Anda di halaman 1dari 14

1.

Terapi Biologi/Biologis

A. Definisi Terapi Biologis


Biologically based practice atau terapi biologis merupakan salah
satu kategori utama dari terapi komplementer dan alternatif. Secara
umum Biologically based practice adalah penggunaan bahan-bahan
yang berasal dari alam untuk mempengaruhi proses fisiologis tubuh dan
meningkatkan kesehatan.
Menurut Cancer Council Biologically based practice merupakan
penggunaan makanan, obat-obatan, dan suplemen untuk mempengaruhi
fungsi tubuh. Menurut National Institutes of Health (NIH) terapi biologis
melibatkan terapi untuk melengkapi diet normal seseorang dengan
pemberian ekstrak tambahan, nutrien, tanaman herbal, dan atau makanan
tertentu. Terapi biologis lebih sering digunakan sebagai terapi
komplementer. Terapi biologi berdasarkan pemberian suplemen seperti
tumbuh-tumbuhan, vitamin, mineral, asam lemak, protein, dan probiotik
(bakteri hidup yang sering ditemui pada biji-bijian, yogurt) dan makanan
fungsional.

Penggunaan paling umum terapi biologis adalah untuk obesitas,


meningkatkan pembentukan otot dan kinerja, meningkatkan kesehatan
secara menyeluruh dan kesejahteraan, mengobati dan mencegah penyakit
(contohnya flu dan demam), dan mengurangi depresi.

B. Tipe Terapi Secara Biologi


1) Terapi Kartilago hiu untuk pengobatan kanker, glucosamine untuk
osteoarthritis), diet therapies (pritkin, omishatki, tinggi serat,
makrobiotik), herbalism, orthomolecular medicine, and chelation
therapy.

Kandungan: proteoglycan & glycoprotein (molekul besar dengan


protein & carbohydrate ), sama dengan protein & garam
kalsium. Protein tsb menghentikan angiogenesis sel kanker.
2) Intervensi farmakologi/biologis/ instrumental (kartilago ozon, cone
therapy, sengatan lebah, elektrodiasnostik, iridologi)
 Terapi lebah dimulai di daratan Tiongkok dan Timur
Tengah, khususnya Mesir. Terapi ini merupakan
modifikasi akupunktur yang disebut dengan bee
acupuncture. Pada September 1993, WHO mengakui
Apitherapy digunakan sebagai alternatif pengobatan. Lebah
yang digunakan jenis Apis Mellyfera. Terapi ini dikenal
dengan nama Terapi sengatan lebah (bee venom therapy -
BVT) .
 Iridologi /diagnosis iris suatu metode kedokteran yang
menyatakan bahwa tiap bagian pada tubuh dapat
direpresentasikan dengan wilayah yang terdapat pada iris
mata (bagian yang berwarna pada pupil)

Mengungkapkan peradangan (inflamasi), penimbunan


toksin dalam jaringan, bendungan kelenjar (congestion), di
mana lokasinya (pada organ mana), dan seberapa tingkat
keparahan kondisinya (akut, subakut, kronis dan degeneratif)

Pencetus Iridologi – fisikawan Hungaria, Ignatz von


Peczely. Dengan mengamati iris mata, -- kondisi tubuh
seseorang dapat diketahui, sept. statusnya lemah atau kuat,
tingkat kesehatan serta peralihan menuju keparahan atau
proses penyembuhan.

C. Manfaat Terapi Biologi


a) Membunuh sel kanker
b)Mengganggu atau mengontrol proses yang memungkinkan tumbuh
kanker.
c) Mengganggu pola pertumbuhan sel kanker
d)Menghentikan proses pembentukan sel kanker dari sel normal
e) Meningkatkan kemampuan tubuh untuk memperbaiki atau
mengganti sel-sel normal yang rusak atau hancur
f) mencegah sel kanker menyebar
g) meningkatkan kerentanan sel kanker untuk hancur oleh sistem
kekebalan tubuh
h)Meningkatkan aktivitas sel T , sel-sel pembunuh alami dan
makrofag , mempromosikan pembunuhan sel kanker .

D. Terapi Biologi yang ada di Indonesia


1. Biofeedback
Biofeedback menggunakan tampilan visual dari tingkat stress
individu untuk membimbing individu tersebut melakukan teknik
pernafasan yang teratur dan memberi efek relaksasi sehingga dapat
mengurangi respon stress. Biofeedback juga memungkinkan individu
menggunakan pikiran untuk mengendalikan respon fisiologis tubuh
secara otomatis seperti ketegangan otot, denyut jantung, suhu kulit,
dan tekanan darah. Biofeedback dapat digunakan untuk meningkatkan
kesehatan, meningkatkan kinerja, dan mengatur fungsi tubuh.

Beberapa manfaat biofeedback antara lain :

1. Rehabilitasi otot pasca terjadinya cedera otot


2. Pengaturan nafas secara teratur sehingga dapat memperoleh denyut
jantung yang teratur dan mengurangi stress dan kecemasan
3. Memperlancar aliran darah sehingga mengurangi keluhan sakit
kepala, tekanan darah tinggi, dan gangguan tidur.
4. Membantu mengendalikan nyeri kronis
5. Mengatasi keluhan inkontinensia urin dan fekal

Tiga bentuk paling umum digunakan dalam terapi biofeedback yaitu :

1. Elektromiografi (mengukur ketegangan otot)


2. Thermal Biofeedback (mengukur suhu kulit)
3. Neurofeedback atau electroencephalography (EEG) yang mengukur
aktivitas gelombang otak
2. Terapi Herbal
Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat
bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal
yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi bersifat
organik/alami misalnya bawang putih, daun salam, kunyit, lavender,
jahe, dll

Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut


oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi
yang sudah memiliki kompetensi.
b. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam
bentuk sediaan farmasi.
c. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus
telah mendapat
izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan
dilakukan pemantauan terus – menerus.

Keputusan Menkes RI No 1076/Menkes/SK/VII/2003 mengatur


tentang penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Di dalam peraturan
tersebut diuraikan cara- cara mendapatkan izin praktek pengobatan
tradisional beserta syarat- syaratnya. Khusus untuk obat herbal,
pemerintah mengeluarkan Keputusan Menkes RI Nomor 121 Tahun
2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal.

3. Hidroterapi
Hidroterapi adalah teknik/cara perawatan tubuh dengan
menggunakan bantuan air (hangat, panas, dingin, uap air, air es) baik
diam maupun bergerak (berupa arus/semburan air yang ditimbulkan
secara elektronik/alamiah) dapat memberikan efek pijatan dan stimulasi
jaringan kulit dan otot dengan berbagai keuntungan, antara lain:
melancarkan sirkulasi di seluruh tubuh melalui efek tekanan hidrostatik
pada pembuluh darah dan limfe, relaksasi otot, merangsang
pembuangan sampah metabolik/racun (toxin) dari dalam sel ke aliran
darah dan melalui kulit, mengurangi ketegangan saraf, serta
memberikan relaksasi dan istirahat.

Hidroterapi akan memberi manfaat yang optimal jika suhu air


diganti-ganti tanpa memicu munculnya perlindungan dan pertahanan
tubuh yang bersifat negatif. Untuk terapi SPA (Solus Per Aqua) atau
dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai terapi Sehat Pakai Air,
diatur dalam Permenkes RI No. 1205/ Menkes/Per/X/2004 tentang
pedoman persyaratan kesehatan pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
Manfaat hidroterapi antara lain : menggunakan dan merelaksasikan otot,
memperbaiki pola jalan dan postur tubuh, mengurangi nyeri, bengkak,
kaku otot dan sendi, meningkatkan fungsi jantung, sirkulasi darah dan
pernafasan, meningkatkan kemampuan fungsional dan kualitas hidup,
memperbaiki keseimbangan dan koordinasi, memperbaiki lingkup gerak
sendi, stroke, nyeri sendi lutut dan penyakit rematik, scoliosis,
gangguan perkembangan anak, paska cedera kepala dan tulang
belakang, paska cedera olah raga, paska operasi patah tulang, paska
melahirkan. Beberapa model terapi air, antara lain: mandi Kneipp,
sauna dan uap, jacuzzi dan rendam air panas, irigasi kolon, berjalan di
pantai, watsu, berenang bersama lumba-lumba, mandi rendam, dan
mandi siram air dingin.

4. Konseling Nutrisi
Konseling nutrisi/gizi adalah suatu proses komunikasi
interpersonal/dua arah antara konselor dan klien untuk membantu klien
mengenali, mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam
mengatasi masalah gizi yang dihadapi (Dep.kes, 2000). Tujuan
konseling gizi adalah menyelenggarakan pendidikan gizi melalui
pendekatan konseling adalah terjadinya pemecahan masalah yang
dihadapi oleh seseorang yang akan diatasi sendiri sesuai dengan
keputusan yang telah diambilnya setelah melalui konseling yang
diberikan oleh tenaga gizi.

Jenis-jenis nutrisi yang dapat digunakan untuk terapi biologis antara


lain :

1. Mineral sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk proses


metabolisme. Mineral dibagi dalam 2 kelompok yaitu mineral mikro
(boron, kromium, kobalt, copper, flourida, iodin, besi, mangan,
molybdenum, selenium, silikon, vanadium, seng) dan mineral makro
(kalsium, fosfor, kalium, natrium klorida, magnesium, sulfur).

Kalsium
Membantu pembentukan gigi dan tulang, pembekuan darah pada
luka, dan mempertahankan kesehatan fungsi saraf dan otot. Dosis
RDA 1000 mg sehari.
Magnesium
Menjaga kesehatan jantung. Dosis 400 mg sehari.
Fosfor
Menjaga kondisi tulang dari kehilangan kalsium, membentuk
otot, dan membantu sintesa hormon testosteron. Dosis RDA 2 – 5
mg sehari.
Zat besi
Membantu pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah dan
mencegah anemia. Dosis RDA 18 mg sehari.
Kalium
Mempertahankan keseimbangan garam dan air dalam tubuh dan
kesehatan fungsi saraf dan otot. Dosis RDA 800 mg sehari.

2. Asam Lemak (omega-3)


Lemak yang terdapat pada makanan terdiri dari beberapa jenis
asam lemak yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
Saat ini banyak diteliti tentang asam lemak tidak jenuh omega-3 yang
banyak terdapat dalam minyak ikan. Manfaat omega-3 antara
laindapat menurunkan kadar lemak darah (kolesterol dan trigliserida)
dan dapat mencegah pembekuan darah yang disebabkan pembekuan
butir-butir pembekuan darah (trombosit) yang merupakan hal yang
penting dalam mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh
darah arteri.

3. Asam Amino
Asam amino dapat didefinisikan sebagai kumpulan besar
satuan organik, yang mewakili produk akhir dari mata rantai protein.
Pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi semuanya bergantung pada
protein, dan protein sangat bergantung pada tersedianya asam amino.

4. Probiotik dan Prebiotik


Prebiotik adalah suatu unsur makanan yang non-digestible,
yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi hospes oleh secara
selektif menstimulasi pertumbuhan dan/atau aktivitas metabolic dari
satu atau sejumlah terbatas bakteri dalam kolon, sehingga
memperbaiki kesehatan hospes. Sedangkan pada manusia,
Lactobacillus (L. acidophilus, L. casei, L. delbruekii, subsp.
bulgaricus, L. johnsonii), umum digunakan sebagai probiotik. Fungsi
probiotik dan prebiotik adalah Probiotik mengusir mikroorganisme
jahat dari usus secara langsung dengan cara mendominasi perebutan
nutrisi di tempat itu. Prebiotik mengusir dengan cara menciptakan
kondisi keasaman tertentu yang tidak disukai oleh mikroorganisme
jahat.

E.Jenis-jenis terapi biologis

Saat ini ada berbagai terapan terapi biologis untuk mengobati kanker. Berikut adalah
beberapa jenis terapi biologis yang telah dikembangkan.

1. Imunoterapi

Imunoterapi adalah metode terapi yang memicu kerja sistem imun, terutama sel darah
putih, untuk mendeteksi kerusakan dan menyerang sel abnormal dari perkembangan
kanker. Selain itu, imunoterapi juga bertujuan untuk mendorong proses respon imun
antikanker dan memperbaiki efek immunosupresif yang disebabkan dari sel kanker.

2. Antibodi monoclonal

Dikenal juga dengan sebutan MAb, metode terapi kanker ini menggunakan salah satu
komponen sistem imun berupa antibodi hasil rekayasa genetika antara manusia dan
tikus. MAb memiliki beberapa mekanisme untuk melawan sel kanker. Di antaranya
yaitu dengan merangsang reaksi imun untuk melawan sel kanker, menghambat
kerusakan yang disebabkan oleh sel kanker, serta mencegah pertumbuhan tumor.

3. Terapi sitokin

Terapi sitokin dilakukan menggunakan protein interferon (INF) dan interleukin (IL)
untuk meningkatkan respon imun untuk melawan sel kanker. Sitokin juga berperan
dalam mendorong produksi sel darah, efek ini juga bermanfaat untuk mengatasi efek
samping kemoterapi yang dapat berdampak pada produksi sel darah.

5. Terapi Bacillus Calmette-Guérin (BCG)

Bakteri TB dipilih karena dapat memicu respon imun secara umum untuk melawan
sel kanker. Efek antikanker dari bakteri TB pada BCG belum dapat diungkap
sepenuhnya tapi keampuhannya sudah teruji. Sekitar 70 persen penderita kanker
kandung kemih stadium awal mencapai fase remisi (tidak adanya kanker) setelah
mendapat terapi ini.

6. Terapi virus onkolitik

Beberapa jenis virus seperti reovirus, Newcastle, adenovirus, mumps, dan vaccinia
dapat direkayasa secara genetik untuk menyerang sel kanker. Terapi ini bekerja
dengan menginfeksi dan merusak sel kanker dengan metode replikasi. Meskipun
dapat menyerang sel normal yang sehat, efek yang ditimbulkan cenderung kecil.

7. Terapi gen

Metode terapi dengan menginjeksi materi genetik (DNA dan RNA) sel normal
terhadap sel kanker dengan menggunakan vektor yang dapat berupa virus atau
partikel lemak. Materi genetik yang dimasukan ke dalam sel kanker bertujuan untuk
menghancurkan atau menghambat perkembangan sel kanker.

Pengobatan dengan terapi gen telah berkembang dengan pesat sejak clinical
trial terapi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 (Roberts, 2004). Terapi
gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen yang cacat yang bertanggung jawab
terhadap suatu penyakit (Malik, 2005). Terapi gen merupakan strategi terapi baru
yang menjanjikan untuk mengobati penyakit melalui produksi protein terapi dalam
sel. Penggunaan plasmid DNA untuk menghasilkan protein terapi dalam jaringan
host memberikan beberapa keuntungan daripada melalui pendekatan tradisional
berbasis-protein (Martien et al., 2008). Konsep dasar dari terapi gen adalah
pengobatan gangguan manusia dengan pengenalan materi genetik ke dalam sel target
spesifik pasien, di mana produksi protein yang disandikan akan terjadi (Corsi et al.,
2003). Dengan tujuan untuk memperbaiki gen-gen yang rusak atau digunakan dalam
strategi vaksinasi (Martien et al., 2008). Berbagai vektor untuk memberikan gen
terapeutik ke dalam sel target yang diinginkan telah dipelajari (Nishikawa dan
Hashida, 2002). Terapi gen saat ini sedang diterapkan dalam berbagai masalah
kesehatan yang berbeda salah satunya adalah kanker leher rahim atau disebut juga
kanker serviks.

Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker
yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim (Canavan, 2000). Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks)
adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari
rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker leher rahim merupakan jenis
penyakit kanker paling banyak kedua di dunia yang diderita wanita di atas usia 15
tahun. Sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia didiagnosa menderita kanker leher
rahim dan rata-rata 270.000 meninggal tiap tahunnya. Untuk Indonesia, kanker leher
rahim merupakan jenis kanker paling banyak yang terjadi pada perempuan. Di
Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita. Setiap
tahun, terdapat 15 ribu kasus baru dan delapan ribu di antaranya meninggal dunia.
Bahkan, satu perempuan meninggal setiap jam karena penyakit ini.
Kanker ini dapat hadir dengan pendarahan vagina, tetapi gejala kanker ini
tidak terlihat sampai kanker memasuki stadium yang lebih jauh, yang membuat
kanker leher rahim fokus pengamatan menggunakan Pap smear. Di negara
berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan leher rahim mengurangi
insiden kanker leher rahim yang invasif sebesar 50% atau lebih. Kebanyakan
penelitian menemukan bahwa infeksi human papillomavirus (HPV) bertanggung
jawab untuk semua kasus kanker leher rahim. Perawatan termasuk operasi pada
stadium awal, dan kemoterapi dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit.
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah

menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon,
yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi. Selain membunuh sel-sel kanker,
pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga seringkali
menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan. Kadang timbul ruam, selain
itu penderita juga bisa mudah memar dan mengalami perdarahan. Untuk itu
diperlukan strategi baru pengobatan kanker leher rahim menggunakan terapi gen.
Strategi baru tersebut di atas diantaranya menggunakan formulasi seperti
nanopartikel, yang di bentuk dengan koaservasi antara polimer bermuatan positif
dengan DNA yang bermuatan negatif. Salah satu sistem penghantaran gen non-virus
yang menjanjikan adalah ikatan ion antara DNA dan polimer polikationik, seperti
kitosan. Kitosan merupakan sebuah polimer kationik terdiri dari ikatan D-glukosamin
dan N-asetil-D-glukosamin yang berikatan β(14)-glikosidik, adalah polimer yang
non-toksik, biokompabilitas, biodegradabilitas, larut di asam dan mempunyai muatan
positif. Disamping itu kitosan juga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
trans-seluler dan para-seluler melewati mukosa epitelium yang merupakan indikasi
lebih lanjut untuk penghantar gen yang potensial dan respon imun mukosal yang
protektif. Kitosan adalah produk turunan kitin. kitin dapat ditemukan pada kulit
binatang jenis udang-udangan yang merupakan produk sisa dari industri pengolahan
hasil laut.
Ketertarikan penelitian didasari pula oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Martien et al. (2006) tentang penghantaran gen oleh kitosan yang
dimodifikasi dengan penambahan asam thioglikolat (TGA) dikoaservasikan dengan

pDNA yang menghasilkan nanopartikel kitosan-pDNA dengan rentang ukuran 100-


200 nm, penelitian yang dilakukan oleh Indrawati (2010) membuat formulasi
nanopartikel dengan menggunakan kitosan rantai pendek dan uji transfeksi pada sel
SP-C1. Hasil penelitian nanopartikel kitosan rantai pendek-pEGFP menunjukkan
kemampuan transfeksi pada sel SP-C1 dengan ukuran partikel rata-rata 220,0 nm –
623 nm dengan bentuk partikelnya sferik, serta penelitian yang dilakukan oleh
Mutmainnah (2010) membuat formulasi nanopartikel dengan menggunakan kitosan
rantai sedang dan uji transfeksi pada sel SP-C1. Hasil penelitian nanopartikel kitosan
rantai sedang-pEGFP menunjukkan kemampuan transfeksi pada sel SP-C1 dengan
ukuran partikel rata-rata 290,2-708 nm dengan bentuk partikelnya sferik.
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan kajian apakah formulasi
nanopartikel kitosan rantai pendek pada pH 4,0 dan pH 5,0 yang dikonjugasikan
dengan plasmid Enhanced Green Fluororescence Protein (pEGFP-C1) mempunyai
toksisitas rendah dan mampu mentransfeksikan pEGFP-C1 pada sel kultur HeLa
secara in vitro.

8. Terapi sel T adoptif

Dengan menggunakan sel T dari sampel darah pasien kanker yang dimodifikasi,
metode terapi ini bekerja dengan cara memicu reaksi gen pada permukaan sel kanker
untuk menyerang dan menimbulkan kerusakan. Metode ini telah diterapkan pada
berbagai kasus kanker seperti melanoma, kanker hematologis, dan kanker dengan
tumor padat.

Efek samping terapi biologis

Meskipun dapat bekerja lebih spesifik untuk hanya menyerang sel kanker, terapi
biologis memiliki berbagai efek samping. Di antaranya adalah reaksi alergi, gejala flu,
bengkak, kemerahan, gatal dan ruam, hingga penurunan sel darah.

Selain itu, efek samping lainnya yang ditimbulkan kemungkinan lebih serius,
tergantung jenisnya pengobatannya. Berikut rinciannya.

 Terapi MAb dan sitokin dikenal dengan efek samping penurunan sel dan
perubahan komponen kimia sel darah serta kerusakan organ seperti jantung,
paru-paru, ginjal, liver, hingga otak.
 Terapi BCG dapat memicu gangguan kemih seperti perih dan nyeri saat buang
air kecil dan kencing berdarah.
 Terapi virus onkolotik berkaitan dengan sindrom tumor lisis yang disebabkan
oleh masuknya komponen kanker ke dalam aliran darah. Kondisi ini serius dan
dapat berakibat fatal.
 Terapi gen berkaitan dengan infeksi virus, munculnya kanker sekunder, serta
kerusakan sel yang sehat akibat kesalahan insersi material genetik pada sel
normal.

2. Vaksin

1. Sejarah Penemuan Vaksin dan Perkembangannya

a. Penemuan Oleh Bangsa Cina abad ke-9 SM

Penemuan vaksin pertama kali disebut disebut berasal dari cina pada
900 SM.Bangsa cina saat itu menemukan bentuk vaksinasi yang disebut
variolasi.Metode vaksinasi ini digunakan untuk mencegah penyakit cacar yang
menyerang orang sehat pada jaringan scabs yang disebabkan oleh virus.Mereka
melakukan hal ini dengan menghapus nanah dan cairan dari lesi
cacar,kemudian menyuntikkannya pada
bagian bawah kulit orang yang akan dilindungi.Atau dengan cara mengupas scabs
dari lesi yang telah kering kemudian menggilingnya menjadi bubuk dan
membiarkan orang yang tidak terinfeksi menghirupnya.Metode lain yang
digunakan yaitu mengambil beberapa bubuk keropeng dalam jumlah sedikit
dengan jarum kemudian menyuntikkannya langsung ke dalam pembuluh darah
seseorang.

b. Penemuan Oleh Edward Jenner(Penemu Vaksin Cacar) tahun 1796

Penemuan vaksin yang dilakukan oleh ilmuan asal inggris benama


Edward Jenner pada tahun 1796 awalnya merupakan percobaannya dalam
meneliti penyakit cacar saat itu.Ia meneliti peternak sapi yang tidak terjangkit
cacar sapi memerah susu sapi yang terkena cacar sapi .Dengan penelitiannya,ia
mulai melakukan percobaan terhadap dengan mengambil beberapa cairan luka
dari si penderita kemudian ia tularkan pada anak berusia 8 tahun lalu anak tersebut
sembuh dari penyakitnya.Hingga saat itu di berilah nama obat penyembuh
tersebut dengan nama "vaksin"(bahasa latin dari sapi).

c.Penemuan Oleh Louis Pasteur(Penemu Vaksin Rabies) tahun 1880

Sebelum ia menemukan vaksin saat itu,ia terlebih dahulu membuat konsep


atau teori bagaimana vaksin itu bekerja.Ia berpendapat bahwa penyakit infeksi
diakibatkan oleh adanya mikroorganisme,sehingga dengan teori ini ia menyatakan
bahwa vaksin yang ia buat dapat melindungi tubuh dari penyakit yang diakibatkan
dari mikroorganisme itu sendiri dengan cara menyuntikkan mikroorganisme
tersebut ke tubuh dalam bentuk yang sudah dilemahkan.Contohnya saja vaksin
rabies.Vaksin ini pertama kali disuntikkan pada manusia pada tahun 1885 yang
disuntikkan pada anak berusia 9 tahun bernama Joseph Meister yang telah
diserang anjing gila.Percobaannya tersebut berhasil dan membuat tersebut sembuh
dari penyakitnya.Sebelumnya penyuntikkan vaksin ini ditentng oleh masyarakat
karena menggunakan mikroorganisme dari penyakit rabies itu sendiri.

d. Penemuan Oleh Emil von Behring Dan Kitasat(Penemu Vaksin Difteri


dan Tetanus)tahun 1890

Mereka merupakan ilmuan yang berasal dari Jerman yang telah menemukan
vaksin antitoksin shibasaburo untuk penyakit difteri dan tetanus.Temuan vaksin
tersebut kemudian diimunisasikan untuk tikus,marmut,dan kelinci dimana hewan
hewan tersebut sangat lemah terhadap bakteri.Para antitoksin yang dihasilkan oleh
hewan hewan tersebut kemudian disuntikkan pada hewan yang belum diimunisasi
yang sebelumnya telah terinfeksi oleh bakteri mematikan.Hewan hewan yang
sakit dapat disembuhkan dengan pemberian serum.Racun dari bakteri yang
beracun menjadi tidak berbahaya dengan serum hewan yang telah diimunisasi
dengan bentuk lemah dari infeksi bakteri.

e. Penemuan Oleh Jhon Salk dan Albert Sabin(Penemu Vaksin


Polio)tahun 1955 dan 1961

Jhon Salk adalah ilmuan yang pertama kali berhasil menguji vaksin
polio,yaitu dengan membunuh beberapa virus mematikan dan kemudian
menyuntikkan virus yang telah jinak ke dalam aliran darah manusia.Ia melakukan
percobaan untuk pertama kalinya dalam menguji vaksin ciptaanya pada seseorang
yang pernah mengidap penyakit polio,pada dirinya sendiri,dan keluarganya.Pada
tahun 1953, ia kemudian mengumumkan hasil penemuannya pada jaringan radio
nasional.Dan saat itu vaksin polio mulai banyak digunakan karena telah terbukti
aman dan efektif.Kemudian pada tahun 1954,vaksin ini kemudian dipatenkan dan
digunakan untuk kampanye imunisasi.Kurang dari enam tahun, kasus polio mulai
menurun 90%.Tetapi vaksin salk tidak melengkapi imunisasi secara menyeluruh
untuk semua jenis virus polio.Kemudian pada tahun 1961,Albert Sabin telah
menemukan vaksi oral yang dapat mempermudah penggunanya dalam
menggunakan vaksin tersebut.Vaksin oral yang ia buat berupa mikroorganisme
dari virus itu sendiri yang masih hidup dan sudah dilemahkan.Vaksin oral
digunakan untuk mengganti vaksin suntik yang digunakan oleh Jhon Salk.

f. Penemuan oleh Ian Frazer(Penemu Vaksin Kanker Serviks)tahun


2008

Ia saat itu melakukan percobaan untuk merancang vaksin yang dapat


mengatasi penyakit kanker.Alhasil pada tahun 2008,ia berhasil menciptakan
vaksin dalam mencegah penyakit kanker serviks(Human papillomavirus(HPV))
dengan melemahkan mikroorganisme dari virus itu sendiri,kemudian disuntikkan
pada penderita kanker serviks tersebut

Anda mungkin juga menyukai