Disusun Oleh:
M. Effendi (20224663029)
2023
Jam : 10.00
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yang optimal adalah hal penting
bagi masa depan anak-anak tersebut dan kualitas suatu negara (Sguassero et al ,2008).
Pertumbuhan dan perkembangan akan berjalan dengan baik jika di dukung dengan gizi
seimbang. Gizi yang tidak seimbang akan mendatangkan masalah dalam tumbuh
kembang anak – anak contohnya seperti stunting. Stunting masih menjadi masalah
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).
Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau
tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah
normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau
tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS
(Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai zscorenya kurang dari -2SD dan
dikategorikan sangat pendek jika nilai zscorenya kurang dari -3SD. Balita stunting
termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial
ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami
stunting. Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka
stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita
stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%)
tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari
Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). Data prevalensi
Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi
(PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan
dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita
pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun
2017. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun
2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu
prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar 19%. Sedangkan
proporsi status gizi sangat pendek dan pendek pada balita, 2007-2018 di Indonesia
pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur,
provinsi itu pada 2016 cukup tinggi yakni mencapai sekitar 30%. Saat ini, prevalensi
stunting di Gianyar pun diklaim sudah menurun. Gianyar sebelumnya tercatat sebagai
wilayah dengan angka stunting tertinggi di Bali. Posisi Gianyar telah digantikan dua
kabupaten lainnya Buleleng dan Bangli. Keduanya memiliki prevelansi stunting sekitar
20%-23%. Normalnya balita berumur satu tahun tinggi badannya mencapai 75,7 cm. Jika
dengan umur satu tahun tinggi badannya masih dibawah 68,6 atau dibawahnya sudah
masuk kategori stunting. Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development
Goals (sdgs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu
menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai
ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga
40% pada tahun 2025. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting
sebagai salah satu program prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
terus menunjukkan adanya peningkatan yang positif selama beberapa tahun terakhir
Presiden Nomor 42 Tahun 2013 yang mengatur mengenai Pelaksanaan Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi. Peta Jalan Percepatan Perbaikan Gizi terdiri dari empat
program spesifik dan sensitif, serta pengembangan pangkalan data. Penanganan stunting
tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri (scattered) karena tidak akan memiliki dampak yang
signifikan. Upaya pencegahan stunting harus dilakukan secara terintegrasi dan konvergen
dengan pendekatan multi sektor. Untuk itu, pemerintah harus memastikan bahwa seluruh
Berdasarkan hasil survey yang telah penulis lakukan melalui wawancara dengan
masyarakat di lingkungan bumi kertha dalung permai, hampir semua mengatakan bahwa
kurang mengetahui apa itu stunting(kerdil). Maka daripada itu penulis berniat untuk
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
D. MEDIA/ ALAT
1. Leaflet
E. MATERI
Terlampir
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
No
Kegiatan Penyuluhan Waktu Subjek Terapi
.
c. Menyiapkan responden
Stunting
Stunting
b. Menjelaskan penyebab Menyimak
Stunting
c. Menjelaskan Risiko
Stunting
d. Menjelasakan cara
pencegahan stunting
a. Beri pujian
b. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
G. PENGORGANISASIAN
1. Moderator :
2. Penyaji :
3. Fasilitator :
4. Observer :
5. Notulen :
B C
A
X X X X X
X X X X X
X X X X X
D D
E
Keterangan :
A : Moderator D : Fasilitator
B : Penyaji E : Observer
C : Notulen X : Audience
H. EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
responden
2. Evaluasi proses
b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara mencegahnya, dan zat
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
A. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah
keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median
panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting
adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana
tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN,
2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan
sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Stunting dapat
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan
atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai
potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN,
2000).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah ratarata standar atau keadaan
dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya
(MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan
gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi
B. Penyebab Stunting
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine
growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana
faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
4. Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan
5. Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu penyebabnya
tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan
kematian.
penyakit, ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan
sendiri berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi mikro, asupan
energy yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu
C. Dampak Stunting
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan,
peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan
yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan
tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting
berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh
angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta
fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen& Gillespie, 2001). Gagal tumbuh
yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro. Menurut
WHO dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka
b) Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal; dan
a) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan
pada umumnya);
d) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan
menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta
mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka
mikronutrien (TKPM);
f) Pemberantasan kecacingan;
eksklusif
3. Balita
balita;
5. Remaja
6. Dewasa Muda
merokok/mengonsumsi narkoba.
umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi
dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita,
maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan,
sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka
peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah
faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil
maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan
rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan
suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi
baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur
6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi
zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis
merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta
pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan
dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada
dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap
informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah
dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif
kehidupan, yaitu:
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami
kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah
darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar
lengkap.
d) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.
proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk
kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang
pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding
dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui
seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah
kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan
flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari
jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan
gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui
dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur
melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit
liter perhari
sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya.
Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan
dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak
butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal.
Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan
yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi
a) Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering,
b) Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut,
d) Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
e) Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kementerian Kesehatan R.I.
02.02/MENKES/ 52/2015.
2. kes.go.id/ pusdatin/buletin/Buletin-Stunting-2018.pdf
3. http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/Buku_Saku_Stunting_Desa.pdf