Disusun Oleh:
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Waktu :
Tujuan :
1
3. Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 60 menit, mahasiswa Universitas
‘Aisyiyah Bandung dapat menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit HIV
4. Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 60 menit, mahasiswa Universitas
‘Aisyiyah Bandung dapat mejelaskan cara penularan penyakit HIV
5. Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 60 menit, mahsiswa Universitas
‘Aisyiyah Bandung dapat menjelaskan cara pencegahan penyakit HIV
6. Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 60 menit, mahasiswa Universitas
‘Aisyiyah Bandung dapat menjelaskan cara pengobatan penyakit HIV
Materi Penyuluhan:
1 Pendahuluan 5 menit
A. Materi A. Memperhatikan
1) Pengertian Penyakit HIV penjelasan materi
2) Penyebab Penyakit HIV B. Bertanya
C. Memperhatikan
3) Tanda dan Gejala Penyakit
jawaban dari
HIV penyuluh
2
4) Penularan Penyakit HIV
5) Pencegahan Penyakit HIV
6) Pengobatan Penyakit HIV
B. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
C. Menjawab pertanyaan
peserta
3 Penutup 5 menit
Media : Poster
Sumber Referensi :
Evaluasi :
3
4. Sebutkan cara penularan penyakit HIV!
5. Sebutkan cara pencegahan penyakit HIV!
6. Sebutkan cara pengobatan penyakit HIV!
Jawab:
4
Pada tahap ini juga individu yang terinfeksi HIV menunjukkan
perkembangan infeksi oportunistik baru seperti infeksi Sitomegalovirus,
Kompleks Mycobacterium avium, Meningitis cryptococcal,
Leukoencephalopathy multifocal yang progresif, dan infeksi lain yang
biasanya terjadi sekunder terhadap penurunan sistem imun. Jumlah virus
sangat meningkar dan jumlah limfosit CD4 <50 sel/ul. Kematian bisa
dikatakan sudah. sangat dekat. Sekali kondisi kategori C ini terjadi, maka
individu akan tetap pada kategori ini walaupun ada kemungkinan kondisi
ini dapat berubah. Gejala pada penyakit ini juga mirip dengan penyakit
biasa seperti demam, bronkhitis dan flu, akan tetapi pada penderita AIDS
gejala-gejala ini biasanya lebih parah dan berlangsung dalam waktu yang
lebih lama. Gejala umum HIV/AIDS mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Kelelahan yang sangat, yang berlangsung selama beberapa minggu tanpa
sebab yang jelas.
b. Demam tanpa sebab yang jelas, menggigil kedinginan atau berkeringat
berlebihan di malam hari, berlangsung selama beberapa minggu.
c. Hilangnya berat badan lebih dari 5 kg dalam waktu kurang dari dua bulan.
d. Pembengkakan kelenjar, terutama di leher atau ketiak.
e. Sariawan sejenis bisul atau luka bernanah di mulut atau
tenggorokanSariawan adalah infeksi yang umumnya terjadi di vagina,
mengakibatkan keluarnya cairan putih yang mengganggu (jamur vagina
tidak berhubungan dengan AIDS). Pada laki-laki jamur ini timbul berupa
bintik-bintik putih yang mengganggu ujung penis atau munculnya kotoran
putih yang keluar dari anus.
f. Diare terus menerus.
g. Nafas menjadi tidak stabil, lambat-laun menjadi buruk setelah beberapa
minggu, disertai dengan gangguan batuk kering yang tidak diakibatkan
oleh rokok dan berlangsung lebih daripada batuk karena flu.
h. Bisul jerawat baru, berwarna merah muda atau ungu rata atau timbul
(biasanya tidak sakit) muncul di kulit bagian mana saja, termasuk di mulut
atau kelompok mata. Dalam banyak kasus luka-luka tersebut dapat juga
timbul organ bagian dalam seperti misalnya selaput paru-paru, usus atau
5
anus. Awalnya luka tersebut melepuh, berdarah atau memar, tetapi tidak
memucat jika ditekan dan tidak hilangBiasanya luka melepuh ini salah
satu bentuk kanker kulit yang dikenal dengan leaposis sarcoma.
4. Penyakit HIV dapat menular melalui 6 cara:
a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS Hubungan seksual secara
vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa
menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan
vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur, atau
mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran
darah (PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro
pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk
masuk ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful, 2000).
b. Ibu yang mengidap HIV dapat menularkan kepada bayinya, penularan HIV
dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan
CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0.01%
sampai 0.7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau
gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50%
(PELKESI, 1995). Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui
transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi
dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V. 2004).
Semakin lama proses melahirkan, semakin besar risiko penularan. Oleh
karena itu, lama persalinan bisa dipersingkat dengan operasi sectio
caesaria (HIS dan STB, 2000). Transmisi lain terjadi selama periode post
partum melalui ASI. Risiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang positif
sekitar 10% (Lily V, 2004).
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS, Ssangat cepat
menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.
d. Pemakaian alat yang tidak steril seperti alat pemeriksaan kandungan
seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah,
cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung digunakan
6
untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV (PELKESI,
1995).
e. Alat-alat untuk menoreh kulit, seperti alat tajam dan runcing seperti jarum,
pisau, silet, menyunat seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan
sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai
tanpa disterilkan terlebih dahulu.
f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang
digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para
pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi
menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara
bersama- sama juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan
gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.
5. Berikut beberapa cara pencegahan HIV yaitu meliputi:
a. Tidak berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi virus HIV, berganti
ganti pasangan seksual juga sangat beresiko tinggi terhadap penulran HIV
ini.
b. Setia pada pasangan.
c. Hindari penggunaan jarum suntik secara bersama sama.
d. Memastikan bahwa darah yang akan diansfusi steril dari kontaminasi virus
HIV.
e. Menghindari penggunaan narkoba, terutama jarum suntik.
f. Melakukan tes HIV-AIDS.
g. Memastikan bahwa alat alat yang digunakan telah disterilkan apabila ingin
menggunakan alat tusuk seperti akupuntur, tato, melubangi telinga dan
sebagaiya.
6. Pengobatan HIV/AIDS tidak ada obat khusus, namun yang dilakukan pada
saat ini adalah pengobatan terapi ARV yang bersifat kepatuhan, ketika
klien tidak patuh dalam terapi maka untuk penyebaran akan lebih tinggi
dan derajat kesembuhan akan tertinggal. ARV ( antiretroviral ) adalah
obat yang ditujukan untuk memblokir aktivitas virus , memulihkan
sistem kekebalan tubuh dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik ,
meningkatkan kualitas hidup dan meminimalkan kondisi. ARV adalah
7
pengobatan HIV yang paling efektif hingga saat ini . Jenis Obat ARV
yaitu menurut Nursalam (2017) yaitu golongan NRTI (zidovudine,
stavudine, lamivudine tenofovir), golongan NtRTI (Tenofovir/TDF),
golongan NNRTI (Nevirapine, Delavirdine, Efavirenz).
Penyuluh
8
Lampiran Materi
Penyakit HIV
Tanda dan gejala dari penyakit ini dibagi dalam dua tahap, yang pertama
ada tanda dan gejala HIV tahap awal atau disebut juga (kategori klinis B). Tanda
gejala dari tahap ini individu yang terinfeksi HIV dapat nampak sehat selama
beberapa tahun dan tanda dan gejala minor dari infeksi HIV mulai nampak.
Individu mulai menunjukkan Candidiasis, limfadenopati, kanker serviks, Herpes
zoster, dan atau neuropati perifer. Jumlah virus dalam darah akan menunjukkan
peningkatan sementara pada saat yang sama jumlah limfosit CD4 menurun hingga
mencapai 500 sel/pl. Individu dengan kondisi kategori B, akan tetap dalam
kategori B. Tapi keadaan ini bersifat tidak tetap karena dapat berkembang menjadi
9
kategori Capabila terjadi kondisinya semakin parah, dan juga tidak dapat kembali
lagi ke kategori A bila bersifat asimptomatik.
Setelah tahap awal ada juga tanda dan gejala lanjutan HIV (Kategori
Klinis C) dimana individu yang terinfeksi HIV menunjukkan infeksi dan
keganasan yang mengancam kehidupan. Perkembangan pneumonia
(Pneumocystis carinii), toxoplasmosis, cryptosporidiosis dan infeksi oportunistik
lainnya yang biasa terjadi. Individu dapat pula mengalami kehilangan atau
penurunan berat badan, jumlah virus terus meningkat, jumlah limfosit CD4"
menurun hingga <200 sel/pl. Pada keadaan ini individu akan dinyatakan sebagai
penderita AIDS.
Gejala pada penyakit ini juga mirip dengan penyakit biasa seperti demam,
bronkhitis dan flu, akan tetapi pada penderita AIDS gejala-gejala ini biasanya
lebih parah dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Gejala umum
HIV/AIDS mencakup hal-hal sebagai berikut:
10
mengakibatkan keluarnya cairan putih yang mengganggu (jamur vagina
tidak berhubungan dengan AIDS). Pada laki-laki jamur ini timbul berupa
bintik-bintik putih yang mengganggu ujung penis atau munculnya kotoran
putih yang keluar dari anus.
n. Diare terus menerus.
o. Nafas menjadi tidak stabil, lambat-laun menjadi buruk setelah beberapa
minggu, disertai dengan gangguan batuk kering yang tidak diakibatkan
oleh rokok dan berlangsung lebih daripada batuk karena flu.
p. Bisul jerawat baru, berwarna merah muda atau ungu rata atau timbul
(biasanya tidak sakit) muncul di kulit bagian mana saja, termasuk di mulut
atau kelompok mata. Dalam banyak kasus luka-luka tersebut dapat juga
timbul organ bagian dalam seperti misalnya selaput paru-paru, usus atau
anus. Awalnya luka tersebut melepuh, berdarah atau memar, tetapi tidak
memucat jika ditekan dan tidak hilangBiasanya luka melepuh ini salah
satu bentuk kanker kulit yang dikenal dengan leaposis sarcoma.
11
sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya
mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga terjadi selama proses
persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau
membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan
(Lily V. 2004). Semakin lama proses melahirkan, semakin besar risiko
penularan. Oleh karena itu, lama persalinan bisa dipersingkat dengan
operasi sectio caesaria (HIS dan STB, 2000). Transmisi lain terjadi selama
periode post partum melalui ASI. Risiko bayi tertular melalui ASI dari ibu
yang positif sekitar 10% (Lily V, 2004).
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS, Ssangat cepat
menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.
d. Pemakaian alat yang tidak steril seperti alat pemeriksaan kandungan
seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah,
cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung digunakan
untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV (PELKESI,
1995).
e. Alat-alat untuk menoreh kulit, seperti alat tajam dan runcing seperti jarum,
pisau, silet, menyunat seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan
sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai
tanpa disterilkan terlebih dahulu.
f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang
digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para
pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi
menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara
bersama- sama juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan
gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.
12
5. Pencegahan Penyakit HIV
Cara pencegahan penyakit HIV ini bisa dengan beberapa cara yaitu
meliputi:
a. Tidak berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi virus HIV, berganti
ganti pasangan seksual juga sangat beresiko tinggi terhadap penulran HIV
ini.
b. Setia pada pasangan.
c. Hindari penggunaan jarum suntik secara bersama sama.
d. Memastikan bahwa darah yang akan diansfusi steril dari kontaminasi virus
HIV.
e. Menghindari penggunaan narkoba, terutama jarum suntik.
f. Melakukan tes HIV-AIDS.
g. Memastikan bahwa alat alat yang digunakan telah disterilkan apabila ingin
menggunakan alat tusuk seperti akupuntur, tato, melubangi telinga dan
sebagaiya.
Pengobatan HIV/AIDS tidak ada obat khusus, namun yang dilakukan pada
saat ini adalah pengobatan terapi ARV yang bersifat kepatuhan, ketika klien tidak
patuh dalam terapi maka untuk penyebaran akan lebih tinggi dan derajat
kesembuhan akan tertinggal.
ARV adalah pengobatan HIV yang paling efektif hingga saat ini . Jenis Obat
ARV yaitu menurut Nursalam (2017) yaitu golongan NRTI (zidovudine,
stavudine, lamivudine tenofovir), golongan NtRTI (Tenofovir/TDF), golongan
NNRTI (Nevirapine, Delavirdine, Efavirenz).
13
Poster
14
15