Anda di halaman 1dari 94

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI

(HALUSINASI PENGLIHATAN) DENGAN DIAGNOSIS


MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID
DI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN
SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Eliya Azizah
NIM.P1337420419023

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
(HALUSINASI PENGLIHATAN) DENGAN DIAGNOSIS
MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID
DI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN
SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya


Keperawatan Pada Program Studi D III Keperawatan Blora

Eliya Azizah
P1337420419023

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Eliya Azizah
NIM. : P1337420419023
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI saya yang berjudul “ Asuhan
Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) Dengan
Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid “ ini adalah benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan
kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Blora, 10 Mei 2022


Yang Membuat Pernyataan

(Eliya Azizah)
P1337420419023

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Karya Tulis Ilmiah Eliya Azizah,NIM P1337420419023,dengan judul


Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan)
Dengan Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid di RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Blora, 10 Mei 2022

Pembimbing

Siswoko, S.Kep,Ns, MH.Kes


NIP.196603131988031003
Tanggal:

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah oleh Eliya Azizah, NIM.P1337420419023, den-


gan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensosi (Halusinasi
Penglihatan) Dengan Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid Di RSJD dr. Arif
Zainnudin Surakarta” ini telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tang-
gal 30 Mei 2022 .

Dewan Penguji
Taryatmo, SPd, A.kep, M.kes Ketua penguji ( )
NIP. 197207191998031003

Cipto, S.Kep.,M.H.Kes Anggota ( )


NIP. 197802062005011001

Siswoko, S.Kep.,Ners.,M.H.Kes Anggota ( )


NIP. 196603131988031003

Mengetahui,
Ketua Prodi DIII Keperawatan Blora

Joni Siswanto, SKp.,M.Kes


NIP. 19660713990031003

v
KATA PENGANTAR
Alhamdulialh dengan memanjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan Laporan Karya Tulis Ilmiah tentang
Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi: Penglihatan Dengan
Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimah kasih atas bantuan dan
bimbingan kepada :
1. Bapak Dr. Marsum, BE, S.Pd., MHP selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd., MN selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang.
3. Bapak Joni Siswanto, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Blora.
4. Bapak Drg. Rachmat Basoeki Soetardjo, MMR, selaku Direktur dan
pembimbing klinik di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.
5. Bapak Siswoko, S.Kep.,Ners.,M.H.Kes selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam penyusunan
karya tulis ilmiah .
6. Bapak Taryatmo, S.Pd, A.Kep, M.Kes selaku dosen penguji karya tulis
ilmiah.
7. Bapak Cipto, S.Kep.,Ners.,M.H.Kes selaku dosen penguji karya tulis
ilmiah.
8. Dosen dan Staf Program Studi D III Keperawatan Blora yang telah
membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
9. Kedua orang tua saya, Bapak Khaerudin dan Ibu Nur Fatikhah dan kedua
kakak saya, yang memberikan dukungan baik materi maupun motivasi dan
tidak ada hentinya mendoakan saya untuk terus maju menjadi lebih baik.
10. Teman seperbimbingan saya, teman seperjuangan angkatan 2019 dan
semua pihak yang membantu dalam penyusunan laporan karya tulis ilmiah
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

vi
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran guna memperbaiki
Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Blora, Mei 2021

ELIYA AZIZAH
NIM.P1337420419023

vii
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
(HALUSINASI PENGLIHATAN) DENGAN DIAGNOSIS
MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID
DI RSJD dr. ARIF ZAINUDIN
SURAKARTA

Eliya Azizah
Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Blora
Email: eliyaazizah01@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Prevelensi gangguan jiwa berat (skizofrenia) pada Provinsi Jawa
Tengah tercatat ada 2.591 kasus. Kasus Skizofrenia terbanyak yaitu Halusinasi.
Pengaruh yang disebabkan pasien yang mengalami halusinasi merupakan
kehilangan kontrol dirinya, dimana pasien mengalami panik & perilaku karena
halusinasinya. Dalam situasi ini klien bisa berperilaku nekat untuk melakukan
bunuh diri, membunuh orang lain, bahkan mengganggu lingkungan sekitarnya.
Tujuan: Menggambarkan respons hasil Asuhan Keperawatan pada klien
Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) Dengan Diagnosis Medis
Skizofrenia Paranoid Di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.
Metode: Metode yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan meng-
gunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan menggunakan
proses pendekatan keperawatan. Sampling yang digunakan meliputi 2 responden.
Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 kali pertemuan pada ke-
dua responden didapatkan hasil perencanaan sesuai yaitu klien mampu men-
gontrol halusinasinya, implementasi juga sesuai perencanaan yang dapat di buat
dengan mengajarkan SP 1 sampai SP4 kepada klien. Evaluasi yang di dapatkan
yaitu klien 1 Halusinasi sudah berkurang dan klien 1 dapat melaksanakan Strategi
Pelaksanaan 1,2,4 sedangkan klien 2 Halusinasi sudah tidak muncul serta dapat
melaksanakan strategi pelaksaan 1-4, dengan demikian perkembangan klien 2
lebih pesat dibandingkan klien 1.

Kata kunci: Gangguan jiwa, Skizofrenia paranoid, halusinasi penglihatan, asuhan


keperawatan.

viii
NURSING CARE SENSORY PERCEPTION DISORDERS
(VISUAL HALLUCINATIONS) WITH DIAGNOSIS
PARANOID SCHHIZOPHRENIA IN RSJD dr.
ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Eliya Azizah
Student of D III of Blora Nursing Study Program
Email: eliyaazizah01@gmail.com

ABSTRACT

Background: Severe mental breakdown (schizophrenia) in the central Java prov-


ince there are 2,591 cases. Most cases of schizophrenia are hallucinations. The in-
fluence caused by patients who experience hallucinations is a loss of self-control,
in which patients experience panic & hallucinations. In this situation a client could
act impulsively to commit suicide, kill others, even destabilize the environment.
Perpose: To describe the response of nursing care for clients with sensory percep-
tion disorders (visual hallucinations) with diagnosis paranoid schizophrenia In
RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.
Methods: Methods used in providing nursing care employ qualitative methods
with case study approaches and the process of nursing approaches. The sampling
used included two responders.
Results: After four sessions of child care over both respondents received the ap-
propriate planning result that the client can control hallucinations, implementation
as well as planning could be made by teaching sp 1 to sp4 to the client. The evalu-
ation is that clients 1 have fewer hallucinations and clients 1 can carry out a exe-
cute strategy of 1.2.4 while clients have failed to appear and can implement the
exercise strategy of 1-4, thus developing client 2 faster than client 1.

Keywords: Mental disorders, paranoid schizophrenia, Visual hallucinations, nurs-


ing care.

ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL......................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS....................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. v
KATA PENGANTAR........................................................................................ vi
ABSTRAK......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan masalah.................................................................................... 4
C. Tujuan penelitian..................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP SKIZOFRENIA
1. Pengertian ................................................................................................. 6
2. Etiologi ...................................................................................................... 6
3. Jenis-jenis Skizofrenia ............................................................................... 7
4. Tanda-tanda gejala...................................................................................... 7
B. Konsep Skizofrenia Paranoid
1. Pengertian ................................................................................................. 8
2. Manifestasi klinis Skizofrenia Paranoid .................................................... 9
3. Penyebab Skizofrenia Paranoid ................................................................. 9
C. Konsep Halusinasi
1.Pengertian Halusinasi .............................................................................. 9
2.Jenis-jenis halusinasi ............................................................................... 10
3.Etiologi .................................................................................................... 11

xi
4.Fase halusinasi.......................................................................................... 13
5.Rentang respon.......................................................................................... 13
6.Manifestasi klinis...................................................................................... 14
7.Mekanisme Koping................................................................................... 15
8.Pohon masalah.......................................................................................... 16
9.Penatalaksanaan medis.............................................................................. 16
D. Konsep asuhan keperawatan
1.Pengkajian.............................................................................................. 18
2.Diagnosa keperawatan ........................................................................... 21
3.Intervensi ............................................................................................... 21
4.Implementasi ....................................................................................... 26
5.Evaluasi.................................................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN
A.Desain penelitian................................................................................... 28
B. Subjek Penelitian.................................................................................. 28
C. Fokus studi ........................................................................................... 28
D. Definisi Operasional ........................................................................... 28
E. Tempat dan waktu ................................................................................ 29
F. Pengumpulan data ................................................................................. 29
G. Analisa data ......................................................................................... 30
H. Penyajian data....................................................................................... 30
I. Etika penelitian ...................................................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL................................................................................................... 32
B. PEMBAHASAN................................................................................... 59
1. Pengkajian ........................................................................................ 59
2. Masalah Keperawatan ...................................................................... 64
3. Rencana Keperawaan ....................................................................... 65
4. Tindakan Keperawatan ..................................................................... 66
5. Evaluasi ............................................................................................ 68

xii
C. Keterbatasan ......................................................................................... 72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN .................................................................................... 73
B. SARAN ........................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respons Neurobiologis halusinasi............................. 14


Gambar 2.2 Pohon Masalah........................................................................ 16
Gambar 4.1 Genogram Klien 1.................................................................. 35
Gambar 4.1 Genogram Klien 2................................................................... 35
Gambar 4.3 Pohon Masalah Klien 1 dan Klien 2....................................... 47

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Bimbingan
2. Lembar Bimbingan Setelah Sidang KTI
3. Daftar Riwayat Hidup
4. Lampiran Asuhan Keperawatan

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ilmu pengetahuan serta teknologi saat ini menim-
bulkan banyak perubahan yang signifikan. Kehidupan sosial juga berubah
mengikuti perkembangan zaman dengan adanya fenomena modernisasi
yang dijadikan masyarakat sebagai gaya hidup modern. Gaya hidup mod-
ern digunakan individu untuk memperoleh identitas sosial kemudian
dikembangkan untuk menapilkan dirinya dalam masyarakat. Manusia
modern selalu berusaha mencari segala bentuk kepuasan serta kebahagiaan
demi kepentingan diri sendiri dan cenderung mengejar kehidupan praktis.
Kondisi masyarakat dalam mencari kebahagiaan ditandai dengan
tingginya tingkat kebutuhan individu yang harus terpenuhi. Tidak bisa
dipungkiri bahwa munculnya kehidupan modern menyebabkan manusia
berusaha dengan keras untuk memenuhi kehidupan tersebut. Pada
dasarnya masyarakat modern menginginkan kesejaahteraan, kesuksesan,
hidup megah dan bergelimang harta yang kemudian di jadikan tujuan
hidup serta puncak dari kebahagiaanny. Kehidupan sosial selalu memperli-
hatkan kondisi masyarakat baik itu sosial, ekonomi, budaya, dan politik
dengan usaha untuk mensinkronkan keadaan masyarakat jauh dari kesen-
jangan sosial. Namun faktanya kesenjangan itu masih dirasakan
masyarakat dengan berbagai masalah sosial yang tidak henti-hentinya
merenggut keharmonisan hubungan sosial antar masyarakat (Julianti,
2019).
Timbulnya modernisasi sebagai faktor yang mempengaruhi peruba-
han pada kehidupan sosial masyarakat seringkali menimbulkan masalah
sosial. Perasaan takut, kecemasan berlebihan, stress, depresi, hingga men-
galami tekanan batin sebagai dampak pada individu yang tidak mampu be-
radapatasi dengan modernisasi tersebut. Fenomena modernisasi bisa men-

1
2

ciptakan keterasingan bagi manusia dengan jiwanya sendiri. (sholihin,


2015 dalam Julianti, 2019) Mengatakan bahwa akibat kemajuan pemban-
gunan dan perubahan sosial menimbulkan gejala sosial-psikosis, dislokasi,
disorientasi, dan deprivasi pada kelompok tertentu. Hubungan yang tidak
seimbang dalam masyarakat cenderung membuat dinamika dan perubahan
sosial. Perubahan tersebut menimbulkan ketegangan sehingga berpotensi
munculnya gangguan kejiwaan.
Gangguan jiwa termasuk status kesehatan mental serta sosial yang
sangat berisiko meski tidak langsung menimbulkan kematian, namun akan
menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban yang
berat untuk keluarga. Gangguan kesehatan jiwa bukan hanya gejala
kejiwaan saja namun sangat luas dari mulai ringan seperti kecemasan dan
depresi, malas bekerja, tidak bisa bekerja sama dengan teman, sering
marah-marah, ketagihan NAPZA, alcohol, rokok, kepikunan pada orang
tua, autis pada anak hingga pada yang sangat berat seperti skizofrenia (Mi-
narni & Sudagijono, 2015).
Skizofrenia merupakan salah satu bentuk ganguan jiwa kronik,
yang menimbulkan penyakit otak persisten serius yang menyebabkan
perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memeperoleh
informasi (Pardade dan Hasibuan, 2020 dalam Winda, 2020).
Pravelensi gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data WHO
(2019) dalam (Zahrotun Nila, 2021), terdapat 264 juta orang mengalami
Depresi, 50 juta orang menderita Dimensia, 45 juta orang menderita
Bipolar, dan 20 juta mengalami skizofrenia.
Prevelensi gangguan jiwa berat (skizofrenia) pada penduduk
Indonesia sebanyak 1,7 per mil dan semakin tinggi pada tahun 2018
sebanyak 7 per mil. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tercatat ada
2.591 kasus yang mengalami gangguan jiwa. Provinsi Jawa Tengah adalah
provinsi yang menempati peringkat ke lima yang memiliki penderita ski-
zofrenia terbanyak setelah DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, dan
3

Bali. Prevalensi skizofrenia di Jawa Tengah yaitu 0,23% dari jumlah pen-
duduk melebihi angka nasional 0,17% (Riset Kesehatan Dasar, 2018).
Menurut karya tulis ilmiah dari (Zahrotun Nila, 2021) dalam data
pencatatan rekam medis RSJD Dr. Arif Surakarta, didapatkan dari laporan
bulan januari 2020- januari 2021 penderita halusinasi sebanyak 3694,
Resiko perilaku kekerasan sebanyak 704, Harga diri rendah sebanyak 12,
Isolasi sosial sebanyak 37, Resiko bunuh diri sebanyak 55, Waham
sebanyak 29, Defisit perawatan diri sebanyak 49, dan ansietas sebanyak
142.
Menurut Bayu et al., (2018) menyatakan bahwa pengaruh yang
disebabkan pasien yang mengalami halusinasi merupakan kehilangan
kontrol dirinya. Dimana pasien mengalami panik & perilaku karena
halusinasinya. Dalam situasi ini klien bisa berperilaku nekat untuk
melakukan bunuh diri, membunuh orang lain, bahkan mengganggu
lingkungan sekitarnya. Untuk memperkecil pengaruh yang diharapkan
penanganan halusinasi dengan segera dengan penanganan pertama yaitu
membina interaksi saling percaya melalui komunikasi menggunakan
klien halusinasi. Jenis halusinasi yang biasanya terjadi yaitu halusinasi
pendengaran & halusinasi penglihatan.
Teknik penanganan secara tepat untuk mengatasi dampak dari
halusinasi yakni dengan melakukan tindakan asuahan keperawatan (Al-
dam & Wardani, 2019). Menurut Stuart, Keliat & Pasaribu (2016)
asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita halusinasi bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran pasien antara stimulus persepsi yang di
alami pasien dan kehidupan nyata. Adapun strategi pelaksanaan yang
bisa dilakukan salah satunya yaitu membantu mengenal halusinasi men-
jelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan cara pertama
mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil studi kasus
Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi
Penglihatan) Dengan Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid Di RSJD dr.
4

Arif Zainudin Surakarta.


1

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana respons klien terhadap pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) Dengan
Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid Di RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu menggambarkan respons hasil Asuhan Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) Dengan
Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid Di RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan pengkajian pada pasien Gangguan Asuhan
Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan)
Dengan Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid Di RSJD dr. Arif
Zainudin Surakarta.
b. Memaparkan diagnosis pada pasien Gangguan Persepsi Sensori
(Halusinasi Penglihatan) Dengan Diagnosis Medis Skizofrenia
Paranoid Di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.
c. Memaparkan perencanaan untuk mengatasi diagnosis keperawatan
pada pasien Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan)
Dengan Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid Di RSJD dr. Arif
Zainudin Surakarta.
d. Memaparkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi pasien Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi
Penglihatan) Dengan Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid Di
RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.
e. Memaparkan evaluasi masalah keperawatan pada pasien Gangguan
Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) Dengan Diagnosis Medis
Skizofrenia Paranoid Di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.
2

f. Membahas hasil pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan


tindakan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi dari
tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien Gangguan
persepsi Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) Dengan
Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid Di RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Teoritis
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pengembangan ilmu keperawatan jiwa khususnya pada pasien
Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) Dengan
Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid .
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Hasil Karya Tulis ini semoga bermanfaat bisa menambah wawasan
bagi penulis, menjadi bahan referensi yang bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan imu kesehatan khususnya
pada pasien Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan)
Dengan Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid.
b. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah wacana dan pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan)
Dengan Diagnosis Medis Skizofrenia Paranoid.
c. Manfaat bagi Rumah Sakit
Untuk menambah pengetahuan dan informasi mengenai Asuhan
Keperawatan pada pasien pasien Gangguan Persepsi Sensori
(Halusinasi Penglihatan) Dengan Diagnosis Medis Skizofrenia
Paranoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP SKIZOFRENIA
1. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsisonal berupa
gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik
yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan
perawatan diri (Azizah et al., 2016).
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan,
perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distori kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi (Di-
reja Ade Herman, 2017).
2. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan Skizofrenia menurut (Stuart &
Sundeen Azizah et al., 2016 p.215).
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi
saudar tiri 0,9-1,8 % bagi saudara kandung 7-15 % bagi anak
dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 40-68 %,
kembar 2 telur 2-15 % kembar satu telur 61-86 %.
b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya
skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan dan waktu
monopose, tapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita skiofrenia tampak pucat,tidak
sehat, ujung1 ekstermitas sedikit sianosis, nafsu makan berkurang
dan berat badan menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian
dengan pemberian obat halusinagonik.
1

d. Susunan saraf pusat


Penyebab skizofrenia diarahkan pada kelainan Susunan Saraf
Pusat yaitu pada diensefalon atau kortek otak.
3. Jenis-jenis Skizofrenia
Menurut (Azizah et al., 2016 p.213) jenis-jenis skizofrenia terdiri
dari:
a. Skizofrenia Simplek
Dengan gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran
kemauan.
b. Skizofrenia Hebefrenik
Gejala utama gangguan proses berfikir,gangguan kemauan dan
depersonalisasi, gangguan waham dan halusinasi.
c. Skizofrenia Katatonik
Gejala utama terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
d. Skizofrenia Paranoid
Gejala utama kecurigaaan yang ekstrim disertai waham kejar atau
kebesaran.
e. Episoda Skizofrenia akut
Kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran,
kesadaran mungkin berkabut.
f. Skizofrenia Residual
Keadaan skizofrenia dengan gejala primer (gangguan proses
pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan autisme),
keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia.
g. Skizofrenia Psiko-Afektif
Gejala skizofrenia yang timbul disertai gejala depresi.
4. Tanda dan Gejala
Menurut (Azizah et al., 2016, p.214) tanda dan gejala skizofrenia
terdiri dari:
2

a. Gejala-gejala Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif).
Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas
yang dapat diamati oleh orang lain.
b. Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan
kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk
kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi
pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas,
tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan
kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Bleuler berpendapat bahwa gejala skizofrenia merupakan ciri khas
atau disebut juga gejala 4A, yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Affect (pengaruh) : Gejala satu sampai satu tahun sebelum psiko-
sis berhenti.
b. Associative looseness (kelonggaran assosiatif) : orang merasakan
sesuatu yang aneh yang terjadi pada mereka.
c. Autism : misinteprets tentang hal-hal di lingkungan
d. Ambivalence: Orang merasa bahwa sesuatu yang aneh telah terjadi
pada mereka. Untuk mempercayai orang lain. (Iyus Yosep, 2016).

B. Konsep Skizofrenia Paranoid


1. Pengertian
Skizofrenia Paranoid adalah gangguan psikotik yang disebabkan
oleh kelaianan pada otak, yang kemudian memunculkan kesalahan
persepsi pada panca indra, selanjutnya mengakibatkan gangguan yang
khas dalam berpikir (delusi). persepsi (halusinasi), pembicaraan,
emosi dan pikiran (W et al., 2019).
3

2. Manifestasi klinis Skizofrenia Paranoid


Tanda dan gejala skizofrenia paranoid
a. Gangguan penendengaran dimana pasien merasa ada suara-suara
yang berbicara dengan dirinya padahal suara tersebut tidak nyata
atau yang biasa disebut sebagai halusinasi auditorik.
b. Halusinasi Visual pasien merasa melihat bayangan yang tidak
nyata.
c. Rasa marah yang tidak jelas penyebabnya.
d. Gangguan emosi.
e. Kecemasan yang berlebihan dan gelisah.
f. Tingkah laku yang selalu ingin berdebat.
g. Kecenderungan untuk melukukan tindakan kekerasan.
h. Waham kebesaran yakni kepercayaan diri bahwa ia memiliki
kekuatan khusus yang tidak dimiliki orang lain.
i. Waham curiga yakni rasa percaya dalam dirinya bahwa orang lain
tidak menyukai dirinya dan ingin mencelakkan dirinya.
j. Adanya pikiran dan perilaku bunuh diri yang sering kali berulang.
3. Penyebab Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia paranoid disebabkan oleh disfungsi pada otak yang
terjadi karena faktor keturunan dan lingkungan. Sedangkan pemicunya
sendiri adalah stress dan trauma selain itu stress pada usia muda
penyelagunaan obat-obatan tertentu dan obat-obatan terlarang
(narkoba) dapat menjadi salah satu penyebab dan faktor risiko
skizofrenia paranoid bisa terjadi (Improhatun, 2021)

C. Konsep Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
4

contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang


berbica (Direja Ade Herman, 2017).
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana
mereka klien merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada
klien mengalami perubahan sensori persepsi merasaan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penciuman
gangguan halusinasi penglihatan misalnya, klien melihat suatu
bayangan menakutkan, padahal tidak ada bayangan tersebut. Salah
satu menifestasi yang timbul adalah halusinasi membuat klien tidak
memunuhi kehidupannya sehari-hari (Sutejo, 2019, p.9).
2. Jenis -jenis Halusinasi
Menurut (Sutejo, 2019) halusinasi terdiri dari beberapa jenis
yaitu:
a. Halusinasi Pendengaran Auditori
Data Objektif: Mengarahkan telinga pada suatu sumber suara,
Marah-marah tanpa sebab yang jelas, bicara atau tertawa sendiri
dan menutup telinga.
Data Subjektif: Mendengar suara atau bunyi gaduh, mendengar
suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang berbahaya,
mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap dan mendengar
suara orang yang sudah meninggal.
b. Halusinasi Penglihatan Visual
Data Objektif: Ketakutan pada suatu objek yang dilihat, tatapan
mata menuju tempat tertentu dan mengarah ke arah tertentu.
Data Subjektif: melihat mahluk tertentu, bayangan seorang yang
sudah meninggal, sesuatu yang menakutkan atau hantu, cahaya.
c. Halusinasi Penghidung (Olfaktori)
Data Objektif: Adanya gerakan cuping hidung karena mencium
sesuatu atau mengarahkan hidung pada tempat tertentu.
Data Subjektif: Mencium bau dari bau-bauan tertentu, seperti bau
mayat, masakan, fases, bayi atau parfum.
5

d. Halusinasi Pengecapan (gustatonik)


Data Objektif: Adanya tindakan mengecap sesuatu, gerakan men-
gunyah, sering meludah, atau muntah.
Data Subjektif: Klien seperti sedang merasakan makanan atau rasa
tertentu, atau mengunyah sesuatu.
e. Halusinasi Perabaan (taktil)
Data Objektif: Menggaruk-garuk permukaan kulit, klien terlihat
menatap tubunya dan terlihat merasakan sesuatu yang aneh seputar
tubuhnya.
Data Subjektif: Klien mengatakan ada sesuatu yang mengger-
ayangi tubuh, seperti tangan, serangga, atau mahluk halus,
merasakan sesuatu di permukaan kulit seperti rasa yang sangat
panas dan dingin, atau rasa tersengat aliran listrik.
3. Etiologi
Menurut (Yusuf, 2015, P.122-123) penyebab Halusinasi yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hamabatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stress dan ansietas
yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien
mungkin menekan perasaannya sehingga pematanan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seorang merasa
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi
sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi
3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran
ganda atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan
ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
6

4) Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak,
pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal
dan limbik.
5) Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan
cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika
kedua orang tua skizofrenia.
b. Faktor Prespitasi
1) Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau
diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi.
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamine, norepinnetrin,
indolamin, serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan
gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
tidak menyenangkan.
4) Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan
orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir,
afektif persepsi, motorik, dan sosial.
7

4. Fase Halusinasi
Intensitas halusinasi meliputi empat fase menurut Stuart dalam
(Sutejo, 2019, p.11-12) mulai dari fase I hingga tingkat IV yaitu :
a. Fase I
Pasien mengalami ansietas kesepian, rasa bersalah dan
ketakutan mencoba berfokus pada pikiran yang dapat
menghilangkan ansietas. Pasien tersenyum, menggerakan bibir
tanpa suara, menggerakan mata dengan cepat, respon verbal yang
lambat, diam serta konsentrasi.
b. Fase II
Pasien mengalami sensori menakutkan. Pasien mulai merasa
kehilangan kontrol, menarik diri dari orang lain terjadi peningkatan
sistem saraf otak tanda-tanda ansietas, seperti peningkatan denyut
jantung, pernapasan dan tekanan darah, konsentrasi dengan
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakaan
halusinasi dari kenyataan.
c. Fase III
Pasien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya,
perintah halusinasinya ditaati, pasien sukar berhubungan dengan
orang lain, rentang perhatian hanya beberpa detik atau menit,
berkeringat, tremor, dan tidak mampu mengikuti perintah.
d. Fase IV
Pasien mengalami sensori menjadi mengancam, perilaku
pasien panik, berpotensi untuk membutuh atau bunuh diri,
tindangan kekerasaan agitasi, menarik diri, tidak mampu
merespons terhadap lebih dari satu orang.
5. Rentang Respon
Menurut stuart (2013) dalam (Sutejo, 2019,p.10) halusinasi
merupakan gangguan dari persepsi sensori, sehingga halusinasi
merupakan gangguan dari respons neurobiologi. Oleh karenanya
8

secara keseluruhan, rentang respons halusinasi mengikuti kaidah


rentang respons neurobiologi.
Rentang respons neurobiologi yang paling adaptif adalah
adanya pikiran logis, persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan
pengalaman, perilaku cocok, dan terciptanya hubungan sosial yang
harmonis.sementara itu, respons maladaptif meliputi adanya
waham, halusinasi, kesukaranproses emosi, perilku tidak
terorganisasi, dan isolasi sosial menarik diri.
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses
Persepsi akurat Menyimpang Pikir:waham
Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
Dengan Emosi Ketidakmampuan
Pengalaman tidak stabil Untuk mengalami
Perilaku sesuai Perilaku aneh Emosi
Hubungan Menarik diri Ketidakteraturan
Social Isolasi sosial

Gambar 2.1 Rentang respons Neurobiologis halusinasi


(Sumber:Stuart, 2013)
6. Manifestasi klinis
Menurut (Sutejo, 2019, p.13-14) tanda dan gejala halusinasi
dinilai dari hasil observasi terhadap klien serta ungkapan klien.
Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah:
a. Data Subjektif
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster.
9

5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, fases, kadang-


kadang bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urine, atau fases.
7) Merasa senang dengan halusinasinya.
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
5) Menutup telinga
6) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
(Sutejo, 2019) meliputi:
a. Regresi
Berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang digunakan
untuk menanggulangi ansietas. Energi yang tersisa untuk aktivitas
sehari-hari tinggal sedikit, klien menjadi malas saat beraktivitas se-
hari-hari.
b. Proteksi
Dalam hal ini, klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu
benda.
c. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus in-
ternal.
10

d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien


8. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri,orang lain, dan lingkungan Effect

Perubahan sensori persepsi:halusinasi Core Problem

Isolasi Sosial : Menarik Diri Causa

Gambar 2.2 Pohon Masalah Perubahan Sensori: Halusinasi


(Eko prabowo,2014)
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi penglihatan dibagi menjadi tiga
yaitu:
a. Psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik / skizofrenia
biasannya diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik
antara lain :
1) Golongan Butirefenon : Haldol. pada kondisi ini biasannya
diberikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg, IM . Pemberian injeksi
biasannya cukup 3x24 jam. Setelahnya klien bisa diberikan
obat peroral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.
2) Golongan Fenotiazine : Asetofenazin, klopromazine, vesprin.
Biasanya diberikan peroral. Kondisi ini biasannya diberikan
3x100 mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi
1x100 mg pada malam hari saja (Eko prabowo, 2014).
b. Terapi Kejang Listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang
listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan
terapi neuroleptika oral atau injkesi, dosis terapi kejang listrik 4-5
11

joule/detik (Eko prabowo, 2014, p 135).


c. Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena berhubungan dengan praktis dengan maksud
mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat, selain itu terapi
kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan orang
lain, pasien lain, perawat, dokter. Maksudnya supaya pasien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan
bersama, seperti terapi modalitas .
Menurut Eko Prabowo tahun 2014 halaman 135 terapi ini
meliputi:
a. Terapi aktivitas
1) Terapi musik
Fokus : mendengar, memainkan alat musik, bernyayi,
yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai
pasien.
2) Terapi seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai
pekerjaan seni.
3) Terapi menari
Fokus : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh.
4) Terapi relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional untuk koping/perilaku maladaptif/deskriptif,
meningkatkan partisipasi dan kesenanggan pasien dalam
kehidupan.
5) Terapi sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
6) Terapi kelompok
a) Terapi group ( kelompok terapeutik )
12

b) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity


therapy).
c) TAK Stimulus Persepsi Sensori : Halusinasi
(1) Sesi 1 : Mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
(2) Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan.
(3) Sesi 3 : Mencegah halusinasi dengan
bercakap-cakap.
(4) Sesi 4 : Mengontrol halusinasi dengan
patuh minum obat.
7) Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam
keluarga.

D. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal didalam penangnan asuhan
keperawatan. Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara dan
observasi pada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala gangguan sensori
persepsi halusinasi bisa ditemukan dengan wawancara. Menurut Ke-
liat, Budi Ana (1998) dalam Prabowo Eko, (2014) isi pengkajain
meliputi:
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal
dirawat, nomor rekam medis.
b. Alasan masuk
Alasan masuk menyebabkan pasien dirawat di rumah sakit.
c. Faktor predisposisi
1) Adakah keluaraga yang mempunyai penyakit serupa
13

2) Biasanya pasien pernah mengalami ganggun jiwa dan belum


berhasil dalam pengobatan
3) Pernah mengalami trauma masa lalu
4) Pernah mengalami penganiayaan fisik
d. Faktor presipitasi
Meliputi sikap persepsi mereka tidak mampu, putus asa, tidak per-
caya diri, merasa gagal, kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan
dan penangan gejala stres.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tanda- tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan
adakah keluhan fisik yang dirasakan.
f. Psikososial
1) Genogram
Menggambarkan pasien dengan keluarga.
2) Konsep diri
a) Citra Tubuh
Tanyakan pada pasien, bagian tubuh yang disukai dan tidak
disukai.
b) Peran
Peran pasien dalam keluarga, pekerjaan, kelompok,
masyarakat, dan kemampuan pasien dalam melaksanakan
peranya.
c) Ideal diri
Hubungan pasien terhadap keadaan tubuh, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapan.
d) Harga diri
Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi.
3) Hubungan sosial
Tanyakan orang yang berarti dalam hidup pasien, tanyakan
kelompok apa yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual
14

Nilai dan keyakinan, kegatan ibadah/menjalankan keyakinan.


g. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan pasien apakah ada yang tidak rapi.
2) Pembicaraan
Pembicaraan pasien apakah cepat, keras, gagap, terburu-buru,
apatis, lambat, membisu, menghindar.
3) Aktivitas kelompok
Lesu, tegang, gelisah.
4) Emosi
Tertawa, senyum, marah.
5) Afek
Dangkal, labil, tumpul, tidak sesuai.
6) Interaksi selama wawancara
Tidak kooperatif, curiga, permusuhan.
7) Persepsi
Halusinasi
8) Proses pikir
Gangguan proses pikir jarang ditemukan.
9) Tingkat kesadran
Bingung, sedasi (merasa melayang-layang), stupor (kaku).
10) Orientasi
Jelaskan apa yang dikatakan pasien saat wawancara.
11) Memori
Gangguan mengingat jangka panjang, gangguan mengingat
jangka pendek dan gangguan mengingat saat ini.
12) Kemampuan penilaian
Kaji bagaimana pasien dalam melakukan penilaian terhadap
situasi dan bandingkan dengan yang seharusnya.
13) Daya tilik diri
a) Mengingkari penyakit yang di derita
15

b) Menyalakan hal- hal diluar dirinya.


h. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
Klien sibuk dengan halusinasi dan tidak memperdulikan
makanan.
2) BAK atau BAB
Observasi kemampuan klien untuk BAB dan BAK serta ke-
mampuan klien untuk membersihkan diri.
3) Mandi
Biasannya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi
sama sekali.
4) Berpakaian
Biasannya tidak rapi.
5) Istirahat
Biasannya istirahat klien terganggu ketika halusinasinnya
datang.
6) Peliharaan Kesehatan.
Peran keluarga dan sistem pendukung sangat menentukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan
halusinasi menurut Damayanti Mukripah dan Iskandar, (2014) sebagai
berikut :
a. Resiko Perilaku kekerasan (pada diri sendiri,orang lain, lingkungan
dan verbal).
b. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
c. Isolasi Sosial
3. Intervensi
Menurut Diagnosa: gangguan perubahan persepsi sensori;
halusinasi penglihatan, Intervensi pada klien halusinasi penglihatan:
a. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
16

b. Tujuan Khusus 1
Klien dapat mengambina hubungan saling percaya.
Kriteria Hasil:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, jawab
salam,klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang dihadapin.
Intervensi :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal ataupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6) Beri perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
c. Tujuan Khusus 2
Klien dapat mengenal halusinasi
Kriteria Hasil:
1) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya
halusinasi.
2) Klien dapat mengungkapkan bagaimana perasaannya terhadap
halusinasi tersebut.
Intervensi :
1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
2) Observasi tingkah laku klien yang terkait dengan
halusinasinya: bicara dan tertawa sendiri tanpa stimulus dan
memandang ke kiri atau kanan atau ke depan seolah-olah ada
teman bicara.
3) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
17

a) Jika menemukan klien sedang berhalusinasi: tanyakan


apakah ada sesuatu yang dilihatnya.
b) Jika klien menjawab ada, lanjutkan: apa yang dilihatnya.
Katakan bahwa perawat percaya klien melihat sesuatu itu,
namun perawat sendiri tidak melihat (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).
c) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien
d) Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
e) Diskusikan dengan klien:
(1) Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi (jika sendiri, jengkel, atau sedih).
(2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore dan malam: terus menerus atau sewaktu-
waktu).
f) Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakannya
jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih dan senang),
beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaanya.
d. Tujuan Khusus 3
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria Hasil:
1) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya.
2) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi.
3) Klien dapat mendemontrasikan cara menghardik, mengusir,
tidak mempedulikan halusinasinya.
Intervensi :
1) Bersama klien, identifikasi tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll).
2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian kepada klien
18

3) Diskusikan dengan klien tentang cara baru mengontrol


halusinasinya
a) Menghardik, mengusir, tidak memperdulikan
halusinasinya.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain jika halusinasinya
muncul.
c) Melakukan kegiatan sehari-hari.
4) Beri contoh cara menghardik halusinasi: " pergi! saya tidak
mau melihat kamu, saya mau mencuci piring atau bercakap-
cakap dengan perawat”.
5) Beri pujian atas keberhasilan klien
6) Minta klien mengikuti contoh yang diberikan dan minta klien
mengulanginya.
7) Susun jadwal latian klien dan minta klien untuk mengisi
jadwal kegiatan
8) Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi
realitas, stimulasi persepsi.
9) Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat,
serta manfaat obat tersebut (prinsip 5 benar yaitu benar obat,
benar dosis,benar orang, benar waktu, dan benar cara
pemberian).
10) Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminum
(Nama, warna, dan besarnya: waktu minum obat jika 3x: pukul
07.00, 13.00, dan 19.00) dosis, cara.
11) Diskusikan proses minum obat:
a) Klien meminta obat kepada perawat (jika di rumah sakit),
kepada keluarga (jika di rumah).
b) Klien memeriksa obat sesuai dosis
c) Klien meminum obat pada waktu yang tepat
12) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter mengenai manfaat
dan efek samping obat yang dirasakan.
19

e. Tujuan Khusus 4
Keluarga dapat merawat klien di rumah dan menjadi sistem
pendukung yang efektif untuk klien.
Kriteria Hasil:
1) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan
untuk mengendalikan halusinasi.
2) Keluaraga dapat menyebutkan jenis, dosis, waktu pemberian,
manfaat, serta efek samping obat.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat
kunjungan rumah):
a) Gejala halusinasi yang klien alami.
b) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
memutuskan halusinasi.
c) Cara merawat anggota keluarga dengan gangguan
halusinasi di rumah : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, berpergian bersama, jika klien sedang
sendiri di rumah, lakukan kontak dengan dalam telepon.
d) Beri informasi tentang tindak lanjut atau kapan perlu
mendapat bantuan ketika halusinasinya tidak terkontrol
dan risiko menciderai orang lain.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang jenis dosis, waktu
pemberian, manfaat dan efek samping obat.
3) Anjurkan kepada keluarga untuk berdiskusi dengan dokter
tentang manfaat dan efek samping obat.
Menurut Keliat, Akemat, Helena, dan Nurhaeni (2019) Tindakan
Keperawatan yang harus dilakukan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori: Halusinasi .
a. Tindakan keperawatan melalui strategi pelaksanaan (SP) pada
pasien :
20

1) SP (Strategi Pelaksanaan) 1 Pasien: Membantu pasien


mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara mengontrol halusinasi,
ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama
(menghardik halusinasi).
2) SP (Strategi Pelaksanaan) 2 Pasien: melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara kedua (bercakap cakap dengan orang
lain).
3) SP (strategi pelaksanaan) 3 pasien: Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara ketiga (melaksanakan aktivitas yang
terjadwal).
4) SP (Strategi Pelaksanaan) 4 Pasien: Melatih pasien
menggunakan obat secara teratur.
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) SP (Strategi Pelaksanaan) 1 Keluarga : pendidikan kesehatan
tntang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami
pasien, tanda dn gejala halusinasi, dan cara merawat pasien
halusinasi.
2) SP (Stategi Pelaksanaan) 2 Keluarga: Melatih keluarga
melakukan praktik merawat pasien secara langsung dihadapan
pasien.
3) SP (strategi pelaksanaan) 3 Keluarga: Menjelaskan perawatan
lanjutan.
4. Implementasi
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai
dengan kondisi pasien saat ini (here and now). Perawat juga perlu
mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang
akan dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan
keperawatan bisa diimplementasikan.
21

Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat


harus membuat kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang
akan dikerjakan dan peran serta pasien yang diharapkan. Kemudian
penting untuk diperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah
ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah
dilaksanakan (Yusuf, 2015,p.46).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan (Direja Ade
Herman, 2017, p.39)
Evaluasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP yaitu :
S : Respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan.
O : Respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
A : Analisis ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan
masalah apakah masalah masih tetap/ muncul masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respons klien.
BAB III
METODA PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini menerapkan metode kualitatif dalam
bentuk studi kasus untuk mendeskripsikan respons klien terhadap pener-
apan Asuhan Keperawatan Jiwa Asuhan Keperawatan Halusinasi.
Penelitian dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan
data, klasifikasi, pengolahan atau analisa data, memuat kesimpulan dan la-
poran.

B. Subjek Penelitian
Sample studi kasus dua responden dengan gangguan persepsi sen-
sori halusinasi penglihatan dengan diagnosis medis skizofrenia paranoid
yang berhospitalisasi di ruang keperawatan RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta.

C. Fokus Studi
Fokus studi penelitian ini pada 2 klien meliputi langkah Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan
Dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Paranoid dengan masalah
keperawatan yang sama dan diagnosis yang sama yaitu klien yang
mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.

D. Variabel dan Definisi Operasional


Pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dalam Asuhan Keperawatan
Gangguan persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan) dengan Diagnosa
Medis Skizofrenia Paranoid di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta, penulis
mengelompokkan variabel
1 serta definisi operasional sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
2

adalah asuhan keperawatan jiwa pada pasien halusinasi penglihatan.


2. Asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi penglihatan adalah serangkaian tindakan atau
proses keperawatan yang diberikan kepada klien halusinasi pengli-
hatan dan dilakukan secara berkesinambungan untuk pemecahan
gangguan halusinasi penglihatan dengan melalui tahapan yaitu :
Pengkajian terdiri dari data subjektif (DS) dan data objektif (DO).
Penetapan diagnosis keperawatan dirumuskan dengan pohon
masalah yang difokuskan pada core problem. Rencana tindakan
keperawatan dalam bentuk strategi pelaksanaan (SP) , SP 1 - 4
pasien halusinasi.
Untuk implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan ren-
cana keperawatan yang telah dibuat dan berdasarkan dengan
situasi klien kemudian dilanjutkan dengan evaluasi hasil selama
pelaksanaan asuhan keperawatan dan pendokumentasian hasil
tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

E. Tempat Dan Waktu


1. Tepat penelitian
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan masalah gangguan persepsi
sensori halusinasi penglihatan dengan diagnosa skizofrenia paranoid di
ruang Larasati dan ruang Abimanyu RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan tanggal 6 April 2022 sampai tanggal 13 April
2022.

F. Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya jawab yang
berkaitan terhadap masalah yang dihadapi klien. Teknik pengumpulan
data dengan wawancara pada klien untuk memperoleh data subjektif .
3

2. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung pada keadaan klinis klien
dan hasil tindakan asuhan keperawatan dengan gangguan halusinasi
penglihatan. Keadaan klinis yang diamati meliputi penampilan, ek-
spresi wajah, kontak mata, kokompakan klien dalam diajak berkomu-
niksi, kooperatif atau tidak kooperatif, dan bagaimana gerak gerik
tubuh klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik klien dilakukan untuk menentukan masalah kese-
hatan klien. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda vital, tinggi badan,
berat badan, keluhan fisik, serta pemeriksaan sistem dan fungsi organ
pada klien.
4. Rekam Medis
Penulis menggunakan data hasil pemeriksaan diagnostik, obat yang
didapat pasien, dan data lain yang terdapat pada rekam medik pasien.

G. Analisa Data
Membandingkan dua respons asuhan keperawatan pada pasien
gangguan halusinasi penglihatan dengan diagnosa medis skizofrenia para-
noid terhadap responden kemudian hasilnya dibahas kemungkinan ada ke-
sesuaian maupun kesenjangan teori asuhan keperawatan .

H. Penyajian Data
Penyajian laporan asuhan keperawatan disajikan secara naratif
yang meliputi pelaksanaan asuhan keperawatan dua pasien halusinasi
penglihatan, analisis dilanjutkan pembahasan, kesesuaian dan kesenjangan
asuhan keperawatan pada klien atas dasar asuhan keperawatan.

I. Etika Penelitian
Etika penulisan bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas re-
sponden yang kemungkinan dapat terjadi ancaman terhadap respon-
4

den.penulis memberikan Informed consent (persetujuan bagi klien/terlam-


pir), penulis menyamarkan nama klien dengan lembar hasil asuhan keper-
awatan (anonymous) dan menjagakerahasiaan klien (confidentially). Kera-
hasiaan klien dijamin oleh penulis dan hanya data-data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil laporan kasus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pada bab ini akan membahas tentang hasil dari studi kasus Asuhan
Keperawatan Gangguan Persepsi sensori Halusinasi Penglihatan Dengan
Skizofrenia Paranoid pada Ny.S dilakukan tanggal 6 April 2022 sampai 9
April 2022 dan Sdr.Z dilakukan tanggal 9 April 2022 sampai 13 April
2022 di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Pengelolaan ini mencakup lima
tahap proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, rencana, imple-
mentasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
a. Identitas
Pengkajian Klien 1 dilakukan hari senin 6 April 2022 pukul
10.00 WIB di ruang Larasati RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta dari
hasil pengkajian didapatkan identitas klien bernama Ny.S , Umur
33 tahun, alamat Pacitan, jenis kelamin perempuan, pendidikan
SD, klien tidak bekerja, beragama islam, status perkawinan janda,
nomor rekam medis 098XXX Penanggung jawab klien adalah
Ny.T, umur 28 tahun, alamat Pacitan, hubungan dengan klien
adalah adik kandung. Klien masuk RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta pada tanggal 26 Maret 2022 melalui instalasi gawat
darurat.
Pengkajian Klien 2 dilakukan pada tanggal 9 April 2022
pukul 08.30 WIB di ruang Abimanyu RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta dari hasil pengkajian didapatkan identitas klien bernama
Sdr.Z, Umur 23 tahun, alamat Grobogan, jenis kelamin laki-laki,
pendidikan SMA, klien tidak bekerja, beragama islam, status
belum menikah, nomor rekam medis 083XXX penanggung jawab
klien Ny.M, Umur 50 tahun, alamat Grobogan, hubungan dengan
klien adalah ibu kandung. Klien masuk RSJD dr Arif Zainudin
Surakarta pada tanggal 1 April 2022 melalui instalasi gawat daru-
2

rat.
b. Alasan masuk
Klien 1 (Ny.S) Keluarga mengatakan klien sering berbicara
kasar sambil menunjuk kearah tertentu. Keluarga mengatakan 2
hari sebelum dibawa ke rumah sakit (24 Maret 2022) perilaku klien
semakin tidak terkontrol, tidak mau makan dan sering menyendiri
dan hanya mondar mandir di kamar, keluarga membawa klien ke
RSJD dr. Arif Surakarta pada tanggal 26 Maret 2022.
Klien 2 (Sdr.Z) mengatakan pada tanggal 1 April 2022 diantar
oleh ibu dan pamanya ke IGD RSJD dr. Arif Suarakarta karena
klien sering mengamuk dan berbicara sendiri.
c. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1) Predisposisi
Klien 1 (Ny.S), klien sebelumnya pernah dirawat di RSJ
pada tahun 2014, pengobatan sebelumnya tidak berhasil karena
klien mengangap dirinya sudah sembuh kemudian tidak mau
meminum obat lagi. Klien mengatakan tidak punya trauma. Klien
mengatakan pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan yaitu
percerain ia dengan suaminya dan klien juga dulu pernah di PHK.
Dalam keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa se-
lain dirinya. Klien jarang berkomunikasi dengan keluarga.
Klien 2 (Sdr.Z), klien sudah dua kali masuk RSJ, yang per-
tama pada tahun 2018 dan sekarang yang kedua kalinya. Pengob-
atan sebelumnya kurang berhasil karena klien tidak meminum
obat. Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma, tapi klien
pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan yaitu perceraian
kedua orang tuanya. Dalam keluarga tidak ada yang menderita
gangguan jiwa selain dirinya.
2) Presipitasi
Klien 1 (Ny.S), 1 minggu sebelum masuk rumah sakit klien
3

gagal menikah karena keluarga dari calon suaminya yang secara


mendadak membatalkan pernikahan, kemudian klien sering men-
gurung diri dikamar tidak mau bicara, tidak mau makan, klien ser-
ing berbicara sendiri, klien menjadi sangat sensitif klien sering
berkata kasar pada neneknya kemudian keluarganya membawanya
ke RSJ.
Klien 2 (Sdr.Z) mengatakan ingin memiliki motor, 2
minggu sebelum masuk rumah sakit klien meminta pada keluarga
untuk membeli motor, namun tidak dituruti karena faktor ekonomi,
klien sering diolok-olok oleh teman sebayanya klien menjadi tidak
mau berbaur, sering menyendiri tidak mau keluar dari rumah. Klien
mengatakan sering melihat mahluk yang tinggi besar dan kekar
berkulit hitam menyuruhnya untuk mencuri uang, kemudian klien
mencuri uang milik tetangganya untuk membeli motor namun ga-
gal, setelah kejadian tersebut keluarga mengfiksasi tangan klien,
klien menjadi sering mengamuk akhirnya keluarganya membawa
klien ke RSJD dr.Arif Zainudin pada tanggal 1 April 2022, klien
juga tidak rutin mengonsumsi obat selama kuarang lebih 1 bulan.
d. Pemeriksaan fisik
Klien 1 Ny.S hasil pemeriksaan fisik didapatkan data seba-
gai berikut, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 68x/menit, suhu 36 ,
pernapasan 20x/menit, berat badan 47 kg, tinggi badan 155 cm,
Klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik.
Klien 2 Sdr.Z, hasil pemeriksaan fisik didapatkan data seba-
gai berikut, tekanan darah 110/89 mmHg, nadi 97x/menit, suhu
36,3 pernapasan 20x/menit berat badan 50 kg, tinggi badan 165
cm, klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik
4

e. Keluarga
1) Genogram
a) Klien 1 Ny.S

Gambar 4.1 Genogram Klien 1


b) Klien II Sdr.Z

Gambar 4.2 Genogram Klien 2


5

Keterangan
: laki laki : Garis pernikahan
: perempuan : Tinggal satu rumah
: pasien : Cerai
: Garis keturunan
: Meninggal
Keterangan
Pada klien 1 merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Klien
sudah menikah tetapi sudah bercerai dan mempunyai anak 1
berjenis kelamin laki-laki berusia 9 tahun. Pola asuh klien dia-
suh oleh neneknya sejak kecil karena kedua orang tua klien
meninggal saat klien berusia 7 tahun. Pola komunikasi klien ku-
rang bisa mengungkapkan perasaanya, cenderung tertutup dan
lebih sering memendamnya sendiri. Pola pengambilan keputu-
san dalam keluarga diambil oleh adiknya. Tidak ada keluarga
yang mengalami gangguan jiwa seperti klien.
Pada klien 2 merupakan anak ke 2 dari tiga bersaudara.
Klien belum menikah. Pola asuh klien diasuh oleh neneknya dan
karena kedua orang tua klien bercerai saat klien berusia 9 tahun.
Klien tinggal bersama neneknya dan adik lelakinya. Pola komu-
nikasi klien cenderung tertutup dan lebih sering memendam
sendiri. Pola pengambilan keputusan dalam keluraga secara
musyawarah. Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa seperti klien.
2) Interaksi dalam keluarga
Klien 1 (Ny.S) klien mengatakan jarang berinteraksi dengan
keluarga dan begitupun sebaliknya . klien mengatakan takut
merepotkan jika ia menceritakan masalahnya. klien lebih sering
diam.
6

Klien 2 (Sdr.Z), klien mengatakan jarang berinteraksi den-


gan keluarga terlebih dengan orang tuanya. biasanya jika memi-
liki masalah klien bercerita dengan neneknya namun klien lebih
sering memendam masalahnya sendiri.
3) Krisis dalam keluarga
Klien 1 (Ny.S) tidak ada krisis dalam keluarga.
Klien 2 (Sdr.Z) keluarga Sdr.Z mengalami krisis ekonomi,
sehingga didalam keluarga tersebut harus mencari nafkah semua
untuk memenuhi kebutuhan.
4) Pola pengambilan keputusan
Klien 1 (Ny.S), dalam pengambilan keputusan dilakukan
oleh adik klien.
Klien 2 (Sdr.Z) dalam pengambilan keputusan dilakukan se-
cara musyawarah.
5) Persepsi peran dalam keluarga
Klien 1 Ny.S mengatakan seorang ibu dari satu anak laki-
lakinya namun sudah bercerai dengan suaminya.
Klien 2 Sdr.Z klien mengatakan anak ke dua dari tiga
bersaudara.
6) Persepsi kemampuan keluarga
Klien 1 Ny.S keluarga Ny.S belum mampu mengatasi kon-
disi Ny.S secara mandiri sehinga keluarga membawa anaknya ke
RSJ.
Klien 2 Sdr.Z keluarga Sdr.Z persepsi kemampuan keluarga
tidak terkaji.
7) Persepsi dan harapan klien/keluarga
a) Persepsi klien atas masalahnya
Klien 1 melihat bayangan wanita berwajah menyera
mkan yang akan mencekiknya, klien tampak ketakutan, dan
sering berbicara sendiri.
7

Klien 2 melihat mahluk yang tinggi besar dan kekar


berkulit hitam sering mengintipnya dijendela bangsal saat
sedang sepi atau menjelang dini hari, klien mencoba
melawannya namun tidak bisa dan sering ketakutan.
b) Persepsi keluarga atas masalahnya
Klien 1 (Ny.S), keluarga mengatakan masalah yang
dialami Ny.S adalah masalah yang serius apabila tidak
segera ditangani akan membahayakan Ny.S dan orang dis-
ekitarnya keluarga berharap Ny.S bisa segera hidup normal.
Klien 2 (Sdr.Z) persepsi keluarga atas masalahnya
tidak terkaji.
c) Harapan klien sehubungan dengan pemecahan masalah
Klien 1 (Ny.S), klien mengatakan ingin segera pu-
lang ke rumah dan bertemu dengan neneknya.
Klien 2 (Sdr.Z), klien mengatakan ingin segera pu-
lang dan berkumpul dengan keluarga.
d) Harapan keluarga sehubungan dengan pemecahan masalah
Klien 1 (Ny.S) keluarga berharap Ny.S segera sem-
buh dan dapat beraktivitas normal seperti dulu.
Klien 2 (Sdr.Z), harapan keluarga sehubungan den-
gan pemecahan masalah tidak terkaji.
8) Mekanisme koping klien/keluarga
a) Koping klien terhadap masalah yang dihadapi
Klien 1 (Ny.S) dan Klien 2 (Sdr.Z) klien mengatakan
tidak tahu cara menyelesaikan / mengatasi masalah yang di-
hadapi.
b) Koping keluarga terhadap masalah klien
Klien 1 Ny.S, keluarga klien tidak tahu cara mengatasi
masalah Ny.S selain membawanya ke Rumah sakit jiwa.
Klien 2 Sdr.S, koping keluarga terhadap masalah klien
8

tidak terkaji.
9) Psikososial
a) Konsep diri
(1) Citra Tubuh
Klien 1 (Ny.S), klien mengatakan tidak memiliki ca-
cat tubuh dan klien mengatakan biasa saja tentang ben-
tuk tubuhnya.
Klien 2 (Sdr.Z), klien mengatakan mensyukuri se-
mua bagian tubuhnya.
(2) Peran
Klien 1 (Ny.S) , klien mengatakan seorang ibu dari
satu anak laki-lakinya.
Klien 2 (Sdr.Z), klien mengatakan seorang anak ke dua
dari tiga bersaudara, memiliki 1 adik laki- laki dan 1
kakak laki-laki.
(3) Ideal diri
Klien 1 (Ny.S), klien mengatakan jika sudah sem-
buh sepenuhnya ingin menikah dan bisa tinggal satu
rumah dengan suami dan anaknya sebagai keluarga
yang harmonis.
Klien 2 (Sdr.Z), klien mengatakan jika sudah sem-
buh ingin segera mencari pekerjaan dan bekerja untuk
membantu keluarga.
(4) Harga diri
Klien 1 (Ny.S), mengatakan terkadang merasa sedih
karena merepotkan keluarganya terkait kondisinya,
klien tidak mengalami harga diri rendah.
Klien 2 (Sdr.Z), klien mengatakan malu karena ser-
ing dirawat di RSJ.
(5) Identitas
9

Klien 1 (Ny.S), klien mengatakan bahwa dirinya se-


orang wanita berusia 33 tahun sudah pernah menikah,
klien sempat bekerja di PT sebelum akhirnya diPHK,
klien memiliki satu anak laki-laki .
Klien 2 (Sdr.Z), klien mengatakan bahwa dirinya
laki-laki berusia 23 tahun belum pernah menikah dan
bekerja.
b) Hubungan sosial
(1) Orang yang berarti
Klien 1 Ny.S, klien mengatakan orang yang berarti
baginya adalah neneknya karena ia selalu memban-
tunya.
Klien 2 Sdr.Z, Klien mengatakan orang yang berarti
baginya adalah neneknya karena setelah orang tuanya
bercerai yang mengasuhnya sampai sekarang adalah
neneknya.
(2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien 1 Ny.S, klien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan masyarakat.
Klien 2 Sdr.Z, klien mengatakan jarang mengikuti
kegiatan kelompok apapun .
(3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien 1 Ny.S, klien mengatakan tidak memiliki te-
man,klien hanya mau berbincang dengan orang yang di-
anggapnya kenal dan klien hanya berbincang ketika dia-
jak berbicara duluan.
Klien 2 Sdr.Z, klien mengatakan jika dirumah tidak
memiliki teman. klien dibangsal memiliki teman karena
sudah berkenalan klien tidak memiliki hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain.
10

c) Spiritual
(1) Nilai dan keyakinan
Klien 1 Ny.S dan Klien II Sdr.Z klien menganut
agama islam.
(2) Kegiatan beribadah
Klien 1 Ny.S, klien mengatakan jarang melak-
sanakan sholat.
Klien 2 Sdr.Z klien mengatakan selalu sholat 5
waktu saat dirumah maupun saat dirs, klien selalu rajin
sholat dan menjalankan sholat tepat waktu.
d) Pendidikan dan Pekerjaan
Klien 1 Ny.S, klien mengatakan tamatan sekolah dasar,
sebelum menikah klien sempat bekerja, setelah menikah
sampai sekarang klien tidak bekerja.
Klien 2 Sdr.Z, klien mengatakan lulusan SMA setelah
itu klien tidak bekerja, klien biasanya membantu
saudaranya bekerja di sawah.
e) Gaya hidup
Klien 1 Ny.S dan Klien 2 Sdr.Z mengatakan tinggal
bersama kelurganya secara sederhana.
f) Budaya
Klien 1 Ny.S dan Klien 2 Sdr.Z mengatakan menganut bu-
daya jawa modern.
10) Status mental
a) Penampilan
Klien 1 Ny.S, klien berpenampilan rapi, menggunakan
pakaian seragam rumah sakit. Rambutnya selalu disisir rapi.
klien selalu memakai alas kaki sandal.
Klien 2 Sdr.Z, klien berpenampilan rapi, menggunakan
baju yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Rambutnya
11

pendek rapi.
b) Pembicaraan
Klien 1 Ny.S, klien tampak bisa menjawab pertanyaan
yang diberikan namun terkadang jawabanya melantur,
ketika berbicara klien lambat dan suara pelan.
Klien 2 Sdr.Z, klien mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan tetapi pembicaraan klien berbelit-belit.
c) Aktivitas motorik
Klien 1 Ny.S, klien tampak gelisah, khawatir karena in-
gin segera pulang ke rumah ingin bertemu neneknya, klien
ingin menjenguk anaknya dan merayakan ulang tahun
anaknya.
Klien 2 Sdr.Z, klien terlihat mondar mandir kesana kemari
saat di bangsal.
d) Alam perasaan
Klien 1 Ny.S, klien tampak sedih karena berpisah den-
gan keluarganya dan kuatir jika tidak bisa merayakan ulang
tahun anaknya.
Klien 2 Sdr.Z, klien tampak sesekali tertawa secara
berlebihan tanpa sebab dan sesekali klien terlihat sedih
tanpa sebab.
e) Afek
Klien 1 Ny.S, klien menunjukan emosi yang berubah-
ubah yang terkadang telihat gembira kadang terlihat sedih.
Klien 2 Sdr.Z, klien meunujukan ekspresi yang
berubah-ubah secara cepat tiba-tiba tertawa, tiba-tiba sedih.
f) Interaksi selama wawancara
Klien 1 Ny.S, Selama wawancara klien kooperatif saat
ditanya selalu menjawab namun kadang jawaban tidak
nyambung , kontak mata hanya sebentar.
12

Klien 2 Sdr.Z, selama wawancara saat ditanya klien ko-


operatif, ada kontak mata, dan saat ditanya ada respons baik
dan jawaban jelas.
g) Persepsi Halusinasi
Klien 1 (Ny.S), mengatakan halusinasi muncul saat sepi,
saat menjelang tidur, saat tengah malam, frekuensi 3 kali se-
hari durasi 1-2 menit.klien mengatakan sering melihat
wanita berwajah menyeramkan seperti ingin mencekiknya
disamping tempat tidurnya.
Klien 2 (Sdr,Z) mengtakan halusinasi muncul saat klien
akan beristirahat , saat tengah malam, frekuensi 3 kali sehari
durasi 1-2 menit. Klien mengatakan melihat mahluk yang
tinggi besar dan kekar berkulit hitam sering muncul dijen-
dela kamar bangsal.
h) Isi pikir
Klien 2 (Ny.S) dan Klien 2 (Sdr.Z) mengatakan tidak
ada gangguan isi pikir namun klien melihat bayangan yang
tidak ada wujudnya.
i) Arus pikir
Klien 1 (Ny.S) dank klien 2 (Sdr.Z) klien dapat men-
jawab pertanyaan saat pengkajian dengan baik.
j) Tingkat kesadaran
Klien 1 (Ny.S) dan klien 2 (Sdr.Z) tinkat kesadaran
composmetis, tidak mengalami disorientasi waktu dan tem-
pat.
k) Memori
Klien 1 (Ny.S) dan klien 2 (Sdr.Z) mampu mengingat
memori masa lalu dan yang baru terjadi.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien 1 (Ny.S) dan klien 2 (Sdr.Z) mampu berkonsen-
13

trasi dan berhitung, terbukti mereka mampu menghitung 0-


10 dan 10-0.
m) Kemampuan penilaian
Klien 1 (Ny.S) dan klien 2 (Sdr.Z) klien mengatakan
dirinya hanya mengalami gangguan jiwa yang ringan.
n) Daya tilik diri
Klien 1 (Ny.S) dan Klien 2 (Sdr.Z) klien mengakui
penyakit yang dialaminya saat ini.
11) Kebutuhan persiapan pulang
a) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien 1 Ny.S, klien memenuhi kebutuhan diri dengan
mandiri, seperti makan, menyisir rambut, mandi dan
berpakaian.
Klien 2 Sdr.Z, klien memenuhi kebutuhan dengan
mandiri, seperti makan, menyisir rambut, mandi dan
berpakaian.
b) Kegiatan hidup sehari-hari
(1) Perawatan diri
Klien 1 Ny.S, klien mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri baik mandi, kebersihan makan,
BAB/BAK dan ganti pakaian tanpa bantuan orang
lain.
Klien 2 Sdr.Z, klien mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri baik mandi, kebersihan makan,
BAB/BAK dan ganti pakaian tanpa bantuan orang
lain.

(2) Nutrisi
Klien 1 Ny.S, klien hanya menghabiskan ½ porsi
14

makanan, klien mengatakan tidak puas dengan


makanan di Rumah sakit karena tidak sesuai dengan
seleranya.
Klien 2 Sdr.Z, klien selalu menghabiskan satu porsi-
makanan, klien tidak pernah memisahkan diri saat
makan selalu makan bersama teman satu bangsal.
(3) Frekuensi
Klien 1 (Ny.S) dan Klien 2 (Sdr.Z) makan 3 kali se-
hari.
(4) Tidur
Klien 1 Ny.S, klien mengalami gangguan tidur
ketika halusinasinya muncul.
Klien 2 Sdr.Z, klien mengalami gangguan tidur
ketika halusinasinya muncul.
c) Kemampuan klien dalam mengantisipasi kebutuhan sendiri
Klien 1 (Ny.S), klien mampu untuk mengatasi kebu-
tuhan sendiri dengan melakuakn aktivitas secara mandiri.
Obat klien diatur oleh rumah sakit.
Klien 2 (Sdr.Z), klien mampu mengatasi kebutuhan
sendiri dengan meminum obat setelah makan secara
mandiri.
d) Klien memiliki sistem pendukung
Klien 1 (Ny.S) dan Klien 2 (Sdr.Z) memiliki sistem
pendukung yaitu keluarga yang mendukung klien agar cepat
sembuh.
e) Klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif dan hobi?
Klien 1 (Ny.S), klien mengatakan menikmati saat
melakukan kegiatan produktif.
Klien 2 (Sdr.Z), klien mengatakan menikmati dan
menyenangi hobinya.
15

12) Aspek Medis


a) Diagnosa Medik
Diagnosis medis klien 1 (Ny.S) dank Klien 2 (Sdr.Z)
adalah F.20.0 (Skizofrenia paranoid).
b) Terapi Medik
Klien 1 (Ny.S) mendapat terapi medis Risperidone
2x2mg, Trihexypenidil 2x2mg, Chlorpromezine 1x 100mg,
peroral.
Klien 2 (Sdr.Z) mendapat terapi medis Haloperidol 2x
5mg, Resperidone 2x3mg, Trihexyphenidil 2x2mg, peroral.
13) Data Fokus
Klien 1 (Ny.S), dari hasil pengkajian didapatkan data fokus
objektif dan subjektif yaitu, klien mengatakan melihat bayangan
wanita berwajah menyeramkan disamping tempat tidurnya seperti
ingin mencekiknya, bayangan tersebut muncul saat klien ingin
tidur dan tengah hari saat sepi , bayangan tersebut muncul 2-3 kali
sehari durasi 1 menit, respons klien terkadang berbicara sendiri,
sedangkan data objektif klien tampak melamun dan menyendiri,
afek labil.
Klien 2 (Sdr.Z), dari hasil pengkajian didapatkan data fokus
objektif dan subjektif yaitu, klien mengatakan melihat mahluk
tinggi besar dan kekar warna kulit hitam sering muncul dijendela
bangsal, bayangan mahluk tersebut sering muncul saat sepi, saat
klien istirahat dan menjelang dini hari, bayangan muncul 1-2 kali
durasi sekitar 1 menit, respons klien terkadang berbicara sendiri,
sedangkan data objektif: klien tampak bingung dan gelisah, klien
terkadang berbicara sendiri, klien sering melihat-lihat kearah jen-
dela.

2. Diagnosa keperawatan
16

Klien 1 (Ny.S) dan Klien 2 (Sdr.Z), diagnosa keperawatan yang men-


jadi perioritas yaitu gangguan persepsi sensori:halusinasi penglihatan.
3. Pohon masalah
Klien 1 (Ny.S) dan Klien 2 ( Sdr.Z)
Resiko Perilaku kekerasan Effect

Gangguan persepsi Sensori:


Core Problem
Halusinasi penglihatan

Isolasi Sosial:Menarik diri Causa


Gambar 4.3 Pohon Masalah Klien 1 dan Klien 2
Pohon masalah dari klien 1 (Ny.S) dan klien 2 (Sdr.Z) yaitu penye-
babnya isolasi sosial atau menarik diri, core problem yang terjadi peruba-
han persepsi sensori halusinasi, dan akibatnya akan terjadi resiko perilaku
kekerasan. Dalam pohon masalah yang sudah dijelaskan yang menjadi
core problem adalah gangguan persepsi sensori halusinasi.
4. Rencana Keperawatan
Klien 1 (Ny.S) dan klien 2 (Ny.K), masalah di atas dapat dibuat
perencanaan tindakan keperawatan 4 kali pertemuan untuk mengatasi diag-
nosa keperawatan yang muncul yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan dengan tujuan umum diharapkan klien mampu mengontrol
halusinasi yang dialami dengan kriteria hasil: mengenal halusinasi, isi,
frekuensi, waktu, situasi, perasaan, respons, mampu menghardik, mampu
minum obat dengan benar, mampu bercakap-cakap, dan mampu berlatih
cara melakukan kegiatan, dengan melakukan intervensi:
a. Strategi Pelaksanaan 1
Mampu mengontrol halusinasi yang dialami dengan kriteria hasil:
mengenal halusinasi, isi, frekuensi, waktu, situasi, perasaan, respons,
17

tindakan keperawatan yang dapat dilaksanakan diantaranya: bina


hubungan saling percaya, identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu ter-
jadi, situasi pencetus, perasaan respons, latih cara mengontrol halusi-
nasi dengan cara menghardik.
b. Strategi Pelaksanaan 2
Mampu mengontrol halusinasi yang dialami dengan kriteria hasil:
mampu minum obat dengan benar. Tindakan keperawatan yang dapat
dilaksanakan diantaranya: evaluasi kegiatan menghardik, beri
pujian, ,jelaskan guna obat, jelaskan akibat putus obat, jelaskan cara
mendapatkan obat/berobat, dan jelaskan cara menggunakan obat den-
gan prinsip 5 benar (benar obat, benar klien, benar cara, benar waktu,
benar dosis).
c. Strategi Pelaksanaan 3
Mampu mengontrol halusinasi yang dialami dengan kriteria hasil:
mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap. Tindakan
keperawatan yang dapat dilaksanakan diantaranya: evaluasi kegiatan
latihan menhardik dan meminum obat, beri pujian, latih cara men-
gontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat halusinasi, masukan
pada jadwal kegiatan untuk latihan (menghardik, meminum obat dan
bercakap-cakap).
d. Strategi Pelaksanaan 4
Mampu mengontrol halusinasi yang dialami dengan kriteria hasil:
mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian. Tin-
dakan keperawatan yang dapat dilaksanakan diantaranya: evaluasi
kegiatan latihan menghardik, minum obat,dan bercakap-cakap,beri pu-
jian, latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan har-
ian, memasukan pada jadwal harian (kegiatan untuk latiahan meng-
hardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan harian).
5. Tindakan Keperawatan
a. Klien 1 (Ny.S)
18

Tindakan Keperawatan dilakukan selama empat kali pertemuan se-


lama tiga hari. setelah menyusun rencana keperawatan untuk men-
gatasi masalah gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan. pada
klien 1 Ny.S pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilaksanakan
pada pertemuan pertama pada tanggal 7 April 2022 pada pukul 10.00
WIB dengan melaksanakan tindakan SP 1 yaitu membina hubungan
saling percaya, Penulis menyapa klien dengan ramah dan duduk
berhadapan dengan klien menggunakan komunikasi terapeutik, kemu-
dian memperkenalkan nama dan menayakan nama klien serta nama
panggilan yang klien senangi. Setelah itu mengontrak waktu selama
20 menit dan tempat untuk mengajak berbincang. membantu klien
mengenali halusinasi dan membantu mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik. Penulis menayakan nama, umur, tentang isi halusi-
nasi (apa yang dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan respons
klien terhadap halusinasi.
Klien mempu menjawab pertanyaan dan bercerita tentang halusi-
nasinnya. Penulis mengajarkan cara menghardik saat halusinasi
muncul dengan cara meyakinkan pada klien bahwa itu bayangan palsu
dan klien mengatakan “ pergi saya tidak melihat kamu tidak nyata.”
Klien mampu melakukan latihan menghardik dan kemudian mema-
sukannnya ke dalam jadwal harianya. Setelah itu membuat perjanjian
untuk melakukan pertemuan berikutnya dan mengajarkan SP 2.
Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 8 april 2022 pada pukul
07.00 WIB dengan menyapa klien dengan ramah dan duduk berhada-
pan dengan klien menggunakan komunikasi terapeutik. Setelah itu
mengontrak waktu selama 20 menit dan tempat untuk mengajak
berbincang kemudian melakukan evaluasi SP1. Penulis menanyakan
apakah halusinasinya masih muncul atau tidak dan saat halusinasi
muncul apakah klien menerapkan cara menghardik. Klien mengatakan
19

halusinasinya masih muncul saat sepi , dan saat muncul klien mener-
apkan cara menghardik.
Penulis memberi pujian kepada klien karena mampu menerapkan
menghardik saat halusinasi muncul. Selanjutnya penulis mengajarkan
klien SP 2 yaitu melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara
meminum obat secara teratur. Dalam hal ini penulis menjelaskan 5
prinsip benar minum obat (benar klien, benar obat,benar dosis, benar
cara pemberian, dan benar waktu), menjelaskan guna obat, akibat pu-
tus obat, klien mampu memahami latihan minum obat, menggunakan
obat secara teratur dan memasukan ke dalam jadwal hariannya. Sete-
lah itu membuat perjanjian untuk melakukan pertemuan berikutnya
dan mengajarkan SP 3.
Pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 8 April 2022 pukul 10.00
WIB menyapa klien dengan ramah dan duduk berhadapan dengan
klien menggunakan komunikasi terapeutik. Setelah itu mengontrak
waktu selama 20 menit dan tempat untuk mengajak berbincang kemu-
dian melakukan evaluasi SP 1 dan SP 2. Penulis menanyakan apakah
halusinasinya masih muncul dan saat muncul apakah klien menera-
pakan cara menghardik serta mananyakan apakah sudah meminum
obat secara teratur. Klien mengatakan saat halusinasinya masih
muncul dan saat munul klien menerapakan cara menghardik, klien
mengatakan sudah menerapkan 5 benar minum obat.
Penulis memberi pujian kepada klien kerena sudah mampu mener-
apkan SP1 dan SP 2. Selanjutnya penulis mengajarkan klien SP 3
yaitu cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Penulis mengajarkan klien untuk meminta pertolongan
kepada orang lain untuk bercakap-cakap ketika halusinasi muncul.
Klien mampu memahami bagaimana bercakap-cakap dengan orang
lain dan kemudian memasukan ke dalam jadwal hariannya. Setelah itu
membuat perjanjian melakukan pertemuan berikutnya dan menga-
20

jarkan SP 4.
Pertemuan keempat dilakukan pada tanggal 9 April 2022 pukul
10.00 WIB dengan menyapa klien dengan ramah dan duduk berhada-
pan dengan klien menggunakan komunikasi terapeutik. Setelah itu
melakukan evaluasi SP1, SP 2, SP 3, penulis menanyakan apakah
halusinasinya masih muncul atau tidak dan saat halusinasinya muncul
apakah klien menerapkan cara menghardik, serta menanyakan apakah
sudah menerapkan 5 benar minum obat. Selain itu penulis juga
menanyakan SP 3 yaitu cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Klien mengatakan halusinasi sudah jarang
muncul, klien mengatakan sudah bisa menghardik saat halusinasi
muncul, klien sudah menerapkan 5 benar minum obat tetapi klien
belum berbicang-bincang dengan orang lain karena takut menganggu
dan belum berani memulai pembicaraan.
Penulis memberi pujian pada klien karena menghardik saat halusi-
nasi muncul dan menerapkan 5 benar minum obat. Penulis mem-
berikan motivasi dan mengajarkan kembali cara untuk bercakap-calap
dengan orang lain. Klien mau memasukan ke dalam jadwal harian. Se-
lanjutnya mengajarkan klien SP 4 yaitu mengontrol halusinasi dengan
cara melakukan aktivitas yang terjadwal. Penulis menjelaskan atau ak-
tivitas yang dapat dilakukan klien dan menyarankan beberapa kegiatan
salah satunya membersihkan tempat tidur, berdandan, dan bermain
bersama teman. Penulis meminta klien untuk memasukkan latihan
melakukan kegiatan ke dalam jadwal harian serta selalu melakukan
latihan yang sudah diajarkan yaitu latihan menghardik, minum obat
dengan teratur, bercakap-cakap, dan rutin melakukan aktivitas atau
mengikuti kegiatan sehari-hari.
b. Klien 2 (Sdr.Z)
Tindakan Keperawatan dilakukan selama empat kali pertemuan se-
lama tiga hari. setelah menyusun rencana keperawatan untuk men-
21

gatasi masalah gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan pada


Sdr.Z pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilaksanakan pada
pertemuan pertama pada tanggal 11 April 2022 pada puku 10.00 WIB
dengan melaksanakan tindakan SP 1 yaitu membina hubungan saling
percaya, penulis menyapa klien dengan ramah dan duduk berhadapan
dengan klien menggunakan komunikasi terapeutik, kemudian mem-
perkenalkan nama dan mennayakan nama klien serta nama panggilan
yang klien senangi. Setelah itu mengontrak waktu selama 20 menit dan
tempat untuk mengajak berbincang.
Membantu klien mengenali halusinasi dan membantu mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik. penulis menayakan tentang isi
halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi ter-
jadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan
respons klien terhadap halusinasi. Klien merespon dengan baik, klien
mempu menjawab pertanyaan dan bercerita tentang halusinasinnya.
Penulis mengajarkan cara menghardik saat halusinasi muncul dengan
cara meyakinkan pada klien bahwa itu bayangan palsu dan klien men-
gatakan “ pergi saya tidak melihat kamu tidak nyata.” dan ulang ulang
sampai halusinasi tidak muncul lagi dan kemudian memasukannnya ke
dalam jadwal harianya. Setelah itu membuat perjanjian untuk
melakukan pertemuan berikutnya dan mengajarkan SP 2.
Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 12 April 2022 pada pukul
07.00 WIB dengan menyapa klien dengan ramah dan duduk berhada-
pan dengan klien menggunakan komunikasi terapeutik. Setelah itu
mengontrak waktu selama 20 menit dan tempat untuk mengajak
berbincang kemudian melakukan evaluasi SP1. Penulis menanyakan
apakah halusinasinya masih muncul atau tidak dan saat halusinasi
muncul apakah klien menerapkan cara menghardik. Klien mengatakan
halusinasinya masih muncul saat dini hari, saat klien sendirian, dan
saat muncul klien menerapkan cara menghardik.
22

Penulis memberi pujian kepada klien karena mampu menerapkan


menghardik saat halusinasi muncul. Selanjutnya penulis mengajarkan
klien SP 2 yaitu melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara
meminum obat secara teratur. Dalam hal ini penulis menjelaskan 5
prinsip benar minum obat (benar klien, benar obat,benar dosis, benar
cara pemberian, dan benar waktu), menjelaskan guna obat, akibat pu-
tus obat, klien mampu memahami latihan minum obat, menggunakan
obat secara teratur dan memasukan ke dalam jadwal hariannya. Setelah
itu membuat perjanjian untuk melakukan pertemuan berikutnya dan
mengajarkan SP 3.
Pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 12 April 2022 pukul
10.00 WIB dengan menyapa klien dengan ramah dan duduk berhada-
pan dengan klien menggunakan komunikasi terapeutik. Setelah itu
mengontrak waktu selama 20 menit dan tempat untuk mengajak
berbincang kemudian melakukan evaluasi SP 1 dan SP 2. Penulis
menanyakan apakah halusinasinya masih muncul dan saat muncul
apakah klien menerapakan cara menghardik serta mananyakan apakah
sudah meminum obat secara teratur. Klien mengatakan saat halusi-
nasinya masih muncul dan saat munul klien menerapakan cara meng-
hardik, klien mengatakan sudah menerapkan 5 benar minum obat.
Penulis memberi pujian kepada klien kerena sudah mampu mener-
apkan SP1 dan SP 2. Selanjutnya penulis mengajarkan klien SP 3 yaitu
cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Penulis mengajarkan klien untuk meminta pertolongan kepada orang
lain untuk bercakap-cakap ketika halusinasi muncul. Klien mampu
memahami bagaimana bercakap-cakap dengan orang lain dan kemu-
dian memasukan ke dalam jadwal hariannya. Setelah itu membuat per-
janjian melakukan pertemuan berikutnya dan mengajarkan SP 4.
Pertemuan keempat dilakukan pada tanggal 13 April 2022 pukul
10.00 WIB dengan menyapa klien dengan ramah dan duduk berhada-
23

pan dengan klien menggunakan komunikasi terapeutik. Setelah itu


melakukan evaluasi SP1, SP 2, SP 3, penulis menanyakan apakah
halusinasinya masih muncul atau tidak dan saat halusinasinya muncul
apakah klien menerapkan cara menghardik, serta menanyakan apakah
sudah menerapkan 5 benar minum obat. Selain itu penulis juga
menanyakan SP 3 yaitu cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Klien mengatakan halusinasi sudah tidak
muncul, klien mengatakan sudah bisa menghardik saat halusinasi
muncul, klien sudah menerapkan 5 benar minum obat dan bercakap-
cakap dengan orang lain saat halusinasi datang.
Penulis memberi pujian pada klien karena menghardik saat halusi-
nasi muncul, menerapkan 5 benar minum obat, dan menerapakan cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Klien mau memasukan ke dalam jadwal harian. Selanjutnya menga-
jarkan klien SP 4 yaitu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas yang terjadwal. Penulis menjelaskan atau aktivitas yang dapat
dilakukan klien dan menyarankan beberapa kegiatan salah satunya
membersihkan tempat tidur, menggambar, dan bermain bersama te-
man. Penulis meminta klien untuk memasukkan latihan melakukan
kegiatan ke dalam jadwal harian serta selalu melakukan latihan yang
sudah diajarkan yaitu latihan menghardik, minum obat dengan teratur,
bercakap-cakap, dan rutin melakukan aktivitas atau mengikuti kegiatan
sehari-hari.
6. Evaluasi keperawatan
a. Klien 1
Evaluasi pertama latihan SP 1 yaitu membantu klien mengenali
halusinasi dan membantu klien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik yang dilakukan pada tanggal 7 April 2022 pukul 10.30
WIB. Subjektif, klien mengatakan namanya Ny.S, klien mengatakan
masih melihat sosok wanita berwajah menyeramkan, klien mengatakan
24

sudah bisa menghardik klien merasa lega dan senang. Objektif, klien
kooperatif, klien mampu latihan menghardik. Assesment dapat disim-
pulkan halusinasi penglihatan pada klien belum teratasi. Planning,
penulis merencanakan untuk tindakan selanjutnya menganjurkan klien
untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik saat halusinasi
datang dan memasukkan ke dalam jadwal kegiatan klien, melanjutkan
SP 2 yaitu melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara minum
obat.
Evaluasi kedua latihan SP 2 yaitu mengontrol halusinasi dengan
cara minum obat pada tanggal 8 April 2022 pukul 07.30 WIB. Subjek-
tif klien mengatakan sudah bisa mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dan klien mengatakan sudah minum obat. Objektif, klien
tampak bisa cara mempraktikan cara menghardik, klien dapat menje-
laskan kembali obat yang diminum , waktu, warna obat, berapa obat
yang diminum, obat teratur diminum klien. Assesment dapat disim-
pulkan masalah halusinasi masih muncul tetapi klien sudah dapat men-
gontrol halusinasi. Planning, penulis merencanakan untuk mengan-
jurkan klien latihan menghardik dengan optimal dan menganjurkan
klien untuk minum obat secara teratur melanjutkan SP 3 yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Evaluasi ketiga latihan SP 3 yaitu melatih klien mengontrol halusi-
nasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain pada tanggal 8 April
2022 pukul 10.30 WIB. Subjektif, klien klien mengatakan sudah bisa
menghardik dan minum obat secara teratur, klien bersedia berlatih
bercakap-cakap dengan orang lain. Objektif klien tampak bisa mem-
praktikan cara bercakap- cakap pada perawat tidak dengan temannya
karena klien belum bisa memulai pembicaraan dahulu. Assesment
masalah halusinasi masih ada. Planning, penulis merencanakan tin-
dakan selanjutnya yaitu menganjurkan klien latihan menghadik,
minum obat sesuai jadwal dan latihan bercakap-cakap mengajarkan SP
25

4 yaitu melatih klien mengontrol halusinasi dengan melakukan


kegiatan harian.
Evaluasi Keempat latihan SP 4 yaitu melatih klien mengontrol den-
gan cara melakukan aktivitas yang terjadwal pada tanggal 9 April 2022
pukul 10.30 WIB. Subjektif klien mengatakan sudah mempraktikan
cara menghardik ketika halusinasi muncul, klien sudah jarang melihat
bayangan wanita berwajah mengerikan. Klien mengatakan sudah
minum obat secara teratur, klien mengatakan belum berbicang-bin-
cang dengan orang lain karena takut menganggu dan belum berani
memulai pembicaraan. Klien mengatakan sudah melakukan aktivitas
sehari-hari. Objektif, klien tampak sudah bisa menghardik ketika
halusinasi muncul secara optimal, klien tampak memahami mengenai 5
prinsip obat, dan klien masih belum mampu melakukan bercakap-
cakap dengan orang lain, klien tampak melakukan aktivitas harian. As-
sesment, dari hasil evaluasi yang sudah dilakukan penulis menyim-
pulkan klien sudah bisa mengontrol halusinasi namun halusinasi masih
muncul namun frekuensinya sudah berkurang. Planning, penulis
merencanakan untuk tetap mengoptimalkan cara menghardik, minum
obat secara teratur, bercakap-cakap dengan temannya dan melakukan
ativitas terjadwal untuk mengantisipasi kekambuhan.
b. Klien 2
Evaluasi pertama latihan SP 1 yaitu membantu klien mengenali
halusinas dan membantu klien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik yang dilakukan pada tanggal 11 April 2022 pukul 10.30
WIB. Subjektif, klien mengatakan namanya Sdr.Z, klien mengatakan
melihat mahluk tinggi besar dan kekar warna kulit hitam muncul dijen-
dela bangsal, klien mengatakan sudah bisa menghardik klien merasa
senang. Objektif, klien mau diajari cara meghardik, klien memprak-
tekan cara menghardik. Assesment dapat disimpulkan halusinasi
penglihatan pada klien masih ada belum teratasi. Planning, penulis
26

merencanakan untuk tindakan selanjutnya menganjurkan klien untuk


mengontrol halusinasi dengan cara menghardik saat halusinasi datang
dan memasukkan ke dalam jadwal kegiatan klien, melanjutkan SP 2
yaitu melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara minum obat.
Evaluasi kedua latihan SP 2 yaitu mengontrol halusinasi dengan
cara minum obat pada tanggal 12 April 2022 pukul 07.30 WIB. Sub-
jektif klien mengatakan sudah bisa mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dan klien mengatakan sudah minum obat. Objektif, klien
tampak bisa cara mempraktikan cara menghardik, klien dapat menje-
laskan kembali obat yang diminum, waktu, warna obat, berapa obat
yang diminum, obat teratur diminum klien. Assesment dapat disim-
pulkan masalah halusinasi masih muncul tetapi klien sudah dapat men-
gontrol halusinasi. Planning, penulis merencanakan untuk mengan-
jurkan klien latihan menghardik dengan optimal dan menganjurkan
klien untuk minum obat secara teratur melanjutkan SP 3 yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Evaluasi ketiga latihan SP 3 yaitu melatih klien mengontrol halusi-
nasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain pada tanggal 12 April
2022 pukul 10.30 WIB. Subjektif, klien klien mengatakan sudah bisa
menghardik dan minum obat secara teratur, klien bersedia berlatih
bercakap-cakap dengan orang lain. Objektif klien tampak bisa mem-
praktikan cara bercakap- cakap pada temannya. Assesment masalah
halusinasi masih ada. Planning, penulis merencanakan tindakan selan-
jutnya yaitu menganjurkan klien latihan menghadik, minum obat sesuai
jadwal dan latihan bercakap-cakap mengajarkan SP 4 yaitu melatih
klien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian.
Evaluasi Keempat latihan SP 4 yaitu melatih klien mengontrol den-
gan cara melakukan aktivitas yang terjadwal pada tanggal 13 April
2022 pukul 10.30 WIB. Subjektif klien mengatakan sudah memprak-
tikan cara menghardik ketika halusinasi muncul, klien sudah tidak
27

melihat mahluk tinggi besar dan kekar warna kulit hitam. Klien sudah
minum obat secara teratur , klien sudah bercakap-cakap dengan teman-
nya. Klien sudah melakukan aktivitas sehari-hari. Objektif, klien tam-
pak sudah bisa menghardik ketika halusinasi muncul secara optimal,
klien tampak memahami mengenai 5 prinsip obat, dan klien mampu
melakukan bercakap-cakap dengan orang lain, klien tampak melakukan
aktivitas harian. Assesment, dari hasil evaluasi yang sudah dilakukan
penulis menyimpulkan klien sudah bisa mengontrol halusinasi sudah
tidak ada. Planning, penulis merencanakan untuk tetap mengopti-
malkan cara menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap
dengan orang lain dan melakukan ativitas terjadwal untuk mengantisi-
pasi kekambuhan.

B. Pembahasan
Pembahasan berisi tentang analisis dari 2 kasus yang sama dengan re-
spons setiap klien berbeda, analisis yang dibahas disini tentang perbedaan
respons tentang cara menyelesaikan masalah yang ada pada kedua klien
yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan. Pada pembahasan
ini dijelaskan mengenai pengkajian, masalah keperawatan, rencana keper-
awatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Penulis akan
membahas kesenjangan dan kesesuaian antara teori dan penatalkasanaan
dari kasus yang ada.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien 1 Ny.S didapatkan data klien melihat sosok
wanita berwajah menyeramkan yang akan mencekiknya, pengkajian
pada klien II Sdr.Z didapatkan data klien melihat mahluk tinggi besar
dan kekar warna kulit hitam sering muncul dijendela bangsal, sesuai
dengan (Sutejo, 2019) bahwa halusinasi penglihatan adalah suatu gang-
28

guan jiwa di mana klien merasakan suatu stimulus yang sebenarnya


tidak ada klien mengalami perubahan sensori persepsi merasakan sen-
sasi palsu berupa melihat mahluk tertentu, bayangan seorang yang su-
dah meninggal, sesuatu yang menakutkan atau hantu, cahaya.
Berdasarkan data dan definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa
halusinasi penglihatan ini merupakan gangguan persepsi sensori: Vis-
ual.
Faktor predisposisi klien 1 (Ny.S) berasal dari faktor sosial budaya
karena klien dulu pernah diPHK sehingga membuat kien merasa dis-
ingkirkan, faktor psikologis dimana klien mengalalami hubungan inter-
persoanal yang tidak harmonis klien bercerai dengan suaminya, klien
jarang berkomunikasi dengan keluarga cenderung menyimpan masalah-
nya sendiri sehingga masalah akan menumpuk dan dapat menimbulkan
tekanan (stressor).
Faktor predisposisi pada klien 2 (Sdr.Z), faktor psikologis dimana
klien mengalalami hubungan interpersoanal yang tidak harmonis ,saat
klien kecil kedua orang tuanya bercerai yang menyebabkan klien harus
tinggal bersama neneknya dan berpisah dengan kudua orang tuanya
menekankan perasaan klien sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif. Sesuai dengan teori (Yusuf, 2015) bahwa beberapa
faktor predisposisi klien mengalami halusinasi yaitu faktor sosial bu-
daya, faktor psikologis, faktor ini ada pada klien 1 Ny.S dan Klien 2
Sdr.Z.
Faktor presipitasi Klien 1 (Ny.S) mengatakan berawal dari masalah
klien gagal menikah karena keluarga dari calon suaminya yang secara
mendadak membatalkan pernikahan yang membuat klien menjadi
stress, tertekan dan merasa malu dengan para tetangganya, klien sering
mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan sering bicara sendiri,
klien sering diajak berbicara oleh bayangan seorang perempuan.
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut faktor presipitasi klien berasal
29

dari tekanan masalahnya karena gagal menikah yang menyebabkan


klien merasa malu dan mengisolasi diri, sumber koping klien yang bu-
ruk klien tidak dapat mengontrol tekanan tersebut hingga menjadi stress
dan tertekan. Faktor presipitasi klien yaitu stressor sosial budaya dan
psikologis, hal tersebut sesuai teori menurut (Yusuf, 2015) bahwa faktor
presipitasi seorang mengalami halusinasi yaitu stressor sosial budaya,
faktor psikologis, faktor biokimia dan prilaku.
Faktor presipitasi klien 2 (Sdr.Z) mengatakan berawal dari keingi-
nan klien yang ingin memiliki motor namun tidak pernah dituruti oleh
keluarganya karena faktor ekonomi, klien sering diolok – olok oleh te-
man sebayanya klien menjadi tidak mau berbaur, klien sering berhalusi-
nasi melihat seorang yang menyuruhnya untuk mencuri uang untuk
membeli motor, klien mencoba mencuri uang milik tetangganya namun
gagal, keluarganya mengfiksasi tangan klien, klien sering mengamuk
dan putus minum obat 1 bulan sebelum dibawa ke rumah sakit. Faktor
pencetusnya karena klien stress lingkungan merasa minder karena tidak
memiliki motor. Hal inilah yang menjadi pencetus muncul halusinasi
pada klien. Faktor presipitasi yang sesuai teori menurut (Yusuf, 2015)
yang ada pada klien 2 Sdr.Z yaitu stressor sosial budaya dan faktor
psikologis.
Pengkajian konsep diri pada Klien 1 (Ny.S) di peroleh data yaitu
klien mengatakan tidak memiliki cacat tubuh dan klien mengatakan bi-
asa saja tentang bentuk tubuhnya. klien mengatakan jika sudah sembuh
sepenuhnya ingin menikah dan bisa tinggal satu rumah dengan suami
dan anaknya sebagai keluarga yang harmonis. Klien mengatakan
terkadang merasa sedih karena merepotkan keluarganya terkait kon-
disinya, klien tidak mengalami harga diri rendah. Klien mengatakan
bahwa dirinya seorang wanita berusia 33 tahun sudah pernah menikah ,
klien sempat bekerja di PT sebelum akhirnya diPHK. klien mengatakan
seorang ibu dari satu anak laki-lakinya.
30

Pengkajian konsep diri pada klien 2 (Sdr.Z) di peroleh data yaitu


Klien 2 (Sdr.Z), klien mengatakan mensyukuri semua bagian tubuhnya.
klien mengatakan jika sudah sembuh ingin segera mencari pekerjaan
dan bekerja untuk membantu keluarga. Klien mengatakan malu karena
sering dirawat di RSJ. Klien mengatakan bahwa dirinya laki-laki beru-
sia 23 tahun belum pernah menikah dan bekerja. klien mengatakan seo-
rang anak ke dua dari tiga bersaudara, memiliki 1 adik laki- laki dan 1
kakak laki-laki.
Pengkajian status mental Klien 1 Ny.S, klien berpenampilan rapi,
menggunakan pakaian seragam rumah sakit. Rambutnya selalu disisir
rapi. klien selalu memakai alas kaki sandal. Klien 2 Sdr.Z, klien berpe-
nampilan rapi, menggunakan baju yang diberikan oleh pihak rumah
sakit. Rambutnya pendek rapi. Pembicaraan Klien 1 Ny.S, klien tampak
bisa menjawab pertanyaan yang diberikan namun terkadang jawabanya
melantur, ketika berbicara klien lambat dan suara pelan. Aktivitas mo-
torik Klien 1 Ny.S, klien tampak gelisah, khawatir karena ingin segera
pulang ke rumah ingin bertemu neneknya, klien ingin menjenguk
anaknya dan merayakan ulang tahun anaknya.
Alam perasaan Klien 1 Ny.S, klien tampak sedih karena berpisah
dengan keluarganya dan kuatir jika tidak bisa merayakan ulang tahun
anaknya. Afek Klien 1 Ny.S, klien menunjukan emosi yang berubah-
ubah yang terkadang telihat gembira kadang terlihat sedih. Interaksi se-
lama wawancara Klien 1 Ny.S, Selama wawancara klien kooperatif saat
ditanya selalu menjawab namun kadang jawaban tidak nyambung , kon-
tak mata hanya sebentar. Persepsi Halusinasi Klien 1 (Ny.S), men-
gatakan halusinasi muncul saat sepi, saat menjelang tidur, saat tengah
malam, frekuensi 3 kali sehari durasi 1 menit.klien mengatakan sering
melihat wanita berwajah menyeramkan seperti ingin mencekiknya dis-
amping tempat tidurnya. Isi pikir Klien 1 (Ny.S) mengatakan tidak ada
gangguan isi pikir namun klien melihat bayangan yang tidak ada wu-
31

judnya.
Arus pikir Klien 1 (Ny.S) dapat menjawab pertanyaan saat pengka-
jian dengan baik. Klien 1 (Ny.S) tingkat kesadaran composmetis, tidak
mengalami disorientasi waktu dan tempat. Klien 1 (Ny.S) mampu
mengingat memori masa lalu dan yang baru terjadi. Klien 1 (Ny.S)
mampu berkonsentrasi dan berhitung, terbukti mereka mampu menghi-
tung 0-10 dan 10-0. Klien 1 (Ny.S) klien mengatakan dirinya hanya
mengalami gangguan jiwa yang ringan. Daya tilik diri Klien 1 (Ny.S)
mengakui penyakit yang dialaminya saat ini.
Pengkajian status mental Klien 2 Sdr.Z, klien berpenampilan rapi,
menggunakan baju yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Rambutnya
pendek rapi.Pembicaraan Klien 2 Sdr.Z, klien mampu menjawab per-
tanyaan yang diberikan tetapi pembicaraan klien berbelit-belit.Aktivitas
motorik Klien 2 Sdr.Z, klien terlihat mondar mandir kesana kemari saat
di bangsal. Alam perasaan Klien 2 Sdr.Z, klien tampak sesekali tertawa
secara berlebihan tanpa sebab dan sesekali klien terlihat sedih tanpa se-
bab.
Afek Klien 2 Sdr.Z, klien meunujukan ekspresi yang berubah-ubah
secara cepat tiba-tiba tertawa, tiba-tiba sedih.Interaksi selama wawan-
cara Klien 2 Sdr.Z, selama wawancara saat ditanya klien kooperatif, ada
kontak mata, dan saat ditanya ada respons baik dan jawaban jelas.
Persepsi Halusinasi Klien 2 (Sdr,Z) mengtakan halusinasi muncul saat
klien akan beristirahat , saat tengah malam, frekuensi 3 kali sehari
durasi 1 menit. Klien mengatakan melihat mahluk besar dan kekar
warna kulit hitam sering muncul dijendela kamar bangsal. Isi pikir
Klien 2 (Sdr.Z) mengatakan tidak ada gangguan isi pikir namun klien
melihat bayangan yang tidak ada wujudnya.
Arus pikir klien 2 (Sdr.Z) klien dapat menjawab pertanyaan saat
pengkajian dengan baik.Tingkat kesadaran klien 2 (Sdr.Z) tinkat ke-
sadaran composmetis, tidak mengalami disorientasi waktu dan tempat.
32

klien 2 (Sdr.Z) mampu mengingat memori masa lalu dan yang baru ter-
jadi. klien 2 (Sdr.Z) mampu berkonsentrasi dan berhitung, terbukti
mereka mampu menghitung 0-10 dan 10-0. Kemampuan penilaian klien
2 (Sdr.Z) klien mengatakan dirinya hanya mengalami gangguan jiwa
yang ringan. Daya tilik diri Klien 2 (Sdr.Z) klien mengakui penyakit
yang dialaminya saat ini.
Menurut (Sutejo, 2019) perilaku klien halusinasi adalah Mendengar
suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya,
melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster, merasa senang dengan halusinasinya, bicara atau tertawa
sendiri, marah-marah tanpa sebab, mengarahkan telinga kearah tertentu,
ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, menutup telinga , menunjuk-
nunjuk ke arah tertentu, mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-
bauan tertentu, sering meludah, dari terori tersebut perilaku yang terda-
pat pada Klien 1 (Ny.S) dan klien 2 (Sdr.Z) adalah bicara sendiri,
tertawa sendiri, menunjuk kearah tertentu,serta ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas.
2. Masalah Keperawatan
Menurut (Damayanti Mukripah dan Iskandar, 2014), masalah
keperawatan yang muncul terkait gangguan persepsi sensori halusinasi
yaitu Isolasi Sosial: menarik diri, Gangguan persepsi sensori halusinasi,
Resiko Perilaku Kekekrasan.
Dari tiga diagnosa keperawatan yang muncul tersebut dapat disim-
pulkan bahwa isolasi sosial: menarik diri merupakan penyebab, pe-
rubahan persepsi sensori halusinasi merupakan core problem atau
masalah utama sedangkan resiko perilaku kekerasan merupakan effect.
Maka yang menjadi core problem atau masalah utama dan harus segera
diatasi pada Ny.S dan Sdr. Z adalah gangguan persepsi sensori halusi-
nasi, dibuktikan dengan data yang mendukung yaitu data subjektif
33

yang didapatkan dari klien 1 (Ny.S) yaitu klien mengatakan melihat


bayangan wanita berwajah mengerikan disamping tempat seperti ingin
mencekiknya, bayangan tersebut muncul saat klien ingin tidur dan ten-
gah hari saat sepi, bayangan tersebut muncul 2-3 kali sehari durasi 1
menit, respons klien terkadang berbicara sendiri, sedangkan data objek-
tif klien tampak melamun dan menyendiri, afek labil. Data subjektif
yang didapatkan pada klien 2 (Sdr.Z) klien mengatakan melihat mahluk
tinggi besar dan kekar warna kulit hitam sering muncul dijendela
bangsal, bayangan mahluk tersebut sering muncul saat sepi, saat klien
istirahat dan menjelang dini hari, bayangan muncul 1-2 kali durasi seki-
tar 1 menit, respons klien terkadang berbicara sendiri, sedangkan data
objektif: klien tampak bingung dan gelisah, klien terkadang berbicara
sendiri, klien sering melihat-lihat kearah jendela. Perubahan ganggauan
persepsi sensori yang merupakan core problem apabila dapat diatasi
maka akan menghambat timbulnya resiko perilaku kekerasan yang
merupakan effect.
Dalam perumusan diagnosa keperawatan ini sudah tepat dimana
data-data yang muncul sudah sesuai dengan tinjauan teori menurut
(Sutejo, 2019) yaitu menjelaskan bahwa beberapa perilaku yang
berhubungan dengan gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu klien
sering melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster, klien berbicara atau tertawa sendiri, klien
marah-marah tanpa sebab, klien menunjuk kerah tertentu dan klien ke-
takutan pada sesuatu yang tidak jelas.
3. Rencana keperawatan
Berdasarkan perioritas masalah pada klien 1 (Ny.S) dan klien 2
(Sdr.Z) yaitu perubahan persepsi sensori: halusinasi penglihatan maka
rencana keperawatan meliputi 4 SP (Strategi Pelaksanaan).
Strategi Pelaksanaan satu tindakan keperawatan yang dapat dilak-
sanakan diantaranya: bina hubungan saling percaya, identifikasi halusi-
34

nasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, persaan respons, latih


cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Strategi Pelaksanaan dua tindakan keperawatan yang dapat dilak-
sanakan diantaranya jelaskan guna obat, jelaskan akibat putus obat, je-
laskan cara mendapatkan obat/berobat, dan jelaskan cara menggunakan
obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar klien, benar cara, benar
waktu, benar dosis).
Strategi Pelaksanaan ketiga tindakan keperawatan yang dapat di-
laksanakan latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain maka terjadi distraksi. Fokus perhatian klien akan be-
ralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
Terapi ini juga meningkatkan kemampuan klien dalam bersosialisasi.
Strategi Pelaksanaan keemapat tindakan keperawatan yang dapat
dilaksanakan melakukan kegiatan harian. Hal ini dapat dilakukan den-
gan cara jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi, diskusi mengenai aktivitas yang biasa dilakukan oleh klien ,
latih klien melakukan aktivitas, menyusun jadwal aktivitas sehari-hari.
Strategi pelaksanaan (SP) yang telah direncanakan diatas akan dit-
erapkan pada klien untuk menekan perilaku yang menyimpang dan
mencegah terjadinya resiko perilaku kekerasan. SP tersebut akan Mem-
bantu klien dalam mengatasi hal-hal yang menyimpang dan mampu
mengembalikan presepsi yang salah, sehingga diharapkan halusinasi da-
pat teratasi. pelaksanaan asuhan keperawatan ini menggunakan strategi
pelaksanaan terbaru yang mengikuti protap dari RSJD dr.Arif Zainudin
Surakarta sehingga penulis menyebutkan bahwa SP minum obat terda-
pat pada SP 2. Terdapat kesenjangan antara teori yang dikemukakan
Keliat, Akemat, Helena, dan Nurhaeni (2019) dimana tertulis SP
minum obat terdapat pada SP 4.
4. Tindakan Keperawatan
35

Tindakan Keperawatan dilakukan selama empat kali pertemuan se-


lama tiga hari. Setelah menyusun rencana keperawatan maka untuk
mengatasi masalah gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
pada Ny.S (Klien 1) dan Sdr.Z (klien 2) perlu dilakukan tindakan
keperawatan. Berikut adalah tindakan keperawatan yang dilakukan pada
Ny.S dan Sdr.Z.
Pertemuan pertama dengan melaksanakan tindakan SP 1 yaitu
membina hubungan saling percaya. Membantu klien mengenali halusi-
nasi dan membantu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Ny.S (klien 1) Klien mempu menjawab pertanyaan dan bercerita ten-
tang halusinasinnya. Klien mampu melakukan latihan menghardik dan
kemudian memasukannnya ke dalam jadwal harianya, Sedangkan (klien
2) klien merespon dengan baik, Klien mempu menjawab pertanyaan
dan bercerita tentang halusinasinnya. Klien mampu melakukan latihan
menghardik dan kemudian memasukannnya ke dalam jadwal harianya.
Pertemuan kedua melakukan evaluasi SP1 Penulis menanyakan
apakah halusinasinya masih muncul atau tidak dan saat halusinasi
muncul apakah klien menerapkan cara menghardik. Klien mengatakan
halusinasinya masih muncul saat dini hari, saat klien sendirian, dan saat
muncul klien menerapkan cara menghardik. Selanjutnya penulis menga-
jarkan klien SP 2 yaitu melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara
meminum obat secara teratur. Dalam hal ini penulis menjelaskan 5 prin-
sip benar minum obat (benar klien, benar obat,benar dosis, benar cara
pemberian, dan benar waktu), menjelaskan guna obat, akibat putus obat,
klien mampu memahami latihan minum obat dan memasukan ke dalam
jadwal hariannya. Ny.S (klien 1) dan Sdr.Z (Klien 2), klien mampu
memahami latihan minum obat, menggunakan obat secara teratur dan
memasukan ke dalam jadwal hariannya.
Pertemuan ketiga melakukan evaluasi SP 1 dan SP 2. Penulis
menanyakan apakah halusinasinya masih muncul dan saat muncul
36

apakah klien menerapakan cara menghardik serta mananyakan apakah


sudah meminum obat secara teratur. Selanjutnya penulis mengajarkan
klien SP 3 yaitu cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Ny.S Klien mampu memahami bagaimana
bercakap-cakap dengan orang lain, namun Ny.S belum melaksanakan
karena klien masih sering diam dan belum mampu memulai pem-
bicaraan pada orang lain, sedangkan pada Sdr.Z klien mampu mema-
hami bagaimana bercakap-cakap dengan oang lain serta mampu melak-
sanakan SP 3.
Pertemuan Keemapat melakukan evaluasi SP1, SP2 dan SP 3. Se-
lanjutnya mengajarkan klien SP 4 yaitu melatih klien mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan aktivitas yang terjadwal. Ny.S (klien
1) dan Sdr.Z (klien 2), klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
Penulis dapat melihat respons dari kedua klien yaitu Ny.S dan
Sdr.Z bahwa keduanya dapat menerima strategi pelaksanaan yang telah
diberikan oleh penulis dengan baik, namun Sdr.Z (klien 2) mampu lebih
cepat menerima dibandingkan Ny.S (Klien 1).
5. Evaluasi
Evaluasi yang digunakan penulis menggunakan format SOAP.
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons
pasien terhadap tindakan yang dilakukan (Direja Ade Herman, 2017).
Evaluasi pada klien 1 Ny.S pertama latihan SP 1 yaitu membantu
klien mengenali halusinasi dan membantu klien mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik yang dilakukan pada tanggal 7 April 2022
pukul 10.30 WIB. Subjektif, klien mengatakan masih melihat sosok
wanita berwajah menyeramkan, klien mengatakan sudah bisa meng-
hardik klien merasa lega dan senang. Objektif, klien kooperatif, klien
mampu latihan menghardik. Assessment dapat disimpulkan halusinasi
penglihatan pada klien belum teratasi. Planning, penulis merencanakan
37

untuk tindakan selanjutnya menganjurkan klien untuk mengontrol


halusinasi dengan cara menghardik saat halusinasi datang dan mema-
sukkan ke dalam jadwal kegiatan klien, melanjutkan SP 2 yaitu melatih
klien mengontrol halusinasi dengan cara minum obat.
Evaluasi kedua latihan SP 2 yaitu mengontrol halusinasi dengan
cara minum obat pada tanggal 8 april 2022 pukul 07.30 WIB. Subjektif
klien mengatakan sudah bisa mengontrol halusinasi dengan cara meng-
hardik dan klien mengatakan sudah minum obat. Objektif, klien tampak
bisa cara mempraktikan cara menghardik, klien dapat menjelaskan
kembali obat yang diminum , waktu, warna obat, berapa obat yang
diminum, obat teratur diminum klien. Assement dapat disimpulkan
masalah halusinasi masih muncul tetapi klien sudah dapat mengontrol
halusinasi. Planning, penulis merencanakan untuk menganjurkan klien
latihan menghardik dengan optimal dan menganjurkan klien untuk
minum obat secara teratur melanjutkan SP 3 yaitu cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Evaluasi ketiga latihan SP 3 yaitu melatih klien mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain pada tanggal 8
April 2022 pukul 10.30 WIB. Subjektif, klien klien mengatakan sudah
bisa menghardik dan minum obat secara teratur, klien bersedia berlatih
bercakap-cakap dengan orang lain. Objektif klien tampak bisa mem-
praktikan cara bercakap-cakap pada perawat tidak dengan temannya
karena klien belum bisa memulai pembicaraan dahulu. Assesment
masalah halusinasi masih ada. Planning, penulis merencanakan tin-
dakan selanjutnya yaitu menganjurkan klien latihan menghadik, minum
obat sesuai jadwal dan latihan bercakap-cakap mengajarkan SP 4 yaitu
melatih klien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian.
Evaluasi Keempat latihan SP 4 yaitu melatih klien mengontrol
dengan cara melakukan aktivitas yang terjadwal pada tanggal 9 April
2022 pukul 10.30 WIB. Subjektif klien mengatakan sudah memprak-
38

tikan cara menghardik ketika halusinasi muncul, klien sudah jarang


melihat bayangan wanita berwajah mengerikan. Klien mengatakan su-
dah minum obat secara teratur , klien mengatakan belum berbicang-
bincang dengan orang lain karena takut menganggu dan belum berani
memulai pembicaraan. Klien mengatakan sudah melakukan aktivitas se-
hari-hari. Objektif, klien tampak sudah bisa menghardik ketika halusi-
nasi muncul secara optimal, klien tampak memahami mengenai 5 prin-
sip obat, dan klien masih belum mampu melakukan bercakap-cakap
dengan orang lain, klien tampak melakukan aktivitas harian. Assesment,
dari hasil evaluasi yang sudah dilakukan penulis menyimpulkan klien
sudah bisa mengontrol halusinasi namun halusinasi masih muncul na-
mun frekuensinya sudah berkurang. Planning, penulis merencanakan
untuk tetap mengoptimalkan cara menghardik, minum obat secara ter-
atur, bercakap-cakap dengan temannya dan melakukan ativitas terjad-
wal untuk mengantisipasi kekambuhan.
Evaluasi pada klien 2 Sdr.Z pertama latihan SP 1 yaitu membantu
klien mengenali halusinas dan membantu klien mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik yang dilakukan pada tanggal 11 april 2022
pukul 10.30 WIB. Subjektif, klien mengatakan melihat mahluk tinggi
besar dan kekar warna kulit hitam muncul dijendela bangsal, klien men-
gatakan sudah bisa menghardik klien merasa senang. Objektif , klien
mau diajari cara meghardik, klien mempraktekan cara menghardik. Ass-
esment dapat disimpulkan halusinasi penglihatan pada klien masih ada
belum teratasi. Planning, penulis merencanakan untuk tindakan selan-
jutnya menganjurkan klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik saat halusinasi datang dan memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan klien, melanjutkan SP 2 yaitu melatih klien mengontrol halusi-
nasi dengan cara minum obat.
Evaluasi kedua latihan SP 2 yaitu mengontrol halusinasi dengan
cara minum obat pada tanggal 12 April 2022 pukul 07.30 WIB. Subjek-
39

tif klien mengatakan sudah bisa mengontrol halusinasi dengan cara


menghardik dan klien mengatakan sudah minum obat. Objektif, klien
tampak bisa cara mempraktikan cara menghardik, klien dapat menje-
laskan kembali obat yang diminum, waktu, warna obat, berapa obat
yang diminum, obat teratur diminum klien. Assesment dapat disim-
pulkan masalah halusinasi masih muncul tetapi klien sudah dapat men-
gontrol halusinasi. Planning, penulis merencanakan untuk mengan-
jurkan klien latihan menghardik dengan optimal dan menganjurkan
klien untuk minum obat secara teratur melanjutkan SP 3 yaitu cara men-
gontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

Evaluasi ketiga latihan SP 3 yaitu melatih klien mengontrol


halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain pada tanggal 12
April 2022 pukul 10.30 WIB. Subjektif, klien klien mengatakan sudah
bisa menghardik dan minum obat secara teratur, klien bersedia berlatih
bercakap-cakap dengan orang lain. Objektif klien tampak bisa mem-
praktikan cara bercakap- cakap pada temannya. Assesment masalah
halusinasi masih ada. Planning, penulis merencanakan tindakan selan-
jutnya yaitu menganjurkan klien latihan menghadik, minum obat sesuai
jadwal dan latihan bercakap-cakap mengajarkan SP 4 yaitu melatih
klien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian.
Evaluasi Keempat latihan SP 4 yaitu melatih klien mengontrol
dengan cara melakukan aktivitas yang terjadwal pada tanggal 13 April
2022 pukul 10.30 WIB. Subjektif klien mengatakan sudah memprak-
tikan cara menghardik ketika halusinasi muncul, klien sudah tidak
melihat mahluk tinggi besar dan kekar warna kulit hitam. Klien sudah
minum obat secara teratur , klien sudah bercakap-cakap dengan teman-
nya. Klien sudah melakukan aktivitas sehari-hari. Objektif, klien tam-
pak sudah bisa menghardik ketika halusinasi muncul secara optimal,
klien tampak memahami mengenai 5 prinsip obat, dan klien mampu
40

melakukan bercakap-cakap dengan orang lain, klien tampak melakukan


aktivitas harian. Assesment, dari hasil evaluasi yang sudah dilakukan
penulis menyimpulkan klien sudah bisa mengontrol halusinasi sudah
tidak ada. Planning, penulis merencanakan untuk tetap mengoptimalkan
cara menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap dengan
orang lain dan melakukan ativitas terjadwal untuk mengantisipasi
kekambuhan.
Penulis mengevaluasi tindakan selama tiga hari telah dilakukan
kepeda Ny.S (klien 1) dan Sdr.Z (Klien 2) . Sdr.Z (Klien 2) dapat
melaksanakan dan menerapakan semua strategi pelaksanaan berbeda
dengan Ny.S (Klien 1) pada saat dilakukan tindakan keperawatan pada
pertemuan ketiga klien belum bisa melakukan strategi pelaksanaan yang
ketiga yaitu dengan bercakap-cakap dengan orang lain, saat diberi tin-
dakan keperawatan klien mengatakan belum berbicang-bincang dengan
orang lain karena takut menganggu dan belum berani memulai pem-
bicaraan. Klien sering diam jika tidak ada yang memulai pembicaraan
dengannya.

C. Keterbatasan
Selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien 1 (Ny.S)
penulis pernah bertemu dengan keluararga klien, sehingga data yang dida-
patkan cukup lengkap dan untuk tindakan SP keluarga sudah diajarkan
bagaimana merawat klien saat di rumah. Sedangkan pada klien 2 (Sdr.Z)
tidak adanya keterlibatan keluarga selama klien dirawat di rumah sakit
jiwa, sehingga penulis tidak dapat melaksanakan perencanaan yang dibuat
untuk keluarga. Karena ketika klien kembali ke rumah, peran dari keluarga
sebagai support system dan motivator sangat berpengaruh bagi kesem-
buhan klien. Kesulitan penulis dalam pelaksanaan yaitu karena terlalu
banyak mahasiswa praktikan membuat pelaksanaan SP pada klien kurang
maksimal.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diulas, maka dapat disim-
pulkan sebagai berikut:
1. Dari pengkajian kedua klien kooperatif. Klien mampu membina hubungan
saling percaya dengan penulis. Data Subjektif yang ditemukan pada kedua
klien yaitu klien 1 Ny.S melihat bayangan wanita berwajah menyeramkan
seperti ingin mencekiknya, sedangkan pada klien 2 Sdr.Z melihat bayangan
mahluk tinggi besar dan kekar berkuit hitam, waktu terjadi halusinasi pada
kedua klien sama yaitu saat sepi, saat klien ingin beristirahat dan menjelang
tidur. Dari data pengkajian ditemukan kesamaan data objektif yaitu kedua
klien terlihat gelisah, menyendiri dan sering berbicara sendiri.
2. Masalah keperawatan yang muncul pada kedua klien adalah halusinasi
penglihatan, sesuai dengan data yang didapatkan saat pengkajian pada
klien dan masalah ini dijadikan prioritas yang dibahas oleh penulis.
3. Perencanaan keperawatan pada Ny.S dan Sdr.Z dengan diagnosa keper-
awatan gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan antara lain den-
gan melakukan 4 strategi pelaksanaan yaitu SP 1 bina hubungan saling
percaya, identifikasi halusinasi (isi, frekuensi, waktu, situasi, perasaan, re-
spons), dan latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik lalu ma-
sukkan kedalam jadwal harian. SP 2 evaluasi kegiatan menghardik, beri
pujian, dan latih cara mengontrol halusinasi dengan minum obat 5 benar
(benar jenis, guna, dosis, cara, waktu), masukkan kedalam jadwal harian.
SP 3 evaluasi kegiatan menghardik, minum obat, beri pujian, latih cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dan masukkan kedalam jad-
wal harian. SP 4 evaluasi kegiatan menghargai, minum obat, dan bercakap-
cakap, beri pujian, latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan (aktivitas)1dan masukkan kedalam jadwal harian.
1

4. Tindakan keperawatan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan


rencana yang sudah dibuat penulis.
5. Dari hasil evaluasi keperawatan Ny.S dan Sdr.Z yaitu klien 1 dapat melak-
sanakan Strategi Pelaksanaan 1,2,4 sedangkan klien 2 dapat melaksanakan
strategi pelaksaan 1 samapai 4, klien mampu melaksanakan SP yang telah
diajarkan dan mampu memasukan kedalam jadwal harian. Kedua klien da-
pat menerima strategi pelaksanaan yang telah diberikan oleh penulis den-
gan baik, namun Sdr.Z (klien 2) mampu lebih cepat menerima diband-
ingkan Ny.S (Klien 1).
6. Hasil asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi pengli-
hatan pada kedua klien yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan se-
lama empat kali pertemuan dengan menerapkan strategi pelaksanaan
Halusinasi pada Ny.S berkurang, sedangkan pada Sdr.Z sudah tidak muncul
halusinasi. Sdr.Z (Klien 2) dapat melaksanakan dan menerapakan semua
strategi pelaksanaan berbeda dengan Ny.S (Klien 1) pada saat dilakukan
tindakan keperawatan pada pertemuan ketiga klien belum bisa melakukan
strategi pelaksanaan yang ketiga yaitu dengan bercakap-cakap dengan
orang lain, saat diberi tindakan keperawatan klien mengatakan belum
berbicang-bincang dengan orang lain karena takut menganggu dan belum
berani memulai pembicaraan. Penulis merencanakan untuk tetap mengopti-
malkan cara menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap den-
gan orang lain dan melakukan ativitas terjadwal untuk mengantisipasi
kekambuhan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah disusun dalam penulisan ini,
maka penulis mengemukakaan beberapa saran diantarannya sebagai berikut:
1. Bagi Klien dan Keluarga
Setelah pasien post hospitalisasi pasien seharusnya masih melan-
jutkan tindakan sebagaimana dilakukan dirumah sakit, melanjutkan pengo-
batan dipuskesmas dan rehabilitasi dengan membuat jadwal harian peker-
2

jaan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan (Perawat)
Diharapkan tenaga kesehatan mampu memberikan asuhan keper-
awatan yang baik dan selalu memperhatikan pasien, bekerja sama dengan
keluarga untuk mengingatkan klien untuk selalu mengontrol halusinasi
dengan latihan yang telah diajarkan dirumah sakit agar tidak terjadi rehos-
pitalisasi.
3. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
Diharapkan bisa meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien
dengan optimal, selain itu sebaiknya rumah sakit mengadakan kunjungan
rumah, agar klien yang sudah keluar dari rumah sakit dapat dipantau
keadaannya serta mecegah terjadinya rehospitalisasi.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan hendaknya selalu mendukung dalam mem-
berikan referensi serta penerbitan buku, sehingga hal ini mampu memper-
mudah semua orang untuk membaca serta mencari referensi.
DAFTAR PUSTAKA

Aldam, S. F. S., & Wardani, I. Y. (2019). Efektifitas penerapan standar asuhan


keperawatan jiwa generalis pada pasien skizofrenia dalam menurunkan ge-
jala halusinasi. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(2), 165.
(https://doi.org/10.26714/jkj.7.2.2019.167-174 diakses 15 Oktober 2021)
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Damayanti Mukripah dan Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Ji-
wa.Bandung:Refika Aditama.
Direja Ade Herman. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Improhatun;, S., & Improhatun;, S. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan
Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan Dengan Skizofrenia Paranoid Di
Rsjd Dr. Arif Zainnudin Surakarta. //Repository.Poltekkes-Smg.Ac.Id/In-
dex.Php?P=Show_Detail&Id=25227&Keywords=Halusinasi+Penglihatan
Iyus Yosep, T. S. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditama.
Julianti.S (2019). Alienasi sosial dan gangguan kejiwaan (studi terhadap penye-
bab sosial pada orang dengan gangguan jiwa di RSJD Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung) - Repository Universitas Bangka Belitung. (n.d.). Retrieved
June 5, 2022, from http://repository.ubb.ac.id/3058/
Keliat, Budi Ana. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Minarni, L., & Sudagijono, J. (2015). Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku
Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Yang Sedang Rawat Jalan. Experientia,
3(2), 13–22.( https://doi.org/10.1234/904 diakses 15 Oktober 2021)
Prabowo Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yo-
gyakarta:Nuha Medika.

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Situasi kesehatan jiwa di Indonesia. InfoDATIN


(p.12).https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
InfoDatin-Kesehatan-Jiwa.pdf
Saputra, F. B., Saswati, N., & Sutinah, S. (2018). Gambaran kemampuan mengon-
trol halusinasi klien skizofrenia di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Dae-
rah Provinsi Jambi. Riset Informasi Kesehatan, 7(1), 16-23.
Skizofrenia, L. B. (2020). Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny . A
Dengan Masalah Halusinasi Penglihatan Winda Veratami Purba.
Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
W, S. B. B., Kandar, & Sesela, M. (2019). Hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan pembatasan cairan pada pasien. 1(1), 45–53.
Yusuf. (2015). Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika.
Zahrotun Nila. (n.d.). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Dengan
Masalah Keperawatan Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Penden-
garan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta - Umpo Repository. Retrieved
November 5, 2021, From Http://Eprints.Umpo.Ac.Id/8110/
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA
1. Nama Lengkap : Eliya Azizah
2. NIM : P133740419023
3. Tanggal Lahir : 20 Desember 2000
4. Tempat Lahir : Brebes
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah :
a. Jalan :
b. Kelurahan : Randusanga Kulon
c. Kecamatan : Brebes
d. Kabupaten : Brebes
e. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telepon
a. HP : 087739961429
b. E-mail : eliyaazizah01@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan Diploma III Keperawatan Blora
2. Pendidikan SLTA di SMA Negeri 1 Brebes, lulus tahun 2019
3. Pendidikan SLTP di MtsN Model Brebes, lulus tahun 2016
4. Pendidikan SD di MI Miftahul Falah Randusanga Kulon Brebes, lulus
tahun 2013

Blora, Mei 2022

Eliya Azizah

NIM. P1337420419023

Anda mungkin juga menyukai