Anda di halaman 1dari 14

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

PADA TN. A DENGAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN
RUANG KENARI, RSJ MENUR, SURABAYA

Fasilitator:
Ns. Sukma Ayu Candra K, M. Kep., Sp. Kep. J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2016/2017
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
PADA TN. A DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN
RUANG KENARI, RSJ MENUR, SURABAYA

Disusun Oleh :
1. Aida Berlian (151.0002)
2. Difta Nadila (151.0010)
3. Essa Nevya (151.0013)
4. Mahkda Anjani (151.0030)
5. Novelda Febriyanti (151.0037)
6. Ratnasari Hardiyanti (151.0044)
7. Riska Utama (151.0047)
8. Selvia Kumala (151.0049)
9. Tyas Solid (151.0053)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Pengkajian Keperawatan Jiwa
pada Tn. A dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Ruang
Kenari, RSJ Menur, Surabaya” dengan tepat waktu.
“Pengkajian Keperawatan Jiwa pada Tn. A dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran Ruang Kenari, RSJ Menur, Surabaya” disusun
untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I. Kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu Sukma Ayu Candra K, M. Kep., Sp. Kep. J selaku
dosen pembimbing dan Penanggung Jawab Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I,
serta pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu karena beliau banyak
membantu dalam penulisan, penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Surabaya, 19 Desember 2016

Penulis
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP 1 HALUSINASI)

Nama Pasien : Tn. A Pertemuan : Ke-1/Hari Pertama


Umur : 29 tahun Waktu : 10-12-2016/10.00 WIB
Diagnose Medis: Halusinasi

1. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi pasien
Tn. A mendengar suara-suara yang mengajaknya bertengkar setiap ia
menyendiri. Ekspresi wajah tampak tegang, dan gelisah.
b. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
c. Tujuan
TUM : Klien tidak mencederai, diri, orang lain, dan lingkungan
Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tuk 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
Tuk 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi
d. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya dan diskusikan
dengan klien mengenai isi, waktu, frekuensi halusinasi, situasi yang
menimbulkan halusinasi, hal yang dirasakan jika berhalusinasi, hal yang
dilakukan untuk mengatasi, serta dampak yang dialaminya.
3. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi.
4. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi.
5. Bantu klien memilih satu cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya.
2. STRATEGI PELAKSANAAN
a. Orientasi
“Selamat pagi Pak… Kami mahasiswa dari STIKES Hangtuah Surabaya.”
“Nama saya M... Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana keadaan bapak hari ini?” “Apa keluhan bapak saat ini?”
“Baiklah bapak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara
yang mengganggu bapak dan bagaimana cara untuk mengontrol suara-suara
tersebut. Apakah bapak bersedia?”
“Berapa lama bapak ingin untuk berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit, pak?”
“Bapak ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di ruang
tamu?” “Baiklah pak.”

b. Kerja
“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Saya percaya bapak mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak
mendengar suara itu. Apakah bapak mendengarnya terus-menerus atau
sewaktu-waktu?”
“Kapan yang paling sering bapak mendengar suara itu?”
“Berapa kali dalam sehari bapak mendengarnya?”
“Pada keadaan apa suara itu terdengar?” “Apakah pada waktu sendiri?”
”Apa yang bapak rasakan ketika mendengar suara itu?” “Bagaimana
perasaan bapak ketika mendengar suara tersebut?” “Kemudian apa yang
bapak lakukan?” “Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?”
“Apa yang bapak alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk
mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan aktivitas.”
“Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah bapak bersedia?” “Bagaimana kalau kita mulai ya.
Baiklah saya akan mempraktekan dahulu, baru bapak mempraktekkan
kembali apa yang telah saya lakukan.” “Begini pak, jika suara itu muncul
katakan dengan keras “pergi...pergi saya tidak mau dengar...kamu suara
palsu” sambil menutup kedua telinga ya pak. Seperti ini ya pak.” “Coba
sekarang bapak ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi. Bagus sekali
pak, coba sekali lagi pak. Wah bagus sekali pak.”
“Sekarang cara yang sudah Bapak bisa itu kita masukkan ke dalam jadwal
yah Pak?”
“Jam berapa saja Bapak mau latihan?”“Selain jam 10 jam berapa lagi?"
"Yah jam 4 sore ya Pak, bagaimana kalau malam hari juga, baiklah jam
berapa Bapak mau latihan untuk yang malam hari?” "Jam 9 malam yah
Bapak? Saya tulis disini Bapak”.

c. Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita kita bercakap-cakap? Bisa Bapak
ulang lagi cara apa saja yang bisa Bapak lakukan untuk mengurangi suara-
suara itu?" "Bagus sekali, Bapak bisa peragakan kembali satu cara yang
sudah kita praktikkan?" "Bagus ya Bapak.
“Kalau Bapak lihat jadwal ini jam berapa saja Bapak harus latihan?" "Bagus
Bapak, jadi nanti jangan lupa di jam itu Bapak harus latihan ya...”
“Baik lah pak, Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu
muncul, apakah bapak bersedia?”
“Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00 ?
“Bapak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Baiklah pak, besok saya akan kesini jam 11.00 sampai jumpa
besok pak.” “Selamat siang Bapak?”
ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Mahasiswa : 1. Aida Berlian


2. Difta Nadila
3. Essa Nevya
4. Mahkda Anjani
5. Novelda Febriyanti
6. Ratnasari Hardiyanti
7. Riska Utama
8. Selvia Kumala
9. Tyas Solid
Tanggal : 10 Desember 2016
Jam : 10.00 WIB
Insial Pasien : Tn. A
Status Interaksi Perawat-Pasien : Interaksi Pertama
Lingkungan : Tempat duduk di ruang tamu
Deskripsi Pasien : Pasien tampak kooperatif. Pasien duduk
dengan ekspresi tegang dan gelisah. Pasien
tampak rapi dengan mengenakan baju
warna abu-abu.
Ruangan : Kenari
Tujuan : Pasien dapat membina hubungan saling
percaya. Pasien dapat mengenali dan
mengontrol halusinasinya.
Komunikasi non Analisa berpusat pada Analisa berpusat
Komunikasi verbal Rasional
verbal perawat pada pasien
P: “selamat pagi bapak...” P: memandang pasien, P: ingin membuka K: pasien masih ragu Salam merupakan
K: “pagi...” tersenyum, percakapan dengan terhadap orang baru kalimat pembuka untuk
mengulurkan tangan. pasien dan berharap yang masuk ke memulai suatu
K: menyambut dan sapaan sederhana bisa lingkungannya. percakapan sehingga
mengulurkan tangan diterima pasien. dapat menimbulkan
ke perawat. rasa percaya.
P: “perkenalkan kami mahasiswa P: memandang pasien P: mengharapkan K: memberikan Memperkenalkan diri
dari STIKES Hangtuah Surabaya. tersenyum sambil dengan menggunakan respon positif dan kepada pasien dapat
nama saya M... nama bapak siapa? mengulurkan tangan. bahasa tubuh dengan menunjukkan menimbulkan hubungan
Senang dipanggil apa?” K: ekspresi tersenyum menunjukkan perhatian perhatian cukup saling percaya.
K: “A, senang dipanggil A.” dan menerima uluran dan penghargaan pada terhadap perawat.
tangan perawat. pasien.
P: “bagaimana perasaan bapak hari P: mempertahankan P: perawat melakukan K: pasien memberi Topik sederhana dapat
ini? apa keluhan bapak saat ini? kontak dengan pasien validasi untuk membuat jawaban dengan wajah menimbulkan
K: “begini mbak, saya kenapa kok dengan penuh tanya pasien membuka diri seperti berpikir. kedekatan pada pasien.
sering mendengar suara Kris teman dan penasaran. pada perawat.
saya, dia ngajak berantem dengan K: ekspresi datar
saya.” sambil mata menatap
ke bawah.

P: “baiklah, bagaimana kalau kita P: memandang dan P: perawat merasa K: pasien memberikan Topik sederhana
bercakap-cakap tentang suara yang memperhatikan arah bahwa pasien mulai respon positif lebih membantu menjalin
selama ini bapak A dengar, tetapi pandangan. paham maksud meskipun dengan kedekatan dengan
tidak tampak wujudnya?” “bapak A K: pasien kedatangan perawat. jawaban singkat. pasien.
maunya dimana? kita bercakap- menganggukkan
cakap berapa lama? bagaimana kalau kepala dengan
kita bercakap-cakap selama 20 ekspresi senyum.
menit?”
K: ”iya, disini saja. ya mbak jangan
lama-lama habis ini saya waktunya
untuk tidur.”
P: “apakah bapak A mendengar P: mempertahankan P: bertanya kepada K: menjawab dengan Untuk mengetahui isi
suara-suara tanpa ada wujudnya? apa kontak dengan pasien pasien. penuh percaya diri. halusinasi pada pasien.
yang dikatakan oleh suara itu?” penuh tanya dan
K: “iya, saya mendengar suara Kris, penasaran.
teman saya. dia ngajak berantem K: ekspresi serius dan
saya, kalau saya lagi berdiam diri menjawab dengan
suara-suara itu terdengar lagi.” suara yang jelas.
P: “apakah suara-suara itu terdengar P: bertanya dengan P: bertanya kepada K: menjawab dengan Mengetahui jenis,
terus menerus atau sewaktu-waktu? nada suara yang pasien. penuh percaya diri. waktu, frekuensi,
kapan bapak A paling sering bersahabat. terlihat menunjukkan respon pada pasien saat
mendengar suara-suara itu?” K: mendengar apa perkembangan dalam mendengar suara-suara
K: “jika saya sedang melamun. jika yang ditanyakan oleh bercerita yang lebih itu.
mau tidur, makan, dan mandi.” perawat dan bagus daripada yang Menggali informasi
P: “berapa kali sehari bapak A menjawab dengan sebelumnya. untuk mengetahui lebih
mengalami ini?” suara yang jelas. dalam interaksi pasien
K: “biasanya 1 hari 3x mbak suara terhadap sekitar dan
itu muncul.” untuk mengetahui
P: “apa yang bapak A rasakan saat respon klien saat
mendengar suara-suara itu?” mengalami halusinasi.
K: “saya kalau mendengar suara-
suara itu maka barang-barang yang
ada di depan saya, saya pecah dan
banting mbak.”
P: “apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang pak?”
K: “tidak mbak.”
P: “bagaimana kalau kita belajar P: tetap memberikan P: ingin melihat apakah K: melihat perawat Menggali infornasi
cara-cara untuk mencegah suara itu pandangan kepada pasien masih memiliki dengan menunjukkan untuk mengetahui lebih
muncul pak? apakah bapak mau?” pasien dalam hal keinginan untuk lebih rasa penasaran. dalam interaksi pasien
K: “iya, mau mbak.” menjelaskan untuk terbuka kepada terhadap sekitar.
mencegah halusinasi perawat.
dan terlihat antusias
untuk menunggu
jawaban dari pasien.
K: menjawab dengan
menganggukkan
kepala.
P: “begini bapak A, ada empat cara P: perawat P: perawat ingin K: pasien terlihat Menggali informasi
untuk mengontrol suara-suara itu mencontohkan pada mencontohkan cara antusias mengamati untuk mengetahui lebih
yaitu menghardik, minum obat, pasien cara menghardik pada pasien apa yang diajarkan dalam interaksi pasien
bercakap-cakap, dan melakukan menghardik sambil agar pasien lebih perawat dan terhadap sekitar.
aktivitas.” “Bagaimana kalau kita menutup telinga. mudah mengontrol kemampuan belajar
latih cara yang pertama dahulu, yaitu K: memperhatikan halusinasinya. sangat tinggi.
dengan menghardik, apakah bapak perawat dengan
bersedia?” sorotan mata tertuju
K: “boleh mbak.” pada perawat.
P: “begini pak, jika suara itu muncul P: perawat P: perawat K: pasien mencoba Menggali informasi
katakan dengan keras “pergi...pergi mencontohkan kepada mencontohkan cara mencontohkan apa untuk mengetahui lebih
saya tidak mau dengar...kamu suara pasien sambil menghardik kepada yang diajarkan oleh dalam interaksi pasien
palsu” sambil menutup kedua telinga menutup telinga. pasien agar pasien lebih perawat dan terhadap sekitar.
ya pak. Seperti ini ya pak.” K: mencoba seperti mudah mengontrol kemampuan belajar
“coba sekarang bapak ulangi lagi yang diajarkan oleh halusinasinya. sangat tinggi.
seperti yang saya lakukan tadi.” perawat.
K: “iya, mbak akan saya coba.
“pergi...pergi saya tidak mau
dengar...kamu suara palsu” (sambil
menutup telinga).
P: “iya bagus pak, coba sekali lagi
bapak.”
K: “pergi...pergi saya tidak mau
dengar...kamu suara palsu” (sambil
menutup telinga).
P: “ya, bagus bapak A sudah bisa.
sekarang cara yang sudah Bapak bisa
itu kita masukkan ke dalam jadwal
yah Pak?”
“jam berapa saja, bapak mau
latihan?”
“selain jam 10 jam berapa lagi?"
K: “jam 4 sore.”
P: "yah, jam 4 sore ya, pak...
bagaimana kalau malam hari juga,
baiklah jam berapa bapak mau
latihan untuk yang malam hari?”
"jam 9 malam yah, bapak? saya tulis
disini bapak”.
K: “ya, mbak.”
P: “bagaimana perasaan bapak P: perawat terlihat P: perawat mencoba K: pasien Mengklarifikasi
setelah kita kita bercakap-cakap? memandang pasien mengklarifikasi atas apa menunjukkan perkembangan pasien
K: “iya, senang mbak.” dan memperhatikan yang sudah diajarkan perkembangan yang bertujuan untuk
P: “bisa bapak ulang lagi cara apa apa yang dilakukan kepada klien sangat baik atas apa mengukur sejauh mana
saja yang bisa bapak lakukan untuk pasien yang sudah diajarkan tindakan keperawatan
mengurangi suara-suara itu?" K: pasien terlihat oleh perawat. yang perawat telah
K: “saya bisa mengusirnya dengan menyeringai dan lakukan berhasil atau
cara menghardik mbak.” kontak mata dengan tidak.
P: "bagus sekali, bapak bisa perawat masih terlihat
peragakan kembali satu cara yang
sudah kita praktikkan?"
K: “pergi...pergi saya tidak mau
dengar...kamu suara palsu” (sambil
menutup telinga).
P: "bagus ya bapak.”
“kalau bapak lihat jadwal ini jam
berapa saja Bapak harus latihan?"
K: “jam 10 siang, 4 sore dan 9
malam.”
P: "bagus bapak, jadi nanti jangan
lupa di jam itu bapak harus latihan
ya...”
“bapak A bisa melakukan cara itu
sendiri selama saya tidak ada atau
bapak bisa meminta perawat yang
dinas pada jam tersebut untuk
membantu bapak melakukan cara
tersebut sesuai dengan jadwal yang
sudah bapak buat hari ini.”
“apakah bapak mengerti dan mau
untuk mempraktekkannya?”
K: “ya, mbak.”
P: “baiklah, sampai jumpa kembali
ya, bapak A”
Kesan Perawat : Fase awal yaitu fase I (perkenalan, membina hubungan saling
percaya, mengenal halusinasi dan mengontrol halusinasi); pasien kooperatif,
kontak mata baik, pasien menjawab dengan baik, pertemuan diakhiri. Secara
umum proses interaksi menghasilkan apa yang diinginkan perawat.

Anda mungkin juga menyukai