Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI KASUS

Kesehatan merupakan fenomena yang kompleks. Seperti yang didefinisikan

oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan adalah “suatu keadaan sejahtera

fisik, mental dan sosial yang komplit dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit”.

Selain definisi luas ini, kesehatan secara tradisional dinilai dengan memperhatikan

mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) selama periode tertentu. Oleh karena

itu, keseimbangan antara kesejahteraan fisik, mental, dan sosial serta keberadaan

penyakit menjadi indikator utama kesehatan (Wong, 2008).

Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah

mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi

(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya

serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan

oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang

lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi

nanah. (Siregar, 2004).

Abses merupakan pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari

infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari

jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh

enzim autolitik. (Morison, 2003). Pola penyebaran abses dipengaruhi oleh 3 kondisi,

yaitu virulensi bakteri, ketahanan jaringan, dan perlekatan otot. Virulensi bakteri yang

tinggi mampu menyebabkan bakteri bergerak secara leluasa ke segala arah, ketahanan

jaringan sekitar yang tidak baik menyebabkan jaringan menjadi rapuh dan mudah

dirusak, sedangkan perlekatan otot mempengaruhi arah gerak pus.


Abses submandibula adalah infeksi yang terdapat pada daerah mulut, wajah,

rahang, dan tenggorokan dimana asal dari infeksi ini adalah infeksi gigi. Keadaan ini

disebabkan oleh kesehatan dan perawatan gigi yang buruk, kelainan autoimun seperti

sindroma Sjorgen, atau pada pasien yang imunocompromised seperti diabetes

mellitus, post radiasi atau kemoterapi, dan trauma minor di kavitas oral.

Abses mandibula akan menyebabkan sedikit ketidak nyamanan pada gigi, dan

pembengkakan sekitar wajah di daerah bawah. Setelah 3 hari pembengkakan, akan

terisi pus. Jika tidak diberikan penanganan, maka pus akan keluar, menyebabkan

terbentuknya fistel pada kulit. Pus tersebut juga dapat menyebar ke jaringan lain

sekitar tenggorokan, dan ini dapat menyebabkan masalah pernafasan. Jadi abses

submandibula merupakan kondisi yang serius. Gejala klinis abses submandibula

meliputi demam tinggi, nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan

atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada dasar mulut,

trismus, indurasi submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem

Abses submandibula dapat sangat menyakitkan terutama saat jaringan

mengalami peradangan atau akibat penekanan dari abses. Peradangan adalah reaksi

segera dari 1 2 tubuh terhadap daerah yang mengalami cedera atau kematian sel.

Peradangan ini biasa di tandai dengan dolor ( sakit ), rubor ( merah ), kalor ( panas ),

tumor ( bengkak ), dan fungsio laesa ( perubahan fungsi ). Pada abses, bakteri yang

berasal dari karies gigi dapat meluas ke gusi, pipi, tenggorokan, rahang, dan tulang

wajah.

Menurut penelitian yang dilakukan Parhischar dan kawankawan, terhadap 210

infeksi leher dalam, 175 (83,3%) dapat diidentifikasi penyebabnya. Penyebab

terbanyak infeksi gigi 43%.Ludwig's angina yang disebabkan infeksi gigi 76%, abses

submandibula 61% disebabkan Oleh infeksi gigi (Parhiscar et al., 2001).


Penelitian di Departemen THT-Kl Rsup Sanglah Denpasar menyatakan bahwa

pengidap abses mandibula usia terbanyak pada kelompok usia 31-40 tahun (30,55%).

Sedangkan karakteristik paling sedikit didapatkan pada kelompok usia diatas 60 tahun

(5,58%.). Distribusi penderita abses submandibula berdasarkan jenis kelamin.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada data penelitian, didapatkan pasien lelaki

berjumlah 22 orang (61,11%) dan perempuan berjumlah 14 orang (38,89%). Di

RSUD AL-Ihsan Baleendah, Bandung juga terdapat 2 kasus yang dinyatakan terkena

abses mandibula dari kurun waktu desember 2021 sampai januari 2022.

Dari uraian data diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan dan perawatan gigi

yang buruk, kelainan autoimun seperti sindroma Sjorgen, atau pada pasien yang

imunocompromised seperti diabetes mellitus, post radiasi atau kemoterapi, dan

trauma minor di kavitas oral. Abses mandibula ini juga bisa membuat infeksi yang

mampu menjalar kearea sekitar rahang, leher dan mulut yang mampu menyebabkan

komplikasi yang cukup rumit.

2. TUJUAN STUDI KASUS

A. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada

Pasien Ny.E yang mengalami Abses Submandibula di Ruang Ca Center

RSUD AL – IHSAN Baleendah.

B. Tujuan Khusus

Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam proses pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Pasien Ny.E yang mengalami Abses Submandibula di

Ruang Ca Center RSUD AL – IHSAN Baleendah dan menganalisis

kesenjangan antara teori dan kasus, khususnya dalam hal proses keperawatan

yang terdiri dari:


a. Pengkajian

b. Diagnosa keperawatan

c. Perencanaan tindakan keperawatan

d. Pelaksanaan tindakan keperawatan

e. Evaluasi

f. Dokumentasi

g. metode penulisan

Dalam penulisan Laporan Kasus ini, penulis menggunakan metode deskriptif, dimana

penulis memberikan gambaran secara keseluruhan yang disertai analisa data permasalahan

yang timbul selama pelaksanaan keperawatan. Adapun metode pengumpulan data yang

digunakan adalah :

1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan

menggunakan panca indra. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa yang

dilihat, didengar, dirasa, dicium dan dikecap akan lebih akurat dibandingkan mencatat

interprestasi seseorang tentang hal tersebut.

2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan metode pengupulan data secara langsung

antara perawat klien. Data wawancara adalah semua ungkapan klien, tenaga

kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan termasuk keluarga, teman, dan orang

terdekat klien.

3. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik dengan tehnik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

Inspeksi yaitu pemeriksaan dengan melakukan observasi pada keadaan umum,

auskultasi aitu melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat stetoskop, perkusi


yaitu melakukan pengetukan dan palpasi yaitu dengan melakukan perabaan.

Pemeriksaan ini dilakukan secara keseluruhan dari kepala sampai ujung kaki,

4. Studi dokumentasi

Data yang diambil dari status klien yang ada diruangan baik itu berupa catatan

perawat ataupun instruksi dokter.

5. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data teori yang berhubungan

dengan isi laporan kasus tersebut, terdiri dari buku- buku, jurnal, internet dan

sumber-sumber lain

6. Sistematika penulisan

Laporan Kasus ini terdiri dari lima bab, yang tersusun secara sistematis dengan

urutan sebagai berikut :

A. Bab pertama merupakan pendahuluan yang tersusun atas latar belakang

masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan

B. Bab kedua merupakan landasan teori yang meliputi konsep dasar penyakit dan

asuhan keperawatan yang teoritis.

C. Bab ketiga merupakan laporan khusus yang menguraikan tentang pelaksaan

asuhan keperawatan pada Pasien Ny.E yang mengalami Abses Submandibula

di Ruang Ca Center RSUD AL – IHSAN Baleendah yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, pelaksanaan hingga

evaluasi akhir.

D. Bab keempat merupakan pembahasan yang menguraikan tentang asuhan

keperawatan pada Pasien Ny. E dengan abses submandibular dalam praktek

nyata.

E. Bab kelima merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.


3. MANFAAT STUDI KASUS

A. Manfaat Penelitian Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat

menambah informasi mengenai Penyakit Abses Mandibula di RSUD AL –

IHSAN Baleendah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi

Hasil pengkajian dan observasi selama praktek lapangan diharapkan dapat

dijadikan sebagai acuan dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya

menjada Kesehatan mulut karena banyak resiko yang dapat terjadi apabila lalai

dalam pemeliharaan Kesehatan mulut.

b. Manfaat Bagi Perawat

Hasil pengkajian dan observasi selama praktek lapangan ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi penderita

abses mandibula.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi terhadap pasien dengan Abses

Mandibula ini dapat manjadi acuan dan bahan reverensi maupun sebagai bahan

perbandingan untuk pembuatan asuhan keperawatan dengan baik dan benar

bagi peneli selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai