2) Mengajarka enal
pu n cara cara
berint berinteraksi berint
eraksi secara eraksi
denga bertahap: 2. Memb
n Melatih erikan
orang cara bicara motiv
lain sosial asi
106
secar 3) Susun pasien
a jadwal untuk
berta latihan berint
hap: berkenalan eraksi
Latih dengan dan
cara orang lain mend
bicara secara apatka
sosial bertahap n
dalam respo
jadwal n
kegiatan yang
harian positif
3. Memb
erikan
motiv
asi
dan
rasa
tangg
ung
jawab
kepad
a
pasien
untuk
melak
sanak
an
kegiat
an
berke
nalan
denga
n
teratur
Untuk
Keluarga
1) Keluarga Setelah SP 1 Keluarga
mampu interaksi 2- 1) Diskusikan 1. Mengetah
merawat 3x , keluarga masalah yang ui
klien mampu dirasakan masalah
dengan menjelaskan dalam merawat yang
isolasi tentang klien dihadapi
sosial penyebab,ke 2) Jelaskan keluarga
untungan dan pengertian, dalam
kerugian tanda gejala, merawat
107
berkenalan penyebab dan pasien
dan cara proses 2. Menamba
merawat terjadinya h
isolasi sosial. pengetahu
3) Jelaskan cara an
merawat pasien keluarga
dengan isolasi 3. Keluarga
sosial dapat
4) Latih dua cara merawat
merawat pasien
berkenalan, dengan
berbicara saat isolasi
melakukan sosial
kegiatan harian 4. Keluarga
5) Anjurkan mengetah
membantu ui cara
klien sesuai berkenala
jadual dan n dan
memberikan berbicara
pujian saat
melakuka
n
kegiatan
5. Keluarga
dapat
memotiva
si klien
untuk
cepat
sembuh
1) Keluarga Setelah SP 2 Keluarga
mampu interaksi 1) Evaluasi 1. Mengetah
mempera keluarga kegiatan ui
gakan mampu keluarga dalam pemaham
cara merawat merawat atau an
merawat klien isolasi melatih klien keluarga
klien sosial berkenalan dan dalam
dengan berbicara saat merawat
isolasi melakukan dan
sosial kegiatan harian, melatih
beri pujian klien
2) Jelaskan berinterak
kegiatan rumah si
tangga yang 2. Menamba
dapat h
melibatkan pengetahu
108
klien berbicara an
(makan, sholat, keluarga
bersama) di 3. Keluarga
rumah mengetah
3) Latih cara ui cara
membimbing memberik
klien berbicara an
dan memberi membimb
pujian ing klien
4) Anjurkan 4. Keluarga
membantu dapat
klien sesuai memotiva
jadual si klien
untuk
cepat
sembuh
5. Keluarga Setelah SP 3 Keluarga 1. Meng
mampu interaksi 1) Evaluasi etahui
mempera keluarga kegiatan pema
gakan mampu keluarga dalam hama
cara merawat merawat atau n
merawat klien isolasi melatih klien keluar
klien sosial berkenalan dan ga
dengan berbicara saat dalam
isolasi melakukan mera
social kegiatan harian, wat
beri pujian dan
2) Jelaskan cara melati
melatih klien h
melakukan klien
kegiatan sosial berint
seperti eraksi
berbelanja, 2. Mena
meminta mbah
sesuatu penge
3) Latih keluarga tahua
mengajak klien n
berbelanja keluar
4) Anjurkan ga
membantu 3. Kelua
klien sesuai rga
jadual meng
etahui
cara
meng
ajak
109
klien
berbel
anja
4. yang
baik
dn
benar
5. Kelua
rga
dapat
memo
tivasi
klien
untuk
cepat
sembu
h
6. Keluarga Setelah SP 4 Keluarga 1. Mengetah
mampu interaksi 1) Evaluasi ui
membuat keluarga kegiatan pemaham
discharge mampu keluarga dalam an
planning membuat merawat atau keluarga
dan aktifitas klien melatih klien dalam
follow up dirumah dan berkenalan dan merawat
klien follow up berbicara saat dan
pulang klien melakukan melatih
kegiatan klien
harian/RT, berkenala
berbelanja n dan
2) Jelaskan berbicara
Follow up ke saat
RSJ/ PKM, melakuka
tanda kambuh, n
rujukan kegiatan
3) Anjurkan harian/RT
membantu ,
klien sesuai berbelanj
jadual dan a
memberi pujian 2. Agar
pengobata
n tidak
putus
3. Keluarga
dapat
memotiva
si klien
110
untuk
cepat
sembuh

(Keliat, 2014)

Diagnos
a
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
N Kepera
o watan
Untuk
Pasien
3. Resiko Pasien Setelah SP 1 1. Dapat
Prilaku Mampu: dilakukan PasienPerilaku diketahui
Kekeras 1) Pasien intervensi 1x Kekerasan tentang PK
an dapat pertemuan, 1) Identifikasi pasien, dan
meng pasien mampu penyebab, membantu
ontrol mengontrol tanda dan pasien
dan perilaku gejala, PK dalam
meng kekerasan yang mengontrol
endali dengan kriteria: dilakukan, PK
kan 1) Pasien akibat PK. 2. Agar pasien
perila mampu 2) Menjelaskan mengetahui
ku menyebu cara jenis-jenis
keker tkan mengontrol cara
asan 2) penyebab PK : fisik, mengontrol
denga perilaku obat, verbal PK
n cara kekerasa dan spiritual 3. Agar
fisik n, tanda 3) Bantu kegiatan
(tarik dan pasien lebih
nafas gejala, mempraktek terarah dan
dalam perilaku kan cara terkontrolK
serta kekerasa mengontrol egiatan
pukul n yang PK dengan pasien
kasur dilakuka latihan terkontrol
dan n dan fisik : tarik 4. Agar pasien
bantal akibat nafas dalam lebih
) perilaku serta pukul mudah dan
kekerasa kasur dan paham
n bantal tentang cara
3) memprak 4) Anjurkan mengontrol
tekkan pasien PK
latihan memasukka 5. Dengan
cara fisik n dalam peragaan
(tarik jadwal langsung
111
nafas kegiatan dan
dalam harian peragaan
serta 5) Anjurkan ulang
pukul pasien memungkin
kasur dan memasukka kan cara
bantal) n dalam mengontrol
jadwal PK dengan
harian latihan fisik
dilakukan
dengan
benar

1) Pasien Setelah 1x SP 2 Pasien 1. Penggunaa


dapat pertemuan Perilaku n obat
meng pasien mampu: Kekerasan merupakan
ontrol 1) Evaluasi bagian
atau 1) Jenis, kegiatan yang
meng guna, pukul bantal terpenting
endali dosis, pasien dalam
kan frekuensi secara pengendalia
perila , cara, teratur. Beri n gejala PK
ku kontinuit pujian dengan
keker as mengetahui
asan minum 2) Menjelaskan manfaat
denga obat itu cara dan akibat
n cara sendiri mengontrol tidak
minu 2) Pasien PK dengan minum obat
m mampu cara teratur akan
obat menggun minum obat menumbuh
denga akan obat a) Jelaskan kan
n baik sesuai pentingn motivasi
aturan ya pasien
minum untuk patu
obat 2. Agar
b) Jelaskan kegiatan
akibat pasien lebih
jika obat terarah dan
tidak terkontrol.
sesuai 3. Agar
dengan kegiatan
program lebih
c) Jelaskan terarah dan
akibat terkontrol
bila
putus
minum

112
obat
d) Jelaskan
cara
mendapa
tkan
obat/ber
obat
e) Jelaskan
cara
menggu
nakan
f) Obat
dengan
prinsip 6
benar
g) Latih
klien
minum
obat
secara
teratur
3) Memasukan
mengontrol
Halusinasi
dengan cara
teratur
minum obat
kedalam
jadwal
kegiatan
harian dan
berikan
pujian

1) Pasien Setelah 1x SP 3 Pasien 1. Kegiatan


dapat pertemuan Perilaku pasien
meng pasien mampu: Kekerasan terkontrol
ontrol mengontrol PK 1) Evaluasi 2. Menolak
atau dengan cara kegiatan dan
meng verbal (meminta, latihan fisik, meminta
endali menolak, dan obat dan serta
kan mengungkapkan beri pujian mengungka
PK dengan baik) 2) Melatih pkan
denga dengan kriteria : pasien cara perasaan
n cara 1) Pasien mengontrol dengan baik
verbal tidak PK secara dapat
113
(memi marah- verbal meminimali
nta, marah (meminta, sir
menol lagi jika menolak, munculnya
ak, perminta mengungkap PK
dan an kan dengan 3. Agar pasien
meng ditolak. baik) lebih
ungka 2) Pasien 3) Anjurkan terarah dan
pkan dapat pasien terkontrol.
denga mengung memasukka
n kapkan n dalam
baik) perasaan kegiatan
tanpa harian.
emosi
1) Pasien Setelah 1x SP 4 Pasien 1. Kegiatan
dapat pertemuan Perilaku pasien
meng pasien mampu: Kekerasan terkontrol
ontrol mengontrol PK 1) Evaluasi 2. Dengan
atau dengan cara kegiatan mendekatka
meng spiritual (shalat latihan fisik, n diri pada
endali dan berdoa) obat, dan penciptanya
kan menurut verbal pasien lebih
PK keyakinan pasien. Beri tenang
denga dengan kriteria: pujian 3. Agar
n cara 1) Efektifitas 2) Melatih kegiatan
spiritu cara yang pasien cara pasien lebih
al dipakai mengontrol terarah dan
(shala dalam PK dengaan terkontrol
t dan menyelesaik spiritual (2
berdo an masalah kegiatan)
a) 2) Pasien 3) Anjurkan
menur terlihat lebih pasien
ut tenang memasukka
keyak 3) Pasien lebih n kedalam
inan meningkatka jadwal
n diri pada kegiatan
penciptanya harian
Untuk
Keluarga
1) Kelua Setelah SP 1 Keluarga 1. Mening
rga dilakukan 1) Mendisk katkan
dapat interkasi usikan peran
mema keluarga mampu masalah serta
hami menjelaskan yang keluarga
tentan tentang PK dan dirasaka dalam
g PK cara merawat n merawat
dan anggota keluarga keluarga keluarga
114
cara dengan PK dalam dengan
mera merawat PK
wat pasien 2. Agar
anggo PK keluarga
ta 2) Menjelas paham
keluar kan akan
ga pengerti pengerti
denga an PK, an,
PK tanda tanda
dan dan
gejala gejala,
PK, serta serta
proses proses
terjadiny terjadin
a PK ya PK
3) Menjelas 3. Agar
kan cara keluarga
merawat mengeta
pasien hui cara
PK merawat
4) Menjelas pasien
kan PK
kepada 4. Agar
keluarga pasien
6 benar dapat
cara melatih
memberi pasien
kan obat dengan
5) Melatih latihan
keluarga fisik.
cara 5. Agar
memberi keluarga
kan/ paham
membim cara
bing merawat
pasien keluarga
minum dengan
obat PK
6) Menganj
urkan
keluarga
memban
tu pasien
ssesuai
memasu
kkan
115
sesuai
jadwal
dan
memberi
kan
pujian
1) Keluar Setelah SP 2 Keluarga 1. Kegiata
ga dilakukan 1) Mengevalua n
mamp interaksi si kegiatan keluarga
u keluarga mampu keluarga membi
meny merawat secara dalam mbing
ebutk langsung merawat/ pasien
an anggota keluarga melatih terkontr
cara dengan PK pasien ol
mera dengan fisik. 2. Agar
wat Memberikan keluarga
anggo pujian mengeta
ta 2) Melatih satu hui 6
keluar cara benar
ga merawat PK cara
denga dengan minum
n PK melakukan obat
kegiatan 3. Mening
fisik : tarik katkan
nafas dalam peran
dalam serta serta
pukul kasur keluarga
dan bantal dalam
3) Anjurkan merawat
keluarga keluarga
membantu dengan
pasien PK
memasukka 4. Agar
n sesuai keluarga
jadwal. Beri lebih
pujian paham
dalam
merawat
anggota
keluarga
dengan
PK
1) Keluar Setelah SP 3 Keluarga 1. Kegiata
ga dilakukan 1) Mengevalua n
mamp interaksi si kelgiatan keluarga
u keluarga mampu keluarga membi
116
meng merawat secara dalam mbing
etahui langsung merawat/ pasien
cara anggota keluarga membimbin terkontr
meng dengan PK g pasien ol
ontrol dengan fisik, 2. .Agar
halusi dan obat. keluarga
nasi Beri pujian mengeta
denga 2) Melatih hui
n cara keluarga membi
verbal cara mbing
membimbin pasien
g dengan dengan
bicara yang cara
baik bicara
3) Melatih yang
keluarga baik
cara 3. Agar
membimbin keluarga
g dengan mengeta
cara hui cara
spiritual membi
4) Anjurkan mbing
keluarga pasien
membantu dengan
pasien spiritual
memasukka 4. Agar
n sesuai kegiatan
jadwal dan pasien
memberikan lebih
pujian terarah
dan
terkontr
ol

1) Keluar Setelah SP 4 Keluarga 1. Kegiata


ga dilakukan 1) Mengevalua n
meng interaksi si kegiatan keluarga
etahui keluarga keluarga membi
follow mengetahui dalam mbing
up follow up pasien merawat/ pasien
pasien dan membantu meatih terkontr
denga membuat jadwal pasien ol
n PK klien dirumah dengan fisik, 2. Penyusu
obat, bicara nan
yang baik kegiatan
dan kegiatan secar
117
spiritual. teratur
Beri pujian dapat
2) Menjelaskan memini
follow-up ke malisir
RS/ PKM, muncul
tanda nya PK
kambuh, 3. Agar
rujukan kegiatan
3) Anjurkan pasien
keluarga lebih
membantu terarah
pasien dan
sesuai terkontr
jadwal dan ol
memberikan
pujian
(Keliat,20

Diagnos
N a Kriteria
Tujuan Intervensi Rasional
o Keperaw Hasil
atan
Untuk
Pasien
3 Defisit Pasien Setelah 1x Diskusikan tentang 1. Denga
Perawata Mampu: pertemuan kebersihan diri n
n Diri 1) Pasien pasien dengan cara: diskusi
(DPD) mamp mampu: 1. Jelaskan membe
u 1) Mam pentingnya ri
melaku pu kebersihan diri kesadar
kan menj 2. Cara menjaga an
kebersi elask kebersihan diri bahwa
han an 3. Jelaskan cara dan dirinya
diri penti alat kebersihan memili
secara ngny diri ki
mandir a 4. Bantu pasien sesuatu
118
i keber mempraktekkan yang
sihan cara menjaga dapat
diri kebersihan diri dibang
2) Mam 5. Menganjurkan gakan
pu memasukan 2. Agar
mela dalam jadwal pasien
kuka kegiatan harian menget
n dan beri pujian ahui
cara cara
mera yang
wat benar
diri dalam
deng menjag
an a
keber kebersi
sihan han diri
diri 3. Membe
ri
motiva
si dan
rasa
tanggu
ng
jawab
pada
pasien
untuk
melaks
anakan
kegiata
n
dengan
teratur
1) Pasien Setelah 1x SP 2 Pasien DPD 1. Menget
mamp pertemuan 1. Mengevaluasi ahui
u pasien yaitu cara atau
melaku mampu: menjaga menilai
kan 1. Mampu kebersihan diri sejauh
berhias menjelas 2. Menjelaskan mana
atau kan cara kegiata
berdan pentingny berdandan dan n sudah
dan a berhias dilaksa
secra berdanda 3. Bantu pasien nakan
baik n atau mempraktekka 2. Agar
berhias n cara pasien
2. Mampu berdandan menget
119
melakuka atau berhias ahui
n cara dengan cara
merawat tindakan: berdan
diri a) Untuk dan
dengan pasien laki- atau
berdanda laki latihan: berhias
n atau (1) Berpakai dengan
berhias an baik
(2) Menyisir 3. Pasien
rambut menget
(3) Bercukur ahui
b) Untuk pasien cara
perempuan berpak
latihan: aian,
menyis
(1) Berpakai ir
an rambut
(2) Menyisir dengan
rambut benar
(3) Berhias 4. Membe
4. Menganjurkan rikan
memasukan motiva
dalam jadwal si dan
kegiatan rasa
harian dan beri tanggu
pujian. ng
jawab
pada
pasien
untuk
melaks
anakan
kegiata
n yang
teratur
1) Pasien Setelah 1x SP 3 Pasien DPD 1. Menget
mamp pertemuan 1. Evaluasi kegiatan ahui
u pasien yang lalu cara atau
melaku mampu: menjaga menilai
kan 1. Mampu kebersihan diri sejauh
makan menjelas dan berdandan mana
dan kan atau berhias yang kegiata
minum pentingny benar n sudah
dengan a makan 2. Jelaskan cara dilaksa
baik dan makan dan minum nakan
minum dengan baik 2. Denga
120
yang baik 3. Bantu pasien n
2. Mampu mempraktekkan penjela
melakuka cara makan yang san
n cara baik dengan dapat
merawat tindakan: mening
diri a) Menjelaskan katkan
dengan cara pemah
makan mempersiap aman
dan kan makan pasien
minum dan minum tentang
yang baik b) Menjelaskan cara
cara makan makan
dan minum dan
yang tertib minum
c) Menjelaska yang
n cara baik
merapikan 3. Mamp
peralatan u
makan dan mempr
minum aktekk
setelah an dan
makan dan menjad
minum ikan
d) Praktekkan makan
makan dan dan
minum minum
sesuai yang
dengan baik
tahapan sebagai
makan dan kegiata
minum yang n yang
baik dilakuk
4. Menganjurkan an
memasukan dengan
dalam jadwal teratur
kegiatan harian 4. Denga
dan beri pujian. n
jadwal
membe
rikan
motiva
si dan
rasa
tanggu
ng
jawab
121
pada
pasien
untuk
melaks
anakan
kegiata
n
dengan
tertur
1. Pasien Setelah 1x SP 4 Pasien DPD 1. Menget
mamp pertemuan 1. Evaluasi kegiatan ahui
u pasien yang lalu cara atau
melaku mampu: menjaga menilai
kan 1. Mampu kebersihan diri sejauh
defeka menjelas dan berdandan mana
si atau kan atau berhias yang kegiata
berke pentingn benar dan makan n sudah
mih ya BAB dan minum yang dilaksa
secara dan BAK baik nakan
mandir secara 2. Jelaskan cara 2. Denga
i mendiri BAB dan BAK n
2. Mampu secara mendiri penjela
melakuk 3. Bantu pasien san
an cara mempraktekkan dapat
merawat cara BAB dan mening
diri BAK secara katkan
dengan mendiri dengan pemah
BAB dan tindakan: aman
BAK a) Menjelaskan pasien
secara tempat tentang
mendiri BAB/BAK cara
yang sesuai BAB
b) Menjelaskan dan
cara BAK
membersikan secara
diri setelah mendir
BAB/BAK i
c) Menjelaskan 3. Mamp
cara u
membersikan mempr
tempat aktekk
BAB/BAK an dan
4. Menganjurkan menjad
memasukan ikan
dalam jadwal BAB
kegiatan harian dan
122
dan beri pujian. BAK
secara
mendir
i
sebagai
kegiata
n yang
dilakuk
an
dengan
teratur
4. Denga
n
jadwal
membe
rikan
motiva
si dan
rasa
tanggu
ng
jawab
pada
pasien
untuk
melaks
anakan
kegiata
n
denga
tertur

Untuk Keluarga
Keluarga Setelah 1x SP 1 Keluarga DPD 1. Dengan
mampu: pertemuan 1. Mendiskusikan penyulu
1. Melaku Keluarga masalah keluarga han
kan mampu: dalam merawat dapat
perawa 1. Mengide pasien dirumah melibatk
tan ntifikasi 2. menjelaskan an
kepada masalah tentang pengertian, keluarga
pasien dan tanda gejala dalam
dengan menjelas kurang perawatan meningk
baik kan cara diri, jenis kurang atkan
2. Membi merawat perawatan diri kemamp
mbing pasien yang dialami klien uan
123
pasien kurang serta proses keluarga
untuk perawata terjadinya untuk
menjag n diri 3. Menjelaskan cara- merawat
a 2. Mampu cara merawat klien klien
kebersi memprak dengan kurang sehingg
han diri tekkan perawatn diri a
cara 4. Melatih keluarga meningk
merawat cara merawat atkan
pasien kebersihan diri perawat
kurang 5. Menganjurkan an diri
perawata membantu pasien klien.
n diri sesuai jadwal dan 2. Member
berikan pujian i
kesempa
tan
keluarga
mengun
gkapkan
masalah
keluarga
dalam
merawat
klien
dirumah
3. Mening
katkan
pengeta
huan
dan
kemamp
uan
keluarga
untuk
mengen
al
masalah
yang
dialami
klien
4. Member
ikan
pemaha
man dan
meningk
atkan
kemamp
124
uan
cara-
cara
merawat
klien.
Setelah SP 2 Keluarga DPD 1. Mengeta
pertemuan 1. Mengevaluasi hui
keluarga kegiatan keluarga pemaha
mampu: dalam merawat man
Mempraktek dan melatih klien keluarga
kan cara dalam kebersihan dalam
merawat diri merawat
pasien 2. Membimbing dan
kurang keluarga melatih
perawatan membantu klien pasien
diri berdandan dalam
3. Menganjurkan kebersih
membantu klien an diri
sesuai jadwal dan 2. Menam
beri pujian bah
pengeta
huan
keluarga
3. Keluarg
a
mengeta
hui cara
memban
tu klien
berdand
an
4. Keluarg
a dapat
memoti
vasi
klien
untuk
cepat
sembuh
Setelah 1 x SP 3 Keluarga DPD 1. Mengeta
pertemuan 1. Mengevaluasi hui
keluarga kegiatan keluarga pemaha
mampu: dalam merawat man
Mempraktek dan melatih klien keluarga
kan cara dalan kebersihan dalam
merawat diri dan berdandan merawat
125
pasien 2. Membimbing dan
kurang keluarga dalan
perawatan membantu klien kebersih
diri makan dan minum an diri
yang baik dan
3. Menganjurkan berdand
membantu pasien an
sesuai jadwal dan 2. Keluarg
beri pujian a
mengeta
hui cara
memban
tu klien
makan
dan
minum
yang
baik
3. Keluarg
a dapat
memoti
vasi
klien
untuk
cepat
sembuh

Setela SP 4 Keluarga DPD 1. Mengeta


pertemuan 1. Mengevaluasi hui
keluarga kegiatan keluarga pemaha
mampu dalam merawat man
melaksanaka dan melatih pasien keluarga
n follow up dalan kebersihan dalam
pasien diri, berdandan merawat
setelah danmakan dan dalan
pulang minum yang baik kebersih
2. Membimbing an diri,
keluarga merawat berdand
dan membantu an
pasien BAB/BAK danmak
yang baik an dan
3. Menjelaskan minum
follow up ke yang
PKM, tanda baik
kambuh, dan 2. Agar
rujukan pengoba
126
4. Menganjurkan tan tidak
membantu pasien putus
sesuai jadwal dan 3. Keluarg
beri pujian a dapat
memoti
vasi
klien
untuk
cepat
sembuh

(Keliat, 20
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profil Lahan Praktek

RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang adalah satu-satunya RSJ pemerintah

yang ada di Sumatera Barat, rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit tipe A

terletak di jalan raya Ulu Gadut Kecamatan Limau Manis Padang. RSJ

menangani pasien yang mengalami penyakit kejiwaan sejak tahun 1932. RSJ

Prof. H.B. Sa’anin Padang mempunyai kapasitas 314 tempat tidur. RSJ

mengutamakan pengalaman yang ramah, cepat, tepat dan terbaik dengan jenis

pelayanan rawat jalan, rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya. RSJ

Prof. H.B. Sa’anin Padang di pimpin seorang direktur yang bernama Drg.

Ernovia, M.Kes, yang mempunyai tenaga kerja sebanyak 371 orang untuk

melaksanakan pelayanan. RSJ Prof. H.B. Sa’aninPadang mempunyai tenaga

kerja PNS sebanyak 249 orang yang terdiri dari, tenaga medis 15 orang,

tenaga paramedic 102 orang dan tenaga non medis 132 orang, sedangkan

127
tenaga PNS/PTT sebanyak 122 orang yang terdiri dari, tenaga medis 4 orang,

tenaga paramedic 56 orang dan tenaga non medis 62 orang.

RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang menyediakan beberapa unit pelayanan

yaitu, unit rawat jalan terdiri dari, klinik dewasa, klinik anak dan remaja,

klinik LASATO, klinik psikologi, klinik penyakit dalam, klinik rehabilitas

medic, klinik penyakit anak, klinik gigi mulut, klinik penyakit umum,

pelayanan IPWL, pelayanan VCT HIV-psikiatri AIDS dan pelayanan IGD 24

jam (Psikiatri & Non Psikiatri). Sedangkan pelayanan rawat inap terdiri dari,
128
rawat inap A dan B, rawat inap anak dan remaja, pelayanan rehabilitasi

mental (terapi kerja, olahraga dan rohani) dan pelayanan rehabilitasi napza.

RSJ Prof. H.B. Sa’anin padang juga mempunyai pelayanan penunjang lainnya

yaitu, pelayanan psikometri, test IQ, test minat bakat, elektromedik

(EEG&ECT), rehabilitas medic (fisioterapi, terapi wicara dan terapi okupasi),

farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, laundri dan diklat. Sedangkan

pelayanan unggulan yang dimiliki adalah, pelayanan klinik lasato (layanan

jiwa anak & remaja saiyo sakato), pelayanan korban penyalahgunaan

NAPZA, rehabilitas rawat jalan/IPWL, rehabilitas rawat inap, dan klinik VCT

(volunteer conseling and testing) HIV/AIDS.

B. Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait Peminatan

Penulis mengambil klien kelolaan Tn.Z yang berusia 44 tahun tinggal

di kota Padang dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid. Penulis

melakukan pengkajian data menggunakan metode wawancara dan

mengobservasi klien dari segi penampilan, pembicaraan dan perilaku klien.

128
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari suatu keperawatan.

Penulis memberikan asuhan keperawatan kepada Tn.Z dengan diagnosa

Gangguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran di RSJ Prof. H.B.

Sa’anin padang menggunakan proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap

yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,

implementasi dan evaluasi di mana proses keperawatan tersebut merupakan

sebuah konsep yang dikembangkan oleh Fortinash (1995) Yusuf (2015).

Penulis mengambil hal ini sebagai masalah utama karena pada saat

pengkajian tanda dan gejala yang muncul lebih banyak merujuk ke masalah

keperawatan Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran. Hal ini

sesuai dengan pendapat Carpenito (1998) dimana perioritas diagnosa adalah

diagnosa keperawatan yang bila tidak diatasi sekarang akan mengganggu

kemajuan untuk mencapai hasil atau secara negatif mempengaruhi status

fungsional klien.

Hasil pengkajian pada tanggal 17 Mei 2022 klien mengatakan

mendengar suara-suara yang membisikan di kedua telinganya yaitu “aku

mencintaimu, jangan pernah tinggal kan aku, jangan menikah dengan wanita

lain sekalin aku, jika kamu melanggar kamu akan tau akibatnya”. Suara-suara

itu sering muncul pada tengah malam disaat orang tertidur lelap dan suasana

yang sunyi, Klien menjadi ketakutan, menutup telinga, dan tampak berjalan

mondar-mandir. Dalam penelitian Retno (2013) mengatakan bentuk

halusinasi pendengaran bisa berupa suara-suara bising atau mendengung.

Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat

129
yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghabiskan respon-

respon tertentu seperti bicara-bicara sendiri, mulut komat kamit, marah marah

tanpa sebab atau respon lain yang membahayakan.

Halusinasi pendengaran merupakan hilangnya kemampuan seseorang

dalam membedakan ransangan internal atau fikiran dengan ransangan

eksternal (dunia luar), yang ditandai dengan marah-marah tanpa sebab akibat

mendengar suara-suara berupa sensasi palsu (Keliat, 2011). Faktor

predisposisi halusinasi pendengaran meliputi stress lingkungan berupa

kehilangan, peristiwa besar, ketegangan peran dan perubahan fisiologi

(Stuart, 2013).

Menurut analisa peneliti suara-suara yang didengar oleh klien

merupakan gangguan persepsi klien terhadap orientasi realita dimana klien

memberikan respon terhadap lingkungan tanpa ada objek atau ransangan yang

sebenarnya hal tersebut tidak ada atau tidak nyata. Penyebab timbulnya

halusinasi pada klien diduga salah satunya karena koping individu yang tidak

efektif, perasaan tidak berharga/harga diri rendah dan isolasi sosial. Ini sesuai

dengan teori dari Stuart (2013), ambang terhadap toleransi stress yang

berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya

gangguan prilaku. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neorobiologik

yang maladaptif yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan

prilaku individu.

Faktor presipitasi halusinasi menurut Stuart (2013) yaitu faktor

biologis, lingkungan, sikap dan prilaku individu. Analisis penulis klien

130
mengalami halusinasi yaitu akibat faktor perilaku dimana klien pernah

mendapat penolakan dari lawan jenisnya sedangkan koping individu klien

yang tidak efektif dalam menangani masalah sehingga menimbulkan perasaan

rendah diri, perilaku maladaptif yang dapat menimbulkan perilaku gejala dan

fikiran halusinasi.

Menurut teori (Keliat, 2011) halusinasi pendengaran dapat diatasi

dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi non farmakologi

lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping

menggunakan proses fisiologi (Zikria, 2012). Salah satu terapi non

farmakologi yang efektif adalah terapi modalitas. Terapi modalitas bertujuan

untuk mengembalikan realita, terapi modalitas ini salah satunya yaitu dengan

memberikan terapi okupasi dengan menanam kepada pasien halusinasi

pendengaran. Selain itu pada pelaksanaan terapi okupasi berkebun diberikan

reinforcement positif atas upaya yang telah berhasil dilakukan pasien. Tujuan

dilakukan terapi ini adalah meminimalkan interaksi pasien dengan dunianya

yang tidak nyata, membangkitkan pikiran, emosi, atau emosi yang

mempengaruhi perilaku sadar, dan memotivasi kegembiraan dan hiburan, tidak

dimaksudkan untuk memberikan, tetapi mengalihkan pasien dari halusinasi yang

dialami, serta Tidak fokus pada halusinasi pasien (Fitri, 2019).

Menurut analisa peneliti, penulis menemukan kesamaan antara teori

dan kasus, serta halusinasi pendengaran pasien disebabkan pasien tidak mau

berhubungan atau berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya dan pasien lebih

suka menyendiri sehingga menyebabkan pasien berhalusinasi. Penulis sudah

melakukan intervensi keperawatan kepada pasien sesuai dengan strategi


131
pelaksanaan pasien dengan halusinasi dan pasien dapat mengontrol

halusinasinya sesuai dengan penelitian sebelumnya dan didapatkan hasil

bahwa pasien merasa lebih termotivasi dan tenang, pasien mampu

mengalihkan perhatiannya dari suara-suara tersebut. Pada penelitian ini

penulis fokus ke SP 4 halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal dengan

memberikan terapi okupasi menanam sebagai bahan analisis, sehingga dapat

memberikan perubahan gejala halusinasi dan dapat mengontrol halusinasinya.

Berdasarkan diagnosa keperawatan utama yang diangkat pada Tn.Z

yaitu Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran. Seseorang yang

mengalami halusinasi akan menunjukan beberapa perubahan dalam berbagai

segi yaitu: segi fisik, emosi, intelektual, sosial, spiritual. Tanda dan gejala

yang dialami pada halusinasi pendengaran yaitu berbicara dan tertawa sendiri,

marah marah tanpa sebab, menyedengkan telinga ke arah tertentu, menutup

telinga, mendengar suara-suara kegaduhan, mendengar suara-suara yang

mengajak bercakap-cakap, dan mendengar suara menyuruh melakukan

sesuatu yang berbahaya.

Hal ini memperkuat hasil penelitian Rosalina (2016) yang

menunjukan bahwa jenis halusinasi yang mendominasi yaitu halusinasi

pendengaran. Gejala-gejala yang dialami oleh klien berupa mendengar suara-

suara bising, gaduh, dan menyuruh-nyuruh yang tidak jelas. Suara itu muncul

terutama saat klien sedang sendiri, dengan frekuensi 2-3 kali sehari, waktu

muncul bisa siang, malam ataupun pada pagi hari. Jika suara itu muncul klien

132
mengatakan membagunkan semua orang didalam rumahnya yang sedang

tidur lelap di tengah malam.

Diagnosa yang kedua penulis angkat yaitu Isolasi Sosial, diagnosa ini

ditegakkan berdasarkan data Subjektif: Pasien mengatakan jarang melakukan

aktivitas diluar rumah, Pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan sosial di

lingkungan masyarakat, Pasien mengatakan tidak mau berkomunikasi dengan

teman selama di rawat di rumah sakit . suka menyendiri, dan tidak mau

bergabung dengan temannya. Data Ojektif:Klien tampak suka menyendiri,

Klien tampak tidak mau bergabung dengan temannya, klien tampak sering

termenung, klien tampak banyak tidur.

Selain itu dalam menegakkan daftar diagnosa keperawatan pada Ny Y

penulis menemukan kesesuaian antara teori dengan kasus, dimana menurut

Keliat (2011), Perumusan diagnosa keperawatan jiwa mengacu pada pohon

masalah yang sudah dibuat. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi dapat

dirumuskan diagnosa keperawatan yaitu, Perilaku Kekerasan, Gangguan

Persepsi sensori: Halusinasi, isolasi sosial dan resiko perilaku kekerasan. Jadi,

diagnosa yang ketiga yang diangkat adalah resiko perilaku kekerasan sesuai

dengan pohon masalah yang ada di teoritis.

Rencana tindakan disusun berdasarkan data yang di peroleh sesuai

dengan pengkajian (Keliat, 2011). Rencana keperawatan yang penulis

lakukan sama dengan landasan teori, karena rencana tindakan keperawatan

tersebut telah sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur) yang telah

ditetapkan.Pada kasus diatas didapatkan diagnosa keperawatan adalah

133
halusinasi, harga diri rendah, resiko perilaku kekerasan, dan defisit perawatan

diri, tetapi diagnosa utama pada kasus ini adalah halusinasi pendengaran yang

berfokus pada Strategi Pelaksanaan (SP) ke 4 yaitu melakukan kegiatan

terjadwal dengan memberikan terapi okupasi menanam. SP pada klien dengan

halusinasi ada 4 yaitu: SP 1: Mengontrol halusinasi dengan menghardik. Sp 2:

Mengontrol halusinasi dengan dengan cara minum obat. SP 3: Mengontrol

halusinasi dengan cara bercakap-cakap. SP 4: mengontrol halusinasi dengan

kegiatan terjadwal dengan melakukan terapi okupasi menanam (Keliat, 2014).

Rencana tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien adalah SP

1-4. Hal ini yang menjadi fokus penelitian adalah SP 4 yaitu kegiatan

terjadwal dengan cara mengisi kegiatan dengan memberikan terapi okupasi

menanam. Waktu pemberian Terapi okupasi menanam selama 14 yang terdiri

dari 4 tahap yaitu; tahap persiapan, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap

terminasi. Implementasi berfokus pada core problem yaitu halusinasi

pendengaran dilakukan selama 14 hari. Dengan pemberian terapi okupasi

menanam dapat menurunkan gejala halusinasi pasien yang awalnya 2-3 kali

menjadi 1 kali dan tidak sama sekali.

Terapi okupasi adalah ilmu dan seni yang mengarahkan partisipasi

seseorang dalam melakukan tugas tertentu. Terapi okupasi merupakan salah

satu bentuk psikoterapi suportif berupa kegiatan yang menciptakan

kemandirian manual, kreatif, dan edukatif untuk beradaptasi dengan

lingkungan dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental pasien. Terapi

okupasi berfokus pada mengenali keterampilan yang masih tersedia bagi

134
seseorang, dan mempertahankan atau meningkatkannya bertujuan untuk

membentuk orang tersebut menjadi orang yang mandiri yang tidak

bergantung pada bantuan eksternal (Purwanto, 2009).

Kegiatan penanaman yang dilakukan meminimalkan interaksi pasien

dengan dunianya yang tidak nyata, membangkitkan pikiran, emosi, atau

emosi yang mempengaruhi perilaku sadar, dan memotivasi kegembiraan dan

hiburan, tidak dimaksudkan untuk memberikan, tetapi mengalihkan pasien

dari halusinasi yang dialami, serta Tidak fokus pada halusinasi pasien (Fitri,

2019). Kegiatan Berkebun atau menanam merupakan salah satu cara yang

dapat dijadikan sebagai alternatif rekreasi yang cocok untuk kegiatan gaya

hidup sehat

Hasil jurnal penelitian Ahmad Ridfah,Dkk,(2021) Setelah dilakukan

Terapi Okupasi “Menanam” pada Pasien Jiwa RSKD Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan didapatkan hasil bahwa pasien menyukai aktivitas menanam dan

menyiram tanaman. Pasien merasa seperti berada di lingkungan pada

umumnya karena pasien merasakan kembali perasaan sebelum berada di

lingkungan rumah sakit. Pasien juga mengaku bahwa kegiatan yang

dilakukan membuat mereka bersemangat karena sebelum kegiatan terapi

okupasi dilakukan pasien hanya berdiam diri di bangsal.

Hasil jurnal Sugeng Mashudi,Dkk,(2020) menunjukkan bahwa

peserta memahami bentuk perbaikan pendrita gangguan jiwa, penurunan

tingkat kekambuhan gangguan jiwa serta aktifitas positif penderita gangguan

jiwa yang meningkat. Sebaiknya kegiatan ini dilakukan secara rutin oleh

135
petugas kesehatan sebagai tindak lanjut bagi masyarakat dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan keluarga serta pendrita skizofrenia yang

optimal.

Hasil jurnal penelitian Niken pada tahun (2019), menunjukan

sebagian besar gejala halusinasi pendengaran pada klien halusinasi

pendengaran setelah diberikan terapi okupasi menanam paling banyak dalam

kategori ringan dengan jumlah responden 12 responden dengan persentase

44,4%. Terjadi penurunan gejala halusinasi pendengaran setelah diberikan

terapi okupasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan I Wayan Candra Dkk (2013)

hasil penelitian ditemukan bahwa setelah diberikan terapi okupasi aktivitas

menggambar sebagian besar yaitu ringan dengan 21 responden (70,0%)

mengalami penurunan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni

Made Wijayanti Dkk (2012) terapi okupasi aktivitas waktu luang terhadap

perubahan gejala halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia dengan

hasil p=0,000 yang berati ada pengaruh terapi okupasi aktivias waktu luang

terhadap gejala halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia. Hasil

penelitian lainnya I Wayan Candra Dkk (2013) terapi okupasi aktivitas

menggambar terhadap perubahan halusinasi pada pasien skizofrenia dengan

hasil p=0,000.

Hasil penelitian menurut Niken (2019) menunjukan sebelum diberikan

terapi okupasi aktivitas berkebun gajala halusinasi pendengaran yang dialami

pasien halusinasi pendengaran sebagaian besar berada dalam kategori sedang.

136
Hal ini disebabkan karena halusinasi pendengaran menyebabkan pasien

mengalami ketidakmampuan atau kerusakan dalam hubungan sosialnya

sehingga pasien hidup dialamnya sendiri, berinteraksi dengan pikirannya

yang diciptakan sendiri, seolah- olah semuanya menjadi sesuau yang nyata

sehingga responden tidak dapat mengalihkan dan mengontrol halusinasi yang

dialaminya.

Terjadi penurunan gejala halusinasi pendengaran yang dialami setelah

diberikan terapi okupasi, karena pasien mampu melakukan aktivitas dengan

baik pada saat pelaksanaan terapi. Keadaan demikian mempengaruhi pasien

lain tetap fokus dan menikmati aktivias yang diberikan untuk mengikuti

teman sekelompoknya sehingga halusinasi dapat dialihkan. Hal ini sesuai

dengan Herman (2011) Aktivitas dalam okupasi terapi hanya media, tidak

untuk menyembuhkan. Peranan terapi tersebut sebagai penghubung antara

batin klien dengan dunia luar, berhubungan dengan tujuan pekerjaan dan

dapat meningkatan kemampuan klien bersosialisasi dalam kelompok terapi.

137
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang dilakukan terhadap Tn.Z maka dapat

disimpulkan beberapa pembahasan yaitu:

1. Pengkajian

Pada pengkajian ditemukan tanda dan gejala gangguan persepsi sensori:

Halusinasi pendengaran pada Tn.Z yaitu klien mengatakan mendengar

suara-suara yang membisikan di kedua telinganya dengan kalimat aku

mencintaimu, jangan pernah tinggal kan aku, jangan menikah dengan

wanita lain sekalin aku, jika kamu melanggar kamu akan tau akibatnya”

kadang suara itu mengajak klien untuk pergi jalan-jalan keluar rumah.

Suara-suara itu sering muncul pada tengah malam disaat orang tertidur

lelap dan suasa sunyi. Klien menjadi ketakutan, menutup telinga, dan

berjalan mondar-mandir. Pada saat interaksi pasien kadang bicara sendiri

dengan nada suara yang sangat pelan, saat ditanya pasien menyangkal.

2. Analisa data dan diagnosa keperawatan

Dalam menegakkan diagnosa keperawatan ditemukan kesamaan antara

teori dan kasus, adapun diagnosa secara teori (Keliat, 2015) ditemukan 3

diagnosa yaitu Gangguan persepsi sensori: Halusinasi(core problem),

Isolasi sosial(cause), dan Resiko perilaku kekerasan (effect). Sedangkan

diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada Tn.Z Y ada 4 yaitu

138
139
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran, harga diri rendah,

Resiko Peilaku kekerasan, dan Defisit Perawatan Diri.

3. Intervensi keperawatan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.Z dengan Gangguan

Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran meliputi tujuan umum yaitu

dapat mengontrol halusinasi. Rencana keperawatan ini dilakukan pada

Strategi Pelaksanaan (SP) 4 yaitu melakukan kegiatan terjadwal dengan

memberikan terapi okupasi menanam.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Pendengaran disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun.

Penulis melakukan implementasi pada Tn.Z selama 6 hari.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang penulis lakukan pada Tn.Z berdasarkan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan bahwa pasien mampu mengontrol

halusinasi sesuai dengan strategi pelaksanaan (SP) pasien dengan

halusinasi.

6. Analisis Aplikasi Evidance Based Practice

Hasil analisis pemberian terapi menanam berkebun untuk mengontrol

halusinasi dimana pasien mampu mengonrtol halusinasi, lebih tenang, bisa

mngendalikan emosi dan bisa melakukan aktivitas luang yang bermanfaat

dengan melakukan kegiatan terjadwal terapi okupasi menanam serta

adanya pengaruh yang signifikan setelah diberikan terapi okupasi

139
menanam untuk mengontrol halusinasi dengan frekuensi halusinasi dari 2-

3 kali sehari berkurang dalam waktu 14 hari menjadi 1 kali dan bahkan

tidak sama sekali berhalusinasi.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Agar penulis dapat memperdalam pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu

yang telah diperoleh selama di perkuliahan dalam penerapan asuhan

keperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran dan dapat menerapkan asuhan keperawatan jiwa dalam

praktek keperawatan.

2. Bagi Klien dan Keluarga

Agar keluarga mampu memahami dan dapat merawat anggota keluarga

dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.

a. Bagi klien

Diharapkan klien mampu melakukan secara mandiri atas tindakan

keperawatan yang telah dilatih kepada pasien.

b. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan pada pasien

dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi.

3. Bagi RSJ Prof.H.B. Sa’anin Padang

Selaku pemberi pelayanan dalam asuhan keperawatan di rumah sakit,

maka perlu meningkatkan sistem pelayanan supaya pasien dapat

mendapatkan pelayanan yang memuaskan.

140
4. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Dapat dijadikan dalam penelitian pada klien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi pendengaran dan sebagai sumber bacaan atau referensi

untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya klien

dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar peneliti selanjutnya mengetahui bagaimana cara merawat pasien

dengan halusinasi pendengaran dan dapat dikembangkan dalam

penyusunan Karya Ilmiah Ners selanjutnya.

141
DAFTAR PUSTAKA

Alisa, Fitria.2020. Panduan praktek dan Penulisan Kaya Ilmiah Ners ( KIN ).
Mercubaktijaya Press: padang
Angggraini, Karina, (2014). Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia di RSJ DR.
Aminogondohutomo.
Arifiana. (2010). Asuhan Keperawatan Halusinasi. (Online) (http://digilb.
Unimus.ac.id/gdl.php?mod=brows&0p=read&id)
Bahrudin, M. (2010). Pengaruh Stimulasi Terhadap Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia di RS Jiwa Dr. Radjiman
Wediodininggrat Lawang. 111. (3). 109- 112
Benhard Rudyanto Sinaga. (2007). Skizofrenia & Diagnosis Banding. Jakarta :
FKUI
Feri Agus Triyani ,Meidiana Dwidiyanti ,Titik Suerni.(2019). Gambaran Terapi
Spiritual Pada Pasien Skizofrenia : Literatur ReviewJurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 19 – 24. ISSN 2621-2978 (media
online)
Fitri, N. Y. (2019). Pengaruh Terapi Okupasi terhadap Gejala Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Rawat Inap di Yayasan
Aulia Rahma Kemiling Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti
Lampung, 7(1), 33. https://doi.org/10.47218/jkpbl.v7i1.58
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Haryanto, Sentot. (2017). Psikologi Sholat.Yogyakarta: Mitra Pustaka
Huguelet, P. et al., (2006). Spirituality and religious practices among outpatients
with schizophrenia and their Clinicians. Psychiatric Services, 57(3), 366-
372.

142
Huguelet, P. et al., (2007). Effect of religion on suicide attempts in outpatients
with schizophrenia or schizo-affective disorders compared with inpatients
with non-psychotic disorders. European Psychiatry, 22, 188-194
Keliat, Budi A dan Akemat. (2011). Model praktik keperawatan jiwa.
EGC: Jakarta
Keliat, Budi Ana. 2014. Proses Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta
Kusumawati, farida dan yudi hartono. (2010). Buku ajar keperawatanjiwa.
Salemba medika : Jakarta
Kristiadi, Y., Rochmawati, HD., Sawab. (2015). Pengaruh aktivitas terjadwal
terhadap terjadinya halusinasi di RSJ DR Aminogondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/
view/471Diakses 24 Juni 2020.

Mashudi, S., Nasriati, R., & Octaviani, E. (2020). Terapi Okupasi Sebagai Sarana
Peningkatan Kesehatan Jiwa Penderita Skizofrenia. Jurnal Abdidas, 1(5),
313–317. https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i5.62

Nasir abdul dan abdul muhit. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa : pengantar
dan teori. Salemba medika : Jakarta

Nining Nur Safitri, Weni Hastuti, Wijayanti, (2019). Upaya Penerapan Aktivitas
Terjadwal Dengan Terapi Spiritual Pada Pasien Gangguan Halusinasi
Sensori di Bangsal Sena RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Jurnal
Keperawatan
Prabowo, Eko.(2014).Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Putu Agus Windu Yasa Bukian, Gede Nur Widya Putra. (2018) Pengaruh Terapi

Spiritual Gayatri Mantram Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol


Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Tahun 2018. Jurnal
Kesehatan MIDWINERSLION Vol. 3, No. 2. Di akses pada tanggal 29
Juni 2020

143
Ridfah, A., Wardiman, S. L., Rezkiyana, T., M, V. F. A., Azizah, W. N.,
Hasianka, Z., Psikologi, F., & Makassar, U. N. (2021). Penerapan Terapi
Okupasi “ Menanam ” Pada Pasien Jiwa RSKD Dadi Provinsi Sulawesi
Selatan. Jurnal Hasil Pengabdian Masyarakat, 1(1), 1–5.
https://ojs.unm.ac.id/IPTEK/article/view/25623

Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Sa’anin Padang, 2019, Laporan
Tahunan Rumah Sakit JIwa Provinsi Sumatera Barat, Padang.
Riskesdas.(2018). Data Riset Kesehatan Dasar Jiwa. Jakarta
Rosmarin, D. et al., (2013). Religious coping among psychotic patients:
Relevance to suicidality and treatment outcomes. Psychiatry Research,
210, 182–187.
Suryani, Ulfa, (2019). Panduan Umum Praktek Profesi Keperawatan Jiwa, Mcb.
Padang
Stuart & Laraiia. (2011). Mental Health Nursing Principle And Practice.
Eidenburgh: Mosby
Susana, SA.,Hendarsih S, (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Jakarta : EGC
Sari,SP&Wijayanti,DY, (2014).Keperawatan Spiritual pada Pasien
Skizofrenia.https://www.researchgate.net/publication/327302413_Spiritual
ity_ Nursing_among_Patients_with_Schizo phrenia
Septriani,Kadek V et al.(2018). Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual Dengan Tingkat mental Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa.
JIKJ Vol.1 No 2, Hal 69-75.ISSN 2621-2978
Sari, NY., Antoro, B., Pita Stevani, NG. (2019). Pengaruh Terapi Okupasi
Terhadap Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran.Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung.
http://ejournal.pancabhakti.ac.id/index.php/jkpbl/article/view/58/50
Diakses 22 Juni 2020.
Townsend. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Psikiatrik
(terjemahan). Jakarta : EGC
Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta : CV. Trans Info
Media

144
Wijayanti, NM., Candra, W., Rupawan, DM. (2014). Terapi Okupasi Aktivitas
Waktu Luang Terhadap Perubahan Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Skizofrenia.www.poltekkes-denpasar.ac.id.Diakses 6 maret 2018.
World health organization. (2019). Mental disorder. www.who.int diakses 22 Juni
2020.
Yosep, iyus. (2013) Keperawatan jiwa. PT Refika Aditama :

145
Lampiran 2 Analisa PICO

Nama : Ressa Novihendri, S.Kep

NIM : 21131193

Ruangan : Wisma Merpati RSJ. Prof. H.B. Sa’anin Padang

A. Pertanyaan Klinis

Tabel Analisis PICO

Unsur PICO Analisis Kata Kunci


P (Problem) Kemampuan mengontrol Halusinasi
halusinasi
I (Intervention) Terapi okupasi menanam Okupasi Menanam
C (Comparison) - -
O ( Outcome) Terapi Okupasi Menanam Okupasi Menanam
Terhadap Perurunan Dan Halusinasi
Gejala Halusinasi

1. Temuan Penelusuran EBN 1


Judul Artikel : Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Gejala
Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Rawat Inap Di Yayasan Aulia Rahma
Kemiling Bandar Lampung

Referensi : Fitri, N. Y. (2019). Pengaruh Terapi Okupasi


terhadap Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Halusinasi Pendengaran Rawat Inap di Yayasan
Aulia Rahma Kemiling Bandar Lampung. Jurnal
Kesehatan Panca Bhakti Lampung, 7(1), 33.
https://doi.org/10.47218/jkpbl.v7i1.58

147
Peneliti Niken Yuniar Sari, Budi Antoro, Niluh Gede Pita
Setevani
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif, menggunakan design eksperimen
dengan rancangan penelitian preksperiment
dengan pendekatan one group pretest-postest
design. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien halusinasi pendengaran di
Yayasan Aulia Rahma, Kemiling Bandar
Lampung dengan jumlah 27 pasien halusinasi
pendengaran. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah total sampel adalah 27
pasien dengan halusinasi pendengaran.
penelitian ini adalah Teknik Total Sampling
Intervensi Langkah-langkah pelaksanaan penelitian
Pretest dilakukan dengan cara melakukan
observasi gejala halusinasi pendengaran
kepada responden menggunakan lembar
observasi yang diobservasi adalah isi
halusinasi, frekuesnsi halusinasi, situasi
pencetus, dan respon pasien. Setelah melakukan
selesai pretest, selanjutnya
melakukan terapi pada hari berikutnya yang
dimana akan dilakukan 1-2 jam dengan
beberapa tahap, tahap 1 dengan waktu ½-1
jam terdiri dari tahap persiapan dan orientasi,
melakukan persiapan alat-alat dan bahan
seperti menyiapkan tanaman, sekop, polibag,
pupuk, air,dll setelah itu tahap kedua 1-1/2
yang terdiri dari tahap kerja dan tahap

148
evaluasi, dimana pada tahap ini ajarkan
responden bagaimana cara menanam dan
merawatnya, saat menanam yang pertama
dilakukan adalah menggali tanah yang akan
digunakan, setelah itu memberikan contoh
untuk pertama kali kepada responden dalam
menanam sayuran.
Hasil Hasil penelitian dari uji satistik didapatkan
Hasil Uji Wilcoxon didapat P Value 0,00<
0,05, artinya ada pengaruh terapi okupasi
terhadap gejala halusinasi pendengaran pada
pasien halusinasi pendengaran rawat inap di Yayasan
Aulia Rahma Kemiling, Bandar
Lampung Tahun 2018
Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan:
a. Metode penelitian menggunakan jenis pra-
eksperimental dengan rancangan one group
pre-post test design
b. Hasil menunjukan ada pengaruh ada
pengaruh terapi menanam terhadap gejala
halusinasi pendengaran pada pasien
halusimasi pendengaran di rawat inap
Yayasan Aulia.
Kelemahan:
a. Peneliti tidak mencantumkan teori
pembeda/pembanding terapi okupasi

149
Lampiran 3 Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA

Nama : Ressa Novihendri,S.Kep


Nim : 21131193
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Padang, 29 November 1999
Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Nama Orang Tua
Ayah : Gushendri Zailnal
Ibu : Endang Sri Hartati
Email : ressanovi18@gmail.com

13. Riwayat Pendidikan


Jenis
No Tempat Pendidikan Periode
Pendidikan
1. SD SD N 48 PADANG 2005-2011
3. SMP SMP N 28 PADANG 2011-2014
4. SMA SMA N 12 PADANG 2014-2017
5. SI Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2017-2021
6. Profesi Ners STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2021-2022

C. DATA SKRIPSI

Judul :

PENGALAMAN ORGANISASI DI STIKES MERCUBAKTIJAYA


PADANG

NO. ORGANISASI TAHUN


1 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIKes 2018-202021
Mercubaktijaya Padang
2 Pusat Informasi Dan Konseling Mahasiswa ( PIK M ) 2018-2020
STIKes Mercubaktijaya Padang

150
151

Anda mungkin juga menyukai