Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN NYERI
DI RUANGAN TC RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

DisusunOleh:
KELOMPOK 5

1. CindyNovritaMalkam (2114901007) 6.RivaAkvaWahyuni (2114901037)

2. ElsaShintiaParamita (2114901012) 7. RahmaTianaPutri(2114901032)


3. DickySeprian (2114901010)
8. SindyLidya(2114901044)
4. IndahMayangSari(2114901018)
9. YandranilSatrika (2114901056)
5. NadyaYoviaArianti(2114901027)

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

(Ns. Wilady Rasid,M.Kep Sp.Kep.MB) (Ns. HidayatulRahmi, M. Kep)

PembimbingKlinik Pembimbing Klinik

( Ns. Lidya, M.Kep, Sp. Kep.MB ) (Ns. Hermayenti, S.Kep)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri


Sub Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri
Sasaran : Keluarga Pasien Rawat Inap
Hari/Tanggal : Kamis, 6 Januari2022
Tempat : Ruang Rawat Inap Trauma Center (TC)
Pukul : 10.00– 10.30 WIB
Penyuluh : kelompok 5 profesiNersStikesAlifah Padang
A. LatarBelakang

Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat


indvidual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi
seluruh pikiran seseorang, mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi,
nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh klien (Berman, 2019).
Menurut International Association for the Studi of Pain (IASP), penyebab
nyeri tidak hanya dari penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker, tetapi
juga cidera, operasi, luka bakar, infeksi, dan efek kekerasan. Seseorang juga
mengalami nyeri dari banyak prosedur dan penyelidikan yang digunakan oleh
dokter dan perawat untuk menyelidiki dan mengobati penyakit (Finley, 2015).
Respon perilaku terhadap nyeri diantaranya yaitu mimik wajah, perubahan
nada suara da aktivitas, serta menangis, menunjukkan sikap menjauh dari
stimulus nyeri dan aneka vokalisasi dan mengutarakan intensitas
nyerinya.Karena itu membutuhkan beberapa teknik yang mampu untuk
mengatasi atau meringankan intensitas nyeri. Dalam penyuluhan ini akan
dijelaskan beberapa teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi nyeri.

B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit,
diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang manajemen nyeri
pada luka post operasi.

2. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai manajmemen
nyeri,diharapkan keluarga pasien mampu :

a. Menjelaskan dan mengetahui kembali pengertian nyeri


b. Menjelaskan dan menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi nyeri
c. Menyebutkan cara mengkaji persepsi nyeri
d. Menjelaskan manajemen nyeri secara nonfarmakologi

C. Materi (Terlampir)
1. Pengertian Nyeri
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
3. Cara mengkaji persepsi nyeri
4. Manajemen nyeri secara nonfarmakologi
5. Mendemonstrasikan manajemen nyeri

D. Media
1. Power Point
2. Leaflet

E. Sasaran
Keluarga Pasien Di Ruang Rawat Inap Trauma Center

F. Metode Penyuluhan
1. Penjelasan
2. Ceramah
3. Tanya jawab

G. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Kamis, 6 Januari 2022
Tempat : Ruang Rawat Inap Trauma Center (TC)
Pukul : 10.00– 10.30 WIB
H. Setting Tempat

Keterangan :

: Peserta penyuluhan

: Observer

: Moderator

: Fasilitator

: Pemberi Materi

I. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Seluruh Mahasiswa Kelompok V
1. Moderator : Cindy Novrita Malkam, S.Kep
2. Penyaji/Presentator : Elsa Shintia Paramita, S.Kep
3. Fasilitator 1 : Rahma Tiana Putri, S.Kep
4. Fasilitator 2 : Indah Mayang Sari, S.Kep
5. Observer : Nadya Yovia Ariyanti, S.Kep
6. Time keeper : Sindy Lidya, S.Kep
7. Dokumentasi dan Absensi : Riva Akva Wahyuni, S.Kep
8. Sie perlengkapan : Yandranil Satrika, S.Kep

TugasPengorganisasian
1. Moderator :Memimpin dan mengatur jalannya acara penyuluhan agar
terstruktur

2. Presentator : Menyajikan materi penyuluhan

3. Observer : Mengevaluasi jalannya penyuluhan dari awal


sampai akhir
4. Pendokumentasian : Mendokumentasikan jalannya penyuluhan

5. Absensi : Mencatat dan mendata para audience

6. Time Keeper : Mengatur jalanya penyuluhan

7. Fasilitator : Mempersiapkan segala perlengkapan acara

8. Sieperlengkapan :Mempersiapkan perlengkapan penyuluhan

J. Kegiatan Penyuluhan
No Wakt KegiatanPenyuluhan KegiatanPeserta
. u
1. 5 Pembukaan
menit  Mengucapkans  Menjawab salam
alam
 Memperkenala  Memperhatikan
n mahasiswa
 Memperkenala  Memperhatikan
n pembimbing
akademik,
kepala ruangan
dan
pembimbing
klinik  Memperhatikan
 Menjelaskan
tujuan
 Menjelaskan  Memperhatikan
kontrak waktu
dan kontrak
bahasa
2. 20 Pelaksanaan
menit  Menggali  Menjelaskan
pengetahuan pengetian nyeri
keluarga
tentang
pengertian
nyeri
 Memberikan  Memperhatikan
reinforcement
positif
 Menjelaskan  Menjelaskan faktor-
materi tentang faktor yang
pengertian mempengaruhi nyeri
nyeri
 Menggali  Memperhatikan
pengetahuan
keluarga
terkait faktor-
faktor yang
mempengaruhi
nyeri  Menjelaskan materi
 Memberikan cara mengkaji
reinforcement persepsi nyeri
positif
 Menjelaskan  Mempehatikan
materi tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nyeri
 Menggali  Menjelaskan materi
pengetahuan manajemen nyeri
keluaga secara
nonfarmakologi
tentang cara
mengkaji
persepsi nyeri
 Memperhatikan
 Memberikan
reinforcement
positif
 Menjelaskan
materi tentang
cara mengkaji
persepsi nyeri

 Menggali
pengetahuan
keluarga
tentang  Bertanya
manajemen
nyeri secara  Mendengarkan
nonfarmakolog
i
 Memberikan
reinforcement
positif
 Menjelaskan
materi tentang
Manajemen
nyeri secara
nonfarmakolog
i
 Tanya jawab
terkait
manajemen
nyeri
 Menjawab
pertanyaan
keluarga
3. 5  Penutup
menit  Menyimpulkan  Mendengarkan
dan menutup
diskusi  Menjawabsalam
 Mengucapkan
salam

K. KriteriaEvaluasi
1. Kriteria Evaluasi Struktur
a. Peserta (keluarga pasien) dan mahasiswa menghadiri penyuluhan
b. Tempat media serta alat oenyuluhan tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Peserta yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta yang hadir berperan aktif selama kegiatan berlangsung

3. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan 75% dari 10 peserta yang hadir mampu menyebutkan
pengertian nyeri
b. Diharapkan 75% dari 10 peserta yang hadir mampu menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

c. Diharapkan 75% dari 10 peserta yang hadir mampu menyebutkan


cara mengkaji persepsi nyeri

d. Diharapkan 75% dari 10 peserta yang hadir mampu menyebutkan


manajemen nyeri secara nonfarmakologi
Lampiran:

MANAJEMEN NYERI
A. Pengertian
Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan (Alimul, 2016).
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional (Alimul, 2016).
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat
indvidual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi
seluruh pikiran seseorang, mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi,
nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh klien (Berman, 2019).
Tingkatan nyeri tterdiri dari skala 1-10 yang artinya sebagai berikut:
1. SKALA 1 (sangat ringan), seperti gigitan nyamuk
2. SKALA 2 (tidak menyenangkan), nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada
kulit.
3. SKALA 3 (bisa ditoleransi), nyeri Sangat terasa, seperti pukulan
ke hidung menyebabkan hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter.
4. SKALA 4 ( Menyedihkan) Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi
5. SKALA 5(sangat menyedihkan), Kuat, dalam, nyeri yang menusuk,
seperti pergelangan kaki terkilir
6. SKALA 6 (intens), Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak
fokus, komunikasi terganggu.
7. SKALA 7 (sangat intens), Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-
benar mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri.
8. SKALA 8 (benar-benar mengerikan), Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama.
9. SKALA 9 (menyiksa tak tertahankan), Nyeri begitu kuat sehingga Anda
tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk segera
menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping
atau risikonya.
10. SKALA 10 (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan), Nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri khususnya
anak-anak dan lansia. Pada kognitif tidak mampu mengingat penjelasan
tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat
terjadi di berbagai situasi. Nyeri bukan merupakan bagian dari proses
penuaan yang tidak dapat dihindari, karena lansia telah hidup lebih lama
mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang
menyertai nyeri. Kemampuan klien lansia untuk menginterpretasikan nyeri
dapat mengalami komplikasi dengan keadaan berbagai penyakit disertai
gejala samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama.
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespon terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjaadi subjek
penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap
nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik
pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri
dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman
tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam
merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami
nyeri.
4. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan
mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut
memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan tantangan. Misalnya
seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan
seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan
pasangannya.
5. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat
terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi,
teknik imajinasi terbimbing dan massage. Dengan memfokuskan perhatian
dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawaat menempatkan
nyeri pada kesadaran yang perifer.
6. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional
biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada
individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang
mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, sering kali mengalami
kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri dapat menimbulkan
tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali
menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
7. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan sensasi
nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila
keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa
lebh berat. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami
suatu periode tiddur yang lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan
8. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut
akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila seorang klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi pertama
nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
9. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa
kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan,
seperti di rumah sakit klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal
yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap
lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik
sebagian maupun keseluruhan/total.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.
Individuu dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan yang
berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan tentang nyeri.

C. Mengkaji Persepsi Nyeri


Alat – alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi
nyeri seseorang. Agar alat – alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat
tersebut harus memenuhi kriteria berikut :
1. Mudah dimengerti dan digunakan
2. Memerlukan sedikit upaya pada pihak pasien
3. Mudah dinilai
4. Sensitif terhadap perubahan kecil terhadap intensitas nyeri

Deskripsi verbal tentang nyeri


Individu merupakan penilai terbaik dari nyerinya yang dialaminya dan
karenannya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya.
Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individual dalam
beberapa cara antara lain :
1. Intensitas nyeri
Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal
( misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat atau sangat hebat ; atau 0-
10 : 0 = tidak ada nyeri, 10 = nyeri sangat hebat )
2. Karakteristik nyeri, termasuk letak (untuk area dimana nyeri pada berbagai
organ), durasi (menit,jam,hari,bulan), irama (terus menerus, hilang
timbul,periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari
nyeri), dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, seperti terbakar, sakit, nyeri
seperti digencet)
3. Faktor-faktor yang meredakan nyeri (misalnya gerakan, kurang bergerak,
pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas) dan apa yang dipercaya
pasien dapat membantu mengatasi nyerinya.
4. Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari- hari (misalnya tidur, nafsu
makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan
aktivitas-aktivitas santai). Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas dan
nyeri kronis dengan depresi.
5. Kekhawatiran individu tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai masalah yang
luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan
perubahan citra diri.
6. Skala analogi visual (VAS). Skala analogi visual sangat berguna dalam
mengkaji intensitas nyeri. Skala tersebut adalah berbentuk garis horizontal
sepanjang 10 cm, dan ujungnya mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien
diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukan letak nyeri
terjadi disepanjang rentang tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan
‘tidak ada’ atau ‘tidak nyeri’ sedangkan ujung kanan biasa menandakan
‘berat’ atau ‘nyeri yang paling buruk’ untuk menilai hasil,sebuah penggaris
diletakkan disepanjang garisdan jarak yang dibuat pasien pada garis dari
‘tidak ada nyeri’ diukur dan ditulis dalam centimeter.
D. Manajemen Nyeri Nonfarmakologi
a. Distraksi: distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal-
hal lain sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contoh:
1)      Membayangkan hal – hal yang menarik dan indah
2)      Membaca buku, Koran sesuai dengan keinginan
3)      Menonton TV
4)      Medengarkan musik, radio, dll
b. Relaksasi: teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa
tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik
relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom. Bruner &
Suddart (2013), bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif untuk mengatasi
nyeri, termasuk pada pasien dengan abdominal pain.
1) Tahapan relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut:
2) Ciptakan lingkungan yang tenang\
3) Usahakan tetap rileks dan tenang
4) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
5) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
6) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
7) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
8) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
9) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
10) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
11) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
12) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
DAFTAR PUSTAKA

Sudart, Brunner. 2013. Buku ajar keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC

Brunner dan Suddarth. 2019. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta:EGC

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia
Zulkifli Amin, Asril bahar. 2016. tuberculosis paru, buku ajar penyakit dalam.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai