Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Penyakit HIV/AIDS

Sasaran : Mahasiswa/i Program Studi Ilmu Keperawatan Uncen

Hari/tanggal : Kamis, 25 April 2019

Waktu : 30 menit

Tempat : Ruang Belajar PSIK

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti penyuluhan, mahasiswa/i diharapkan agar dapat memahami


tentang Penyakit HIV/AIDS

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Setelah diberikan penyuluhan, mahasiswa/i mampu menjelaskan pengertian


HIV/AIDS dengan benar

2. Setelah diberikan penyuluhan, mahasiswa/i mampu menyebutkan tanda dan


gejala HIV/AIDS dengan benar

3. Setelah diberikan penyuluhan, mahasiswa/i mampu menyebutkan etiologi dari


HIV/AIDS

4. Setelah diberikan penyhuluhan, mahasiswa/i mampu menjelaskan Pathway


HIV/AIDS

5. Setelah diberikan penyuluhan, mahasiswa/i mampu menyebutkan pemeriksaan


penunjang dari HIV/AIDS

6. Setelah diberikan penyuluhan, mahasiswa/i mampu menyebutkan komplikasi


dari HIV/AIDS

7. Setelah diberikan penyuluhan, mahasiswa/i mampu menjelaskan


penatalaksanaan dari HIV/AIDS dengan benar.

8. Setelah diberikan penyuluhan, mahasiswa/i mampu menjelaskan diagnosis


banding HIV/AIDS

9. Setelah diberikan penyuluhan, mahasiswa/i mampu menjelaskan Askep


HIV/AIDS

C. Sasaran

Sasaran penyuluhan adalah mahasiswa/i Program Studi Ilmu Keperawatan Uncen


Semester 4
D. Materi Terlampir

1. Pengertian HIV/AIDS

2. Tanda dan Gejala HIV/AIDS

3. Pathway HIV/AIDS

4. Penatalaksanaan HIV/AIDS

5. Diagnosis Banding HIV/AIDS

6. Askep HIV/AIDS

E. Metode

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

F. Media

1. Leaflet

2. Power Point

G. Alat

1. Pengeras Suara

2. Infokus

H. Kegiatan

No Kegiatan Respon Peserta Waktu


Pembukaan :
 Memberi Salam  Menjawab salam
1  Memperkenalkan diri  Mendengarkan 5 Menit
 Menjelaskan tujuan
 Kontrak waktu
Penjelasan :
 Pengertian HIV/AIDS
 Tanda dan Gejala HIV/AIDS  Menyimak
2  Pathway HIV/AIDS  Mendengarkan 20 menit
 Penatalaksanaan HIV/AIDS  Mencatat bila perlu
 Diagnosis Banding HIV/AIDS
 Askep HIV/AIDS
Penutup :
 Bertanya
3  Tanya Jawab 15 menit
 Memberi Jawab
 Memberi Salam

I. Pengorganisasian

1. Penyaji : Yayuk Nuryadi

2. Moderator : Yulian Loupatty

3. Notulen : Grace Marrang

4. Dokumentasi : Febrina Pagawak


MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian

 Virus HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS.

 Penyakit AIDS

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek dari
perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup

B. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda klinis penderita AIDS :

1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan

2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan

4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis

Gejala minor :

1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

2. Dermatitis generalisata yang gatal

3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang

4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang
yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda
dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6
minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam
beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh
sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian
adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa
telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,
batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS
diduga sebagai TBC.

2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala


seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit
jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang
kronik.

3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang
dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang


mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada
telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi
darah rendah dan Impoten.

5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar


air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam
penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya
adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit
kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami


penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV.
Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria
maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya
adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga
(tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan
mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
C. Etiologi

Penyakit ini di sebabkan oleh golongan virus retro yang di sebut Human
Immunodeficiency Virus.Human Immunodeficiency Virus (HIV) pertama kali di
temukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan di sebut HIV-1. Pada tahun 1986 di
Afrika di temukan lagi retrovirus baru yang di beri nama HIV-2. HIV-2 di anggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan
keduanya di sebut HIV.
D. Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang

Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV, yaitu :

a. ELISA
b. Western blot

c. P24 antigen test

d. Kultur HIV

e. Tes untuk mendektesi gangguan system imun, yaitu :

f. Hematokrit

g. LED

h. Rasio CD4/CD Limposit

i. Serum mikroglobulin B2

j. Hemoglobin

F. Komplikasi

Komplikasi infeksi HIV utamanya diakibatkan dari melemahnya system


kekebalan tubuh. Virus tersebut juga mengingeksi otak, menyebabkan
degenerasi, masalah pada pemikiran, atau bahkan dementia, dan membuat anda
sangat rentan terhadap berbagai infeksi dan beberapa jenis kanker tertentu.

Infeksi yang bisa timbul akibat komplikasi HIV :

a) Tuberkulosis (TB).

b) Cytomegalovirus.

c) Candidiasis.

d) Meningitis kriptokokus.

e) Toksoplamosis.

f) Cryptosporidiosis.

Kanker juga bisa timbul sebagai komplikasi HIV/AIDS :

a) Sarcoma Kaposi

b) Limfoma.

Komplikasi HIV lainya yang mungkin terjadi :

a) Wasting syndrome

b) Komplikasi neurologis.

c) Penyakit ginjal.
G. Penatalaksanaan

Penatalaksaan Medis

a. Pengobatan Suporatif
Tujuan :
- Meningkatkan keadaan umum pasien

- Pemberian gizi yang sesuai

- Obat sistometik dan vitamin

- Dukungan Pasienikologis

b. Pengobatan infeksi oportunistik

 Untuk infeksi :

- Kardidiasis eosofagus

- Tuberculosis

- Toksoplasmosis

- Herpes

- Pcp

- Pengobatan yang terkait AIDS , limfoma malignum , sarcoma Kaposi


dan sarcoma servik, disesuaikan dengan standar terapi penyakit kanker
 Terapi :
- Flikonasol

- Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin

- Pirimetamin, Sulfadiazine, Asam folat

- Ansiklovir

- Kotrimoksazol

c. Pengobatan anti retro virus


Tujuan :
- Mengurangi kematian dan kesakitan

- Menurunkan jumlah virus

- Meningkatkan kekebalan tubuh

- Mengurangi resiko penularan


Penatalaksanaan Keperawatan

i. Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang
terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk:
1. Memberikan dukungan mental-psikologis
2. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi
menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan
kondisi tubuh yang baik.
4. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah pribadi dan
sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.

ii. Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan

keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS,

kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana tanggung jawab

keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan tentang

hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat merugikan

kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.

H. Diagnosis Banding
a. Lesi putih pada perokok
lesi putih dimukosa mulut dapat merupakan gambaran yang khas yang berhubungan
dengancara-cara orang merokok. Pada orang yang merokok mempuanyai bercak-bercak
keratosis yang terlihat pada dorsum lingua. Pada orang yang menggunakan pipa terlihat
hyperkeratosis ini pada palatum durum. Orang yang menghisap ceruptumenunjukan
effek yang maksimum pada gusi.
b. Moniliasis
Disebut juga dengan candidosis, ini di sebabkan karena jamur ragi candida albicans.
Lesi- lesi putih menyerang membrane mukosa mulut dan jaringan epitel dibawahnya.
Dapat juga mengenai tractus gastro intestinalis, tractus repiratorius, vagina, dan kulit.
Pada bayi moniliasis ditandai dengan lesi putih atau kebiruan yang berbecak-becak
dimukosa mulut dan bisa meluas di sekeliling mulut. Bercak ini biasanya tidak sakit dan
sukar di angkat, kalau di angkat akan meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.
Pada orang dewasa penyakit ini biasanya di sertai dengan adanya infamasi, erythema
atau adanya daerah di badan yang berwarna merah dan sakit. Daerah lesi terdapat di
mana saja dimana saja pada oral mukosa dan sering terdapat di bawah prothesa yang
dipakai.
c. Lupus vulgais
menunjukan adanya bercak-bercak di mulut sebagai akibat dari adanya TBC yang post
primair selain jarang menunjukan ulcus TBC, pada mukosa mulut rejadi bercak putih
yang teratur terdapat di sekeliling luka tersebut.
d.Lichen planus
penyakit yang di sangka sebagai penyakit yang bersifat psikosomatis, sedang sebab
sebenarnya belum di ketahui. Tekanan emosi, keadaan keluarga yang tidak tenang.
Situasi yang tegang dari seseorang dapat menimbulkan penyakit ini.
Lesi putih yang timbul pada lichen planus ini munculnya dioral mukosa, dapat di dahului
dengan bercak-bercak yang ada di kulit atau bisa bersamaan atau mendahului. Lichen
planus harus di bedakan dengan lesi-lesi lain terutama dengan leukoplakia.
Lesi dari lichen planus di kulit terlihat sebagai papula yang jelas, bersudut atau
polygonal, berwarna merah keunguan dan berkilat. Biasanya lesi ini terdapat disekitar
permukaan fleksidari pergelangan tangan, bagian depan lengan, pergelangan kaki, dan
vulva. Sering terdapat disepanjangbekas garutan atau bekas luka kulit.

I. Asuhan Keperawatan

 Pengkajian
a. Identitas

Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir

b. Riwayat

Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obatan

c. Keadaan Umum

Pucat, kelaparan

d. Gejala Subjektif

Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali,

lemah, lelah, anoreksia

e. Psikososial

Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup

f. Status Mental

Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi


g. HEENT

Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering

h. Neurologis

Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk,

kejang, paraplegia

i. Muskoloskletal

Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL

j. Kardiovaskular

Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness

k. Pernapasan

Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk

produktif atau non produktif.

l. GI

Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia,

perut kram, hepatosplenomegali, kuning

m. Gu

Lesi atau eksudat pada genital,

n. Integument

Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif

 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola

hidup yang beresiko.

2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya

infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,

malnutrisi, kelelahan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

5. Diare berhubungan dengan infeksi GI


6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang

orang dicintai.

 Intervensi
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Resiko tinggi Pasien akan bebas 1. Monitor tanda-tanda Untuk pengobatan dini
infeksi infeksi oportunistik infeksi baru.
Mencegah pasien
berhubungan dan komplikasinya 2. gunakan teknik terpapar oleh kuman
dengan dengan kriteria tak aseptik pada setiap
patogen yang diperoleh di
imunosupresi, ada tanda-tanda tindakan invasif.
malnutrisi dan infeksi baru, lab Cuci tangan sebelum rumah sakit.
meberikan tindakan.
pola hidup yang tidak ada infeksi
beresiko. oportunis, tanda 3. Anjurkan pasien Mencegah bertambahnya
vital dalam batas metoda mencegah
infeksi
terpapar terhadap
normal, tidak ada
lingkungan yang
luka atau eksudat. patogen.

Meyakinkan diagnosis
4. Kumpulkan
akurat dan pengobatan
spesimen untuk tes
lab sesuai order.
Mempertahankan kadar
5. Atur pemberian darah yang terapeutik
antiinfeksi sesuai
order

Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien Pasien dan keluarga mau
infeksi (kontak ditransmisikan, tim atau orang penting dan memerlukan
pasien) kesehatan lainnya metode informasikan ini
mencegah transmisi
berhubungan memperhatikan
HIV dan kuman
dengan infeksi universal patogen lainnya.
HIV, adanya precautions dengan
2. Gunakan darah dan
infeksi kriteriaa kontak
cairan tubuh
nonopportunisitik pasien dan tim precaution bial Mencegah transimisi
yang dapat kesehatan tidak merawat pasien. infeksi HIV ke orang lain
ditransmisikan. terpapar HIV, tidak Gunakan masker
terinfeksi patogen bila perlu.
lain seperti TBC.

Intolerans Pasien 1. Monitor respon Respon bervariasi dari


aktivitas berpartisipasi fisiologis terhadap hari ke hari
berhubungan dalam kegiatan, aktivitas
dengan dengan kriteria
kelemahan, bebas dyspnea dan 2. Berikan bantuan
pertukaran takikardi selama perawatan yang Mengurangi kebutuhan
oksigen, aktivitas. pasien sendiri tidak energi
malnutrisi, mampu
kelelahan.

Ekstra istirahat perlu jika


3. Jadwalkan
perawatan pasien karena meningkatkan
sehingga tidak kebutuhan metabolik
mengganggu
isitirahat.

Perubahan nutrisi Pasien mempunyai 1. Monitor Intake menurun


kurang dari intake kalori dan kemampuan dihubungkan dengan
kebutuhan tubuh protein yang mengunyah dan nyeri tenggorokan dan
menelan.
berhubungan adekuat untuk mulut
dengan intake memenuhi 2. Monitor BB, intake
dan ouput Menentukan data dasar
yang kurang, kebutuhan
meningkatnya metaboliknya 3. Atur antiemetik Mengurangi muntah
kebutuhan dengan kriteria sesuai order Meyakinkan bahwa
metabolic, dan mual dan muntah 4. Rencanakan diet makanan sesuai dengan
menurunnya dikontrol, pasien dengan pasien dan keinginan pasien
absorbsi zat gizi. makan TKTP, orang penting
serum albumin dan lainnya.
protein dalam batas
n ormal, BB
mendekati seperti
sebelum sakit.
Diare Pasien merasa 1. Kaji konsistensi Mendeteksi adanya darah
berhubungan nyaman dan dan frekuensi feses dalam feses
dengan infeksi GI mengnontrol diare, dan adanya darah.
komplikasi
minimal dengan 2. Hipermotiliti mumnya
Auskultasi bunyi
kriteria perut lunak, usus dengan diare
tidak tegang, feses
lunak dan warna
3. Atur agen Mengurangi motilitas
normal, kram perut
antimotilitas dan usus, yang pelan,
hilang, psilium emperburuk perforasi
(Metamucil) sesuai pada intestinal
order

4. Berikan ointment A Untuk menghilangkan


dan D, vaselin atau distensi
zinc oside
Tidak efektif Keluarga atau 1. Kaji koping keluarga Memulai suatu hubungan
koping keluarga orang penting lain terhadap sakit pasein dalam bekerja secara
berhubungan mempertahankan dan perawatannya konstruktif dengan
dengan cemas suport sistem dan keluarga.
tentang keadaan adaptasi terhadap 2. Biarkan keluarga Mereka tak menyadari
yang orang perubahan akan mengungkapkana
dicintai. kebutuhannya perasaan secara bahwa mereka berbicara
dengan kriteria verbal secara bebas
pasien dan keluarga
berinteraksi dengan 3. Ajarkan kepada
cara yang Menghilangkan
keluaraga tentang
konstruktif penyakit dan kecemasan tentang
transmisinya. transmisi melalui kontak
sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL KRITISI
Judul Jurnal : “Analisis Pengetahuan Dan Sikap Narapidana Kasus Narkoba Terhadap
Perilaku Beresiko Penularan HIV/AIDS”.

Link : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/

A. Latar Belakang

Perilaku beresiko HIV/AIDS adalah perilaku yang menyebabkan orang menularkan


atau tertular penyakit HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sikap terhadap pencegahan
HIV/AIDS dengan perilaku beresiko HIV/AIDS pada narapidana kasus narkoba di
Lembaga Pemasyarakatan kelas I Semarang.

B. Tujuan

Untuk mengetahui “Analisis pengetahuan dan sikap narapidana kasus narkoba


dengan perilaku beresiko penularan HIV/AIDS pada Lapas Kelas I Semarang”.

C. Metode

Jenis Penelitian adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.


Variable bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang HIV/AIDS dan
sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS. Variable terikat adalah perilaku beresiko
penularan HIV/AIDS di Lapas kelas I Semarang. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh narapidana kasus narkoba sebanyak 203 narapidana, dan sampelnya
sebanyak 65 orang yang dipilih dengan metode simple random sampling.

D. Kesimpulan

Perilaku beresiko tinggi HIV/AIDS ditemukan pada 21 responden. Perilaku yang


ditemukan yaitu pembuatan tato, pembuatan aksesoris/tindik, berbagi pisau cukur.
Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku
beresiko penularan HIV/AIDS, dan tidak ada hubungan antara sikap narapidana
terhadap HIV/AIDS dengan perilaku beresiko penularan HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai