Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN


HIV/AIDS

Dosen Pembimbing :
Enung Mardiyana., S.Kep., Ns., M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 13

Nur Fathiya Umaiyah (P27820120066)


Suci Indah Sari (P27820120085)
Dian Ayu Febriyanti (P27820120094)
Laporan Pendahuluan
1. Definisi

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah


virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
2. Etiologi
manusia yang kemudian berdampak pada
penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga
menimbulkan satu penyakit yang disebut AIDS.
AIDS adalah menurunnya daya tahan tubuh AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga

virus HIV. Virus ini menyerang manusia dan tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang
menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, dapat berakibat fatal. Selain penyakit infeksi,

sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan penderita AIDS juga mudah terkena kanker.

infeksi Yang menyebabkan defisiensi (kekurangan) Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.

sistem imun.
3. Klasifikasi 4. Patofisiologi

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan


mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut.
a. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan
tidak dikategorikan sebagai AIDS Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada
b. Stadium II: termasuk manifestasi membran umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit
mukosa kecil dan radang
saluran pernapasan atas yang berulang tenggorok, mialgia (pegalpegal di badan),
c. Stadium III: termasuk diare kronik yang pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Sindrom ini
tidak dapat dijelaskan selama
lebih dari sed. biasanya akanmenghilang dalam beberapa mingggu.
d. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru
otak, kandidiasis esofagus, trakea,
bronkus atau paru-paru, dan sarkoma akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3
kaposi – 6 bulan ini disebut window periode, di mana
penderita dapat menularkan namun secara
laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
5. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium b. Diagnostik
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif
infeksi HIV dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu tes Mansjoer, 2000) adalah :
yang mencari adanya virus tersebutdalam tubuh penderita : 1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan
Tes untuk diagnosa infeksi HIV kanker yang terkait dengan AIDS.
a) ELISA 2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan
b) Western blot penularan.
c) P24 antigen test 3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi
d) Kultur HIV oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa perubahan
kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
Tes untuk deteksi gangguan system imun. 4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot
a) Hematokrit. total, antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
6. Pathway
7. Penatalaksanaan Medis

B. Non Medis
A. Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
Apabila terinfeksi Human
1. Memberikan dukungan mental-psikologis
Immunodeficiency Virus (HIV), maka
2. Membantu merekab untuk bisa mengubah
terapinya yaitu (Endah Istiqomah :
perilaku yang tidak berisiko tinggi menjadi
2009) :
perilaku yang tidak berisiko atau kurang
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
berisiko.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup
3. Terapi Antiviral Baru
sehat, sehingga bisamempertahankan
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
kondisi tubuh yang baik.
4. mereka untuk menemukan solusi
permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi
dan sensitif kepada keluarga dan orang
terdekat
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
 
 
Pengkajian
1. Identitas Klien

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,


pekerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawab,
tanggal pengkajian, dan diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya pasien dengan penyakit HIV-AIDS mengeluh
mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare,
infermitten, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi,
nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di
mulut, pusing, sakit kepala, kelemahan otot, perubahan
ketajaman penglihatan, kesemutan pada extremitas,
batuk produkti / non.
Pengkajian
3. Riwayat Kesehatan
Sekarang 4. Riwayat Kesehatan
Sekarang

Meliputi keluhan yang dirasakan Riwayat menjalani tranfusi darah, penyakit


biasanya klien mengeluhkan diare,
herper simplek, diare yang hilang timbul,
demam berkepanjangan,dan batuk
berkepanjangan. penurunan daya tahan tubuh, kerusakan
immunitas hormonal (antibody), riwayat
kerusakan respon imun seluler (Limfosit T),
batuk yang berdahak yang sudah lama tidak
sembuh.
Pengkajian

6. Riwayat Kesehatan
Keluarga

Human Immuno Deficiency Virus dapat


ditularkan melalui hubungan seksual
dengan penderita HIV positif, kontak
langsung dengan darah penderita melalui
ASI.
Pemeriksaan fisik

a. Aktifitas Istirahat
Biasanya pasien dengan penyakit HIV-AIDS mengatakan mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang, progresi,
kelelahan / malaise, perubahan pola tidur.
b. Gejala subyektif
Biasanya pasien dengan penyakit HIV-AIDS mengatakan Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
c. Psikososial
Biasanya pasien dengan penyakit HIV-AIDS mengatakan kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan poa hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
d. Status Mental
Biasanya pasien dengan penyakit HIV-AIDS mengatakan marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,
hilang interest pada lingkungan sekiar, gangguan proses piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi
dan delusi.
e. Neurologis
Biasanya pasien dengan penyakit HIV-AIDS mengalami gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak seimbangan,
kaku kuduk, kejang, paraf legia.
f. Muskuloskletal
Biasanya pasien dengan penyakit HIV-AIDS mengalami focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan A DL
g. Kardiovaskuler
Biasanya pasien dengan penyakit HIV-AIDS mengalami Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer,
dizziness.
h. Pernafasan
Biasanya pasien dengan penyakit HIV-AIDS mengalami Nafas pendek yang progresif, batuk
(sedang – parah), batuk produktif/non produktif, bendungan atau sesak pada dada.
i. Integument
Biasanya pasien dengan penyakit HIV-AIDS mengalami Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek,
petekie positif
Pemeriksaan laboratorium

a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu tes
yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :
1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV:
a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
Hematokrit.
LED
CD4 limfosit
Rasio CD4/CD limfosit
Serum mikroglobulin B2
Hemoglobulin
b. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah
1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa
perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan
Rontgen.
 
 
 
 
Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa pada pasien HIV-AIDS adalah sebagai berikut :

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan).

(D.0019)

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).

(D.0077)

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. (D.0056)

4. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis.penyakit kronis, anemia, malnutrisi,

kehamilan). (D.0057)

5. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan malnutrisi. (D.0142)


Intervesi Keperawatan
No. Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
(D.0019) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119)
keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
diharapkan status nutrisi membaik - Identifikasikan status nutrisi
dengan kriteria hasil : Rasional : Mengetahui status gizi pasien dan kemampuannya untuk memenuhi nutrisi
1) Porsi makan yang - Identifikasikan makanan yang disukai
dihabiskan meningkat Rasional : Agar klien mampu untuk mmenuhi nutrisi dengen makanan yang disukai
2) Perasaan cepat kenyang - Monitor asupan makanan
menurun Rasional : Mengetahui asuapan gizi makanan pasien
3) Diare menurun - Monitor berat badan
4) Nafsu makan membaik Rasional : Mengetahui berat badan pasien dan tingkat keshatan gizi pasien
(L.03030) Teraupetik :
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Rasional : Agar klien memiliki nafsu makan yang tinggi
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Rasional : Agar klien mengonsumsi makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Rasional : Agar klien mengonsumsi makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, Jika mampu
Rasional : Mengetahui bahwa klien meampu melakukan aktivitas secara mandiri

Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, Jika perlu
Rasional : Mengetahui jumlah kalori dan gizi yang sesuai dengan tubuh klien
Intervesi Keperawatan
Intervesi Keperawatan
(D.0056) Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan toleransi aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
menurun dengan kriteria hasil Rasional : mengetahui gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
:
1) Frekuensi nadi - Monitor kelelahan fisik
membaik
Rasional : memantau aktivitas klien yg menyebabkan kelelahan fisik
2) Keluhan lelah menurun - Monitor pola jam tidur
3) Dispnea saat aktivitas Rasional : agar pola tidur klien menjadi benar
menurun
Terapeutik
(L.05047)
- Sediakan lingkungan nyaman rendah stimulus
Rasional : agar membuat klien merasa lebih nyaman
- Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
Rasional : mengetahui respon gerak pada klien
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Rasional : agar membuat klien lebih merasa tenang
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Rasional : agar membuat klien merasa nyaman
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Rasional : agar melatih klien untuk lebih cepat dan tanggap dalam melakukan aktivitas
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Rasional : agar mengurasi rasa lelah pada klien
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Rasional : mengetahui kebutuhan gizi pada klien
Intervesi Keperawatan
Intervesi Keperawatan
(D.0142) Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi (I.14539)
keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
diharapkan tingkat infeksi menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil : Rasional : Untuk Mengetahui tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
1) Demam menurun Teraupetik :
2) Bengkak menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
3) Kadar sel darah putih Rasional : Untuk Mengetahui cara yang benar mencuci tangan
membaik - Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
(L.14137) Rasional : Untuk Mengetahui cara mempertahankan teknik aseptik
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Rasional : Untuk Mengetahui tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Rasional : Untuk Mengetahui cara mencuci tangan dengan benar

- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi


- Rasional : Untuk Mengetahui tingkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika perlu
- Rasional: Untuk memberikan imunisasi, Jika perlu
Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap
untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar
implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau
dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan
data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan
berikutnya.
 
Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap


pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien
terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan
kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian
hasil.
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Ari Fahri, 2016, Askep Hiv Aids, scribd.com, diakses pada 22 Februari
2022,https://www.scribd.com/document/337755340/ASKEP-HIV-AIDS-doc

Syahrani Annisa, 2018, Askep Hiv, scribd.com, diakses pada 22 Februari


2022,https://www.scribd.com/document/486789095/ASKEP-HIV
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai