MANAJEMEN NYERI
DI RUANGAN TC RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
DisusunOleh:
KELOMPOK 5
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit,
diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang manajemen nyeri
pada luka post operasi.
C. Materi (Terlampir)
1. Pengertian Nyeri
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
3. Cara mengkaji persepsi nyeri
4. Manajemen nyeri secara nonfarmakologi
5. Mendemonstrasikan manajemen nyeri
D. Media
1. Power Point
2. Leaflet
E. Sasaran
Keluarga Pasien Di Ruang Rawat Inap Trauma Center
F. Metode Penyuluhan
1. Penjelasan
2. Ceramah
3. Tanya jawab
Keterangan :
: Peserta penyuluhan
: Observer
: Moderator
: Fasilitator
: Pemberi Materi
I. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Seluruh Mahasiswa Kelompok V
1. Moderator : Cindy Novrita Malkam, S.Kep
2. Penyaji/Presentator : Elsa Shintia Paramita, S.Kep
3. Fasilitator 1 : Rahma Tiana Putri, S.Kep
4. Fasilitator 2 : Indah Mayang Sari, S.Kep
5. Observer : Nadya Yovia Ariyanti, S.Kep
6. Time keeper : Sindy Lidya, S.Kep
7. Dokumentasi dan Absensi : Riva Akva Wahyuni, S.Kep
8. Sie perlengkapan : Yandranil Satrika, S.Kep
TugasPengorganisasian
1. Moderator :Memimpin dan mengatur jalannya acara penyuluhan agar
terstruktur
J. Kegiatan Penyuluhan
No Wakt KegiatanPenyuluhan KegiatanPeserta
. u
1. 5 Pembukaan
menit Mengucapkans Menjawab salam
alam
Memperkenala Memperhatikan
n mahasiswa
Memperkenala Memperhatikan
n pembimbing
akademik,
kepala ruangan
dan
pembimbing
klinik Memperhatikan
Menjelaskan
tujuan
Menjelaskan Memperhatikan
kontrak waktu
dan kontrak
bahasa
2. 20 Pelaksanaan
menit Menggali Menjelaskan
pengetahuan pengetian nyeri
keluarga
tentang
pengertian
nyeri
Memberikan Memperhatikan
reinforcement
positif
Menjelaskan Menjelaskan faktor-
materi tentang faktor yang
pengertian mempengaruhi nyeri
nyeri
Menggali Memperhatikan
pengetahuan
keluarga
terkait faktor-
faktor yang
mempengaruhi
nyeri Menjelaskan materi
Memberikan cara mengkaji
reinforcement persepsi nyeri
positif
Menjelaskan Mempehatikan
materi tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nyeri
Menggali Menjelaskan materi
pengetahuan manajemen nyeri
keluaga secara
nonfarmakologi
tentang cara
mengkaji
persepsi nyeri
Memperhatikan
Memberikan
reinforcement
positif
Menjelaskan
materi tentang
cara mengkaji
persepsi nyeri
Menggali
pengetahuan
keluarga
tentang Bertanya
manajemen
nyeri secara Mendengarkan
nonfarmakolog
i
Memberikan
reinforcement
positif
Menjelaskan
materi tentang
Manajemen
nyeri secara
nonfarmakolog
i
Tanya jawab
terkait
manajemen
nyeri
Menjawab
pertanyaan
keluarga
3. 5 Penutup
menit Menyimpulkan Mendengarkan
dan menutup
diskusi Menjawabsalam
Mengucapkan
salam
K. KriteriaEvaluasi
1. Kriteria Evaluasi Struktur
a. Peserta (keluarga pasien) dan mahasiswa menghadiri penyuluhan
b. Tempat media serta alat oenyuluhan tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Peserta yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta yang hadir berperan aktif selama kegiatan berlangsung
3. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan 75% dari 10 peserta yang hadir mampu menyebutkan
pengertian nyeri
b. Diharapkan 75% dari 10 peserta yang hadir mampu menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
MANAJEMEN NYERI
A. Pengertian
Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan (Alimul, 2016).
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional (Alimul, 2016).
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat
indvidual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi
seluruh pikiran seseorang, mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi,
nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh klien (Berman, 2019).
Tingkatan nyeri tterdiri dari skala 1-10 yang artinya sebagai berikut:
1. SKALA 1 (sangat ringan), seperti gigitan nyamuk
2. SKALA 2 (tidak menyenangkan), nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada
kulit.
3. SKALA 3 (bisa ditoleransi), nyeri Sangat terasa, seperti pukulan
ke hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter.
4. SKALA 4 ( Menyedihkan) Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi
5. SKALA 5(sangat menyedihkan), Kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6. SKALA 6 (intens), Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak
fokus, komunikasi terganggu.
7. SKALA 7 (sangat intens), Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri.
8. SKALA 8 (benar-benar mengerikan), Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama.
9. SKALA 9 (menyiksa tak tertahankan), Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk segera
menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping
atau risikonya.
10. SKALA 10 (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan), Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri khususnya
anak-anak dan lansia. Pada kognitif tidak mampu mengingat penjelasan
tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat
terjadi di berbagai situasi. Nyeri bukan merupakan bagian dari proses
penuaan yang tidak dapat dihindari, karena lansia telah hidup lebih lama
mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang
menyertai nyeri. Kemampuan klien lansia untuk menginterpretasikan nyeri
dapat mengalami komplikasi dengan keadaan berbagai penyakit disertai
gejala samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama.
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespon terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjaadi subjek
penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap
nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik
pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri
dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman
tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam
merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami
nyeri.
4. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan
mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut
memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan tantangan. Misalnya
seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan
seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan
pasangannya.
5. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat
terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi,
teknik imajinasi terbimbing dan massage. Dengan memfokuskan perhatian
dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawaat menempatkan
nyeri pada kesadaran yang perifer.
6. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional
biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada
individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang
mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, sering kali mengalami
kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri dapat menimbulkan
tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali
menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
7. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan sensasi
nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila
keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa
lebh berat. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami
suatu periode tiddur yang lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan
8. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut
akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila seorang klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi pertama
nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
9. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa
kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan,
seperti di rumah sakit klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal
yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap
lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik
sebagian maupun keseluruhan/total.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.
Individuu dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan yang
berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan tentang nyeri.