Terapi Biologi/Biologis
3. Hidroterapi
Hidroterapi adalah teknik/cara perawatan tubuh dengan
menggunakan bantuan air (hangat, panas, dingin, uap air, air es) baik
diam maupun bergerak (berupa arus/semburan air yang ditimbulkan
secara elektronik/alamiah) dapat memberikan efek pijatan dan stimulasi
jaringan kulit dan otot dengan berbagai keuntungan, antara lain:
melancarkan sirkulasi di seluruh tubuh melalui efek tekanan hidrostatik
pada pembuluh darah dan limfe, relaksasi otot, merangsang
pembuangan sampah metabolik/racun (toxin) dari dalam sel ke aliran
darah dan melalui kulit, mengurangi ketegangan saraf, serta
memberikan relaksasi dan istirahat.
4. Konseling Nutrisi
Konseling nutrisi/gizi adalah suatu proses komunikasi
interpersonal/dua arah antara konselor dan klien untuk membantu klien
mengenali, mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam
mengatasi masalah gizi yang dihadapi (Dep.kes, 2000). Tujuan
konseling gizi adalah menyelenggarakan pendidikan gizi melalui
pendekatan konseling adalah terjadinya pemecahan masalah yang
dihadapi oleh seseorang yang akan diatasi sendiri sesuai dengan
keputusan yang telah diambilnya setelah melalui konseling yang
diberikan oleh tenaga gizi.
Kalsium
Membantu pembentukan gigi dan tulang, pembekuan darah pada
luka, dan mempertahankan kesehatan fungsi saraf dan otot. Dosis
RDA 1000 mg sehari.
Magnesium
Menjaga kesehatan jantung. Dosis 400 mg sehari.
Fosfor
Menjaga kondisi tulang dari kehilangan kalsium, membentuk
otot, dan membantu sintesa hormon testosteron. Dosis RDA 2 – 5
mg sehari.
Zat besi
Membantu pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah dan
mencegah anemia. Dosis RDA 18 mg sehari.
Kalium
Mempertahankan keseimbangan garam dan air dalam tubuh dan
kesehatan fungsi saraf dan otot. Dosis RDA 800 mg sehari.
3. Asam Amino
Asam amino dapat didefinisikan sebagai kumpulan besar
satuan organik, yang mewakili produk akhir dari mata rantai protein.
Pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi semuanya bergantung pada
protein, dan protein sangat bergantung pada tersedianya asam amino.
Saat ini ada berbagai terapan terapi biologis untuk mengobati kanker. Berikut adalah
beberapa jenis terapi biologis yang telah dikembangkan.
1. Imunoterapi
Imunoterapi adalah metode terapi yang memicu kerja sistem imun, terutama sel darah
putih, untuk mendeteksi kerusakan dan menyerang sel abnormal dari perkembangan
kanker. Selain itu, imunoterapi juga bertujuan untuk mendorong proses respon imun
antikanker dan memperbaiki efek immunosupresif yang disebabkan dari sel kanker.
2. Antibodi monoclonal
Dikenal juga dengan sebutan MAb, metode terapi kanker ini menggunakan salah satu
komponen sistem imun berupa antibodi hasil rekayasa genetika antara manusia dan
tikus. MAb memiliki beberapa mekanisme untuk melawan sel kanker. Di antaranya
yaitu dengan merangsang reaksi imun untuk melawan sel kanker, menghambat
kerusakan yang disebabkan oleh sel kanker, serta mencegah pertumbuhan tumor.
3. Terapi sitokin
Terapi sitokin dilakukan menggunakan protein interferon (INF) dan interleukin (IL)
untuk meningkatkan respon imun untuk melawan sel kanker. Sitokin juga berperan
dalam mendorong produksi sel darah, efek ini juga bermanfaat untuk mengatasi efek
samping kemoterapi yang dapat berdampak pada produksi sel darah.
Bakteri TB dipilih karena dapat memicu respon imun secara umum untuk melawan
sel kanker. Efek antikanker dari bakteri TB pada BCG belum dapat diungkap
sepenuhnya tapi keampuhannya sudah teruji. Sekitar 70 persen penderita kanker
kandung kemih stadium awal mencapai fase remisi (tidak adanya kanker) setelah
mendapat terapi ini.
Beberapa jenis virus seperti reovirus, Newcastle, adenovirus, mumps, dan vaccinia
dapat direkayasa secara genetik untuk menyerang sel kanker. Terapi ini bekerja
dengan menginfeksi dan merusak sel kanker dengan metode replikasi. Meskipun
dapat menyerang sel normal yang sehat, efek yang ditimbulkan cenderung kecil.
7. Terapi gen
Metode terapi dengan menginjeksi materi genetik (DNA dan RNA) sel normal
terhadap sel kanker dengan menggunakan vektor yang dapat berupa virus atau
partikel lemak. Materi genetik yang dimasukan ke dalam sel kanker bertujuan untuk
menghancurkan atau menghambat perkembangan sel kanker.
Pengobatan dengan terapi gen telah berkembang dengan pesat sejak clinical
trial terapi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 (Roberts, 2004). Terapi
gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen yang cacat yang bertanggung jawab
terhadap suatu penyakit (Malik, 2005). Terapi gen merupakan strategi terapi baru
yang menjanjikan untuk mengobati penyakit melalui produksi protein terapi dalam
sel. Penggunaan plasmid DNA untuk menghasilkan protein terapi dalam jaringan
host memberikan beberapa keuntungan daripada melalui pendekatan tradisional
berbasis-protein (Martien et al., 2008). Konsep dasar dari terapi gen adalah
pengobatan gangguan manusia dengan pengenalan materi genetik ke dalam sel target
spesifik pasien, di mana produksi protein yang disandikan akan terjadi (Corsi et al.,
2003). Dengan tujuan untuk memperbaiki gen-gen yang rusak atau digunakan dalam
strategi vaksinasi (Martien et al., 2008). Berbagai vektor untuk memberikan gen
terapeutik ke dalam sel target yang diinginkan telah dipelajari (Nishikawa dan
Hashida, 2002). Terapi gen saat ini sedang diterapkan dalam berbagai masalah
kesehatan yang berbeda salah satunya adalah kanker leher rahim atau disebut juga
kanker serviks.
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker
yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim (Canavan, 2000). Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks)
adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari
rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker leher rahim merupakan jenis
penyakit kanker paling banyak kedua di dunia yang diderita wanita di atas usia 15
tahun. Sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia didiagnosa menderita kanker leher
rahim dan rata-rata 270.000 meninggal tiap tahunnya. Untuk Indonesia, kanker leher
rahim merupakan jenis kanker paling banyak yang terjadi pada perempuan. Di
Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita. Setiap
tahun, terdapat 15 ribu kasus baru dan delapan ribu di antaranya meninggal dunia.
Bahkan, satu perempuan meninggal setiap jam karena penyakit ini.
Kanker ini dapat hadir dengan pendarahan vagina, tetapi gejala kanker ini
tidak terlihat sampai kanker memasuki stadium yang lebih jauh, yang membuat
kanker leher rahim fokus pengamatan menggunakan Pap smear. Di negara
berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan leher rahim mengurangi
insiden kanker leher rahim yang invasif sebesar 50% atau lebih. Kebanyakan
penelitian menemukan bahwa infeksi human papillomavirus (HPV) bertanggung
jawab untuk semua kasus kanker leher rahim. Perawatan termasuk operasi pada
stadium awal, dan kemoterapi dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit.
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon,
yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi. Selain membunuh sel-sel kanker,
pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga seringkali
menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan. Kadang timbul ruam, selain
itu penderita juga bisa mudah memar dan mengalami perdarahan. Untuk itu
diperlukan strategi baru pengobatan kanker leher rahim menggunakan terapi gen.
Strategi baru tersebut di atas diantaranya menggunakan formulasi seperti
nanopartikel, yang di bentuk dengan koaservasi antara polimer bermuatan positif
dengan DNA yang bermuatan negatif. Salah satu sistem penghantaran gen non-virus
yang menjanjikan adalah ikatan ion antara DNA dan polimer polikationik, seperti
kitosan. Kitosan merupakan sebuah polimer kationik terdiri dari ikatan D-glukosamin
dan N-asetil-D-glukosamin yang berikatan β(14)-glikosidik, adalah polimer yang
non-toksik, biokompabilitas, biodegradabilitas, larut di asam dan mempunyai muatan
positif. Disamping itu kitosan juga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
trans-seluler dan para-seluler melewati mukosa epitelium yang merupakan indikasi
lebih lanjut untuk penghantar gen yang potensial dan respon imun mukosal yang
protektif. Kitosan adalah produk turunan kitin. kitin dapat ditemukan pada kulit
binatang jenis udang-udangan yang merupakan produk sisa dari industri pengolahan
hasil laut.
Ketertarikan penelitian didasari pula oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Martien et al. (2006) tentang penghantaran gen oleh kitosan yang
dimodifikasi dengan penambahan asam thioglikolat (TGA) dikoaservasikan dengan
Dengan menggunakan sel T dari sampel darah pasien kanker yang dimodifikasi,
metode terapi ini bekerja dengan cara memicu reaksi gen pada permukaan sel kanker
untuk menyerang dan menimbulkan kerusakan. Metode ini telah diterapkan pada
berbagai kasus kanker seperti melanoma, kanker hematologis, dan kanker dengan
tumor padat.
Meskipun dapat bekerja lebih spesifik untuk hanya menyerang sel kanker, terapi
biologis memiliki berbagai efek samping. Di antaranya adalah reaksi alergi, gejala flu,
bengkak, kemerahan, gatal dan ruam, hingga penurunan sel darah.
Selain itu, efek samping lainnya yang ditimbulkan kemungkinan lebih serius,
tergantung jenisnya pengobatannya. Berikut rinciannya.
Terapi MAb dan sitokin dikenal dengan efek samping penurunan sel dan
perubahan komponen kimia sel darah serta kerusakan organ seperti jantung,
paru-paru, ginjal, liver, hingga otak.
Terapi BCG dapat memicu gangguan kemih seperti perih dan nyeri saat buang
air kecil dan kencing berdarah.
Terapi virus onkolotik berkaitan dengan sindrom tumor lisis yang disebabkan
oleh masuknya komponen kanker ke dalam aliran darah. Kondisi ini serius dan
dapat berakibat fatal.
Terapi gen berkaitan dengan infeksi virus, munculnya kanker sekunder, serta
kerusakan sel yang sehat akibat kesalahan insersi material genetik pada sel
normal.
2. Vaksin
Penemuan vaksin pertama kali disebut disebut berasal dari cina pada
900 SM.Bangsa cina saat itu menemukan bentuk vaksinasi yang disebut
variolasi.Metode vaksinasi ini digunakan untuk mencegah penyakit cacar yang
menyerang orang sehat pada jaringan scabs yang disebabkan oleh virus.Mereka
melakukan hal ini dengan menghapus nanah dan cairan dari lesi
cacar,kemudian menyuntikkannya pada
bagian bawah kulit orang yang akan dilindungi.Atau dengan cara mengupas scabs
dari lesi yang telah kering kemudian menggilingnya menjadi bubuk dan
membiarkan orang yang tidak terinfeksi menghirupnya.Metode lain yang
digunakan yaitu mengambil beberapa bubuk keropeng dalam jumlah sedikit
dengan jarum kemudian menyuntikkannya langsung ke dalam pembuluh darah
seseorang.
Mereka merupakan ilmuan yang berasal dari Jerman yang telah menemukan
vaksin antitoksin shibasaburo untuk penyakit difteri dan tetanus.Temuan vaksin
tersebut kemudian diimunisasikan untuk tikus,marmut,dan kelinci dimana hewan
hewan tersebut sangat lemah terhadap bakteri.Para antitoksin yang dihasilkan oleh
hewan hewan tersebut kemudian disuntikkan pada hewan yang belum diimunisasi
yang sebelumnya telah terinfeksi oleh bakteri mematikan.Hewan hewan yang
sakit dapat disembuhkan dengan pemberian serum.Racun dari bakteri yang
beracun menjadi tidak berbahaya dengan serum hewan yang telah diimunisasi
dengan bentuk lemah dari infeksi bakteri.
Jhon Salk adalah ilmuan yang pertama kali berhasil menguji vaksin
polio,yaitu dengan membunuh beberapa virus mematikan dan kemudian
menyuntikkan virus yang telah jinak ke dalam aliran darah manusia.Ia melakukan
percobaan untuk pertama kalinya dalam menguji vaksin ciptaanya pada seseorang
yang pernah mengidap penyakit polio,pada dirinya sendiri,dan keluarganya.Pada
tahun 1953, ia kemudian mengumumkan hasil penemuannya pada jaringan radio
nasional.Dan saat itu vaksin polio mulai banyak digunakan karena telah terbukti
aman dan efektif.Kemudian pada tahun 1954,vaksin ini kemudian dipatenkan dan
digunakan untuk kampanye imunisasi.Kurang dari enam tahun, kasus polio mulai
menurun 90%.Tetapi vaksin salk tidak melengkapi imunisasi secara menyeluruh
untuk semua jenis virus polio.Kemudian pada tahun 1961,Albert Sabin telah
menemukan vaksi oral yang dapat mempermudah penggunanya dalam
menggunakan vaksin tersebut.Vaksin oral yang ia buat berupa mikroorganisme
dari virus itu sendiri yang masih hidup dan sudah dilemahkan.Vaksin oral
digunakan untuk mengganti vaksin suntik yang digunakan oleh Jhon Salk.