OLEH:
9
Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.Z Dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Wisma Merpati Rsj
Prof. H.B. Sa’anin Padang Dan Evidence Based Practice
Terapi Okupasi Menanam Untuk Mangurangi Tanda
Dan Gejala Halusinasi Pendengaran
OLEH:
Merupakan :
1. Hasil karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri.
2. Penggunaan sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
adalah yang sesungguhnya bukan hasil rekayasa dan telah saya
nyatakan dengan benar.
3. Karya Ilmiah Ners ini belum pernah disampaikan pada
kesempatan apapun, oleh karena itu pertanggung jawaban
laporan ini sepenuhnya berada pada diri saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
11
I
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 21131193
Pendengaran
Pembimbing
12
II
KATA PENGANTAR
penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Ners ini masih jauh dari sempurna, hal
ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengelaman penulis. Untuk itu
diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Karya Ilmiah Ners ini.
Padang, 2022
Penulis
14
IV
ABSTRAK
NIM : 21131193
Prevalensi skizofrenia pada tahun 2018 terdapat sekitar 600 juta jiwa orang
didunia terkena skizofrenia (WHO, 2018). Di Indonesia pada tahun 2018
menunjukkan prevalensi skizofrenia sekitar 220 juta jiwa dan terdapat 60% yang
terdiri dari pasien perilaku kekerasan (RISKESDAS, 2018). Sedangkan di
Sumatra Barat pada tahun 2018 sebanyak 50.605 jiwa yang menderita skizofrenia,
terdapat 40-50% yang menderita halusinasi (Dinprov, 2018). Halusinasi
merupakan gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori,
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, rasa, sentuhan, atau
penciuman (Abdurkhman & Maulana 2022). Dampak halusinasi adalah adanya
gangguan orientasi realita, gangguan interpersonal menarik diri, gangguan
komunikasi verbal dan nonverbal, dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh
diri, membunuh orang lain dan merusak lingkungan, Tujuan: menganalisis pasien
dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran yang diberikan
Evidence Based Practice Terapi menanam untuk mengurangi tanda dan gejala
halusinasi. Penatalaksanaan halusinasi dapat dilakukan secara farmakologi dan
nonfarmakologi.Salah satu terapi nonfarmakologi yaitu terapi okupasi menanam.
Dengan melakukan penanaman yang dapat meminimalkan interaksi pasien dengan
dunianya yang tidak nyata, membangkitkan pikiran, emosi, atau emosi yang
mempengaruhi perilaku sadar, dan memotivasi kegembiraan dan hiburan.
Prosedur yang dilakukan untuk asuhan keperawatan dimulai dengan pengkajian,
menentukan diagnosis, dan membuat intervensi. Hasil terapi menanam efektif
dalam mengurangi tanda gejala halusinaso. Diharapkan terapi okupasi menanam
dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk mengurangi tanda
dan gejala halusinasi .
Kata Kunci : Halusimasi , Terapi Okupasi Menanam
V 15
ABSTRACT
ID : 21131193
The prevalence of schizophrenia in 2018 there are around 600 million people in
the world affected by schizophrenia (WHO, 2018). In Indonesia in 2018 the
prevalence of schizophrenia was around 220 million people and there were 60%
consisting of patients with violent behavior (RISKESDAS, 2018). Whereas in
West Sumatra in 2018 as many as 50,605 people suffer from schizophrenia, there
are 40-50% who suffer from hallucinations (Dinprov, 2018). Hallucinations are
mental disorders where the client experiences changes in sensory perception, feels
false sensations in the form of sound, sight, taste, touch, or smell (Abdurkhman &
Maulana 2022). The impact of hallucinations is the presence of reality orientation
disorders, interpersonal withdrawal disorders, verbal and nonverbal
communication disorders, in this situation the patient can commit suicide, kill
other people and damage the environment, Objective: analyze patients with
sensory perception disorders: Auditory hallucinations provided Evidence Based
Practice Plant therapy to reduce signs and symptoms of hallucinations. The
management of hallucinations can be done pharmacologically and non-
pharmacologically. One of the non-pharmacological therapies is plant
occupational therapy. By doing implants that can minimize the patient's
interaction with his unreal world, evoke thoughts, emotions, or emotions that
influence conscious behavior, and motivate excitement and entertainment. The
procedure performed for nursing care begins with assessment, determining the
diagnosis, and making interventions. The results of plant therapy are effective in
reducing symptoms of hallucinations. It is hoped that occupational planting
therapy can be used as one of the nursing interventions to reduce the signs and
symptoms of hallucinations.
Bibliography : (2012-2022)
16
VI
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 9
C. Tujuan............................................................................................ 9
1. Tujuan Umum ......................................................................... 9
2. Tujuan Khusus ........................................................................ 9
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 10
17
VII
4. Daftar Diagnosa Keperawatan .............................................. 48
5. Implementasi dan Evaluasi ................................................... 48
BAB IV PEMBAHASAN
A. Profil Lahan Praktek...................................................................... 128
B. Analisis Masalah Keperawatan...................................................... 129
C. Analisis intervensi (Aplikasi Evidence Based Practice)............... 135
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 139
B. Saran ........................................................................................... 141
DAFTAR PUSTAKA
18
VIII
DAFTAR TABEL
19
IX
DAFTAR SKEMA
20
X
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Ganchart
Lampiran 2 : Analisa EBN
Lampiran 3 : Daftar Riwayat Hidup
21
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa juga masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
dikatakan sehat jiwa apabila memenuhi kriteria seperti sikap positif terhadap
jiwa merupakan suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu atau
Ciri ciri individu yang memiliki sehat jiwa meliputi bersikap positif
terhadap diri sendiri, mampu tumbuh kembang dan mencapai aktualisasi diri,
mampu mengatasi stress dan perubahan pada dirinya, bertanggung jawab atas
keputusan dan tindakan yang di ambil, mempunyai persepsi yang realistis dan
menghargai perasaan dan sikap orang lain dan mampu menyesuaikan diri
1
Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang serius karena
gerakan dan perilaku yang aneh (Fatturahman, Putri & Fradianto 2021) .
derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan
2014).
pada tahun 2018 adalah 282.654 orang (Dinkes, 2019). Di Sumatera Barat
penderita gangguan jiwa pada tahun 2018 kunjungan rawat jalan pada
Padang, 2019).
H.B. Sa’anin Padang, jumlah penderita gangguan jiwa yang dirawat pada
khususnya skizofrenia sebanyak 2.032 orang dan pada tahun 2018 terdapat
sebanyak 2.130 orang penderita yang mana 1.477 orang adalah penderita
sebanyak 2460 orang. Untuk data gangguan jiwa di tahun 2020 terdiri dari
waham sebanyak 278 orang, HDR sebanyak 456 orang, isolasi social
sebanyak 265 orang dan RBD sebanyak 69 orang. Berdasarkan data di atas di
3
Dari hasil buku laporan komunikasi ruangan dan wawancara yang
dilakukan pada tanggal 23 Mei 2022 di Wisma Merpati RSJ.Prof. HB. Saanin
halusinasi tersebut, penulis menganalisis satu orang pasien yaitu Tn. Z yang
sudah lebih 20 tahun mengalami gangguan jiwa dan sudah di rawat di RSJ
suara bisikan, marah tanpa sebab dan mengganggu lingkungan sekitar, dan
Padang,202)
(Manulang, 2021).
4
Halusinasi pendengaran merupakan gangguan persepsi sensori yang
bicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan sesuatu. Apabila
yaitu kehilangan kontrol diri yang dapat merugikan diri sendiri, maupun
orang lain seperti melukai diri sendiri dan orang lain, adanya gangguan
(Kusumawati, 2019).
masalah halusinasi dan peran perawat sebagai care provider yaitu sumber
5
pelayanan kesehatan yang melakukan asuhan keperawatan dengan
Keliat, 2018).
6
atau peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, dan
7
Kegiatan penanaman yang dilakukan meminimalkan interaksi
mengalihkan pasien dari halusinasi yang dialami, serta Tidak fokus pada
merupakan salah satu cara yang dapat dijadikan sebagai alternatif rekreasi
yang cocok untuk kegiatan gaya hidup sehat. Hal-hal yang berbasis hobi
lebih mudah karena sebenarnya tidak dijadikan beban atau kebutuhan yang
membebani pasien. Salah satu hobi yang biasa dijadikan terapi alternatif
8
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
9
Sensori: Halusinasi pendengaran di ruangan Wisma Merpati RSJ Prof.
H.B.Sa’anin Padang
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Halusinasi Pendengaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
perkuliahan.
b. Bagi Institusi
Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai sumber
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
yang tidak realita atau tidak ada. Gejala yang muncul pada pasien halusinasi
adalah sering mendengar suara-suara dari luar baik jelas ataupun tidak jelas.
11
11
Berdasarkan dari beberapa pengertian dari halusinasi di atas, penulis
stimulus dari luar tanpa objek yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran
tindakan.
2. Rentang Respon
Skema 2.1
12
a. Respon Adaptif
1) Pikiran logis
2) Persepsi Akurat
5) Perilaku Sesuai
6) Hubungan Sosial
tengah masyarakat.
b. Respon Transisi
1) Distorasi Fikiran
2) Ilusi
13
4) Perilaku ganjil atau tidak lazim
5) Menarik diri
c. Respon Maladaptif
1) Waham
2) Halusinasi
4) Ketidakteraturan
5) Isolasi Sosial
2013)
14
3. Faktor Penyebab
a. Factor predisposisi
1) Factor perkembangan
percaya diri.
3) Factor psikologis
4) Factor genetic
b. Factor presipitasi
1) Dimensi fisik
15
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
2) Dimensi emosional
3) Dimensi intelektual
perhatian pasien.
4) Dimensi social
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan
16
5) Dimensi spiritual
17
mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan.
halusinasinya
18
5. Mekanisme Koping
1) Identifikasi
2) Pengalihan
3) Represi
4) Denial
yang bersangkutan.
5) Reaksi formasi
secara terbalik.
19
6) Proyeksi
mengancam integritas.
Dua gagasan yang berbeda dijaga supaya tetap terpisah karena bila
8) Sublimasi
aslinya.
1) Penalaran (reasoning)
menguntungkan.
2) Objektifitas
laku.
3) Konsentrasi
20
Kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada
21
7. Penatalaksanaan
a. Medis
(Yosep, 2013).
1) Psikofarmakologis
a) Chlorpromazine
(2) Indikasi
motorik berlebihan.
22
antidopaminergik. Antipsikotik dapat menyekat reseptor
kehamilan laktasi.
b) Haloperidol
(2) Indikasi
23
Hipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi ssp dan
c) Trihexypenidil (THP)
(2) Indikasi
berlebihan.
(4) Kontraindikasi
tahun.
24
2) Terapi Kejang Listrik / Electro Compulsive Therapy (ECT)
elektrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang
terapi neoroleptika oral atau injeksi. Dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
b. Keperawatan
1) Terapi Generalis
a) Terapi Individu
b) Terapi keluarga
25
Dalam terapi ini keluarga dibantu untuk memerankan bagaimana
c) Terapi kelompok
yang efektif.
Sebuah terapi sebagai modal pasien setelah keluar dari rumah sakit.
26
A. Terapi Okupasi Aktivitas Menanam
a) Pengertian
halusinasinya.
27
b) Fungsi dan tujuan terapi okupasi aktivitas menanam
berikut :
produktif.
28
televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu,
hari.
keluarga.
29
memberikan, tetapi mengalihkan pasien dari halusinasi yang dialami,
pasien. Salah satu hobi yang biasa dijadikan terapi alternatif adalah
daripada membayangkan.
30
2) Mempunyai arti tertentu bagi klien.
f) Jenis kegiatan
Jenis kegiatan dalam terapi okupasi aktivitas waktu luang antara lain
1) Pengumpulan data
Data bisa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang
31
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara
Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat disusun daftar
jangka panjangnya.
4) Penentuan aktivitas
dengan aktif.
5) Evaluasi
32
perkembangan pasien. Hasil evaluasi yang didapatkan dapat
(Direja, 2011).
1. Metode
a. Individual
persiapan aktivitas.
b. Kelompok
Klien dengan masalah yang sama, klien yang lama, dan yang
atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah
33
2. Waktu
setiap sesi baik untuk individu maupun kelompok setiap hari, atau
tersedianya tenaga dan fasilitas, dan lain lain. Sesi ini dibagi dalam
diberikan dan 1-1 ½ jam untuk diskusi. Dalam diskusi tersebut hal
3. Terminasi
1. Pengkajian
a. Identitas
34
Biasanya meliputi: nama klien, umur jenis kelamin, agama, alamat,
b. Keluhan Utama
halusinasi klien, dapat dilihat dari data klien dan bisa pula diperoleh
dari keluarga, antara lain : berbicara, senyum dan tertawa sendiri tanpa
banyak diam, kadang merasa takut dirumah, lalu pasien sering pergi
c. Faktor Predisposisi
Biasanya pasien pernah mengalami sakit jiwa masa lalu atau baru
35
3) Riwayat Trauma
a) Aniaya fisik
b) Aniaya seksual
c) Penolakan
saksi.
e) Tindakan kriminal
dengan klien.
36
Biasanya yang dialami klien pada masa lalu yang tidak
d. Fisik
e. Psikososial
1) Genogram
37
Skema 2.2
Keterangan:
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Serumah
: Klien
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
tubuhnya
b) Identitas diri
38
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat
c) Peran diri
krisis peran.
d) Ideal diri
negatif.
e) Harga diri
3) Hubungan sosial
a) Orang terdekat
39
Biasanya ada ungkapan terhadap orang/tempat, orang untuk
kondisinya.
4) Spritual
b) Kegiatan Ibadah
5) Status Mental
a) Penampilan
b) Pembicaraan
40
Biasanya ditemukan cara bicara pasien dengan halusinasi bicara
ada kaitannya.
c) Aktifitas motorik
menyerang.
d) Alam perasaan
e) Afek
bereaksi jika ada stimulus emosi yang sangat kuat. Afek labil
41
f) Interaksi selama wawancara
g) Persepsi
h) Proses pikir
42
kemudian dilanjutkan kembali, serta pembicaraan yang diulang
berkali-kali.
i) Isi pikir
j) Tingkat kesadaran
k) Memori
43
Biasanya pasien mengalami gangguan konsentrasi, pasien
m) Kemampuan penilaian
keputusan.
pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan. Klien juga bisa
a) Makan
makan.
b) BAB/BAK
44
c) Mandi
bau dan kotor, dan pasien hanya melakukan kebersihan diri jika
disuruh.
d) Berpakaian/berhias
f) Penggunaan obat
minum obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
45
Biasanya pasien mampu atau tidak merencanakan, mengolah,
9. Mekanisme Koping
a) Adaptif
b) Maladaptif
diri sendiri.
11. Pengetahuan
46
Tindakan medis dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
b. Isolasi Sosial
(Keliat, 2014)
3. Pohon Masalah
dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari
Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain,
pasien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama (Trimelia,
2011).
47
Pohon Masalah Halusinasi
Skema 2.3
(Keliat, 2014)
c. Isolasi sosial
(Keliat, 2014)
5. Implementasi
6. Evaluasi
pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau
ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada. Dapat pula
pada respon pasien yang terdiri dari tindak lanjut pasien dan tindak lanjut
oleh perawat.
7. Dokumentasi
49
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting dari praktik
keperawatan yaitu sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
50
Tabel 2.1
Rencana Tindakan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Pendengaran
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pesien
1 Gangguan Pasien Mampu : Setelah 1x pertemuan SP 1 Pasien Halusinasi 1. Dengan memberikan
Persepsi Sensori: 1. Pasien pasien mampu: 1. Mengidentifikasi jenis, isi, pemahaman tentang
Halusinasi mengenal 1. Dapat waktu,frekuensi, situasi, halusinasi pasien mampu
pendengaran halusinasi yang menyebutkan jenis, perasaan, respon Halusinasi memahami:
dialaminya isi, waktu, 2. Mengajarkan cara a) Masalah yang
(jenis, isi, frekuensi, situasi mengontrol halusinasi dialaminya
waktu, pencetus dan dengan cara menghardik. b) Kapan masalah timbul,
frekuensi, perasaan saat Tahap tindakan: menghindarkan waktu
situasi pencetus halusinasi a) Jelaskan cara dan situasi saat
dan perasaan 2. Mampu menghardik halusinasi masalah timbul,
saat halusinasi menyebutkan b) Peragakan cara menghindari waktu dan
dan mampu manfaat dari menghardik situasi saat masalah
menjelaskan program c) Minta pasien untuk muncul
dan pengobatan yang memperagakan ulang c) Pentingnya masalah
memperagakan dilakukan 3. Menganjurkan pasien halusinasi untuk diatasi
cara mengontrol memasukan cara karena perasaan tidak
halusinasi) menghardik kedalam nyaman saat
2. Pasien dapat jadwal kegiatan harian dan munculnya halusinasi
mengontrol berikan pujian dapat menimbulkan
halusinasinya perilaku malasaptif
dengan cara yang sulit untuk
menghardik dikontrol
2. Dengan menghardik
halusinasi memberi
kesempatan pasien
51
mengatasi masalah
dengan reaksi
penolakan terhadap
sensasi palsu
3. Dengan peragaan
langsung dan peragaan
ulang memungkinkan
cara menghardik
dilakukan dengan benar
oleh pasien
4. Dengan penguatan yang
positif mendorong
pengulangan perilaku
yang diharapkan pasien
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pesien
2 Isolasi Sosial Pasien mampu: Seteh 1x pertemuan SP 1 Pasien Isolasi Sosial 1. Hubungan saling percaya
1. Membina pasien mampu: 1. Bina hubungan saling merupakan landasan dasar
hubungan saling 1. Membina percaya interaksi perawat dengan
percaya hubungan saling 2. Bantu pasien mengenal pasien sehingga pasien
2. Menyadari percaya penyebab Isolasi Sosial terbuka dalam
penyebab 2. Mengenal dengan tindakan: mengunggkapkan
Isolasi Sosial penyebab Isolasi a) Menanyakan tentang masalahnya dan
3. Berinteraksi Sosial, keuntungan pendapat pasien tentang menimbulkan sikap
dengan orang berhubungan kebisaan berinterksi menerima terhadap orang
lain dengan orang lain dengan orang lain lain
dan kerugian tidak b) Siapa yang satu rumah 2. Agar pasien dapat
berhubungan dengan pasien mengenal dan
dengan orang lain c) Siapa yang dekat dengan mengungkapkan penyebab
pasien Isolasi Sosial yang terjadi
d) Siapa yang tidak dekat 3. Agar pasien mempunyai
dengan pasien dan apa keinginan berinteraksi
56
sebabnya dengan orang lain
e) Menanyakan apa yang 4. Agar pasien menyadari
menyebabkan pasien kerugian yang ditimbulkan
tidak ingin berinteraksi akibat tidak berinteraksi
dengan orang lain. dengan orang lain
5. Dengan belajar berkenalan
menimbulkan motivasi
3. Bantu pasien mengenal pasien untuk berinteraksi
keuntungan dengan orang dengan orang lain
lain dengan cara 6. Memberikan rasa
mendiskusikan keuntungan tanggung jawab pada
bila pasien memiliki banyak pasien untuk
teman dan bergaul akrab melaksanakan kegiatan
dengan mereka yang teratur
4. Bantu pasien mengenal
kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang
lain dengan tindakan:
a) Mendiskusikan kerugian
bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang
lain.
b) Menjelaskan pengaruh
Isolasi Sosial terhadap
kesehatan fisik pasien
5. Latih dan ajarkan pasien
berkenalan dengan cara:
a) Jelaskan kepada pasien
cara berinteraksi dengan
orang lain
57
b) Beri contoh cara
berinteraksi dengan orang
lain
(1) Sebutkan nama kita
dan nama panggilan,
asal dan hobbi
(2) Menanyakan nama
orang yang akan
diajak
(3) Berkenalan, nama
panggilan, asal dan
hobbinya
6. Menganjurkan memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
dan berikan pujian
Seteh 1x pertemuan SP 2 Pasien Isolasi Sosial 1. Menilai kemajuan
pasien mampu : 1. Mengevaluasi jadwal perkembangan pasien
1. Mampu kegiatan harian cara 2. Memberikan kesempatan
menyebutkan berkenalan dengan orang dan motivasi pasien untuk
kegiatan yang yang pertama mau melakukan interaksi
sudah dilakukan 2. Mengajarkan cara secara bertahap
2. Berinteraksi berinteraksi secara bertahap: 3. Memberikan suatu
dengan orang lain Berkenalan dengan orang tanggung jawab kepada
secara bertahap pertama yaitu perawat pasien untuk
3. Menganjurkan memasukan melaksanakan kegiatan
dalam jadwal kegiatan harian yang teratur
dan berikan pujian
Seteh 1x pertemuan SP 3 Pasien Isolasi Sosial 1. Sebagai dasar bagi
pasien mampu: 1. Mengevaluasi jadwal perawat untuk menilai
1. Mampu kegiatan cara berkenalan perkembangan pasien
menyebutkan dengan orang yang pertama dalam mengenal cara
58
kegiatan yang dan bekenalan dengan orang berinteraksi
sudah dilakukan yang ke dua 2. Memberikan motivasi
2. Mampu 2. Mengajarkan cara pasien untuk berinteraksi
berinteraksi berinteraksi secara bertahap: dan mendapatkan respon
dengan orang lain Berkenalan dengan 2 (dua) yang positif
secara bertahap: orang atau lebih
Berkenalan dengan 3. Susun jadwal latihan 3. Memberikan motivasi dan
orang kedua yaitu berkenalan dengan orang lain rasa tanggung jawab
pasien-pasien lain secara bertahap dalam jadwal kepada pasien untuk
kegiatan harian melaksanakan kegiatan
berkenalan dengan teratur
61
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pasien
3 Resiko Prilaku Pasien Mampu: Setelah dilakukan SP 1 PasienPerilaku Kekerasan 1. Dapat diketahui tentang PK
Kekerasan 1. Pasien dapat intervensi 1x 1. Identifikasi penyebab, tanda pasien, dan membantu
mengontrol dan pertemuan, pasien dan gejala, PK yang pasien dalam mengontrol
mengendalikan mampu mengontrol dilakukan, akibat PK. PK
perilaku perilaku kekerasan 2. Menjelaskan cara mengontrol 2. Agar pasien mengetahui
kekerasan dengan kriteria: PK : fisik, obat, verbal dan jenis-jenis cara mengontrol
dengan cara fisik 1. Pasien mampu spiritual PK
(tarik nafas menyebutkan 3. Bantu pasien mempraktekkan 3. Kegiatan pasien terkontrol
dalam serta penyebab perilaku cara mengontrol PK dengan 4. Agar pasien lebih mudah
pukul kasur dan kekerasan, tanda latihan fisik : tarik nafas dan paham tentang cara
bantal) dan gejala, perilaku dalam serta pukul kasur dan mengontrol PK
kekerasan yang bantal 5. Dengan peragaan langsung
dilakukan dan 4. Anjurkan pasien memasukkan dan peragaan ulang
akibat perilaku dalam jadwal kegiatan harian memungkinkan cara
kekerasan 5. Anjurkan pasien memasukkan mengontrol PK dengan
2. mampu dalam jadwal harian latihan fisik dilakukan
mempraktekkan dengan benar
latihan cara fisik 6. Agar kegiatan lebih terarah
(tarik nafas dalam dan terkontrol
serta pukul kasur
dan bantal)
2. Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 2 Pasien Perilaku Kekerasan 1. Penggunaan obat merupakan
mengontrol atau pasien mampu: 1. Evaluasi cara pukul bantal bagian yang terpenting dalam
mengendalikan 1. Jenis, guna, dosis, 2. Menjelaskan cara mengontrol pengendalian gejala PK dengan
perilaku frekuensi, cara, PK dengan cara teratur minum mengetahui manfaat dan akibat
62
kekerasan kontinuitas minum obat obat tidak minum obat akan
dengan cara itu sendiri a. Jelaskan pentingnya menumbuhkan motivasi pasien
minum obat 2. Pasien mampu minum obat untuk patuh
dengan baik menggunakan obat b. Jelaskan akibat jika obat 2. Agar kegiatan pasien lebih
sesuai aturan tidak sesuai dengan terarah dan terkontrol.
program 3. Agar kegiatan lebih terarah
c. Jelaskan akibat bila putus dan terkontrol
minum obat
d. Jelaskan cara
mendapatkan obat/berobat
e. Jelaskan cara
menggunakan
f. Obat dengan prinsip 6
benar
g. Latih klien minum obat
secara teratur
3. Memasukan mengontrol
Halusinasi dengan cara
teratur minum obat kedalam
jadwal kegiatan harian dan
berikan pujian
3. Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 3 Pasien Perilaku Kekerasan 1. Kegiatan pasien terkontrol
mengontrol atau pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, 2. Menolak dan meminta serta
mengendalikan mengontrol PK dengan obat dan beri pujian mengungkapkan perasaan
PK dengan cara cara verbal (meminta, 2. Melatih pasien cara dengan baik dapat
verbal (meminta, menolak, dan mengontrol PK secara verbal meminimalisir munculnya
menolak, dan mengungkapkan (meminta, menolak, PK
mengungkapkan dengan baik) dengan mengungkapkan dengan baik) 3. Agar pasien lebih terarah
dengan baik) kriteria : 3. Anjurkan pasien memasukkan dan terkontrol.
1. Pasien tidak marah- dalam kegiatan harian.
63
marah lagi jika
permintaan ditolak.
2. Pasien dapat
mengungkapkan
perasaan tanpa
emosi
4. Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 4 Pasien Perilaku Kekerasan 1. Kegiatan pasien terkontrol
mengontrol atau pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, 2. Dengan mendekatkan diri
mengendalikan mengontrol PK dengan obat, dan verbal pasien. Beri pada penciptanya pasien
PK dengan cara cara spiritual (shalat pujian lebih tenang
spiritual (shalat dan berdoa) menurut 2. Melatih pasien cara 3. Agar kegiatan pasien lebih
dan berdoa) keyakinan dengan mengontrol PK dengaan terarah dan terkontrol
menurut kriteria: spiritual (2 kegiatan)
keyakinan 1. Efektifitas cara 3. Anjurkan pasien memasukkan
yang dipakai dalam kedalam jadwal kegiatan
menyelesaikan harian
masalah
2. Pasien terlihat lebih
tenang
3. Pasien lebih
meningkatkan diri
pada penciptanya
Untuk Keluarga
1. Keluarga dapat 1. Setelah dilakukan SP 1 Keluarga 1. Meningkatkan peran serta
memahami interkasi keluarga 1. Mendiskusikan masalah yang keluarga dalam merawat
tentang PK dan mampu dirasakan keluarga dalam keluarga dengan PK
cara merawat menjelaskan tentang merawat pasien PK 2. Agar keluarga paham akan
anggota keluarga PK dan cara 2. Menjelaskan pengertian PK, pengertian, tanda dan
denga PK merawat anggota tanda dan gejala PK, serta gejala, serta proses
keluarga dengan PK proses terjadinya PK terjadinya PK
64
3. Menjelaskan cara merawat 3. Agar keluarga mengetahui
pasien PK cara merawat pasien PK
4. Menjelaskan kepada keluarga 4. Agar pasien dapat melatih
6 benar cara memberikan obat pasien dengan latihan fisik.
5. Melatih keluarga cara 5. Agar keluarga paham cara
memberikan/ membimbing merawat keluarga dengan
pasien minum obat PK
6. Menganjurkan keluarga
membantu pasien ssesuai
memasukkan sesuai jadwal
dan memberikan pujian
2. Keluarga mampu 2. Setelah dilakukan SP 2 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
menyebutkan interaksi keluarga 1. Mengevaluasi kegiatan membimbing pasien
cara merawat mampu merawat keluarga dalam merawat/ terkontrol
anggota keluarga secara langsung melatih pasien dengan fisik. 2. Agar keluarga mengetahui
dengan PK anggota keluarga Memberikan pujian 6 benar cara minum obat
dengan PK 2. Melatih satu cara merawat PK 3. Meningkatkan peran serta
dengan melakukan kegiatan keluarga dalam merawat
fisik : tarik nafas dalam dalam keluarga dengan PK
serta pukul kasur dan bantal 4. Agar keluarga lebih paham
3. Anjurkan keluarga membantu dalam merawat anggota
pasien memasukkan sesuai keluarga dengan PK
jadwal. Beri pujian
3. Keluarga mampu 3. Setelah dilakukan SP 3 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
mengetahui cara interaksi keluarga 1. Mengevaluasi kelgiatan membimbing pasien
mengontrol mampu merawat keluarga dalam merawat/ terkontrol
halusinasi secara langsung membimbing pasien dengan 2. .Agar keluarga mengetahui
dengan cara anggota keluarga fisik, dan obat. Beri pujian membimbing pasien dengan
verbal dengan PK 2. Melatih keluarga cara cara bicara yang baik
membimbing dengan bicara 3. Agar keluarga mengetahui
yang baik cara membimbing pasien
65
3. Melatih keluarga cara dengan spiritual
membimbing dengan cara 4. Agar kegiatan pasien lebih
spiritual terarah dan terkontrol
4. Anjurkan keluarga membantu
pasien memasukkan sesuai
jadwal dan memberikan pujian
4. Keluarga 4. Setelah dilakukan SP 4 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
mengetahui interaksi keluarga 1. Mengevaluasi kegiatan membimbing pasien
follow up pasien mengetahui follow keluarga dalam merawat/ terkontrol
dengan PK up pasien dan meatih pasien dengan fisik, 2. Penyusunan kegiatan
membantu membuat obat, bicara yang baik dan secar teratur dapat
jadwal klien kegiatan spiritual. Beri pujian meminimalisir
dirumah 2. Menjelaskan follow-up ke RS/ munculnya PK
PKM, tanda kambuh, rujukan 3. Agar kegiatan pasien
3. Anjurkan keluarga membantu lebih terarah dan
pasien sesuai jadwal dan terkontrol
memberikan pujian
(Keliat, 2014)
66
BAB III
LAPORAN KASUS
pukul 10.00 wib dengan keluhan gelisah, sering jalan keluar rumah, marah-
marah tanpa sebab, emosi labil, merusak alat-alat rumah tangga, mendengar
sakit sejak 20 tahun yang lalu, terakhir dirawat 3 bulan yang lalu. Awalnya
pacarnya pada tahun 2000 karena pacarnya harus pendidikan di luar kota.
Keluarga klien pada saat itu khawatir dengan kondisinya yang saat itu sangat
drop ditinggal pacarnya, pasien jadi lebih sering mengamuk, tidak mau
bahwa klien mengalami gangguan kejiwaan dan tidak ada perubahan. Setelah
Bungsu. Setelah pulang berobat, klien teratur minum obat dan menghabiskan
obatnya.
67
67
Selama ini klien minum obat dengan teratur, tetapi 1 bulan terakhir
pasien putus obat dengan alasan rujukannya habis dan malas pergi mengambil
berbicara sendiri, merusak alat rumah tangga. Ny.A (Ibu klien) mengatakan
tahun 2000 waktu pertama kali Tn.Z dirawat di RSJ. Putri Bungsu Padang.
Terakhir klien dirawat pada bulan Februari tahun 2022 di RSJ Prof Hb Saanin
Padang, klien di rawat yang ke-3 kalinya di RSJ dengan keluhan yang sama
yaitu gelisah, sering jalan keluar rumah, dan keluarga kalau klien akan
tertawa sendiri.
pihak rumah sakit dan dijemput tenang oleh keluarga, setelah itu dilakukan
rawat jalan di Poli RSJ Prof.H.B.Sa’anin Padang. Pada saat dirumah, klien
teratur minum obat tetapi klien juga merokok dan minum kopi sehingga obat
tidak bereaksi dan penyakit klien kambuh kembali. Lalu klien dibawa lagi ke
RSJ untuk ke- 4 kalinya dengan keluhan yang sama. Pada saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 17 Mei 2022 didapatkan klien suka bicara sendiri,
tinggak kan aku, jangan menikah dengan wanita lain sekalin aku, jika kamu
68
sebenarnya suaranya tidak ada. Suara-suara itu sering muncul pada saat sepi
dan disaat orang tertidur lelap. Klien tampak ketakutan dan tiba-tiba
dalam sehari, gosok gigi 1x dalam sehari, ganti baju 1x dalam sehari,
penampilan klien tampak kurang rapi, rambut berketombe, kusut dan kuku
tampak agak panjang, diujung kuku kehitaman dan gigi pasien membusuk
dengan berkebun.
pada Tn.Z
69
menjadi fokus penelitian adalah SP 4 yaitu kegiatan terjadwal dengan cara
dari 4 tahap; tahap persiapan, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi
Diri implementasi yang dilakukan adalah latih cara menjaga kebersihan diri:
mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku. Latih cara
berdandan setelah kebersihan kebersihan diri : sisiran dan cukuran. Latih cara
makan dan minum yang baik dan latih BAB dan BAK yang baik.
B. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Inisial : Tn. Z
Umur : 44 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Padang
70
Alasan Masuk
Pasien masuk IGD pada tanggal 07 Mei 2022 pukul 12.30 wib, diantar oleh
keluarga untuk ke-4 kalinya dengan keluhan gelisah, sering jalan keluar
mendengar suara bisikan dan melihat bayangan mantan pacarnya. Pada saat
dirumah, klien teratur minum obat tetapi klien juga merokok dan minum
kopi, 1 bulan terakhir klien putus obat dengan alasan rujukannya sudah
habis sehingga penyakit klien kambuh karena klien tidak meminum obatnya
dan akhirnya keluarga kembali membawa klien ke RSJ. Prof. H.B. Sa’anin
Padang.
Klien sudah 4 kali di rawat di RSJ. Prof. H.B. Sa’anin padang. Awalnya
pasien sakit sejak tahun 2009, terakhir dirawat bulan februari 2022.
tinggal sama pacar nya pada tahun 2000 saat klien baru tamat SMA.
Klien di rawat yang ke-4 kalinya di RSJ pada bulan Mei 2022 dengan
keluhan yang sama yaitu gelisah, sering jalan k eluar rumah, marah-
71
mendengar suara-suara, menangis tanpa sebab, berbicara ngaur dan
tertawa sendiri.
b. Pengobatan sebelumnya
RSJ putri bungsu tetapi tidak ada perubahan sehingga harus di bawa ke
RSJ Prof HB Saanin Padang. Saat dirumah klien teratur minum obat
tetapi klien juga merokok dan minum kopi dan 1 bulan yang lalu klien
Lalu klien dibawa ke rumah RSJ untuk ke-4 kalinya karena klien
c. Trauma
1) Aniaya Fisik
2) Aniaya Seksual
3) Penolakan
saksi penolakan.
72
5) Tindakan Kriminal
kriminal.
a. Tanda-tanda vital
Nadi : 96 x/i
Pernafasan : 18 x/i
Suhu : 36,5C
b. Ukuran
73
Berat Badan : 43 kg
c. Keluhan Fisik
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.
Tubuh
IV. Psikososial
Keterangan:
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Serumah
: Klien
klien sudah meninggal. Klien sampai saat ini belum pernah menikah,
74
klien tinggal berdama orang tua, kakak dan adiknya. Keputusan
V. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan tidak ada yang kurang pada dirinya karena Allah
b. Identitas Diri
c. Peran Diri
d. Ideal Diri
Pasien berharap bisa cepat keluar dari RSJ serta dapat kembali
75
e. Harga Diri
berharga karena tidak ada membuat orang tua dan adiknya bangga.
Rendah
a. Orang Terdekat
76
VII. Spiritual
b. Kegiatan Ibadah
berdosa.
a. Penampilan
dan badan klien agak berbau, mulut berbau dan gigi klien kbusukr, serta
b. Pembicaraan
77
c. Aktivitas Motorik
pertanyaan perawat,
d. Alam Perasaan
bosan karena sudah lama tinggal di RS. Jiwa. Pasien merasa sedih
karena belum bisa pulang, klien lebih banyak diam, ekspresi wajah
datar
e. Afek
g. Persepsi
78
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang membisikan di kedua
jangan menikah dengan wanita lain sekalin aku, jika kamu melanggar
kamu akan tau akibatnya”. Suara-suara itu sering muncul pada tengah
malam disaat orang tertidur lelap dan suasana sunyi. Respon klien
Pendengaran
h. Proses Pikir
dilanjutkan kembali dengan topik yang lain atau disebut juga dengan
bloking.
i. Isi Pikir
Klien meyakini dirinya, dia mampu untuk sembuh agar bisa mencari
j. Tingkat Kesadaran
Pada saat dilakukan wawancara kepada pasien, pasien tampak sadar dan
79
mengetahui identitas dirinya seperti siapa dirinya dan usianya. Saat
ditanya tentang waktu, pasien sedikit lupa mengenai tanggal saat ini.
rumah sakit.
k. Memori
Konsentrasi pasien mudah dialihkan saat ada hal lain yang mengganggu
80
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
m. Kemampuan Penilaian
a. Makan
81
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
b. Defekasi /Berkemih
BAK/BAB. Saat keluar dari WC baju celana pasien tampak rapi dan
tidak basah.
c. Mandi
Pasien sudah mandiri dalam hal kebersihan diri dimana pasien mandi 2
d. Berpakaian
Pasien mengatakan ada tidur siang lebih kurang 1 jam dan tidur malam
± 8 jam. Saat sebelum tidur pasien tidak menggosok gigi namun pasien
82
mencuci tangan dan kaki sebelum tidur, pasien juga mengatakkan
f. Penggunaan Obat
g. Pemeliharan Kesehatan
teratur jika boleh pulang dan tidak merokok serta minum kopi lagi.
83
i. Aktivitas Diluar rumah
sekitar rumahnya.
X. Mekanisme Koping
a. Koping Adaptif
b. Mekanisme Maladaptif
lingkungannya.
rawat di RSJ. Saat dirawat pasien lebih banyak duduk di luar. Sebelum
84
c. Masalah dengan pendidikan
sembako di rumah
f. Masalah Ekonomi
XII. Pengetahuan
mengetahui bahwa dia mengalami gangguan jiwa, tetapi klien tidak tahu
apa yang menyebabkan dia sakit. Pasien hanya mengetahui bahwa dirinya
Pasien mengatakan minum obat secara teratur ketika dirumah tetapi masih
85
Masalah Keperawatan :Kurang Pengetahuan
C. ANALISA DATA
N DATA MASALAH
1 Ds : Gangguan Sensori
- Klien mengatakan mendengar suara- Persepsi: Halusinasi
suara yang membisikan di kedua Pendengaran
telinganya
- Klien mengatakan isi suara itu yaitu
“aku mencintaimu, jangan pernah
tinggak kan aku, jangan menikah
dengan wanita lain sekalin aku, jika
kamu melanggar kamu akan tau
akibatnya”,
- Klien mengatakan Suara bercakap-
cakap itu sering muncul pada tengah
malam disaat orang tertidur lelap dan
suasana sunyi.
- Klien mengatakan suara-suara yang
sering membuatnya ketakutan dan
menangis
Do :
- Klien tampak bicara sendiri dan
terkadang mulut klien komat kamit
- Klien tampak menangis tiba-tiba
86
- Klien bicara sendiri dengan nada suara
yang pelan sekali saat ditanya pasien
menyangkal.
2 Ds : Harga diri rendah
- Klien mangatakan dalam masyarakat
pendapatnya kurang didengar
- Klien merasa tidak berarti di
masyarakat.
- Klien mengatakan dirinya tidak berguna
karena klien tidak memiliki pekerjaan
yang tetap.
- Klien mengatakan bahwa dirinya tidak
berharga karena tidak membuat
keluarganya bangga
.
Do:
- Klien tampak sedih
- Klien tampak kecewa
- Kontak mata kurang dan Afek datar
- Klien tampak murung dan menunduk
saat menceritakan
3 Ds : Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan malas sisir rambut
- Klien mengatakan tidak menggosok gigi
- Klien mengatakan mandi kadang pakai
sabun kadang tidak
Do :
- Klien tampak kurang rapi
- Rambut klien tampak berketombe dan
badan berbau
87
- Klien makan berserakan
- Mulut berbau dan gigi klien tampak
kotor.
- Gigi klien tamoak banyak yang
membusuk
4 Ds : Resiko perilaku
- Klien mengatakan sering marah-marah kekerasan
dirumah
- Klien mengatakan sering merusak alat
rumah tangga
Do :
- Klien tampak mondar-mandir, mata
merah, pandangan tajam dan mudah
marah.
- Klien tampak tidak tenang saat bicara.
- Pandangan matta tajam
5 Ds : Gangguan proses pikir
- Klien mengatakan mengingat tahun
berapa pertama kali masuk RSJ.
- Klien mengatakan mengingat kapan
terakhir kali di rawat di RSJ
Do :
- Pada saat interaksi dengan perawat
pembicaraan klien terhenti tiba-tiba
tanpa ada gangguan dari luar atau
external
6 Ds Respon pasca trauma
- Klien mengatakan pengalaman yang
tidak menyenangkan dalam hidupnya
pada saat di tinggalkan oleh pacarnya
88
Do
- Klien tampah tidak bersemangat setelah
menceritakan pengalamannya
- Klien tampak sedih dan menundukkan
kepala
7 Ds Kurang pengetahuan
- Klien mengatakan kuran paham dengan
penyakit yang dideritanya.
- Klien mengatakan tidak mengetahui apa
penyebab dari penyakit jiwa.
Do
- Kilen tampak bingung
- Klien tampak banyak diam.
2 Ds : Isolasi Sosial
- Pasien mengatakan jarang melakukan
aktivitas diluar rumah.
- Pasien mengatakan tidak mau
berkomunikasi dengan teman, suka
menyendiri, dan tidak mau bergabung
dengan temannya
- Pasien mengatakan jarang mengikuti
kegiatan sosial di lingkungan
masyarakat.
Do :
- Klien tampak sering termenung
- Klien tampak banyak duduk sendirian
- Klien tampak suka menyendiri
- Klien tampak tidak mau bergabung
dengan temannya.
89
D. DAFTAR MASALAH
2. Isolasi Sosial
8. Kurang pengetahuan
E. POHON MASALAH
Defisit
Isolasi Sosial Perawatan Diri
90
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tabel 3.2
91
Tabel 3.3
Rencana Tindakan Keperawatan Pada Ny Y Dengan Halusinasi
Pendengaran
di RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang
Diagnos
N a Kriteria
Tujuan Intervensi Rasional
o Kepera Hasil
watan
Untuk
Pesien
1 Ganggua Pasien Setelah 1x SP 1 Pasien Halusinasi 1. dengan
n Mampu : pertemuan 1. mengidentifika
memberikan
Persepsi 1)Pasien pasien
si halusinasi
Sensori: mengen mampu: pemahaman
Halusina al 1) Dapat a) mengidentif
tentang
si halusin menye
ikasi
pendeng asi butkan halusinasi
aran yang jenis, halusinasi
mampu
dialami isi,
b) mengidentit
nya waktu, memahami:
(jenis, frekuen fikasi
a) masalah
isi, si,
frekuensi
waktu, situasi yang
frekuen pencet waktu
dialami
si, us dan
terjadinya
situasi perasaa b)kapan
pencetu n saat c) mengidentif
masalah
s dan halusin
ikasi
perasaa asi timbul,m
n saat 2) Mamp perasaan
enghinda
halusin u
saat
asi dan menye ri waktu
mampu butkan terjadinya
dan
menjela manfaa
halusinasi
skan t dari situasi
dan progra d) mengdentifi
saa
mempe m
kasi respon
ragakan pengob masalah
cara atan saat terjadi
timbul
mengon yang
halusinasi
trol dilakuk c) pentingn
halusin an 2. jelaskan cara
ya
asi)
mengontrol
masalah
2)Pasien halusiansi
93
mengik dengan cara halusinas
uti
hardik, obat, i untuk
progra
m bercakap, dan diatasi
pengob
melakukan karena
atan
secara kegiatan perasaan
optimal
3. mengajarkan tidak
cara nyaman
mengontrol saat
halusinasi munculn
dengan cara ya
menghardik halusinas
a) jelaskan i
cara menimbu
menghardik lkan
b) peragaka perilaku
cara maladapt
menghardik ive
c) minta
pasien
untuk
mengulangi
kembali
4. menganjurkan
pasien untuk
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan sehari
– hari dan
berikan pujian
1) Pasie Setelah 1 x SP 2 Pasien Halusinasi 1. penggunaan
n dilakukan 1. evaluasi obat
dapat pertemuan merupakan
kegiatan
men diharapkan bagian
gontr pasien menghardi. penting
ol mampu: dalam
94
halus 1) Menye Beri pujian mengndalik
inasi butkan an gejala
2. menjelaskan
nya kegiata halusiansi
deng n yang cara dengan
an sudah mengetahui
mengontrol
cara dilakuk manfaat
minu an halusinasi dan akibat
m 2) Mampu tidak
dengan cara
obat menjel minum obat
askan teratur minum akan
dan menimbulk
obat
mempe an motivasi
ragaka a) jelaskan klien untuk
n cara patuh
pentingnya
mengo minum obat
ntrol minum obat
halusin
b) jelaskan
asi
akibat bila
tidak
minum obat
c) jelaskan
akibat putus
minum obat
d) jelaskan
cara
menapatkan
obat /
berobat
e) jelaskan
cara
menggunak
an obat
dengan 6
benar
f) latih klien
minum obat
95
secara
teratur
3. memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
untuk latihan
menghardik
dan minum
obat
1) Pasien Setelah 1 x SP 3 Halusinasi 1. Menilai
dapat dilakukan 1) Mengevaluasi kemampu
mengon pertemuan jadwal kegiatan an
trol diharapkan pasien cara perkemba
halusina pasien minum obat ngan
sinya mampu: yang benar dan pasien
dengan cara 2. Dengan
cara 1)Menyeb mengontrol bercakap-
bercaka utkan halusinasi cakap
p-cakap kegiatan dengan mengalih
yang menghardik kan fokus
sudah 2) Melatih cara dan
dilakuk mengontrol perhatian
an halusinasi dan
2)Mampu dengan menghind
memper bercakap-cakap arkan saat
agakan dengan orang pasien
cara lain merasaka
bercaka 3) Mengajurkan n sensasi
p-cakap pasien palsu
dengan memasukan 3. Memungk
orang mengontrol inkan
lain halusinasi pasien
dengan cara melakuka
bercakap-cakap n
dengan orang kegiatan
lain kedalam dengan
jadwal kegiatan teratur
harian dan
berikan pujian
1) P Setelah 1 x SP 4 Pasien Halusinasi 1. Menilai
asien dilakukan 1) Mengevaluasi kemampuan
dapat pertemuan jadwal kegiatan perkembang
mengont diharapkan pasien yang an pasien
rol pasien telah lalu cara 2. Dengan
halusina mampu: minum obat aktivitas
96
sinya 1) Menyeb yang benar, terjadwal
dengan utkan cara memberi
cara kegiatan mengontrol kesibukan
aktivitas yang halusinasi yang
terjadwa sudah dengan menyita
l dilakuk menghardik, waktu dan
an bercakap-cakap perhatian
2) Membu 2) Melatih pasien menghindar
at mengendalikan kan pasien
jadwal halusinasinya merasakan
kegiatan dengan sensasi
sehari- melakukan palsu
hari dan aktivitas yang 3. Memberika
mampu terjadwal n
memper (Kegiatan yang pemahaman
agakan biasa dilakukan tentang
dirumah) pencegahan
3) Jelaskan munculnya
pentingnya halusinasi
aktivitas dengan
4) Diskusikan aktivitas
aktivitas yang positif yang
biasa dilakukan bermanfaat
pasien yang bisa
5) Latih pasien dilakukan
melakukan 4. Dengan
aktifitas memantau
6) Susun jadwal pelaksanaan
aktivitas sehari- jadwal
hari memastikan
7) Pantau intervinsi
pelaksanaan yang
kegiatan diberikan,
8) Mengajurkan dilakukan
pasien oleh pasien
memasukan dan dengan
aktivitas penguatan
terjadwal positif
kedalam jadwal mendorong
kegiatan harian pengulanga
dan berikan n prilaku
pujian yang
diharapkan
Untuk
Keluara
97
1) Kelua Setelah SP 1 Keluarga
rga interaksi 2- 1) Diskusikan 1. Mengetah
mam 3x , masalah yang ui masalah
pu keluarga dirasakan dalam yang
mem mampu merawat klien dihadapi
bantu menjelaska 2) Jelaskan keluarga
klien n tentang pengertian, tanda dalam
meng halusinasi gejala, penyebab merawat
ontrol dan cara dan proses pasien
halusi merawat terjadinya. 2. Menamba
nasi keluarga 3) Jelaskan cara h
dengan merawat klien pengetahu
halusinasi dengan halusinasi an
4) Latih cara merawat keluarga
halusinasi: hardik
3. Keluarga
5) Anjurkan dapat
membantu klien merawat
sesuai jadual dan pasien
memberi pujian. dengan
halusianas
i
4. Keluarga
mengetah
ui cara
menghardi
k yang
baik dan
benar
5. Keluarga
dapat
memotiva
si klien
untuk
cepat
sembuh
(Keliat, 2014)
N Diagno Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
o sa Hasil
100
Kepera
watan
Untuk
Pesien
2 Isolasi Pasien Seteh 1x SP 1 Pasien Isolasi 1. Hubungan
Sosial mampu: pertemuan Sosial saling
1) Mem pasien 1) Bina percaya
bina mampu: hubungan merupakan
hubu 1) Mem saling landasan
ngan bina percaya dasar
saling hubu 2) Bantu interaksi
perca ngan pasien perawat
ya saling mengenal dengan
2) Meny perca penyebab pasien
adari ya Isolasi sehingga
penye 2) Meng Sosial pasien
bab enal dengan terbuka
Isolas penye tindakan: dalam
i bab a) Menanyak mengungg
Sosial Isolas an tentang kapkan
3) Berin i pendapat masalahnya
teraks Sosial pasien dan
i , tentang menimbulk
denga keunt kebisaan an sikap
n ungan berinterksi menerima
orang berhu dengan terhadap
lain bunga orang lain orang lain
n b) Siapa 2. Agar
denga yang satu pasien
n rumah dapat
orang dengan mengenal
lain pasien dan
dan c) Siapa mengungka
kerug yang dekat pkan
ian dengan penyebab
tidak pasien Isolasi
berhu d) Siapa Sosial yang
bunga yang tidak terjadi
n dekat 3. Agar
denga dengan pasien
n pasien dan mempunyai
orang apa keinginan
lain sebabnya berinteraksi
e) Menanyak dengan
an apa orang lain
yang 4. Agar
101
menyebab pasien
kan pasien menyadar
tidak ingin i kerugian
berinteraks yang
i dengan ditimbulk
orang lain. an akibat
3) Bantu tidak
pasien berinterak
mengenal si dengan
keuntungan orang lain
dengan 5. Denga
orang lain n
dengan cara belaja
mendiskusi r
kan berke
keuntungan nalan
bila pasien meni
memiliki mbulk
banyak an
teman dan motiv
bergaul asi
akrab pasien
dengan untuk
mereka berint
4) Bantu eraksi
pasien denga
mengenal n
kerugian orang
bila tidak lain
berhubunga 6. Memb
n dengan erikan
orang lain rasa
dengan tangg
tindakan: ung
a) Mendisku jawab
sikan pada
kerugian pasien
bila pasien untuk
hanya melak
mengurun sanak
g diri dan an
tidak kegiat
bergaul an
dengan yang
orang lain. teratur
b) Menjelask
102
an
pengaruh
Isolasi
Sosial
terhadap
kesehatan
fisik
pasien
5) Latih dan
ajarkan
pasien
berkenalan
dengan
cara:
a) Jelaskan
kepada
pasien cara
berinteraks
i dengan
orang lain
b) Beri
contoh
cara
berinteraks
i dengan
orang lain
i. Sebutk
an
nama
kita
dan
nama
panggi
lan,
asal
dan
hobbi
ii. Menan
yakan
nama
orang
yang
akan
diajak
iii. Berken
alan,
103
nama
panggi
lan,
asal
dan
hobbin
ya
6) Menganjurkan
memasukan
dalam jadwal
kegiatan
harian dan
berikan pujian
Seteh 1x SP 2 Pasien Isolasi 1. Menil
pertemuan Sosial ai
pasien 1) Mengevalu kemaj
mampu : asi jadwal uan
1) Mam kegiatan perke
pu harian cara mban
meny berkenalan gan
ebutk dengan pasien
an orang yang 2. Memb
kegiat pertama erikan
an 2) Mengajarka kesem
yang n cara patan
sudah berinteraksi dan
dilak secara motiv
ukan bertahap: asi
2) Berin Berkenalan pasien
teraks dengan untuk
i orang mau
denga pertama melak
n yaitu ukan
orang perawat intera
lain 3) Menganjurk ksi
secar an secara
a memasukan bertah
berta dalam ap
hap jadwal 3. Memb
kegiatan erikan
harian dan suatu
berikan tangg
pujian ung
jawab
kepad
a
104
pasien
untuk
melak
sanak
an
kegiat
an
yang
teratur
(Keliat, 2014)
Diagnos
a
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
N Kepera
o watan
Untuk
Pasien
3. Resiko Pasien Setelah SP 1 1. Dapat
Prilaku Mampu: dilakukan PasienPerilaku diketahui
Kekeras 1) Pasien intervensi 1x Kekerasan tentang PK
an dapat pertemuan, 1) Identifikasi pasien, dan
meng pasien mampu penyebab, membantu
ontrol mengontrol tanda dan pasien
dan perilaku gejala, PK dalam
meng kekerasan yang mengontrol
endali dengan kriteria: dilakukan, PK
kan 1) Pasien akibat PK. 2. Agar pasien
perila mampu 2) Menjelaskan mengetahui
ku menyebu cara jenis-jenis
keker tkan mengontrol cara
asan 2) penyebab PK : fisik, mengontrol
denga perilaku obat, verbal PK
n cara kekerasa dan spiritual 3. Agar
fisik n, tanda 3) Bantu kegiatan
(tarik dan pasien lebih
nafas gejala, mempraktek terarah dan
dalam perilaku kan cara terkontrolK
serta kekerasa mengontrol egiatan
pukul n yang PK dengan pasien
kasur dilakuka latihan terkontrol
dan n dan fisik : tarik 4. Agar pasien
bantal akibat nafas dalam lebih
) perilaku serta pukul mudah dan
kekerasa kasur dan paham
n bantal tentang cara
3) memprak 4) Anjurkan mengontrol
tekkan pasien PK
latihan memasukka 5. Dengan
cara fisik n dalam peragaan
(tarik jadwal langsung
111
nafas kegiatan dan
dalam harian peragaan
serta 5) Anjurkan ulang
pukul pasien memungkin
kasur dan memasukka kan cara
bantal) n dalam mengontrol
jadwal PK dengan
harian latihan fisik
dilakukan
dengan
benar
112
obat
d) Jelaskan
cara
mendapa
tkan
obat/ber
obat
e) Jelaskan
cara
menggu
nakan
f) Obat
dengan
prinsip 6
benar
g) Latih
klien
minum
obat
secara
teratur
3) Memasukan
mengontrol
Halusinasi
dengan cara
teratur
minum obat
kedalam
jadwal
kegiatan
harian dan
berikan
pujian
Diagnos
N a Kriteria
Tujuan Intervensi Rasional
o Keperaw Hasil
atan
Untuk
Pasien
3 Defisit Pasien Setelah 1x Diskusikan tentang 1. Denga
Perawata Mampu: pertemuan kebersihan diri n
n Diri 1) Pasien pasien dengan cara: diskusi
(DPD) mamp mampu: 1. Jelaskan membe
u 1) Mam pentingnya ri
melaku pu kebersihan diri kesadar
kan menj 2. Cara menjaga an
kebersi elask kebersihan diri bahwa
han an 3. Jelaskan cara dan dirinya
diri penti alat kebersihan memili
secara ngny diri ki
mandir a 4. Bantu pasien sesuatu
118
i keber mempraktekkan yang
sihan cara menjaga dapat
diri kebersihan diri dibang
2) Mam 5. Menganjurkan gakan
pu memasukan 2. Agar
mela dalam jadwal pasien
kuka kegiatan harian menget
n dan beri pujian ahui
cara cara
mera yang
wat benar
diri dalam
deng menjag
an a
keber kebersi
sihan han diri
diri 3. Membe
ri
motiva
si dan
rasa
tanggu
ng
jawab
pada
pasien
untuk
melaks
anakan
kegiata
n
dengan
teratur
1) Pasien Setelah 1x SP 2 Pasien DPD 1. Menget
mamp pertemuan 1. Mengevaluasi ahui
u pasien yaitu cara atau
melaku mampu: menjaga menilai
kan 1. Mampu kebersihan diri sejauh
berhias menjelas 2. Menjelaskan mana
atau kan cara kegiata
berdan pentingny berdandan dan n sudah
dan a berhias dilaksa
secra berdanda 3. Bantu pasien nakan
baik n atau mempraktekka 2. Agar
berhias n cara pasien
2. Mampu berdandan menget
119
melakuka atau berhias ahui
n cara dengan cara
merawat tindakan: berdan
diri a) Untuk dan
dengan pasien laki- atau
berdanda laki latihan: berhias
n atau (1) Berpakai dengan
berhias an baik
(2) Menyisir 3. Pasien
rambut menget
(3) Bercukur ahui
b) Untuk pasien cara
perempuan berpak
latihan: aian,
menyis
(1) Berpakai ir
an rambut
(2) Menyisir dengan
rambut benar
(3) Berhias 4. Membe
4. Menganjurkan rikan
memasukan motiva
dalam jadwal si dan
kegiatan rasa
harian dan beri tanggu
pujian. ng
jawab
pada
pasien
untuk
melaks
anakan
kegiata
n yang
teratur
1) Pasien Setelah 1x SP 3 Pasien DPD 1. Menget
mamp pertemuan 1. Evaluasi kegiatan ahui
u pasien yang lalu cara atau
melaku mampu: menjaga menilai
kan 1. Mampu kebersihan diri sejauh
makan menjelas dan berdandan mana
dan kan atau berhias yang kegiata
minum pentingny benar n sudah
dengan a makan 2. Jelaskan cara dilaksa
baik dan makan dan minum nakan
minum dengan baik 2. Denga
120
yang baik 3. Bantu pasien n
2. Mampu mempraktekkan penjela
melakuka cara makan yang san
n cara baik dengan dapat
merawat tindakan: mening
diri a) Menjelaskan katkan
dengan cara pemah
makan mempersiap aman
dan kan makan pasien
minum dan minum tentang
yang baik b) Menjelaskan cara
cara makan makan
dan minum dan
yang tertib minum
c) Menjelaska yang
n cara baik
merapikan 3. Mamp
peralatan u
makan dan mempr
minum aktekk
setelah an dan
makan dan menjad
minum ikan
d) Praktekkan makan
makan dan dan
minum minum
sesuai yang
dengan baik
tahapan sebagai
makan dan kegiata
minum yang n yang
baik dilakuk
4. Menganjurkan an
memasukan dengan
dalam jadwal teratur
kegiatan harian 4. Denga
dan beri pujian. n
jadwal
membe
rikan
motiva
si dan
rasa
tanggu
ng
jawab
121
pada
pasien
untuk
melaks
anakan
kegiata
n
dengan
tertur
1. Pasien Setelah 1x SP 4 Pasien DPD 1. Menget
mamp pertemuan 1. Evaluasi kegiatan ahui
u pasien yang lalu cara atau
melaku mampu: menjaga menilai
kan 1. Mampu kebersihan diri sejauh
defeka menjelas dan berdandan mana
si atau kan atau berhias yang kegiata
berke pentingn benar dan makan n sudah
mih ya BAB dan minum yang dilaksa
secara dan BAK baik nakan
mandir secara 2. Jelaskan cara 2. Denga
i mendiri BAB dan BAK n
2. Mampu secara mendiri penjela
melakuk 3. Bantu pasien san
an cara mempraktekkan dapat
merawat cara BAB dan mening
diri BAK secara katkan
dengan mendiri dengan pemah
BAB dan tindakan: aman
BAK a) Menjelaskan pasien
secara tempat tentang
mendiri BAB/BAK cara
yang sesuai BAB
b) Menjelaskan dan
cara BAK
membersikan secara
diri setelah mendir
BAB/BAK i
c) Menjelaskan 3. Mamp
cara u
membersikan mempr
tempat aktekk
BAB/BAK an dan
4. Menganjurkan menjad
memasukan ikan
dalam jadwal BAB
kegiatan harian dan
122
dan beri pujian. BAK
secara
mendir
i
sebagai
kegiata
n yang
dilakuk
an
dengan
teratur
4. Denga
n
jadwal
membe
rikan
motiva
si dan
rasa
tanggu
ng
jawab
pada
pasien
untuk
melaks
anakan
kegiata
n
denga
tertur
Untuk Keluarga
Keluarga Setelah 1x SP 1 Keluarga DPD 1. Dengan
mampu: pertemuan 1. Mendiskusikan penyulu
1. Melaku Keluarga masalah keluarga han
kan mampu: dalam merawat dapat
perawa 1. Mengide pasien dirumah melibatk
tan ntifikasi 2. menjelaskan an
kepada masalah tentang pengertian, keluarga
pasien dan tanda gejala dalam
dengan menjelas kurang perawatan meningk
baik kan cara diri, jenis kurang atkan
2. Membi merawat perawatan diri kemamp
mbing pasien yang dialami klien uan
123
pasien kurang serta proses keluarga
untuk perawata terjadinya untuk
menjag n diri 3. Menjelaskan cara- merawat
a 2. Mampu cara merawat klien klien
kebersi memprak dengan kurang sehingg
han diri tekkan perawatn diri a
cara 4. Melatih keluarga meningk
merawat cara merawat atkan
pasien kebersihan diri perawat
kurang 5. Menganjurkan an diri
perawata membantu pasien klien.
n diri sesuai jadwal dan 2. Member
berikan pujian i
kesempa
tan
keluarga
mengun
gkapkan
masalah
keluarga
dalam
merawat
klien
dirumah
3. Mening
katkan
pengeta
huan
dan
kemamp
uan
keluarga
untuk
mengen
al
masalah
yang
dialami
klien
4. Member
ikan
pemaha
man dan
meningk
atkan
kemamp
124
uan
cara-
cara
merawat
klien.
Setelah SP 2 Keluarga DPD 1. Mengeta
pertemuan 1. Mengevaluasi hui
keluarga kegiatan keluarga pemaha
mampu: dalam merawat man
Mempraktek dan melatih klien keluarga
kan cara dalam kebersihan dalam
merawat diri merawat
pasien 2. Membimbing dan
kurang keluarga melatih
perawatan membantu klien pasien
diri berdandan dalam
3. Menganjurkan kebersih
membantu klien an diri
sesuai jadwal dan 2. Menam
beri pujian bah
pengeta
huan
keluarga
3. Keluarg
a
mengeta
hui cara
memban
tu klien
berdand
an
4. Keluarg
a dapat
memoti
vasi
klien
untuk
cepat
sembuh
Setelah 1 x SP 3 Keluarga DPD 1. Mengeta
pertemuan 1. Mengevaluasi hui
keluarga kegiatan keluarga pemaha
mampu: dalam merawat man
Mempraktek dan melatih klien keluarga
kan cara dalan kebersihan dalam
merawat diri dan berdandan merawat
125
pasien 2. Membimbing dan
kurang keluarga dalan
perawatan membantu klien kebersih
diri makan dan minum an diri
yang baik dan
3. Menganjurkan berdand
membantu pasien an
sesuai jadwal dan 2. Keluarg
beri pujian a
mengeta
hui cara
memban
tu klien
makan
dan
minum
yang
baik
3. Keluarg
a dapat
memoti
vasi
klien
untuk
cepat
sembuh
(Keliat, 20
BAB IV
PEMBAHASAN
yang ada di Sumatera Barat, rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit tipe A
terletak di jalan raya Ulu Gadut Kecamatan Limau Manis Padang. RSJ
menangani pasien yang mengalami penyakit kejiwaan sejak tahun 1932. RSJ
Prof. H.B. Sa’anin Padang mempunyai kapasitas 314 tempat tidur. RSJ
mengutamakan pengalaman yang ramah, cepat, tepat dan terbaik dengan jenis
pelayanan rawat jalan, rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya. RSJ
Prof. H.B. Sa’anin Padang di pimpin seorang direktur yang bernama Drg.
Ernovia, M.Kes, yang mempunyai tenaga kerja sebanyak 371 orang untuk
kerja PNS sebanyak 249 orang yang terdiri dari, tenaga medis 15 orang,
tenaga paramedic 102 orang dan tenaga non medis 132 orang, sedangkan
127
tenaga PNS/PTT sebanyak 122 orang yang terdiri dari, tenaga medis 4 orang,
yaitu, unit rawat jalan terdiri dari, klinik dewasa, klinik anak dan remaja,
medic, klinik penyakit anak, klinik gigi mulut, klinik penyakit umum,
jam (Psikiatri & Non Psikiatri). Sedangkan pelayanan rawat inap terdiri dari,
128
rawat inap A dan B, rawat inap anak dan remaja, pelayanan rehabilitasi
mental (terapi kerja, olahraga dan rohani) dan pelayanan rehabilitasi napza.
RSJ Prof. H.B. Sa’anin padang juga mempunyai pelayanan penunjang lainnya
NAPZA, rehabilitas rawat jalan/IPWL, rehabilitas rawat inap, dan klinik VCT
128
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari suatu keperawatan.
Penulis mengambil hal ini sebagai masalah utama karena pada saat
pengkajian tanda dan gejala yang muncul lebih banyak merujuk ke masalah
fungsional klien.
mencintaimu, jangan pernah tinggal kan aku, jangan menikah dengan wanita
lain sekalin aku, jika kamu melanggar kamu akan tau akibatnya”. Suara-suara
itu sering muncul pada tengah malam disaat orang tertidur lelap dan suasana
yang sunyi, Klien menjadi ketakutan, menutup telinga, dan tampak berjalan
Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat
129
yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghabiskan respon-
respon tertentu seperti bicara-bicara sendiri, mulut komat kamit, marah marah
eksternal (dunia luar), yang ditandai dengan marah-marah tanpa sebab akibat
(Stuart, 2013).
memberikan respon terhadap lingkungan tanpa ada objek atau ransangan yang
sebenarnya hal tersebut tidak ada atau tidak nyata. Penyebab timbulnya
halusinasi pada klien diduga salah satunya karena koping individu yang tidak
efektif, perasaan tidak berharga/harga diri rendah dan isolasi sosial. Ini sesuai
dengan teori dari Stuart (2013), ambang terhadap toleransi stress yang
prilaku individu.
130
mengalami halusinasi yaitu akibat faktor perilaku dimana klien pernah
rendah diri, perilaku maladaptif yang dapat menimbulkan perilaku gejala dan
fikiran halusinasi.
untuk mengembalikan realita, terapi modalitas ini salah satunya yaitu dengan
reinforcement positif atas upaya yang telah berhasil dilakukan pasien. Tujuan
dan kasus, serta halusinasi pendengaran pasien disebabkan pasien tidak mau
segi yaitu: segi fisik, emosi, intelektual, sosial, spiritual. Tanda dan gejala
yang dialami pada halusinasi pendengaran yaitu berbicara dan tertawa sendiri,
suara bising, gaduh, dan menyuruh-nyuruh yang tidak jelas. Suara itu muncul
terutama saat klien sedang sendiri, dengan frekuensi 2-3 kali sehari, waktu
muncul bisa siang, malam ataupun pada pagi hari. Jika suara itu muncul klien
132
mengatakan membagunkan semua orang didalam rumahnya yang sedang
Diagnosa yang kedua penulis angkat yaitu Isolasi Sosial, diagnosa ini
teman selama di rawat di rumah sakit . suka menyendiri, dan tidak mau
Klien tampak tidak mau bergabung dengan temannya, klien tampak sering
Persepsi sensori: Halusinasi, isolasi sosial dan resiko perilaku kekerasan. Jadi,
diagnosa yang ketiga yang diangkat adalah resiko perilaku kekerasan sesuai
tersebut telah sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur) yang telah
133
halusinasi, harga diri rendah, resiko perilaku kekerasan, dan defisit perawatan
diri, tetapi diagnosa utama pada kasus ini adalah halusinasi pendengaran yang
1-4. Hal ini yang menjadi fokus penelitian adalah SP 4 yaitu kegiatan
dari 4 tahap yaitu; tahap persiapan, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap
menanam dapat menurunkan gejala halusinasi pasien yang awalnya 2-3 kali
134
seseorang, dan mempertahankan atau meningkatkannya bertujuan untuk
dari halusinasi yang dialami, serta Tidak fokus pada halusinasi pasien (Fitri,
2019). Kegiatan Berkebun atau menanam merupakan salah satu cara yang
dapat dijadikan sebagai alternatif rekreasi yang cocok untuk kegiatan gaya
hidup sehat
Terapi Okupasi “Menanam” pada Pasien Jiwa RSKD Dadi Provinsi Sulawesi
jiwa yang meningkat. Sebaiknya kegiatan ini dilakukan secara rutin oleh
135
petugas kesehatan sebagai tindak lanjut bagi masyarakat dalam rangka
optimal.
terapi okupasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan I Wayan Candra Dkk (2013)
mengalami penurunan.
Made Wijayanti Dkk (2012) terapi okupasi aktivitas waktu luang terhadap
hasil p=0,000 yang berati ada pengaruh terapi okupasi aktivias waktu luang
hasil p=0,000.
136
Hal ini disebabkan karena halusinasi pendengaran menyebabkan pasien
yang diciptakan sendiri, seolah- olah semuanya menjadi sesuau yang nyata
dialaminya.
lain tetap fokus dan menikmati aktivias yang diberikan untuk mengikuti
dengan Herman (2011) Aktivitas dalam okupasi terapi hanya media, tidak
batin klien dengan dunia luar, berhubungan dengan tujuan pekerjaan dan
137
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
wanita lain sekalin aku, jika kamu melanggar kamu akan tau akibatnya”
kadang suara itu mengajak klien untuk pergi jalan-jalan keluar rumah.
Suara-suara itu sering muncul pada tengah malam disaat orang tertidur
lelap dan suasa sunyi. Klien menjadi ketakutan, menutup telinga, dan
dengan nada suara yang sangat pelan, saat ditanya pasien menyangkal.
teori dan kasus, adapun diagnosa secara teori (Keliat, 2015) ditemukan 3
138
139
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran, harga diri rendah,
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
halusinasi.
139
menanam untuk mengontrol halusinasi dengan frekuensi halusinasi dari 2-
3 kali sehari berkurang dalam waktu 14 hari menjadi 1 kali dan bahkan
B. Saran
1. Bagi Penulis
praktek keperawatan.
a. Bagi klien
b. Bagi Keluarga
140
4. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
141
DAFTAR PUSTAKA
Alisa, Fitria.2020. Panduan praktek dan Penulisan Kaya Ilmiah Ners ( KIN ).
Mercubaktijaya Press: padang
Angggraini, Karina, (2014). Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia di RSJ DR.
Aminogondohutomo.
Arifiana. (2010). Asuhan Keperawatan Halusinasi. (Online) (http://digilb.
Unimus.ac.id/gdl.php?mod=brows&0p=read&id)
Bahrudin, M. (2010). Pengaruh Stimulasi Terhadap Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia di RS Jiwa Dr. Radjiman
Wediodininggrat Lawang. 111. (3). 109- 112
Benhard Rudyanto Sinaga. (2007). Skizofrenia & Diagnosis Banding. Jakarta :
FKUI
Feri Agus Triyani ,Meidiana Dwidiyanti ,Titik Suerni.(2019). Gambaran Terapi
Spiritual Pada Pasien Skizofrenia : Literatur ReviewJurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 19 – 24. ISSN 2621-2978 (media
online)
Fitri, N. Y. (2019). Pengaruh Terapi Okupasi terhadap Gejala Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Rawat Inap di Yayasan
Aulia Rahma Kemiling Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti
Lampung, 7(1), 33. https://doi.org/10.47218/jkpbl.v7i1.58
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Haryanto, Sentot. (2017). Psikologi Sholat.Yogyakarta: Mitra Pustaka
Huguelet, P. et al., (2006). Spirituality and religious practices among outpatients
with schizophrenia and their Clinicians. Psychiatric Services, 57(3), 366-
372.
142
Huguelet, P. et al., (2007). Effect of religion on suicide attempts in outpatients
with schizophrenia or schizo-affective disorders compared with inpatients
with non-psychotic disorders. European Psychiatry, 22, 188-194
Keliat, Budi A dan Akemat. (2011). Model praktik keperawatan jiwa.
EGC: Jakarta
Keliat, Budi Ana. 2014. Proses Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta
Kusumawati, farida dan yudi hartono. (2010). Buku ajar keperawatanjiwa.
Salemba medika : Jakarta
Kristiadi, Y., Rochmawati, HD., Sawab. (2015). Pengaruh aktivitas terjadwal
terhadap terjadinya halusinasi di RSJ DR Aminogondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/
view/471Diakses 24 Juni 2020.
Mashudi, S., Nasriati, R., & Octaviani, E. (2020). Terapi Okupasi Sebagai Sarana
Peningkatan Kesehatan Jiwa Penderita Skizofrenia. Jurnal Abdidas, 1(5),
313–317. https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i5.62
Nasir abdul dan abdul muhit. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa : pengantar
dan teori. Salemba medika : Jakarta
Nining Nur Safitri, Weni Hastuti, Wijayanti, (2019). Upaya Penerapan Aktivitas
Terjadwal Dengan Terapi Spiritual Pada Pasien Gangguan Halusinasi
Sensori di Bangsal Sena RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Jurnal
Keperawatan
Prabowo, Eko.(2014).Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Putu Agus Windu Yasa Bukian, Gede Nur Widya Putra. (2018) Pengaruh Terapi
143
Ridfah, A., Wardiman, S. L., Rezkiyana, T., M, V. F. A., Azizah, W. N.,
Hasianka, Z., Psikologi, F., & Makassar, U. N. (2021). Penerapan Terapi
Okupasi “ Menanam ” Pada Pasien Jiwa RSKD Dadi Provinsi Sulawesi
Selatan. Jurnal Hasil Pengabdian Masyarakat, 1(1), 1–5.
https://ojs.unm.ac.id/IPTEK/article/view/25623
Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Sa’anin Padang, 2019, Laporan
Tahunan Rumah Sakit JIwa Provinsi Sumatera Barat, Padang.
Riskesdas.(2018). Data Riset Kesehatan Dasar Jiwa. Jakarta
Rosmarin, D. et al., (2013). Religious coping among psychotic patients:
Relevance to suicidality and treatment outcomes. Psychiatry Research,
210, 182–187.
Suryani, Ulfa, (2019). Panduan Umum Praktek Profesi Keperawatan Jiwa, Mcb.
Padang
Stuart & Laraiia. (2011). Mental Health Nursing Principle And Practice.
Eidenburgh: Mosby
Susana, SA.,Hendarsih S, (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Jakarta : EGC
Sari,SP&Wijayanti,DY, (2014).Keperawatan Spiritual pada Pasien
Skizofrenia.https://www.researchgate.net/publication/327302413_Spiritual
ity_ Nursing_among_Patients_with_Schizo phrenia
Septriani,Kadek V et al.(2018). Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual Dengan Tingkat mental Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa.
JIKJ Vol.1 No 2, Hal 69-75.ISSN 2621-2978
Sari, NY., Antoro, B., Pita Stevani, NG. (2019). Pengaruh Terapi Okupasi
Terhadap Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran.Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung.
http://ejournal.pancabhakti.ac.id/index.php/jkpbl/article/view/58/50
Diakses 22 Juni 2020.
Townsend. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Psikiatrik
(terjemahan). Jakarta : EGC
Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta : CV. Trans Info
Media
144
Wijayanti, NM., Candra, W., Rupawan, DM. (2014). Terapi Okupasi Aktivitas
Waktu Luang Terhadap Perubahan Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Skizofrenia.www.poltekkes-denpasar.ac.id.Diakses 6 maret 2018.
World health organization. (2019). Mental disorder. www.who.int diakses 22 Juni
2020.
Yosep, iyus. (2013) Keperawatan jiwa. PT Refika Aditama :
145
Lampiran 2 Analisa PICO
NIM : 21131193
A. Pertanyaan Klinis
147
Peneliti Niken Yuniar Sari, Budi Antoro, Niluh Gede Pita
Setevani
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif, menggunakan design eksperimen
dengan rancangan penelitian preksperiment
dengan pendekatan one group pretest-postest
design. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien halusinasi pendengaran di
Yayasan Aulia Rahma, Kemiling Bandar
Lampung dengan jumlah 27 pasien halusinasi
pendengaran. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah total sampel adalah 27
pasien dengan halusinasi pendengaran.
penelitian ini adalah Teknik Total Sampling
Intervensi Langkah-langkah pelaksanaan penelitian
Pretest dilakukan dengan cara melakukan
observasi gejala halusinasi pendengaran
kepada responden menggunakan lembar
observasi yang diobservasi adalah isi
halusinasi, frekuesnsi halusinasi, situasi
pencetus, dan respon pasien. Setelah melakukan
selesai pretest, selanjutnya
melakukan terapi pada hari berikutnya yang
dimana akan dilakukan 1-2 jam dengan
beberapa tahap, tahap 1 dengan waktu ½-1
jam terdiri dari tahap persiapan dan orientasi,
melakukan persiapan alat-alat dan bahan
seperti menyiapkan tanaman, sekop, polibag,
pupuk, air,dll setelah itu tahap kedua 1-1/2
yang terdiri dari tahap kerja dan tahap
148
evaluasi, dimana pada tahap ini ajarkan
responden bagaimana cara menanam dan
merawatnya, saat menanam yang pertama
dilakukan adalah menggali tanah yang akan
digunakan, setelah itu memberikan contoh
untuk pertama kali kepada responden dalam
menanam sayuran.
Hasil Hasil penelitian dari uji satistik didapatkan
Hasil Uji Wilcoxon didapat P Value 0,00<
0,05, artinya ada pengaruh terapi okupasi
terhadap gejala halusinasi pendengaran pada
pasien halusinasi pendengaran rawat inap di Yayasan
Aulia Rahma Kemiling, Bandar
Lampung Tahun 2018
Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan:
a. Metode penelitian menggunakan jenis pra-
eksperimental dengan rancangan one group
pre-post test design
b. Hasil menunjukan ada pengaruh ada
pengaruh terapi menanam terhadap gejala
halusinasi pendengaran pada pasien
halusimasi pendengaran di rawat inap
Yayasan Aulia.
Kelemahan:
a. Peneliti tidak mencantumkan teori
pembeda/pembanding terapi okupasi
149
Lampiran 3 Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
A. BIODATA
C. DATA SKRIPSI
Judul :
150
151