Disusun oleh:
Kelompok 1
Ahmad Fauzi H0517003
Dik Cici H0517030
Shabrina Fatika S H0517093
Ummi Karomah H0517098
Urip Rengga Hartanto H0517099
Disusun oleh:
Kelompok 1
Ahmad Fauzi H0517003
Dik Cici H0517030
Shabrina Fatika S H0517093
Ummi Karomah H0517098
Urip Rengga Hartanto H0517099
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Praktikum Manajemen Ternak Perah ini dengan baik. Adapun
maksud dan tujuan penyusunan laporan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
lebih memahami praktikum yang telah dilaksanakan dan dapat menganalisa
hasilnya.
Pembuatan laporan praktikum ini tidak terlepas dari berbagai pihak, maka
dari itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Ternak Perah.
2. Assisten yang telah membantu dan membimbing kami selama melakukan
praktikum
3. Rekan-rekan kami yang telah membantu kami dan saling bekerja sama dengan
baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan praktikum ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang akan membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN…………………………………………………..
A. Latar Belakang………………………………………………….
B. Tujuan Praktikum……………………………………………….
C. Manfaat Praktikum........................................................................
II. TINJUAN PUSTAKA .........................................................................
A. Keterangan Umum Perusahaan .....................................................
B. Manajemen Pedet ..........................................................................
C. Manajemen Sapi Dara ..................................................................
D. Manajemen Sapi Dewasa ..............................................................
E. Manajemen Kesehatan ..................................................................
F. Kandang dan Peralatan .................................................................
G. Kamar Susu, Perlengkapan dan Perlakuan Susu...........................
H. Penanganan Feses..........................................................................
I. Hambatan dan Kendala Perusahaan Peternakan Sapi Perah .........
III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM ..........................................
A. Waktu dan Tempat Praktikum ......................................................
B. Alat dan Bahan Praktikum ............................................................
C. Metode Praktikum..... . ..................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................
A. Keterangan Umum Perusahaan .....................................................
1. Hasil Pengamatan .. ..................................................................
2. Pembahasan........... ...................................................................
B. Manajemen Pedet....... ...................................................................
1. Hasil Pengamatan ...................................................................
2. Pembahasan........... ...................................................................
C. Manajemen Sapi Dara ...................................................................
1. Hasil Pengamatan ...................................................................
2. Pembahasan..............................................................................
D. Manajemen Sapi Dewasa ..............................................................
1. Hasil Pengamatan ...................................................................
2. Pembahasan.......... ...................................................................
E. Manajemen Kesehatan ..................................................................
1. Hasil Pengamatan ...................................................................
2. Pembahasan ...................................................................
F. Kandang dan Peralatan .................................................................
1. Hasil Pengamatan ...................................................................
2. Pembahasan................... ...........................................................
G. Kamar Susu, Perlengkapan dan Perlakuan Susu...........................
1. Hasil Pengamatan ...................................................................
2. Pembahasan........... ...................................................................
H. Penanganan Feses..........................................................................
1. Hasil Pengamatan ..................................................................
2. Pembahasan......... ..................................................................
I. Hambatan dan Kendala Perusahaan Peternakan Sapi Perah .........
1. Hasil Pengamatan ...................................................................
2. Pembahasan............ ..................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................
A. Kesimpulan................. ..................................................................
B. Saran ........................... .................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi
bagi masyarakat. Produk utama yang dihasilkan dari ternak sapi perah adalah
susu. Susu merupakan cairan bukan kolostrum yang dihasilkan dari proses
pemerahan ternak perah, baik sapi, kambing maupun kerbau secara kontinyu dan
tidak merubah komponennya sebagai bahan pangan yang sehat. Susu sapi
merupakan susu yang sebagian besar dikonsumsi oleh manusia, karena
kandungan zat gizinya dapat diserap sempurna oleh tubuh. Istilah makanan
empat sehat lima sempurna, dan untuk mendapatkan sempurna itu harus melalui
susu.
Peningkatan permintaan susu yang tidak diimbangi dengan
bertambahnya populasi sapi, tentu saja mengakibatkan kebutuhan akan susu
tidak terpenuhi. Pemenuhan produksi susu dengan penambahan ternak sapi
perah membutuhkan waktu yang lama. Membuktikan bahwa pengembangan
usaha ternak sapi perah memiliki peluang dan prospek usaha yang sangat cerah.
Kendala dari prospek usaha ternak sapi perah yang sangat menjanjikan di
Indonesia ini tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan tanpa
memperhatikan tata laksana pemeliharaan sapi perah itu sendiri.
Manajemen pemeliharaan induk laktasi sapi perah merupakan
pelaksanaan pemeliharaan ternak setiap hari yang kegiatannya meliputi
pemberian pakan dan minum, sanitasi kandang, pelaksanaan perkawinan,
pemerahan, pembersihan sapi, kesehatan sapi dan sistem perkandangan.
Manajemen reproduksi yang baik harus mempertimbangkan beberapa hal,
diantaranya adalah masa kering, service period, lama laktasi, calving interval,
service per conception maupun umur beranak. Masalah yang masih menjadi
kendala pada peternak Indonesia adalah masih kurang diperhatikannya service
period. Peternak kita pada umumnya service periodnya sekitar 4 bulan, padahal
standar untuk mendapatkan produksi susu yang optimal dan terjadi kontinyuitas
produksi service period dipatok 2 bulan. Tugas bagi kita semua untuk dapat
membenahi manajemen reproduksi pada ternak sapi perah.
Kebersihan lingkungan adalah faktor utama dalam peternakan sapi perah,
bahkan pembibitan (breeding farm) harus bebas dari penyakit hewan menular,
hal tersebut tentunya untuk menjamin kualitas bibit yang dihasilkan dan
mencegah bibit menjadi carrier dari penyakit tertentu apabila disebarkan ke
pengguna bibit. Kandang harus dibersihkan setiap hari secara teratur terutama
lantai kandang, bak pakan dan bak minum. Sapi perah yang sedang laktasi
memerlukan tingkat kebersihan yang lebih baik agar air susu yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang baik pula. Terutama pada waktu akan mengadakan
pemerahan, kandang dan peralatan harus dibersihkan terlebih dahulu sebab air
susu mudah sekali menyerap bau. Diperlukan air yang cukup banyak untuk
penyediaan air minum, memandikan sapi, membersihkan kandang, dan peralatan
perah.
Efisien pengembangbiakan dan pengembangan usaha ternak perah hanya
dapat dicapai apabila peternak memiliki perhatian terhadap tata laksana
pemeliharaan dan manajemen pengelolaan yang baik. Faktor manajemen inilah
yang memegang peranan penting dalam usaha ternak perah. Maka dari itu
adanya kegiatan praktikum ini diharapkan bisa mengetahui semua manajemen
yang berkaitan dengan perusahaan peternakan karena sangat penting bagi
mahasiswa untuk menunjang pengetahuan dan pengalaman dilapangan sebelum
terjun kedunia usaha peternakan nantinya.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktium manajemen ternak perah yang dilakukan di CV. Mawar
Mekar yaitu :
1. Mengetahui keterangan umum perusahaan CV. Mawar Mekar.
2. Mengetahui manajemen pedet di CV. Mawar Mekar.
3. Mengetahui manajemen sapi dara di CV. Mawar Mekar.
4. Mengetahui manajemen sapi dewasa di CV. Mawar Mekar.
5. Mengetahui manajemen kesehatan di CV. Mawar Mekar.
6. Mengetahui sistem kandang dan peralatan yang digunakan di CV. Mawar
Mekar.
7. Mengetahui kamar susu, perlengkapan dan perlakuan susu yang digunakan
di CV. Mawar Mekar.
8. Mengetahui hambatan dan kendala perusahaan peternakan sapi perah di CV.
Mawar Mekar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
E. Manajemen Kesehatan
Mastitis merupakan peradangan pada jaringan internal ambing,
mastitis bisa disebabkan oleh kuman patogen (infeksius) seperti bakteri, kapang
atau khamir, kerusakan fisik ambing (udder and teat injury) serta akibat
terpapar oleh bahan kimia yang iritan yang mampu merusak jaringan interna
ambing. Mayor patogen penyebab mastitis terdiri atas tiga jenis kuman patogen
yaitu Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae dan Mycoplasma bovis.
Infeksi bakteri merupakan penyebab utama terjadinya mastitis, bakteri
penyebabnya adalah Staph. aureus, Strep. agalactiae, Mycoplasma bovis,
Strep. dysagalactiae, Strep. uberis dan berbagai jenis bakteri gram negatif,
meskipun demikian lebih dari 130 jenis bakteri telah dilaporkan dapat
menyebabkan penyakit atau kelainan pada kelenjar ambing sapi perah (Sugiri,
2010).
Penularan Brucellosis ini paling banyak melalui pakan yang tercemar
oleh selaput janin atau cairan yang keluar dari rahim yang terinfeksi. Penularan
bakteri Brucela abortus ini melalui jilatan dari sapi, selain itu bakteri tersebut
dapat memasuki tubuh melalui gesekan kulit yang luka. Penularan dari
pejantan yang terinfeksi Brucellosis pada induk betina dapat terjadi melalui
kawin alami atau Inseminasi Buatan dilakukan lewat intra uterin dengan
sperma yang mengandung Brucella abortus. Penularan penyakit Brucellosis
pada pedet juga dapat terjadi melalui susu induk yang diminum oleh pedet sapi.
Penularan kepada manusia dapat terjadi melalui saluran pencernaan, misal
minum susu yang tidak dimasak yang berasal dari ternak penderita Brucellosis.
Penularan melalui selaput lendir atau kulit yang luka, misal kontak langsung
dengan janin atau placenta (ari-ari) dari sapi penderita Brucellosis dapat juga
menyebabkan penularan Brucellosis pada manusia (Budiharjo, 2009).
Masalah penyakit-penyakit parasit harus dipelajari agar terhindar dari
kerugian ekonomis yang besar. Penyakit parasit eksternal dan internal yang
disebabkan oleh parasit cendawan, cacing, dan protozoa seperti Ringworm,
Kudis, serangan caplak, lalat Ostertagiasis, Fasciolasis, Trichomoniasis dan
Koksidiosis. Pengobatan cukup efektif dilakukan namun faktor resistensi dan
pertimbangan ekonomis perlu diperhatikan sehingga pencegahan merupakan
pilihan yang terbaik dibandingkan dengan pengobatan (Ahmad, 2014).
Pemeliharaan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas ternak. Pemeliharaan yang baik dan benar akan sangat
mempengaruhi keberhasilan usaha, dengan sistem pemeliharaan yang baik
akan diperoleh pertambahan bobot badan dan meningkatkan produktivitas susu
yang maksimal serta performa ternak yang optimal. Aspek yang berhubungan
dengan pemeliharaan meliputi sanitasi, biosecurity pencegahan penyakit dan
penanganan penyakit. Biosecurity merupakan pencegahan dasar masuknya
suatu penyakit dalam hal ini peternak lebih fokus terhadap kebersihan terutama
kebersihan kandang (Lestari, 2015).
Kandang karantina merupakan kandang isolasi ternak dengan tujuan
pengobatan dan pencegahan penyebaran suatu penyakit. Karantina bertujuan
untuk mendeteksi adanya gejala penyakit tertentu yang belum diketahui ketika
proses pembelian. Kadang karantina digunakan untuk mengisolasi ternak dari
ternak yang lain dengan tujuan pengobatan dan pencegahan penyebaran suatu
penyakit. Ketika sapi dikarantina karena terkena penyakit sebaiknya diberi obat
secepat mungkin karena berdasarkan penelitian, sebagian besar sapi di
Indonesia mengalami penyakit cacingan ataupun mastitis (Susilawati, 2010).
H. Penanganan Feses
Maksud dari penanganan limbah adalah agar hasil peternakan tidak
mengganggu lingkungan dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Limbah
peternakan memiliki potensi yang sangat besar jika diolah dengan baik.
Limbah peternakan ada dua jenis yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah
ini dapat diolah kembali dan dimanfaatkan terutama untuk pertanian yaitu
pupuk organik, biogas, biolistrik dan bioarang (Nurdin, 2016).
Pemanfaatan air urin ini dapat digunakan sebagai pupuk organik cair
yang sangat berguna bagi pertanian. Pupuk Organik Cair, adalah jenis pupuk
yang berbentuk cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan
membawa unsur-unsur penting guna kesuburan tanah. Pengelolaan limbah cair
peternakan masih sangat kurang di tingkat daerah pedesaan. Padahal jika dikaji
lebih dalam lagi kandungan kemungkinan unsur fosfor dan kalium di dalam
kotoran cair sama atau bahkan lebih banyak dibandingkan dengan kotoran
padat (Huda, 2013).
Urin merupakan salah satu limbah cair yang dapat ditemukan di tempat
pemeliharaan hewan. Urin di bentuk di daerah ginjal setelah dieliminasi dari
tubuh melalui saluran kencing (urineary) dan berasal dari metabolisme nitrogen
dalam tubuh (urea, asam urat, dan keratin) serta 90 % urin terdiri dari air. Urin
yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu
eksternal, konsumsi air, musim dan lain sebagainya. Banyaknya feses dan urin
yang dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat ternak. Rasio feses dan urin yang
dihasilkan ternak adalah babi 1,2 :1 (55% feses, 45% urin), sapi potong 2,4 :1
(71% feses, 29% urin), domba 1:1 (50% feses, 50 % urin), dan sapi perah 2,2
:1 (69% feses, 31% urin) (Rinekso et al.,2011).
Limbah padat adalah semua limbah yang berada dalam fase padat.
Limbah cair adalah semua limbah yang berada dalam fase cair. Limbah gas
adalah semua limbah yang berada dalam fase gas (Wahyuni, 2009).
Seekor sapi dengan bobot 450 kilogram dapat menghasilkan limbah
berupa feses dan urin sekitar 25 kilogram. Kotoran ini dapat berpotensi menjadi
pupuk kandang atau bahan pembentuk biogas. Ampas kotoran dapat digunakan
sebagai pupuk kandang. Pengolahan ini dilakukan dengan cara sederhana
sehinga dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai jual (Harianto dan Syarif,
2011).
I. Hambatan Dan Kendala Perusahaan Peternakan Sapi Perah
Kondisi skala usaha yang belum ekonomis antara lain disebabkan oleh
terbatasnya modal peternak dan kesulitan mencari pakan hijauan. Terbatasnya
lahan untuk tanaman pakan hijauan ternak menjadi salah satu kendala dalam
penyediaan jumlah dan kualitas pakan ternak. Hal ini yang menyebabkan usaha
budidaya sapi perah belum efisien. Permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan peternakan terkait dengan hubungannya sebagai penyedia susu
segar bagi IPS adalah rendahnya kualitas susu segar yang dihasilkan perusahaan
peternakan membuat susu hasil produksi ternak mereka tidak dapat memenuhi
standart yang diminta oleh pabrik pengolah susu (Sudi, 2018).
Pengembangan usaha sapi perah masih terfokus di sentra-sentra
produksi di Pulau Jawa. Hal ini mengakibatkan usaha sapi perah mengalami
stagnasi karena keterbatasan dalam menyediakan hijauan sepanjang tahun.
Ketersediaan lahan akibat konversi penggunaan untuk usaha non pertanian
menjadi salah satu kendala untuk mengembangkan usaha sapi perah.
Optimalisasi produktivitas sapi perah untuk meningkatkan produksi susu
merupakan aspek yang harus dilakukan secara simultan untuk seluruh pelaku
usaha (Rasali, 2012).
Pakan temak yang relatif mahal adalah kendala lain yang dihadapi
petemak sapi perah. Ketergantungan industri pakan terhadap bungkil kedelai
dan jagung yang sebagian besar diimpor merupakan suatu resiko yang harus
diperhitungkan oleh pengusaha pakan temak. Pada akhimya, resiko ini
dibebankan kepada konsumen pakan yakni petemak. Dukungan teknologi
pakan menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan produksi sapi perah
disamping upaya peningkatan kualitas bibit unggul. Pemanfaatan produk
sampingan agro industri untuk pakan temak dapat mengurangi ketergantungan
usaha petemakan intensif terhadap dukungan pakan buatan (Made, 2016).
Agribisnis berbasis peternakan adalah salah satu fenomena yang
tumbuh pesat ketika bisnis lahan menjadi terbatas, karena sistem usaha tani
memerlukan lahan yang besar namun 2 ketersediaan lahan yang terbatas akan
memicu efisiensi dan efektifitas penggunaan lahan tersebut. Usaha peternakan
dapat di jadikan salah satu alternatif yang menjanjikan nilai keuntungan di
masa depan. Agribisnis memang mengedepankan suatu system budaya,
organisasi dan manjemen yang amat rasional, dirancang untuk memperoleh
nilai tambah (komersial) yang dapat disebar dan dinikmati oleh seluruh pelaku
ekonomi secara adil dari produsen, konsumen bahkan sampai pada segenap
lapisan masyarakat (Agus, 2012).
Masalah utama dalam peningkatan produktivitas ternak adalah sulitnya
menyediakan pakan secara berkesinambungan baik jumlah maupun
kualitasnya. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam peningkatan
produktivitas ternak adalah ketersediaan pakan yang mencukupi secara kualitas
dan kuantitas. Sumber daya lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak adalah limbah pertanian dan perkebunan. Limbah pertanian dan
perkebunan ini dapat menghasilkan bahan kering sebagai bahan pakan sumber
energi ternak ruminansia. Limbah pertanian dan perkebunan ini dapat
menghasilkan bahan kering sebagai bahan pakan sumber energi ternak
ruminansia (Sitindaon, 2013).
III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
C. Metode Praktikum
Metode praktikum Manajemen Ternak Perah yaitu prakikan terjun
langsung dalam pemeliharaan sapi perah, pemeliharaan tersebut meliputi :
1. Membersihkan kandang ternak. Hal pertama yang dilakukan sebelum
pemerahan adalah membersihkan kandang ternak, yaitu dengan
penyemprotan dan penyiraman lantai kandang ternak dengan air untuk
membersihkan kotoran sapi.
2. Membersihkan tempat pakan dan tempat minum ternak. Tempat pakan dan
tenpat minum dibersihkan dengan air dan digosok dengan sikat agar kotoran
yang menempel hilang.
3. Memerah susu (pagi hari). Memerah susu dengan cara manual dan diwadahi
ember, sebelum diperah ambing sapi dibersihkan terlebih dahulu dengan air.
4. Memerah susu (siang hari). Pemerahan pada siang hari dilakukan sama
seperti pada waktu pagi hari.
5. Penanganan susu. Setelah susu diperah susu ditampung pada wadah susu dan
dilakukan penyaringan di kamar susu.
6. Pengangkutan susu. Susu yang telah melalui penanganan sebelumnya
diangkut menggunakan mobil box.
7. Memberikan pakan konsentrat. Pemberian konsentrat dicampur dengan
ampas tahu, diberikan sesuai kebutuhan ternak.
8. Mencacah hijauan segar. Setelah konsentrat diberikan, selanjutnya mencacah
hijauan dengan menggunakan mesin pencacah (cooper).
9. Memberikan pakan hijauan segar. Hijauan yang telah dicacah diberikan
padaternak sesuai kebutuhan ternak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Organisasi :
3 10
Ladang Hijauan
13
12
11
2. Pembahasan
Gambar 4. Pedet
Pada hasil pengamatan bahwa perusahaan CV. Mawar Mekar jenis sapi
yang dipelihara adalah sapi perah jenis Fresian Holstein (FH), secara umum
masa laktasi dari sapi perah yaitu + 305 hari hal ini disebabkan karena sapi-
sapi yang dikawinkan kembali setelah partus dan sapi mengalami
kebuntingan memasuki masa kering. Masa kering yang dilakukan di
perusahaan CV. Mawar Mekar yaitu selama 2 bulan dengan pemerahan
berselang. Pemerahan dilakukan 2 x sehari pukul 05.00 dan pukul 10.00
WIB dengan tangan menggunakan cara stripping. Sapi dibersihkan dari
kotoran dengan cara dimandikan dan puting dibersihkan dengan air hangat
dan dilap dengan kain bersih sebelum dilakukan pemerahan. Kandang juga
dibersihkan agar kualitas susu tetap terjaga. Produksi susu rata-rata
perusahaan tiap hari sebesar 420 liter, sehingga produksi rata-rata per ekor
per hari sebesar 7 liter dengan harga jual sebesar Rp. 7.000/liter. Perkawinan
di CV. Mawar Mekar dilakukan perkawinan alami karena perusahaan CV.
Mawar Mekar memiliki pejantan sendiri oleh karyawan sendiri melihat dari
tingkah laku yang terlihat dari sapi perah tersebut. Penanganan kelahiran
pedet di perusahaan CV. Mawar Mekar dilakukan oleh karyawan sendiri
apabila proses kelahiran normal, tetapi apabila terjadi distokia, maka akan
ditangani oleh mantri hewan setempat.
Pemandiaan sapi perah sangat perlu dilakukan agar susu yang
dihasilkan bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok. Pemandian
membuat sapi tetap sehat karena respirasi kulit baik sehingga metabolisme
akan baik juga. Betina yg diperah sebaiknya disikat setiap hari untuk
menghilangkan rambut-rambut yang rontok, rambut panjang di sekitar
ambing kaki belakang serta bagian belakang dari daerah lipat paha dicukur
agar mudah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel sehingga
takmengotori susu dan air cukup dimandikan agar lebih bersih dan segar
(Arif, 2009).
Praktikum Manajemen Ternak Perah pada sapi dewasa di Perusahaan
CV. Mawar Mekar yang dilakukan sesuai dengan pendapat Arif (2009) yaitu
dengan membersihkan sapi sebelum dilakukan pemerahan. Pemandian
adalah hal yang dilakukan untuk membersihkan sapi sebelum diperah agar
susu tidak terkontaminasi dengan kotoran sapi. Ambing sapi juga tidak luput
dalam pembersihan karena ambing adalah hal yang sensitive karena susu
keluar dari putting yang berada di ambing. Pembersihan sapi dengan
memandikan membuat kualitas susu sapi tetap terjaga kebersihannya.
E. Manajemen Kesehatan
1. Hasil Pengamatan
a. Kebersihan ternak
1) Frekuensi memandikan sapi yaitu sehari sekali
2) Memandikan sapi pada saat sebelum pemerahan pagi
3) Bagian yang dibersihkan pada saat memandikan sapi yaitu seluruh
badan sapi
b. Penyakit, pencegahan, pengobatan
1) Vaksinasi terhadap penyakit antrax, tuberculosis, penyakit mulut
dan kuku, brucellosis dilakukan secara teratur
2) Penyakit yang pernah dialami antara lain mastitis, keguguran,
demam
3) Diagnose dan pengobatan pada sapi dilakukan oleh mantra hewan
setempat
4) Pemeriksaan kesehatan oleh dinas setempat dilakukan secara
periode
2. Pembahasan
2. Pembahasan
1) Kamar Susu
Kamar susu yang dimiliki oleh CV. Mawar Mekar dengan letak 2-3
m dari kandang. Kebersihan kamar susu kotor dengan lantai yang terbuat
dari tegel. Bangunan kandang susu permanen dengan dinding dari tembok,
pintu cukup lebar dan ventilasi kamar susu cukup lebar.
Penyimpanan susu merupakan hal wajib yang harus diperhatikan
dalam serangkaian proses pengolahan susu. Penyimpanan barang, juga
diperlukan adanya manajemen yang baik. Manajemen ini merupakan
proses dalam pengaturan dan pengawasan barang yang masuk di gudang
dan barang yang keluar dari gudang, hal ini harus dilakukan secara teliti
dan tepat. Kegiatan manajemen ini tidak lepas dari berbagai kegiatan yang
ada di dalam gudang seperti penyimpanan barang, pengeluaran barang,
pengepakan barang, dan pengembalian barang (retur barang). Perusahaan
membeli bahan baku, proses penyimpanan barang dilakukan di gudang
dengan pencatatan administrasi tertentu (Sari et al., 2017).
Hasil praktikum kurang sesuai dengan pendapat Sari (2017) yang
menyatakan bahwa Penyimpanan susu merupakan hal wajib yang harus
diperhatikan dalam serangkaian proses pengolahan susu. Penyimpanan
barang, juga diperlukan adanya manajemen yang baik. Hasil praktikum
menunjukan kebersihan kamar susu kotor dengan lantai yang terbuat dari
tegel.
2) Perlengkapan Kamar Susu
CV. Mawar Mekar memiliki perlengkapan kamar susu.
Perlengkapan kamar susu terdiri dari cooling unit, homogenizer dan
pasteurisasi. Peralatan tersebut sangat dianjurkan sebab air susu
merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan kuman. Peralatan
pasteurisasi bertujuan untuk membasmi bakteri patogen yang terdapat
dalam air susu pada suhu dan waktu tertentu. Sumber air berasal dari
sumur pompa dan ketersediaannya selalu melimpah. Setiap kandang selalu
disediakan tempat air yang dimanfaatkan untuk membersihkan kandang
ternak dan membersihkan putting susu sewaktu akan diperah serta untuk
mencuci peralatan kandang ataupun ember penampungan susu. Kebutuhan
air selalu terpenuhi dan kandang selalu dalam keadaan bersih. Tempat air
tersebut diberi ikan yang bertujuan agar jentik-jentik nyamuk ataupun
jentik-jentik lalat tidak hidup.
Susu yang baru di perah agar tidak rusak sampai ditrima di industri
pengolahan susu, sebaiknya susu disimpan di tempat penyimpanan pada
tempratur rendah, atau yang disebut juga cooling unit. Pengguaan cooling
unit akan membuat kualitas susu tetap stabil selama proses transportasi ke
IPS yang panjang. Cooling unit menjaga agar susu tetap di bawah suhu
normal untuk mikrobia tumbuh (Aritonang, 2017).
Berdasarkan perbandingan antara tipus menurut Aritonang (2017)
dan hasil praktikum yaitu sesuai. Susu yang baru di perah agar tidak rusak
sampai ditrima di industri pengolahan susu, sebaiknya susu disimpan di
tempat penyimpanan pada tempratur rendah, atau yang disebut juga
cooling unit. Peralatan yang sudah digunakan harus segera dicuci dengan
air bersih, sehingga harus membutuhkan ketersediaan air bersih yang
melimpah.
H. Penanganan Feses
1. Hasil Pengamatan
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari dari praktikum Manajemen
Ternak Perah ini adalah:
1. Perusahaan Sapi Perah CV. Mawar Mekar didirikan pada tahun 1992
dengan modal awal 50 ekor sapi yang terdiri atas 45 ekor sapi betina
bunting dan sapi laktasi serta 5 ekor sapi jantan.
2. Perusahaan Sapi Perah CV. Mawar Mekar memiliki stuktur organisasi.
3. Lokasi perusahaan dan tata letak perkandangan cukup bagus.
4. Pemberian kolostrum pada pedet dilakukan setelah pedet dilahirkan
sampai umur tujuh hari selanjutnya diberi susu segar dari induk.
5. Kandang berlantai semen dengan sistem koloni.
6. Sapi dewasa kawin pertama pada umur 25 – 28 bulan.
7. Masa laktasi sapi perah adalah 4 kali berproduksi..
8. Pemasaran susu langsung kekonsumen tanpa mendapatkan perlakuan
kecuali penyaringan.
9. Pemandian ternak dilakukan apabila sapi terlihat kotor, tetapi ketika akan
melakukan pemerahan ambing dilakukan pembersihan.
10. Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara periodik oleh dinas setiap 1 tahun
sekali dengan mengambil sampel darah sapi.
11. Peralatan kandang adalah tempat pakandan air minum, ember penampung
susu, wadah susu, alat penyaring susu dan peralatan tambahan meliputi;
sapu lidi, pemotong rumput, dan sekop.
12. CV. Mawar Mekar tidak memiliki kamar susu karena susu tidak
didiamkan dalam suatu ruangan tetapi langsung dipasarkan.
13. Kotoran ternak ada yang dimanfaatkan dan ada yang tidak dan akan
langsung ditampung dalam penampungan.
B. Saran
1. Waktu pelaksanaan praktikum hendaknya lebih lama.
2. Penanganan feses sebaiknya dilakukan semaksimal mungkin, supaya
tidak menjadi permasalahan di kemudian hari
3. Pemerahan susu seharusnya menggunakan alat-alat yang steril dan
tempat yang bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, A. 2012. Bahan Pakan Konsentrat untuk sapi. PT Citra Aji Parama,
Yogyakarta.
Akoso, T.B. 2010. Kesehatan Unggas. Panduan bagi Petugas Teknis, Penyuluh dan
Peternak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 105-106.
Anderson. 2008. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Arif. 2009. Ternak Potong dan Kerja edisi 1. CV. Swadaya, Jakarta.
Aritonang. 2017. Susu dan Teknologi. Lembaga Pengembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (LPTIK) Universitas Andalas, Sumatera Barat.
Bakri, Chaidir dan Cahyo Saparinto. 2015. Sukses Bisnis Dan Beternak Sapi Perah.
Lily Publisher, Yogyakarta.
Budiyanto, dan Sunarlim, R. 2008. Pengaruh lama waktu transportasi susu segar
terhadap tingkat kontaminan mikrob (studi kasus di wilayah KUD
Sarwamukti, Lembang, Jawa Barat). Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner Hal 264-270.
Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi perah. Widya, Bandung.
Made. 2016. Penuntun Pembuatan Padang Penggembalaan. Direktorat Jenderal
Peternakan, Jakarta.
Mulyadi, Dwi Agus Sutrisno dan Sri Kumalaningsih. 2015. Studi Stabilitas Mutu
Susu Segar Selama Pengangkutan Menggunakan Suhu Rendah yang
Layak Secara Teknis dan Finansial (Kajian Suhu Dan Lama Waktu
Pendinginan). Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 16 No. 3. Universitas
Brawijaya Malang, Malang.
Nababan, L.A., I Ketut, S dan Ida, B. N. S. 2014. Ketahanan Susu Segar pada
Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat Keasaman, Didih, dan
Waktu Reduktase. Indonesia Medicus Veterinus 3(4): 274-282.
Nurdin E. 2011. Manajemen Sapi Perah. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Pasaribu Agustina, Firmansyah dan Nahri Idris. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah diKabupaten Karo Provinsi
Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Peternakan. Vol. 17(1): 28-36.
Priyo. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Rasali H. Matondang, dan Haryanto. 2012. Aspek Manajemen Usaha Sapi Perah.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Siregar, S.B., M. Rangkuti, Yanto T. Rahardja, dan H. Budiman. 2009. Informasi
Teknologi Budidaya, Pascapanen, dan Analisis UsahaTernak Sapi Perah.
Kerja sama antara Studi Informasi Teknologi Pedesaan, Proyek
Pengembangan Sistem Informasi, Kebijakan IPTEK dan Teknologi
Industri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor
Sitindaon,S.,H. Sisriyeni, D. Ali, A.,S, dan Istina, I.,N. 2013. Analisis Potensi
Pengembangan Sumber Daya Lokal Komoditas Ternak di Provinsi Riau.
Seminar Nasional. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau. 25 Juni
2013. Hal. 178-183.
Soetarno, T. 2012. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Fakultas Pertanakan.
Universias Gadjah Mada, Yogyakarta.
Syarief, E. K dan Harianto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.
Agromedia Pustaka, Jakarta.