Anda di halaman 1dari 33

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

RHEUMATOID ARTHRITIS DENGAN PEMERIKSAAN


LABORATORIUM ASTO DAN CEA

Dosen pembimbing :

Hepta Nur Anugrahini, S.Kep.Ns., M.Kep.


Disusun oleh :

Kelompok 1 Regular B

1. Nathacia Vicky P.H. P27820120061


2. Nur Fathiya Umaiyah P27820120066
3. Suci Indah Sari P27820120085
4. Dian Ayu Febriyanti P27820120094

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022


2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan rahmat dan nikmat-Nya makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Diagnostik. Di dalam
makalah ini berisi tentang “Asuhan Keperawatan pada pasien Rheumatoid Arthritis dengan
pemeriksaan laboratorium ASTO dan CEA”. Penulis menyadari bahwa apa yang tertuang di
dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan, segi redaksional
maupun segi pengkajian dan pemilihan bahan literatur sebagai landasan teori. Keadaan
tersebut disebabkan adanya keterbatasan dalam diri penulis sendiri.
Penyusunan makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Penulis ucapkan terima kasih bagi mereka yang telah memberikan bantuan dan pengarahan
dalam penyelesaian makalah ini. Dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca.
Tegur sapa serta kritik membangun penulis terima dengan senang hati demi perbaikan di
masa depan.

Surabaya, 08 Oktober 2021

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

STUDI KASUS.........................................................................................................................4

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA KLIEN RHEUMATOID ARTHRITIS.....4

1.1 Pengkajian.......................................................................................................................4

1.2 Diagnosis Keperawatan..................................................................................................7

1.3 Rencana Keperawatan...................................................................................................7

1.4 Implementasi Keperawatan...........................................................................................8

1.5 Evaluasi.........................................................................................................................13

BAB II.....................................................................................................................................16

PROSEDUR PEMERIKSAAN.............................................................................................16

2.1 Pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O)..................................................................16

2.1.1 Definisi Pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O).............................................16

2.1.2 Tujuan Pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O)..............................................16

2.1.3 Prosedur Pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O)..........................................16

2.1.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan...................................................18

2.1.5 Edukasi atau Penyuluhan....................................................................................19

2.1.6 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi..................................................................20

2.1.7 Nursing Resposibility.............................................................................................20

2.2 Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic Antigen)......................................................20

2.2.1 Definisi Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic Antigen).................................20

2.2.2 Tujuan Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic Antigen)..................................20

2.2.3 Prosedur Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic Antigen)...............................21


4

2.2.4 Persiapan Sebelum Dan Sesudah Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic


Antigen)............................................................................................................................22

2.2.5 Edukasi atau Penyuluhan.....................................................................................22

2.2.6 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi..................................................................23

2.2.7 Nursing Resposibility.............................................................................................23

BAB III....................................................................................................................................24

EVALUASI.............................................................................................................................24

3.1 Nilai Normal ASTO (Anti Streptolisin O).............................................................24

3.2 Nilai Normal CEA (Carcinoembryonic Antigen).................................................24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26
5

BAB I

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA KLIEN RHEUMATOID


ARTHRITIS

1.1 Pengkajian
Data pengkajian penyakit RA meliputi:
1. Identitas pasien, meliputi :
Rheumatoid arthritis lebih sering diderita oleh wanita, terutama yang berusia
antara 40 hingga 60 tahun, dan biasanya terjadi simetris pada sendi yang
sama di kedua sisi tubuh.
2. Keluhan Utama :

Pada pasien dengan Rheumatoid Arthritis mengeluh nyeri sendi dan nyeri
tekan disertai dengan kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar
sendi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya gejala yang dialami oleh pasien dengan Rheumatoid Arthritis
adalah adanya nyeri tekan disertai dengan kemerahan dan bengkak pada
jaringan lunak sekitar sendi .
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat penyakit infeksi lain atau gangguan
sistem normonal yang berhubungan dengan faktor genetika atau keturunan
yang dapat menjadi salah satu dampak pada penyakit yang sekarang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi susunan keluarga dengan riwayat penyakit yang sama (RA), atau
penyakit turunan lainnya misalnya DM, HT atau riwayat penyakit keluarga
lain yang berhubungan dengan penggunaan makanan, vitamin, riwayat
pericarditis lesi katup.
6

Hartoyo, D 2018. “Asuhan Keperawatan Pada Paisen RA” , Scribd, Dilihat


pada 30 September 2021, https://www.scribd.com/doc/134811732/askep-
reumatoid-artritis . (Disarikan dari berbagai sumber).

6. Pola fungsi kesehatan


1) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien RA biasanya nafsu makanan menurun, adanya kesulitan
untuk mengunyah, mengalami penurunan berat badan, dan mengalami
kekeringan pada membran mukosa.
2) Pola eliminasi
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan. Dan umumnya klien RA tidak mengalami gangguan
eliminasi. Meski demikian perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna
serta bau feses dan urine.
3) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan nyeri sendi, nyeri
tekan yang terkadang hilang timbul.
4) Pola persepsi dan konsepsi diri
Biasanya pasien RA mengalami kecemasan terhadap keadaan
penyakitnya, hal tersebut merupakan dampak psikologi pasien.
5) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan keluarga maupun orang lain menjadi terganggu
dikarenakan pasien harus menginap di rumah sakit untuk melakukan
perawatan.
6) Nyeri atau kenyamanan
Pada pasien RA ditandai dengan fase akut dari nyeri, teras nyeri kronis,
dan kekakuan
7) Pola penanggulangan stress
Biasanya pasien sering merasa sedih karena keadaan sakitnya.
8) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pasien RA dalam hal beribadah biasanya terganggu karena sulit untuk
bergerak, dan terbatas melakukan aktivitas karena penyakitnya.
7

Wegah, B 2010. “Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan RA” , Scribd, Dilihat


pada 30 September 2021, https://www.scribd.com/doc/25830780/ASKEP-
REMATIK . (Disarikan dari berbagai sumber).

7. Riwayat Alergi
Apakah pasien memiliki alergi pada makanan, obat obatan, dll.
8. Pola fungsi kesehatan
Berisi tentang pola kehidupan pasien sebelum MRS dan saat MRS.
9. Pemeriksaan Fisik pada pola aktivitas
Karena timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas pasien terutama
pekerjaan pasien. (Ignatavicius, 1995)
10. Sistem Abdomen
Pencernaan pada kasus ini pasien bisa saja mengalami traktus yang spesifik,
dan juga dapat mengakibat kanulkus pada peptikum. Pada GI (Gastritis)
merupakan komplikasi utama obat anti inflamasi dari gejala "RA".
11. Data Penunjang
1) Berisi tentang hasil laboratorium pasien.
Pada pasien dengan kasus RA biasanya akan dilakukan tes laboratorium
berupa ASTO (Antistreptolisin O) dan CEA (Carcinoembryonic
Antigen)
12. Terapi Medis
Program terapi, berisi tentang obat obatan apa saja yang diterima atau
didapat pasien pada saat di RS.
13. Resume Keperawatan
Berisi tentang alasan MRS dan program terapi.
Nuryulianti, B 2020. “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut” , Umpo, Dilihat pada 30 September 2021,
http://eprints.umpo.ac.id/5034/3/BAB%202.pdf . (Disarikan dari berbagai
sumber).
8

1.2 Diagnosis Keperawatan


1. Nyeri Akut bd agen pencedera fisiologi dd tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, sulit tidur, dan mengeluh nyeri. (D.0077)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta.Dewan Pengurus Pusat.

1.3 Rencana Keperawatan


1. Nyeri Akut bd agen pencedera fisiologi dd tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, sulit tidur, dan mengeluh nyeri.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan tingkat nyeri pada pasien menurun
2) Kriteria Hasil
a. Keluhan nyeri pasien menurun
b. Pasien tidak gelisah
c. Kesulitan tidur pada pasien menurun
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta.Dewan Pengurus Pusat

3) Intervensi
a. Identifikasi lokasi, karakterikstik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Rasional : Untuk mengetahui PQRST nyeri pada pasien
b. Identifikasi respon nyeri non verbal
Rasional : Melihat raut wajah pasien dalam menanggapi nyeri
c. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyaman
nyeri, misalnya memberikan kompres pada lokasi nyeri
Rasional : Untuk mengurangi nyeri pasien
d. Fasilitasi istirahat dan tidur
Rasional : untuk mengalihkan nyeri pasien dengan istirahat dan tidur
e. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri pada pasien
Rasional : Agar pasien mengerti mengapa nyeri tersebut terjadi
f. Jelasan strategi meredakan nyeri
9

Rasional : Untuk megurangi nyeri secara mandiri


g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian program terapi
Rasional : Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri secara
farmakologis
h. Kolaborasi pemeriksaan ASTO dan CEA
Tes ini dilakukan untuk mengambil sampel darah yang akan
digunakan untuk melihat adanya peradangan dalam tubuh
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat
1.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Winda, A 2020. “Gambaran Rheumatoid” , Unimus, Dilihat pada 30 September
2021, http://repository.unimus.ac.id/ . (Disarikan dari berbagai sumber).

1.4.1 Prosedur Pemeriksaan Asto


Alat :

1. Mikropipet
2. Yellow tip
3. Ring slide hitam
4. Pengaduk
5. Rotator

Bahan :

1. Reagen latex
2. Sampel serum

  Cara kerja :

a. Kualitatif (untuk kadar minimal 200 IU/ml)


1. Alat dan bahan disiapkan pada meja praktikum
10

2. Serum dipipet 50 µl dan diteteskan pada petak slide atau ring slide
3. Serum ditambahkan 1 tetes reagen ASTO latex, kemudian diaduk selama 5
detik
4. Ring slide digoyangkan selama 2 menit, kemudian diamati hasilnya
5. Serum dengan hasil positif pada pemeriksaan kualitatif dilanjutkan pada
pemeriksaan semi kuantitatif

b. Semi Kuantitatif
1. Serum diencerkan dengan NaCl 0,85 % misalnya : ½, ¼,dan seterusnya
2. Serum diteteskan 50µl pada ring slide
3. Serum ditambahkan satu tetes reagen latex, kemudian diaduk 5 detik
4. Ring slide digoyang selama 2 menit dan diamati hasilnya
5. Jika hasilnya positif maka dilanjutkan pada pengenceran berikutnya

Positif (+) Negatif (-)

Violetieycha, 2017, “Anti Streptolisin Titer O”, Scribd, dilihat 01 Oktober 2021,
https://www.scribd.com/doc/192651982/Anti-Streptolisin-Titer-O ,
(Disarikan oleh berbagai sumber).

Persiapan Sebelum Pemeriksaan yang Berhubungan dengan Keperawatan :


11

1. Persiapan Pasien
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dalam pemeriksaan kepada
pasien agar pasien kooperatif dan berjalan dengan lancar.
3. Persiapan Sampel
4. Persiapan Alat dan Bahan
5. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam prosedur
pemeriksaan.

Persiapan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan dengan Keperawatan

1. Dokumentasi dan Pencatatan hasil


2. Hasil yang didapat setelah pemeriksaan harus disimpan untuk dijadikan
laporan.
3. Pelaporan hasil
4. Pelaporan hasil dapat digunakan untuk mendiagnosa dan mengetahui
apakah terdapat kelainan atau penyakit pada tubuh.

Safitr, Selly 2019, “Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO)”, Pdfcoffee,


dilihat 01 Oktober 2021, https://pdfcoffee.com/makalah-imun-2-asto-pdf-
free.html, (Disarikan oleh berbagai sumber).

Edukasi atau Penyuluhan


Edukasi rheumatoid arthritis yang harus dilakukan adalah:

1. Penjelasan perjalanan dan karakteristik rheumatoid arthritis


2. Edukasi mengenai efek samping obat, terutama OAINS (obat anti-
inflamasi nonsteroid) dan DMARDS (disease-modifying antirheumatic
drugs)
3. Edukasi mengenai tanda bahaya, pilihan terapi, penggunaan alat bantu
gerak
4. Pencegahan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, seperti olahraga,
penurunan berat badan, dan diet rendah kalori.
5. Progresifitas penyakit dan komplikasinya dapat dihambat dengan
fisioterapi dan modifikasi gaya hidup.
12

6. Kontrol rutin perlu diperlukan selama 1 tahun sekali atau sesuai dengan
kesepakatan dokter dengan pasien. Tes laboratorium untuk cek fungsi hati
dan ginjal dilakukan setiap 3-6 bulan sekali setelah pengobatan.
7. Pasien harus segera kontrol apabila mengalami perburukan gejala,
mengalami nyeri berlebih hampir setiap hari dalam 1 bulan, atau nyeri
tidak membaik dengan obat-obatan yang diberikan
Dr. Jolanda, A 2021, “Edukasi dan Promosi Kesehatan Rheumatoid Artritis”,
Alomedika, dilihat 23 Juli 2021,
https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/reumatoid-artritis/
edukasi-dan-promosi-kesehatan.(Disarikan oleh berbagai sumber).

1.4.2 Prosedur pemeriksaan CEA


Cara  Kerja
1)  Pipet serum sebanyak 200 µ an di masukkan dalam lubang sampel
2)  Masukkan ke dalam alat (strip holder)
3)  Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start
4)  Pengerjaan dan pembacaan hasil di lakukan secara otomatis oleh alat

Jufri, Zulkifri. 2018. Pemeriksaan Carsinoma Embrionik Antigen (CEA). Blogspot.


Dilihat 01 Oktober 2021.
(https://analiskesehatan01.blogspot.com/2018/01/pemeriksaan-carsinoma embrionik-
antigen.html). (Disarikan dari berbagai sumber).

Persiapan Sebelum Pemeriksaan yang Berhubungan dengan Keperawatan

1. Persiapan Pasien
13

2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dalam pemeriksaan kepada


pasien agar pasien kooperatif dan berjalan dengan lancar.
3. Persiapan Sampel
4. Persiapan Alat dan Bahan
5. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam prosedur
pemeriksaan.

Persiapan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan dengan Keperawatan

1. Dokumentasi dan Pencatatan hasil


2. Hasil yang didapat setelah pemeriksaan harus disimpan untuk dijadikan
laporan.
3. Pelaporan hasil
4. Pelaporan hasil dapat digunakan untuk mendiagnosa dan mengetahui
apakah terdapat kelainan atau penyakit pada tubuh.

Apriani, Founna 2019, “Makalah CEA (Carcinoembryonic-Antigen”,


Scribd, dilihat 23 Juli 2021,
(https://www.scribd.com/document/444427460/Makalah-CEA-
Carcinoembryonic-Antigen-docx) , (Disarikan oleh berbagai sumber).

Edukasi atau Penyuluhan


Edukasi rheumatoid arthritis yang harus dilakukan adalah:

1. Penjelasan perjalanan dan karakteristik rheumatoid arthritis


2. Edukasi mengenai efek samping obat, terutama OAINS (obat anti-inflamasi
nonsteroid) dan DMARDS (disease-modifying antirheumatic drugs)
3. Edukasi mengenai tanda bahaya, pilihan terapi, penggunaan alat bantu gerak
4. Pencegahan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, seperti olahraga,
penurunan berat badan, dan diet rendah kalori.
5. Progresifitas penyakit dan komplikasinya dapat dihambat dengan fisioterapi dan
modifikasi gaya hidup.
6. Kontrol rutin perlu diperlukan selama 1 tahun sekali atau sesuai dengan
kesepakatan dokter dengan pasien. Tes laboratorium untuk cek fungsi hati dan
ginjal dilakukan setiap 3-6 bulan sekali setelah pengobatan.
14

7. Pasien harus segera kontrol apabila mengalami perburukan gejala, mengalami


nyeri berlebih hampir setiap hari dalam

Dr. Jolanda, A 2021, “Edukasi dan Promosi Kesehatan Rheumatoid Artritis”,


Alomedika, dilihat 23 Juli 2021,
https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/reumatoid-artritis/edukasi-dan-
promosi-kesehatan.(Disarikan oleh berbagai sumber).

Warna Tabung Pemeriksaan


1. Tabung tutup kuning.
Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang
fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum
akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi

2. Tabung tutup merah.


Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan
serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah
(crossmatching test)
15

MSA, 2021, Memahami masing masing fungsi tabung Vacutainer sinerginmas dilihat
pada tanggal 08 Oktober 2022, , http://sinergimsas.net/memahami-masing-masing-
fungsi-tabung-vacutainer/ (disarikan dari berbagai sumber)

1.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).

Winda, A 2020. “Gambaran Rheumatoid” , Unimus, Dilihat pada 30 September


2021, http://repository.unimus.ac.id/ . (Disarikan dari berbagai sumber
1.5.1 Nilai Normal ASTO
Kadar ASTO lebih dari 160 – 200 todd/ unit merupakan jumlah yang
sangat tinggi dan menunjukan adanya infeksi streptokokus yang baru atau
sedang terjadi atau adanya kadar antibodi yang tinggi akibat respon imun yang
berlebihan terhadap pajanan sebelumnya terjadi. lebih kurang 80 % penderita
reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikan titer ASTO
ini. Penyakit demam rematik ini diawali dengan adanya infeksi bakteri
Streptococcus beta-hemolyticus golongan A pada tenggorokan. Infeksi ini akan
menyebabkan penderita mengalami demam serta nyeri kerongkongan. Saat
infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan melakukan
perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan akan merangsang
pengeluaran antibodi. Selanjutnya antibodi yang dihasilkan akan mengikat
kuman Streptokokus dan membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar
ke seluruh tubuh, terutama ke jantung, sendi, dan susunan saraf.

Riswanto. 2009. Anti Streptolisin O (ASTO). Blogspot. Dilihat 03 Oktober 2020.


http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/anti-streptolisin-o-aso.html .
(Disarikan dari berbagai sumber)
16

1.5.2 Nilai Normal CEA


Nilai normalnya adalah kurang dari atau sama dengan 2,5 ng/mL bagi
yang tidak merokok, jika merokok nilai normalnya berbeda yaitu <3,5 ng/mL.
Penggunaan penanda tumor carcinoembryonic antigen (CEA) dan carbohydrate
antigen 19-9 (CA 19-9) dalam skrining reumatoid arthritis masih menuai pro dan
kontra. pemeriksaan ini selama ini banyak digunakan sebagai alat skrining
karena mudah dan hasilnya cepat didapatkan. Skrining penting dilakukan
terutama pada orang-orang berisiko, baik yang simptomatik maupun
asimptomatik, agar dapat meningkatkan angka harapan hidup.

Apriani, Founna 2019, “Makalah CEA (Carcinoembryonic-Antigen”, Scribd,


dilihat 23 Juli 2021,https://www.scribd.com/document/444427460/Makalah-
CEA-Carcinoembryonic-Antigen-docx , (Disarikan oleh berbagai sumber).

Respon Pasien Saat Setelah Tes Pemeriksaan

1. Pasien merasa lemas ketika sesudah diambil darah


2. Pasien mengeluh bekas lokasi suntikan merasa nyeri
3. Pasien merasa pusing setelah diambil darahnya
17

BAB II

PROSEDUR PEMERIKSAAN

2.1 Pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O)


2.1.1 Definisi Pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O)
Anti streptolisin O merupakan antibody terhadap antigen streptolisin O
yang dihasilkan oleh bakteri streptokokus β hemolitikus grup A dan mempunyai
aktivitas biologi merusak dinding sel darah merah serta mengakibakan
18

terjadinya hemolisis. Anti streptolisin titer O merupakan tes darah yang


dilakukan untuk mengukur antibodi terhadap streptolisin O yang dihasilkan oleh
bakteri streptokokus. Terdapat 3 test antibodi yang diakui untuk bakteri
streptokokus yaitu: Antistreptolisin titer O (ASTO), Titer
Antideoxyribonuklease-B (anti Dnase- B) dan test Streptozime. Antibodi ASTO
muncul kira –  kira 1 sampai 2 minggu setelah infeksi akan memuncak pada 3
sampai 4 minggu setelah serangan , dan akan tetap meninggi selama berbulan-
bulan. Peningkatan ASTO dapat merupakan suatu indikasi tubuh telah terinfeksi
bakteri Streptokokus pada saat sekarang atau telah terinfeksi sebelumnya.

Riswanto. 2009. Anti Streptolisin O (ASTO). Blogspot. Dilihat 01 Oktober 2021,


(http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/anti-streptolisin-o-aso.html).
(Disarikan dari berbagai sumber)

2.1.2 Tujuan Pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O)


Pemeriksaan antistreptolysin (ASTO) merupakan pemeriksaan darah
yang dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit jaringan sendi, misalnya
demam rematik akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptokokus.

Riswanto. 2009. Anti Streptolisin O (ASTO). Blogspot. Dilihat 01 Oktober 2021.


(http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/anti-streptolisin-o-aso.html).
(Disarikan dariberbagai sumber)

2.1.3 Prosedur Pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O)


Pemeriksaan ASTO (anti streptolisin O) merupakan suatu pemeriksaan
darah yang berfungsi untuk mengukur kadar antibodi terhadap streptolisin O,
suatu zat yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus grup A. Ada dua prinsip
17
dasar penetuan ASTO, yaitu:

1. Aglutinasi pasif
Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapat menyebabkan
aglutinasi dengan ASO. Maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-
partikel tertentu. Partikel yang sering dipakai yaitu partikel lateks. Tes hambatan
hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik, sedangkan tes aglutinasi
19

latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex hanya dapat
mendeteksi ASO dengan titer di atas 200IU/m.
2. Netralisasi/penghambat hemolisis
Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan
tetapi bila Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum
penderita yang mengandung cukup anti streptolisin O sebelum di tambahkan
pada sel darah merah, maka streptolisin O tersebut akan di netralkan oleh ASO
sehingga tidak dapat menibulkan hemolisis lagi

Alat :

6. Mikropipet
7. Yellow tip
8. Ring slide hitam
9. Pengaduk
10. Rotator

Bahan :

3. Reagen latex
4. Sampel serum

  Cara kerja :

c. Kualitatif (untuk kadar minimal 200 IU/ml)


6. Alat dan bahan disiapkan pada meja praktikum
7. Serum dipipet 50 µl dan diteteskan pada petak slide atau ring slide
8. Serum ditambahkan 1 tetes reagen ASTO latex, kemudian diaduk selama 5
detik
9. Ring slide digoyangkan selama 2 menit, kemudian diamati hasilnya
10. Serum dengan hasil positif pada pemeriksaan kualitatif dilanjutkan pada
pemeriksaan semi kuantitatif
20

d. Semi Kuantitatif
6. Serum diencerkan dengan NaCl 0,85 % misalnya : ½, ¼,dan seterusnya
7. Serum diteteskan 50µl pada ring slide
8. Serum ditambahkan satu tetes reagen latex, kemudian diaduk 5 detik
9. Ring slide digoyang selama 2 menit dan diamati hasilnya
10. Jika hasilnya positif maka dilanjutkan pada pengenceran berikutnya

Positif (+) Negatif (-)

Violetieycha, 2017, “Anti Streptolisin Titer O”, Scribd, dilihat 01 Oktober 2021,
https://www.scribd.com/doc/192651982/Anti-Streptolisin-Titer-O ,
(Disarikan oleh berbagai sumber).

2.1.4 Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan


Persiapan Sebelum Pemeriksaan yang Berhubungan dengan Keperawatan :

6. Persiapan Pasien
7. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dalam pemeriksaan kepada
pasien agar pasien kooperatif dan berjalan dengan lancar.
21

8. Persiapan Sampel
9. Persiapan Alat dan Bahan
10. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam prosedur
pemeriksaan.

Persiapan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan dengan Keperawatan

5. Dokumentasi dan Pencatatan hasil


6. Hasil yang didapat setelah pemeriksaan harus disimpan untuk dijadikan
laporan.
7. Pelaporan hasil
8. Pelaporan hasil dapat digunakan untuk mendiagnosa dan mengetahui
apakah terdapat kelainan atau penyakit pada tubuh.

Safitr, Selly 2019, “Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO)”, Pdfcoffee,


dilihat 01 Oktober 2021, https://pdfcoffee.com/makalah-imun-2-asto-pdf-
free.html, (Disarikan oleh berbagai sumber).

2.1.5 Edukasi atau Penyuluhan


Edukasi rheumatoid arthritis yang harus dilakukan adalah:

1. Penjelasan perjalanan dan karakteristik rheumatoid arthritis


2. Edukasi mengenai efek samping obat, terutama OAINS (obat anti-
inflamasi nonsteroid) dan DMARDS (disease-modifying antirheumatic
drugs)
3. Edukasi mengenai tanda bahaya, pilihan terapi, penggunaan alat bantu
gerak
4. Pencegahan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, seperti olahraga,
penurunan berat badan, dan diet rendah kalori.
5. Progresifitas penyakit dan komplikasinya dapat dihambat dengan
fisioterapi dan modifikasi gaya hidup.
6. Kontrol rutin perlu diperlukan selama 1 tahun sekali atau sesuai dengan
kesepakatan dokter dengan pasien. Tes laboratorium untuk cek fungsi hati
dan ginjal dilakukan setiap 3-6 bulan sekali setelah pengobatan.
22

7. Pasien harus segera kontrol apabila mengalami perburukan gejala,


mengalami nyeri berlebih hampir setiap hari dalam 1 bulan, atau nyeri
tidak membaik dengan obat-obatan yang diberikan
Dr. Jolanda, A 2021, “Edukasi dan Promosi Kesehatan Rheumatoid Artritis”,
Alomedika, dilihat 23 Juli 2021,
https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/reumatoid-artritis/
edukasi-dan-promosi-kesehatan.(Disarikan oleh berbagai sumber).

2.1.6 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi


a. Terapi antibiotik dapat menurunkan respon antibodi
b. Peningkatan kadar dapat terjadi pada orang sehat.

Riswanto. 2009. Anti Streptolisin O (ASTO). Blogspot. Dilihat 03 Oktober 2020.


(http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/anti-streptolisin-o-aso.html)
(Disarikan dariberbagai sumber)
2.1.7 Nursing Resposibility
Peran perawat dalam pemeriksaan ASTO yaitu untuk membantu
pengambilan darah pada pasien seperti, persiapan pasien, persiapan alat, dan
dokumentasi. Setelah itu sampel darah akan dikirim ke laboratorium.

Senin 21 Maret 2011, “TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY) DAN


TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY) PERAWAT DALAM SUDUT
PANDANG ETIK” dilihat 01 Oktober 2021 http://sulchan1-
medina.blogspot.com/2011/03/tanggung-jawab-responsibility-dan.html?
m=1, (Disarikan oleh berbagai sumber).

2.2 Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic Antigen)


2.2.1 Definisi Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic Antigen)
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh
epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna
orang dewasa. CEA umumnya diproduksi pada masa embrio dan terhenti
sebelum masa kelahiran, oleh karena itu CEA biasanya tidak terdapat
23

pada plasma darah orang dewasa, walaupun dapat meningkat pada perokok


berat.

Apriani, Founna 2019, “Makalah CEA (Carcinoembryonic-Antigen”, Scribd,


dilihat 01 Oktober 2021,
https://www.scribd.com/document/444427460/Makalah-CEA-
Carcinoembryonic-Antigen-docx , (Disarikan oleh berbagai sumber).

2.2.2 Tujuan Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic Antigen)


Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus
besar, khususnya ardenocarcinoma. Pemeriksaan CEA merupakan uji
laboratorium yang tidak spesifik karena hanya 70% kasus didapatkan
peningkatan CEA pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA
dilaporkan pula pada keganasan oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker
payudara, kanker serviks, sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal,
penyakit inflamasi dan trauma pasca operasi.

Apriani, Founna 2019, “Makalah CEA (Carcinoembryonic-Antigen”, Scribd,


dilihat 01 Oktober 2021,
https://www.scribd.com/document/444427460/Makalah-CEA-
Carcinoembryonic-Antigen-docx , (Disarikan oleh berbagai sumber).

2.2.3 Prosedur Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic Antigen)


Metode ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay. Tujuannya
untuk mengetahui adanya kanker, khususnya ardenocarcinoma dan memantau
perkembangan hasil pengobatan dan mendeteksi adanya sel kanker yang muncul
kembali setelah pasien selesai menjalani perawatan kanker. Prinsip kerjanya,
yaitu pembacaan Immuno-Enzymatik dengan pembacaan final fluoresencet
metode ELFA. Semua langkah penetesan dilakukan secara otomatis, Solid
Phase  Receptacle (SPR) berguna sebagai fase padat dan alat pemipetan selama
pemeriksaan. Semua reagen yang dibutuhkan  telah tersedia di reagen strip yang
tertutup.
Cara  Kerja
24

1)  Pipet serum sebanyak 200 µ an di masukkan dalam lubang sampel


2)  Masukkan ke dalam alat (strip holder)
3)  Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start
4)  Pengerjaan dan pembacaan hasil di lakukan secara otomatis oleh alat

Jufri, Zulkifri. 2018. Pemeriksaan Carsinoma Embrionik Antigen (CEA). Blogspot.


Dilihat 01 Oktober 2021.
(https://analiskesehatan01.blogspot.com/2018/01/pemeriksaan-carsinoma embrionik-
antigen.html). (Disarikan dari berbagai sumber).
2.2.4 Persiapan Sebelum Dan Sesudah Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic
Antigen)
Persiapan Sebelum Pemeriksaan yang Berhubungan dengan Keperawatan

6. Persiapan Pasien
7. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dalam pemeriksaan kepada
pasien agar pasien kooperatif dan berjalan dengan lancar.
8. Persiapan Sampel
9. Persiapan Alat dan Bahan
10. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam prosedur
pemeriksaan.

Persiapan Sesudah Pemeriksaan yang Berhubungan dengan Keperawatan

5. Dokumentasi dan Pencatatan hasil


6. Hasil yang didapat setelah pemeriksaan harus disimpan untuk dijadikan
laporan.
7. Pelaporan hasil
8. Pelaporan hasil dapat digunakan untuk mendiagnosa dan mengetahui
apakah terdapat kelainan atau penyakit pada tubuh.
25

Apriani, Founna 2019, “Makalah CEA (Carcinoembryonic-Antigen”,


Scribd, dilihat 23 Juli 2021,
(https://www.scribd.com/document/444427460/Makalah-CEA-
Carcinoembryonic-Antigen-docx) , (Disarikan oleh berbagai sumber).

2.2.5 Edukasi atau Penyuluhan


Edukasi rheumatoid arthritis yang harus dilakukan adalah:

8. Penjelasan perjalanan dan karakteristik rheumatoid arthritis


9. Edukasi mengenai efek samping obat, terutama OAINS (obat anti-inflamasi
nonsteroid) dan DMARDS (disease-modifying antirheumatic drugs)
10. Edukasi mengenai tanda bahaya, pilihan terapi, penggunaan alat bantu gerak
11. Pencegahan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, seperti olahraga,
penurunan berat badan, dan diet rendah kalori.
12. Progresifitas penyakit dan komplikasinya dapat dihambat dengan fisioterapi dan
modifikasi gaya hidup.
13. Kontrol rutin perlu diperlukan selama 1 tahun sekali atau sesuai dengan
kesepakatan dokter dengan pasien. Tes laboratorium untuk cek fungsi hati dan
ginjal dilakukan setiap 3-6 bulan sekali setelah pengobatan.
14. Pasien harus segera kontrol apabila mengalami perburukan gejala, mengalami
nyeri berlebih hampir setiap hari dalam

Dr. Jolanda, A 2021, “Edukasi dan Promosi Kesehatan Rheumatoid Artritis”,


Alomedika, dilihat 23 Juli 2021,
https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/reumatoid-artritis/edukasi-dan-
promosi-kesehatan.(Disarikan oleh berbagai sumber).

2.2.6 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi


1. Penyakit lain lain yang dapat menaikkan kadar CEA antara lain inflammatory
bowel disease, pankreatitis alkoholik akut, sirosis alkoholik, dan bronkitis kronis
2. Merokok dapat mempengaruhi hasil CEA.

Apriani, Founna 2019, “Makalah CEA (Carcinoembryonic-Antigen”, Scribd, dilihat 23


Juli 2021,https://www.scribd.com/document/444427460/Makalah-CEA-
Carcinoembryonic-Antigen-docx , (Disarikan oleh berbagai sumber).
26

2.2.7 Nursing Resposibility


Peran perawat dalam pemeriksaan CEA yaitu untuk membantu
pengambilan darah pada pasien seperti, persiapan pasien, persiapan alat, dan
dokumentasi. Setelah itu sampel darah akan dikirim ke laboratorium.

Senin 21 Maret 2011, “TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY) DAN


TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY) PERAWAT DALAM SUDUT
PANDANG ETIK” dilihat 01 Oktober 2021 http://sulchan1-
medina.blogspot.com/2011/03/tanggung-jawab-responsibility-dan.html?
m=1, (Disarikan oleh berbagai sumber).
27

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pemeriksaan ASTO

Streptokokus adalah bakteri gram positif mereka memiliki beberapa kelompok


imunologi yang diberi kode huruf A-H dan K-O. Organisme ini menghasilkan enzim
dimana kelompok C, G, dan A menghasilkan enzim yang sama yaitu streptolysin O,
toksin hemolitik oksigen labil yang menyebabkan hemolisis sel darah merah. Ketika
tubuh terinfeksi dengan salah satu kelompok di atas (C, G, atau A), tubuh akan
menghasilkan antibodi terhadap racun streptolysin O, disebut antistreptolisin O atau
ASTO.Tes ASTO adalah tes yang mengukur antibodi dalam serum darah. Antibodi
akan mulai naik 1-3 minggu setelah infeksi streptokokus, puncaknya adalah dalam 3-5
minggu, dan kemudian kembali ke tingkat yang tidak signifikan selama 6-12 bulan,
sehingga tes positif dapat mengindikasikan infeksi streptokokus grup A, C, dan G serta
dapat mendukung diagnosis pasca komplikasi infeksi streptokokus. Meningkatnya titer
dari waktu ke waktu menunjukkan infeksi yang membutuhkan lebih dari satu tes
tunggalschingga diperlukan tes ulang 10 hari setelah tes sebelumnya.( Tarek
Hammad,dkk.,2014 )

Angga,16 juni 2016 “laporan praktikum imunologi asto” Scribd, dilihat 23 Oktober
2021 https://id.scribd.com/doc/315859417/laporan-praktikum-imunologi-ASTO
(disarikan dari berbagai sumber)

3.2 Pemeriksaan CEA

Kadar carcinoembryonic antigen (CEA) dan albumin serum dapat dikaitkan dengan
respon inflamasi suatu jaringan. Kanker dimulai dengan inflamasi yg berlangsung lama
atau
kronik. Sebanyak 72.4% pasien kanker kolorektal mengalami peningkatan kadar CEA
preoperatif dan terdapat 63.7% mengalami hipoalbuminemia preoperatif.
Lokasi dan konfigurasi tumor juga berdampak pada prognosis kanker kolorektal. Tumor
yang berada di bawah peritoneal reflection (rectosigmoid junction) memiliki 5-
yearsurvival rate lebih buruk daripada yang berada disebelah proksimalnya. Prognosis
lebih burukberhubungan dengan vaskularisasi dan aliran limpatik serta diferensiasi dari
tumor itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan kadar CEA dan albumin serum dengan
lokasi kanker kolorektal sehingga kadar CEA dan albumdapat dipakai sebagai pemandu
kolonoskopi dalam menentukan lokasi kanker. ( Ridwanto I, Hanami AH, Pieter J, dkk.,
2013).
28

Apriani, Founna 2019, “Makalah CEA (Carcinoembryonic-Antigen”, Scribd,


dilihat 23 Juli 2021,https://www.scribd.com/document/444427460/Makalah-
CEA-Carcinoembryonic-Antigen-docx , (Disarikan oleh berbagai sumber).
29

BAB IV

EVALUASI
4.1 Nilai Normal ASTO (Anti Streptolisin O)
1. Dewasa : 160 Todd unit/ml
2. Bayi ( 6 bulan – 2 tahun ) : 50 Todd unit/ml
3. Anak : usia 2-4 tahun 160 Todd unit/ml, usia 5-12 tahun 170 Todd unit/ml
Kadar ASTO lebih dari 160 – 200 todd/ unit merupakan jumlah yang
sangat tinggi dan menunjukan adanya infeksi streptokokus yang baru atau
sedang terjadi atau adanya kadar antibodi yang tinggi akibat respon imun yang
berlebihan terhadap pajanan sebelumnya terjadi. lebih kurang 80 % penderita
reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikan titer ASTO
ini. Penyakit demam rematik ini diawali dengan adanya infeksi bakteri
Streptococcus beta-hemolyticus golongan A pada tenggorokan. Infeksi ini akan
menyebabkan penderita mengalami demam serta nyeri kerongkongan. Saat
infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan melakukan
perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan akan merangsang
pengeluaran antibodi. Selanjutnya antibodi yang dihasilkan akan mengikat
kuman Streptokokus dan membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar
ke seluruh tubuh, terutama ke jantung, sendi, dan susunan saraf.

Riswanto. 2009. Anti Streptolisin O (ASTO). Blogspot. Dilihat 03 Oktober 2020.


http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/anti-streptolisin-o-aso.html .
(Disarikan dari berbagai sumber)

4.2 Nilai Normal CEA (Carcinoembryonic Antigen)


Nilai normalnya adalah kurang dari atau sama dengan 2,5 ng/mL bagi
yang tidak merokok, jika merokok nilai normalnya berbeda yaitu <3,5 ng/mL.
Penggunaan penanda tumor carcinoembryonic antigen (CEA) dan carbohydrate
antigen 19-9 (CA 19-9) dalam skrining reumatoid arthritis masih menuai pro dan
kontra. pemeriksaan ini selama ini banyak digunakan sebagai alat skrining
karena mudah dan hasilnya cepat didapatkan. Skrining penting dilakukan
terutama pada orang-orang berisiko, baik yang simptomatik maupun
asimptomatik, agar dapat meningkatkan angka harapan hidup.

25
30

Apriani, Founna 2019, “Makalah CEA (Carcinoembryonic-Antigen”, Scribd,


dilihat 23 Juli 2021,https://www.scribd.com/document/444427460/Makalah-
CEA-Carcinoembryonic-Antigen-docx , (Disarikan oleh berbagai sumber).
31

DAFTAR PUSTAKA

Hartoyo, D 2018. “Asuhan Keperawatan Pada Paisen RA” , Scribd, Dilihat


pada 30 September 2021, https://www.scribd.com/doc/134811732/askep-
reumatoid-artritis . (Disarikan dari berbagai sumber).
Wegah, B 2010. “Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan RA” , Scribd, Dilihat
pada 30 September 2021,
https://www.scribd.com/doc/25830780/ASKEP-REMATIK . (Disarikan
dari berbagai sumber).
Nuryulianti, B 2020. “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut” , Umpo, Dilihat pada 30 September 2021,
http://eprints.umpo.ac.id/5034/3/BAB%202.pdf . (Disarikan dari
berbagai sumber).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta.Dewan Pengurus Pusat.
Winda, A 2020. “Gambaran Rheumatoid” , Unimus, Dilihat pada 30 September
2021, http://repository.unimus.ac.id/ . (Disarikan dari berbagai sumber).
Apriani, Founna 2019, “Makalah CEA (Carcinoembryonic-Antigen”, Scribd,
dilihat 23 Juli 2021,
https://www.scribd.com/document/444427460/Makalah-CEA-
Carcinoembryonic-Antigen-docx , (Disarikan oleh berbagai sumber).

Riswanto. 2009. Anti Streptolisin O (ASTO). Blogspot. Dilihat 03 Oktober 2020.

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/anti-streptolisin-o-aso.html,(Disarikan
dari

berbagai sumber)

Senin 21 Maret 2011, “TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY) DAN


TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY) PERAWAT DALAM
SUDUT PANDANG ETIK” dilihat 01 Oktober 2021 http://sulchan1-
32

medina.blogspot.com/2011/03/tanggung-jawab-responsibility-
dan.html?m=1, (Disarikan oleh berbagai sumber).

Apriani, Founna 2019, “Makalah CEA (Carcinoembryonic-Antigen”, Scribd,


dilihat 23 Juli 2021,
(https://www.scribd.com/document/444427460/Makalah-CEA-
Carcinoembryonic-Antigen-docx) , (Disarikan oleh berbagai sumber).

Dr. Jolanda, A 2021, “Edukasi dan Promosi Kesehatan Rheumatoid Artritis”,


Alomedika, dilihat 23 Juli 2021,
https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/reumatoid-artritis/
edukasi-dan-promosi-kesehatan.(Disarikan oleh berbagai sumber).

Jufri, Zulkifri. 2018. Pemeriksaan Carsinoma Embrionik Antigen (CEA).


Blogspot. Dilihat 01Oktober 2021.
(
https://analiskesehatan01.blogspot.com/2018/01/pemeriksaan-carsinoma
embrionik-antigen.html). (Disarikan dari berbagai sumber).
Safitr, Selly 2019, “Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO)”, Pdfcoffee, dilihat
01 Oktober 2021, https://pdfcoffee.com/makalah-imun-2-asto-pdf-
free.html, (Disarikan oleh berbagai sumber).

MSA, 2021, Memahami masing masing fungsi tabung Vacutainer sinerginmas


dilihat pada tanggal 08 Oktober 2022, , http://sinergimsas.net/memahami-
masing-masing-fungsi-tabung-vacutainer/ (disarikan dari berbagai sumber)
Angga,16 juni 2016 “laporan praktikum imunologi asto” Scribd, dilihat 23
Oktober 2021 https://id.scribd.com/doc/315859417/laporan-praktikum-
imunologi-ASTO (disarikan dari berbagai sumber)
33

Pembagian Tugas Kelompok:

1. Nathacia Vicky P.H. P27820120061


a. Bab 1
2. Nur Fathiya Umaiyah P27820120066
a. Bab 2 Pemeriksaan ASTO
3. Suci Indah Sari P27820120085
a. Bab 3
b. PPT
4. Dian Ayu Febriyanti P27820120094
a. Bab 2 Pemeriksaan Cea
b. Edit makalah

Anda mungkin juga menyukai