01 - Regular B - Asuhan Keperawatan Rheumatoid Arthritis
01 - Regular B - Asuhan Keperawatan Rheumatoid Arthritis
Dosen pembimbing :
Kelompok 1 Regular B
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan rahmat dan nikmat-Nya makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Diagnostik. Di dalam
makalah ini berisi tentang “Asuhan Keperawatan pada pasien Rheumatoid Arthritis dengan
pemeriksaan laboratorium ASTO dan CEA”. Penulis menyadari bahwa apa yang tertuang di
dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan, segi redaksional
maupun segi pengkajian dan pemilihan bahan literatur sebagai landasan teori. Keadaan
tersebut disebabkan adanya keterbatasan dalam diri penulis sendiri.
Penyusunan makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Penulis ucapkan terima kasih bagi mereka yang telah memberikan bantuan dan pengarahan
dalam penyelesaian makalah ini. Dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca.
Tegur sapa serta kritik membangun penulis terima dengan senang hati demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
STUDI KASUS.........................................................................................................................4
1.1 Pengkajian.......................................................................................................................4
1.5 Evaluasi.........................................................................................................................13
BAB II.....................................................................................................................................16
PROSEDUR PEMERIKSAAN.............................................................................................16
BAB III....................................................................................................................................24
EVALUASI.............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26
5
BAB I
STUDI KASUS
1.1 Pengkajian
Data pengkajian penyakit RA meliputi:
1. Identitas pasien, meliputi :
Rheumatoid arthritis lebih sering diderita oleh wanita, terutama yang berusia
antara 40 hingga 60 tahun, dan biasanya terjadi simetris pada sendi yang
sama di kedua sisi tubuh.
2. Keluhan Utama :
Pada pasien dengan Rheumatoid Arthritis mengeluh nyeri sendi dan nyeri
tekan disertai dengan kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar
sendi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya gejala yang dialami oleh pasien dengan Rheumatoid Arthritis
adalah adanya nyeri tekan disertai dengan kemerahan dan bengkak pada
jaringan lunak sekitar sendi .
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat penyakit infeksi lain atau gangguan
sistem normonal yang berhubungan dengan faktor genetika atau keturunan
yang dapat menjadi salah satu dampak pada penyakit yang sekarang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi susunan keluarga dengan riwayat penyakit yang sama (RA), atau
penyakit turunan lainnya misalnya DM, HT atau riwayat penyakit keluarga
lain yang berhubungan dengan penggunaan makanan, vitamin, riwayat
pericarditis lesi katup.
6
7. Riwayat Alergi
Apakah pasien memiliki alergi pada makanan, obat obatan, dll.
8. Pola fungsi kesehatan
Berisi tentang pola kehidupan pasien sebelum MRS dan saat MRS.
9. Pemeriksaan Fisik pada pola aktivitas
Karena timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas pasien terutama
pekerjaan pasien. (Ignatavicius, 1995)
10. Sistem Abdomen
Pencernaan pada kasus ini pasien bisa saja mengalami traktus yang spesifik,
dan juga dapat mengakibat kanulkus pada peptikum. Pada GI (Gastritis)
merupakan komplikasi utama obat anti inflamasi dari gejala "RA".
11. Data Penunjang
1) Berisi tentang hasil laboratorium pasien.
Pada pasien dengan kasus RA biasanya akan dilakukan tes laboratorium
berupa ASTO (Antistreptolisin O) dan CEA (Carcinoembryonic
Antigen)
12. Terapi Medis
Program terapi, berisi tentang obat obatan apa saja yang diterima atau
didapat pasien pada saat di RS.
13. Resume Keperawatan
Berisi tentang alasan MRS dan program terapi.
Nuryulianti, B 2020. “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut” , Umpo, Dilihat pada 30 September 2021,
http://eprints.umpo.ac.id/5034/3/BAB%202.pdf . (Disarikan dari berbagai
sumber).
8
3) Intervensi
a. Identifikasi lokasi, karakterikstik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Rasional : Untuk mengetahui PQRST nyeri pada pasien
b. Identifikasi respon nyeri non verbal
Rasional : Melihat raut wajah pasien dalam menanggapi nyeri
c. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyaman
nyeri, misalnya memberikan kompres pada lokasi nyeri
Rasional : Untuk mengurangi nyeri pasien
d. Fasilitasi istirahat dan tidur
Rasional : untuk mengalihkan nyeri pasien dengan istirahat dan tidur
e. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri pada pasien
Rasional : Agar pasien mengerti mengapa nyeri tersebut terjadi
f. Jelasan strategi meredakan nyeri
9
1. Mikropipet
2. Yellow tip
3. Ring slide hitam
4. Pengaduk
5. Rotator
Bahan :
1. Reagen latex
2. Sampel serum
Cara kerja :
2. Serum dipipet 50 µl dan diteteskan pada petak slide atau ring slide
3. Serum ditambahkan 1 tetes reagen ASTO latex, kemudian diaduk selama 5
detik
4. Ring slide digoyangkan selama 2 menit, kemudian diamati hasilnya
5. Serum dengan hasil positif pada pemeriksaan kualitatif dilanjutkan pada
pemeriksaan semi kuantitatif
b. Semi Kuantitatif
1. Serum diencerkan dengan NaCl 0,85 % misalnya : ½, ¼,dan seterusnya
2. Serum diteteskan 50µl pada ring slide
3. Serum ditambahkan satu tetes reagen latex, kemudian diaduk 5 detik
4. Ring slide digoyang selama 2 menit dan diamati hasilnya
5. Jika hasilnya positif maka dilanjutkan pada pengenceran berikutnya
Violetieycha, 2017, “Anti Streptolisin Titer O”, Scribd, dilihat 01 Oktober 2021,
https://www.scribd.com/doc/192651982/Anti-Streptolisin-Titer-O ,
(Disarikan oleh berbagai sumber).
1. Persiapan Pasien
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dalam pemeriksaan kepada
pasien agar pasien kooperatif dan berjalan dengan lancar.
3. Persiapan Sampel
4. Persiapan Alat dan Bahan
5. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam prosedur
pemeriksaan.
6. Kontrol rutin perlu diperlukan selama 1 tahun sekali atau sesuai dengan
kesepakatan dokter dengan pasien. Tes laboratorium untuk cek fungsi hati
dan ginjal dilakukan setiap 3-6 bulan sekali setelah pengobatan.
7. Pasien harus segera kontrol apabila mengalami perburukan gejala,
mengalami nyeri berlebih hampir setiap hari dalam 1 bulan, atau nyeri
tidak membaik dengan obat-obatan yang diberikan
Dr. Jolanda, A 2021, “Edukasi dan Promosi Kesehatan Rheumatoid Artritis”,
Alomedika, dilihat 23 Juli 2021,
https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/reumatoid-artritis/
edukasi-dan-promosi-kesehatan.(Disarikan oleh berbagai sumber).
1. Persiapan Pasien
13
MSA, 2021, Memahami masing masing fungsi tabung Vacutainer sinerginmas dilihat
pada tanggal 08 Oktober 2022, , http://sinergimsas.net/memahami-masing-masing-
fungsi-tabung-vacutainer/ (disarikan dari berbagai sumber)
1.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
BAB II
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Aglutinasi pasif
Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapat menyebabkan
aglutinasi dengan ASO. Maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-
partikel tertentu. Partikel yang sering dipakai yaitu partikel lateks. Tes hambatan
hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik, sedangkan tes aglutinasi
19
latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex hanya dapat
mendeteksi ASO dengan titer di atas 200IU/m.
2. Netralisasi/penghambat hemolisis
Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan
tetapi bila Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum
penderita yang mengandung cukup anti streptolisin O sebelum di tambahkan
pada sel darah merah, maka streptolisin O tersebut akan di netralkan oleh ASO
sehingga tidak dapat menibulkan hemolisis lagi
Alat :
6. Mikropipet
7. Yellow tip
8. Ring slide hitam
9. Pengaduk
10. Rotator
Bahan :
3. Reagen latex
4. Sampel serum
Cara kerja :
d. Semi Kuantitatif
6. Serum diencerkan dengan NaCl 0,85 % misalnya : ½, ¼,dan seterusnya
7. Serum diteteskan 50µl pada ring slide
8. Serum ditambahkan satu tetes reagen latex, kemudian diaduk 5 detik
9. Ring slide digoyang selama 2 menit dan diamati hasilnya
10. Jika hasilnya positif maka dilanjutkan pada pengenceran berikutnya
Violetieycha, 2017, “Anti Streptolisin Titer O”, Scribd, dilihat 01 Oktober 2021,
https://www.scribd.com/doc/192651982/Anti-Streptolisin-Titer-O ,
(Disarikan oleh berbagai sumber).
6. Persiapan Pasien
7. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dalam pemeriksaan kepada
pasien agar pasien kooperatif dan berjalan dengan lancar.
21
8. Persiapan Sampel
9. Persiapan Alat dan Bahan
10. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam prosedur
pemeriksaan.
6. Persiapan Pasien
7. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dalam pemeriksaan kepada
pasien agar pasien kooperatif dan berjalan dengan lancar.
8. Persiapan Sampel
9. Persiapan Alat dan Bahan
10. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam prosedur
pemeriksaan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Angga,16 juni 2016 “laporan praktikum imunologi asto” Scribd, dilihat 23 Oktober
2021 https://id.scribd.com/doc/315859417/laporan-praktikum-imunologi-ASTO
(disarikan dari berbagai sumber)
Kadar carcinoembryonic antigen (CEA) dan albumin serum dapat dikaitkan dengan
respon inflamasi suatu jaringan. Kanker dimulai dengan inflamasi yg berlangsung lama
atau
kronik. Sebanyak 72.4% pasien kanker kolorektal mengalami peningkatan kadar CEA
preoperatif dan terdapat 63.7% mengalami hipoalbuminemia preoperatif.
Lokasi dan konfigurasi tumor juga berdampak pada prognosis kanker kolorektal. Tumor
yang berada di bawah peritoneal reflection (rectosigmoid junction) memiliki 5-
yearsurvival rate lebih buruk daripada yang berada disebelah proksimalnya. Prognosis
lebih burukberhubungan dengan vaskularisasi dan aliran limpatik serta diferensiasi dari
tumor itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan kadar CEA dan albumin serum dengan
lokasi kanker kolorektal sehingga kadar CEA dan albumdapat dipakai sebagai pemandu
kolonoskopi dalam menentukan lokasi kanker. ( Ridwanto I, Hanami AH, Pieter J, dkk.,
2013).
28
BAB IV
EVALUASI
4.1 Nilai Normal ASTO (Anti Streptolisin O)
1. Dewasa : 160 Todd unit/ml
2. Bayi ( 6 bulan – 2 tahun ) : 50 Todd unit/ml
3. Anak : usia 2-4 tahun 160 Todd unit/ml, usia 5-12 tahun 170 Todd unit/ml
Kadar ASTO lebih dari 160 – 200 todd/ unit merupakan jumlah yang
sangat tinggi dan menunjukan adanya infeksi streptokokus yang baru atau
sedang terjadi atau adanya kadar antibodi yang tinggi akibat respon imun yang
berlebihan terhadap pajanan sebelumnya terjadi. lebih kurang 80 % penderita
reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikan titer ASTO
ini. Penyakit demam rematik ini diawali dengan adanya infeksi bakteri
Streptococcus beta-hemolyticus golongan A pada tenggorokan. Infeksi ini akan
menyebabkan penderita mengalami demam serta nyeri kerongkongan. Saat
infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan melakukan
perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan akan merangsang
pengeluaran antibodi. Selanjutnya antibodi yang dihasilkan akan mengikat
kuman Streptokokus dan membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar
ke seluruh tubuh, terutama ke jantung, sendi, dan susunan saraf.
25
30
DAFTAR PUSTAKA
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/anti-streptolisin-o-aso.html,(Disarikan
dari
berbagai sumber)
medina.blogspot.com/2011/03/tanggung-jawab-responsibility-
dan.html?m=1, (Disarikan oleh berbagai sumber).