JAKARTA
2020
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
Latar Belakang
Pemerintah melalui narasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2020-2024, sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Presiden No.
18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2020-2024, memiliki fokus bagi BUMN untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi
dan pencapaian sasaran pembangunan, yang antara lain dengan rencana
pembentukan Holding BUMN. Sebagai motor penggerak perekonomian nasional,
BUMN diharapkan untuk menjadi besar, kuat dan lincah, diantaranya melalui
konsolidasi BUMN secara sektoral melalui pembentukan perusahaan Holding.
Salah satu sektor yang berperan kritikal terhadap perekonomian adalah sektor
asuransi dan penjaminan, terutama posisi BUMN asuransi dan penjaminan yang
memiliki peran kritikal sektor sebagai Risk Transfer, Credit Worthiness, Bond
Stabilization Framework dan peningkatan fungsi investasi dalam ekonomi, terutama
jasa keuangan.
Sebagai salah satu sektor yang berperan dan terlibat dalam sektor-sektor industri
lainnya baik di ekosistem BUMN maupun level nasional, BUMN asuransi dan
penjaminan menghadapi tantangan baik secara internal maupun eksternal.
Beberapa tantangan tersebut dapat dilihat dari 3 (tiga) sisi antara lain:
Sisi Permintaan (Demand)
▪ Kebutuhan pendanaan jangka panjang untuk program strategis nasional;
▪ Kebutuhan akan proteksi dari 140 juta penduduk kelas menengah mulai dari
2020;
▪ Tingkat inklusi keuangan yang perlu ditingkatkan.
▪ Kebutuhan akan industri dan ekosistem asuransi yang lebih sehat
Sisi Penawaran (Supply)
▪ Terbatasnya kapasitas risk coverage untuk proyek skala besar;
▪ Ekspektasi produk asuransi inovatif dan keterbatasan jumlah agen;
▪ Jangkauan sektor asuransi yang terbatas di kota-kota besar;
▪ Kualitas SDM dan pemanfaatan teknologi digital asuransi yang masih
terbatas;
Rencana Pemerintah
Dihadapkan pada tantangan-tantangan tersebut di atas, Pemerintah berupaya
menggerakan konsolidasi yang dapat memberi dampak percepatan dan
penguatan daya saing terutama di sektor asuransi dan penjaminan, terutama
melalui pembentukan Holding BUMN Perasuransian dan Penjaminan yang terdiri
dari:
1. PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) (“Bahana PUI”) sebagai
induk Holding;
2. PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja (Persero) (“Jasa Raharja”) sebagai anggota
Holding;
3. PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) (“Askrindo”) sebagai anggota Holding;
Strategi Fungsional
▪ T – Thrive to be high performance organization, meningkatkan kompetensi SDM
back end, integrasi budaya, dan Integration Management Office (IMO);
▪ R – Reform operation and cost efficiency, implementasi sinergi melalui shared
services dan centralized procurement, serta menetapkan target operating model
pasca pembentukan Holding;
▪ U – Unify IT and technology platform, pengembangan aplikasi digital dari sisi
back office, dan Integrasi system IT secara konsolidasi;
▪ S – Strengthen Holding corporate center, memberi arahan strategis, formulasi visi,
misi & sinergi, serta membangun nilai, budaya dan image perusahaan;
▪ T – To maintain and ensure good corporate governance, mengembangkan pedoman
Tata kelola, dan pembentukan komite tata kelola di Holding.
Dengan adanya strategi dan inisiatif yang terukur, beberapa milestone utama akan
ditargetkan dalam roadmap 2019-2023 Holding BUMN Perasuransian dan
Penjaminan, yakni sebagai berikut:
Aset 69.2 70.9 79.8 88.2 97.4 108.5 117.0 126.2 135.9 146.0 156.9
Liabilitas 32.1 29.6 35.0 39.6 44.5 50.2 53.3 56.6 60.2 64.1 68.3
Ekuitas 37.1 41.2 44.8 48.6 52.9 58.3 63.7 69.6 75.6 81.9 88.6
Gross Premium +
23.7 27.0 29.8 33.5 37.6 43.6 47.0 50.5 54.4 58.5 62.9
IJP
Pendapatan
4.2 5.5 6.2 7.2 8.4 10.0 10.9 12.0 13.2 14.5 15.9
Underwriting
Laba Bersih 2.3 3.8 4.0 4.6 5.2 6.2 6.8 7.8 8.9 10.1 11.3
Dengan Holding
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
(Rp triliun)
Aset 69.2 70.9 89.0 99.7 112.3 127.3 139.8 153.3 167.2 181.7 197.2
Liabilitas 32.1 29.6 41.3 47.3 53.8 61.6 66.8 72.3 78.1 84.4 91.2
Ekuitas 37.1 41.2 47.7 52.4 58.5 65.7 73.0 81.0 89.0 97.3 106.0
Gross Premium +
23.7 27.0 32.9 38.5 44.8 52.0 56.1 60.4 65.2 70.2 75.7
IJP
Pendapatan
4.2 5.5 6.5 7.9 9.6 11.4 12.6 13.8 15.2 16.7 18.4
Underwriting
Laba Bersih 2.3 3.8 4.4 5.7 7.0 8.3 9.4 10.8 12.3 13.9 15.7
Nilai Tambah
Kumulatif 2019 – 2028 (Selisih antara “dengan
Tanpa Holding Dengan Holding
(Rp Triliun) Holding” vs “tanpa
Holding”)
Sumber: Global Food Security Index, Global competitiveness Index, BPS, KPMG
Dengan target yang ada pada tahun 2030 - 2045, Indonesia diharapkan
dapat menyelesaikan berbagai tantangan nasional, yang antara lain
sebagai berikut:
3. Pasar Baru
a. Asuransi Pelayanan Khusus
Perusahaan asuransi mulai menawarkan pertanggungan
asuransi perawatan khusus kepada pemilik bisnis dan pihak
terkait, dengan meningkatnya legalisasi perangkat medis.
b. Asuransi untuk Drone
Asuransi khusus terhadap perangkat drone agar dapat beroperasi
secara profesional dan komersial.
c. Ekonomi Berkembang
Pertumbuhan aktivitas Merger & Acquisition (M&A) di industri
asuransi, dengan perusahaan asuransi yang berfokus pada pasar
yang sedang berkembang untuk memperluas jangkauan.
Pangsa pasar asuransi jiwa mayoritas dikuasai pemain asing global dan
pemain lokal terafiliasi perbankan (Prudential, Simas Jiwa, AIA Allianz
dan AXA) sebesar 60%, dengan Prudential sebagai market leader dengan
pangsa pasarnya sebesar 13%.
Sumber: Willis Tower Watson - ASIA Insurance market report 2018, Analisa KPMG
Sumber: BCG’s Centre for Consumer Insight, BPS, The Economics Inteligence Unit, KPMG
Sumber: BI, BPS, McKinsey Global Institute Analysis, BCG Analysis, KPMG
International Presence
• Branding asuransi terutama BUMN masih kecil dibandingkan negara
Asia lainnya, sedangkan penjaminan di Indonesia masih potensial
Regulasi
• Peraturan Presiden No. 44 tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha
yang Tertutup dan yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal, atau Negative Investment List yang membuka
kesempatan untuk pemain asing di Indonesia.
Sumber: KPPIP, AAJI, AAUI, OJK, BPS, Global Findex Data, Swiss Re, CapGemini, Sigma,
Analisis Konsultan
Gambar 19. Tingkat Literasi dan Tingkat Inklusi Asuransi Indonesia 2013 vs
2016
Untuk tingkat poverty rate pada tahun 2018 di Indonesia sebesar 9,66%
dengan tingkat poverty rate terbesar berada di Provinsi Papua sebesar
Gambar 25. Nawacita Kedua (Misi Presiden 2020-2024) dan RPJMN 2020-
2024 (7 Agenda Pembangunan)
Tabel 2. Pembentukan Holding sebagai Salah Satu Target Presiden Tahun 2024
Baseline Target
Sasaran Indikator
2019 2024
Peningkatan nilai tambah, lapangan
Pembentukan
kerja, dan investasi di sektor riil, dan 1 3
Holding BUMN
industrialisasi
Sumber: Narasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
Dari sisi perusahaan induk, penunjukan Bahana PUI sebagai Holding BUMN
Asuransi dan Penjaminan merupakan alternatif yang optimal dengan
mempertimbangkan bentuknya sebagai perseroan yang 100% dimiliki oleh
Pemerintah. Adapun beberapa pertimbangan penunjukan Bahana PUI
menjadi Induk Holding antara lain:
1. Fleksiblitas tinggi dan kapabilitas kuat dalam berinvestasi;
2. Lini usaha yang berbeda dari asuransi dan penjaminan, sehingga cocok
untuk menjadi pengatur gameplay;
3. Dapat melakukan penerbitan surat hutang (pasar modal) dan alokasi
permodalan lainnya;
4. Peran saat ini sebagai Investment Strategic Holding grup Bahana PUI.
Misi
Misi Bahana PUI adalah ”Menyediakan solusi layanan jasa keuangan dan
investasi serta mendorong kewirausahaan untuk meningkatkan
kemakmuran yang berkeadilan sosial bagi seluruh pemangku
kepentingan.”
Strategi Perseroan
Sebagai strategic Holding, Bahana PUI telah menetapkan 6 Sasaran
Strategis yang harus dicapai Perseroan sebagai berikut:
1. Memperkuat kondisi keuangan untuk meningkatkan kemampuan
Bahana dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan
kapital”
3. Susunan Manajemen
Berdasarkan data per Desember 2019, susunan Dewan Komisaris dan
Direksi Bahana PUI adalah sebagai berikut:
Direksi
Direktur Utama : Marciano H. Herman
Direktur : Dwijanti Tjahjaningsih
Sumber: Bahana PUI
Gambar 33. Komposisi Pegawai Bahana PUI dan Anak Perusahaan sesuai
Tingkat Manajemen 2018
Sampai dengan akhir tahun 2018, BAV dan seluruh jaringan PMVD
telah melakukan pembiayaan kepada 64.306 Perusahaan Pasangan
Usaha (PPU) berskala mikro, kecil dan menengah di berbagai sektor
usaha yang menyerap sekitar 4,1 juta tenaga kerja langsung maupun
tidak langsung. Secara kumulatif, jumlah pembiayaan kepada PPU
tersebut sejak tahun 1994 sampai dengan saat ini telah mencapai Rp
11,2 triliun.
Mulai tahun 2017, BAV mendapatkan penugasan untuk
menyalurkan Pembiayaan Ultra Mikro (UMI) dari Pusat Investasi
Pemerintah (PIP) Kementerian Keuangan.
Analisis SWOT
• Strength (Kekuatan)
1. Bahana PUI sebagai BUMN memiliki akses ke program sinergi
BUMN
2. Memiliki berbagai anak perusahaan jasa keuangan dan investasi
yang dapat bersinergi.
3. Reputasi Bahana PUI di industri jasa keuangan dan investasi yang
diakui baik di level nasional maupun regional
4. Memiliki sumber daya manusia yang kompeten di bidang
investasi dan pasar modal.
• Opportunity (Peluang)
1. Peningkatan jumlah investor pasar modal yang cukup tinggi
2. Tren peningkatan investasi di masyarakat baik secara
konvensional maupun melalui platform digital
3. Mengoptimalkan potensi sinergi dengan BUMN lain.
• Threat (Ancaman)
1. Peningkatan persaingan di bidang investasi dan pasar modal,
terutama yang berasal dari konglomerasi keuangan atau
berafiliasi dengan grup keuangan global
2. Perubahan landscape industri jasa keuangan dan pasar modal
Indonesia yang sangat dinamis.
PENDAPATAN
Pendapatan Bunga dan Surat Berharga 7.13 21.23 -66%
Hasil Kegiatan Keuangan 498.50 519.52 -4%
Hasil Kegiatan Pengelolaan Gedung 152.20 146.90 4%
Pendapatan Operasional Lainnya 14.79 3.53 319%
JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL 672.63 691.18 -3%
BEBAN OPERASIONAL 563.58 580.78 -3%
LABA OPERASIONAL 109.05 110.39 -1%
PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL 43.08 38.00 13%
LABA/(RUGI) SEBELUM PAJAK 152.12 148.39 3%
PAJAK PENGHASILAN (31.66) (32.35) -2%
LABA/(RUGI) TAHUN BERJALAN 120.46 116.04 4%
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN PERIODE
13.39 (6.69) -300%
BERJALAN
LABA/(RUGI) KOMPREHENSIF 133.85 109.34 22%
- -
TOTAL LABA TAHUN BERJALAN YANG DAPAT
120.46 116.04 4%
DIATRIBUSIKAN KEPADA :
Pemilik entitas induk 45.53 43.83 4%
Kepentingan nonpengendali 74.93 72.21 4%
- -
TOTAL LABA KOMPREHENSIF YANG DAPAT
133.85 109.34 22%
DIATRIBUSIKAN KEPADA :
Pemilik entitas induk 56.25 37.31 51%
Kepentingan nonpengendali 77.60 72.03 8%
Misi
Misi PT Jasa Raharja adalah “Menyediakan perlindungan dasar yang
terintegrasi secara digital dan didukung human capital yang unggul guna
menguatkan stakeholders engagement.”
Nilai-Nilai
1. Tepat Informasi
Diperolehnya informasi yang akurat tentang kecelakaan alat angkut
umum dan lalu lintas jalan sedini mungkin
2. Tepat Jaminan
Pemberian santunan kepada korban atau ahli waris korban
dipastikan sesuai ketentuan dan ruang lingkup serta nilai jaminan
3. Tepat Subjek
Penerima santunan adalah ahli waris/korban yang berhak
4. Tepat Waktu
Pelayanan penyelesaian santunan dilakukan dalam batasan waktu
yang tepat
5. Tepat Tempat
Penyerahan santunan diupayakan sedekat mungkin dengan domisili
ahli waris/korban
3. Susunan Manajemen
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Jasa Raharja per Oktober 2019
adalah sebagai berikut:
Direksi
Direktur Utama : Budi Rahardjo S.
Direktur Keuangan : Myland
Direktur Manajemen Risiko dan TI : M. Wahyu Wibowo
Direktur SDM dan Umum : Dewi Aryani Suzana
Direktur Operasional : Amos Sampetoding
Sumber: Jasa Raharja
2.500
2.000
1.500
Orang
1.824 1.938
1.000 2.055 2.125 2.072
500
259 268
0
2014 2015 2016 2017 2018
Kantor Pusat Cabang
55-60 0
51-54 -201 0
45-50 -133 0
40-44 -155 0
35-39 -300 0
30-34 -530 0
25-29 -500 10
<20 0 12
PTT
PT
Ja s a Raharja: PT PTT
< 20 - 44 60.55% 17.85%
≥ 45 21.60% 0.00%
Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Jasa No: KEP/299/2019 tanggal
27 Desember 2019, Struktur Organisasi Jasa Raharja adalah sebagai
berikut:
Tabel 11. Besar Santunan Korban Kecelakaan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
Wilayah Usaha
Untuk memenuhi tugasnya dalam menjalani Undang-Undang No. 33
tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang
dan Undang-Undang No. 34 tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan
Wajib Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan, Jasa Raharja memiliki kantor
cabang, kantor perwakilan dan kantor pelayanan yang cukup banyak
yang mencakup hampir seluruh daerah di Indonesia. Tidak hanya itu,
Jasa Raharja bermitra dengan baik dengan kepolisian maupun
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan koordinasi, kerjasama dan
sinergi pemanfaatan teknologi informasi dengan instansi stakeholder
pusat dan daerah sesuai dengan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(SAMSAT). Saat ini Jasa Raharja memiliki 1 kantor pusat, 29 kantor
Analisis SWOT
• Strength (Kekuatan)
1. Jasa Raharja memiliki kekuatan finansial dalam hal penanganan
korban kecelakaan lalu lintas
2. Memiliki brand reputation yang baik
3. Implementasi sistem TI yang terintegrasi
4. Tata kelola perusahaan dan manajemen risiko yang baik
• Weakness (Kelemahan)
1. Memiliki ketergantungan yang tinggi pada pendapatan
Sumbangan Wajib
2. Kontribusi dari pendapatan anak perusahaan yang masih
terbatas
3. Tidak seimbangnya pertumbuhan biaya dengan pendapatan
underwriting
4. Nilai santunan yang terbatas yang dirasa masih rendah
• Opportunity (Peluang)
1. Potensi pengembangan bisnis melalui anak perusahaan
2. Potensi pemanfaatan big data sebagai business intelligence
3. Shared service unit
4. Potensi penerimaan Iuran Wajib dan Sumbangan Wajib berbasis
fintech dan insurtech serta kolaborasi dengan e-commerce
5. Generasi millenial yang berbakat
6. Integrated Talent Management System (ITMS)
7. Tuntutan masyarakat terhadap perluasan jaminan
• Threat (Ancaman)
1. Penetrasi perusahaan asuransi asing yang cukup besar dan
gencar
2. Kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam keselamatan
berlalu lintas menyebabkan tingginya risiko kecelakaan
3. Adanya provider yang memberikan ruang lingkup layanan
jaminan sosial yang lebih luas
4. Talents war pada sektor asuransi
SWOT
Analysis
1. Potensi pengembangan bisnis melalui anak perusahaan 1. Penetrasi perusahaan asuransi asing yang cukup besar
2. Potensi pemanfaatan big data sebagai business intelligence dan gencar
3. Shared service unit 2. Kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam
4. Potensi penerimaan Iuran Wajib dan Sumbangan Wajib keselamatan berlalu lintas menyebabkan tingginya risiko
berbasis fintech dan insurtech serta kolaborasi dengan e- kecelakaan
commerce 3. Adanya provider yang memberikan ruang lingkup layanan
5. Generasi millenial yang berbakat jaminan sosial yang lebih luas
6. Integrated Talent Management System (ITMS) 4. Talents war pada sektor asuransi
7. Tuntutan masyarakat terhadap perluasan jaminan
5. Kinerja Keuangan
Tabel 12. Posisi Keuangan Jasa Raharja (dalam Rp miliar)
Misi
Misi Askrindo adalah:
▪ Menjalankan kegiatan usaha penanggungan risiko yang mendukung
pembangunan ekonomi nasional terutama program Pemerintah
dalam pengembangan UMKMK dan usaha korporasi lainnya;
▪ Menjalankan kegiatan usaha penanggungan risiko dengan layanan
global;
▪ Memberikan manfaat kepada para pemangku kepentingan
(stakeholders) dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik,
Sistem Pengendalian Intern dan Manajemen Risiko.
Nilai-Nilai
▪ Integrity
Menjunjung tinggi kebenaran, mematuhi ketentuan yang berlaku,
dan terbuka terhadap kritik yang bersifat membangun.
▪ Professionalism
Senantiasa meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam
menjalankan tugas, mempunyai pandangan yang luas serta
mengedepankan kepentingan perusahaan di atas kepentingan
pribadi.
Strategi Perseroan
Untuk mencapai sasaran utama perusahaan untuk menjadi perusahaan
penanggung risiko yang unggul dengan layanan global guna
mendukung perkonomian nasional, maka Askrindo menuangkan
strategi utama periode 2021-2025, yaitu memperkokoh penguasaan
pangsa pasar dengan mendayagunakan kapasitas melalui kombinasi
bisnis dengan layanan berbasis TI:
Sumber: Askrindo
3. Susunan Manajemen
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Askrindo adalah sebagai berikut:
Direksi
Direktur Utama : Andrianto Wahyu Adi
Direktur Keuangan : Purnomo Sinar Hadi
Direktur Teknik : Mohammad Shaifie Zein
Direktur SDM dan Umum : Firman Berahima
Direktur Operasional dan Komersil : Dwi Agus Sumarsono
Direktur Operasional Ritel : Anton Fadjar A. Siregar
Sumber: Askrindo
1.200
1011
1.000
Jumlah Karyawan 800
600
400 299
200
38
0
Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Wilayah
Sumber: Askrindo
Askrindo PT PTT
< 20 - 44 52.30 % 14.61 %
≥ 45 31.53 % 1.56 %
Sumber: Askrindo
Stuktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Asuransi Kredit Indonesia No:
05/KEP/DIR/I/2019, Struktur Organisasi Askrindo adalah sebagai
berikut:
Sumber: Askrindo
Sumber: Askrindo
Analisis SWOT
• Strength (Kekuatan)
1. Memiki kemampuan mengembangkan produk dan layanan
bisnis
2. Memiliki kemampuan mengembangkan dan mendayagunakan
kapasitas
3. Memiliki kemampuan memberikan solusi bisnis
4. Memiliki jejaring usaha yang luas
5. Corporate image yang bagus
6. Memiliki kekuatan sinergi bisnis yang baik dengan grup usaha
dan mitra bisnis
7. Kemampuan memanfaatkan layanan TI untuk produk asuransi
kredit dan suretyship
• Weakness (Kelemahan)
1. Produktivitas SDM masih rendah
2. Layanan klaim terhadap pemenuhan harapan pelanggan
3. Perilaku SDM terhadap pemenuhan harapan pelanggan
4. Tarif masih belum kompetitif
5. Pelaku, sarana dan pendukung bisnis asuransi umum belum
memadai
• Opportunity (Peluang)
1. Dukungan pemerintah yang kuat terhadap pertumbuhan pasar
asuransi dalam negeri
2. Asuransi umum memiliki potensi pasar yang besar
3. Meningkatnya literasi keuangan masyarakat
4. Peningkatan akses internet dan smartphone yang pesat
5. Momentum pembangunan infrastruktur oleh pemerintah
6. Pelonggaran kebijakan Loan To Value (LTV) dan Down Payment
kredit properti & kendaraan bermotor
• Threat (Ancaman)
1. Meningkatnya persaingan dalam pasar asuransi
2. Adanya regulasi tata niaga suretyship
3. Risiko usaha meningkat akibat ketidakpastian ekonomi
4. Banyak produk/jasa substitusi
5. Terjadi perlambatan pertumbuhan ekspansi kredit
SWOT
Analysis
Sumber: Askrindo
Sumber: Askrindo
Sumber: Askrindo
Visi
“Perusahaan Asuransi Umum Indonesia Terbaik.”
Misi
“Menyediakan jasa asuransi pilihan pelanggan melalui layanan bernilai
tambah dan menjalankan peran aktif dalam peningkatan kesejahteraan
bangsa.”
Nilai-Nilai
1. Resourceful
Setiap karyawan Jasindo tidak berhenti mengasah diri untuk menjadi
yang dapat diandalkan oleh pelanggan
Strategi Perseroan
Berdasarkan rencana jangka Panjang Jasindo tahun 2019 – 2023, Strategi
utama perusahaan sesuai skema berikut:
1. Strategi Segmen Korporasi
Pada Segmen Korporasi, Jasindo akan fokus terhadap perusahaan-
perusahaan besar dan BUMN
Sumber: Jasindo
3. Susunan Manajemen
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Jasindo adalah sebagai berikut:
Direksi
Plt. Direktur Utama & Direktur Keuangan : Didit Mehta Pariadi
dan Investasi
Direktur Pengembangan Bisnis : Sahata L. Tobing
Direktur Operasional : Ricky Tri Wahyudi
Direktur Sumber daya Manusia dan Umum : Linggarsari Suharso
Sumber: Jasindo
Sumber: Jasindo
1200
1000
800
619
600 542
1039 1088 1079
400
200 431 363
0
2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Jasindo
Sumber: Jasindo
Sumber: Jasindo
Analisis SWOT
• Strength (Kekuatan)
1. Citra perusahaan sebagai BUMN
2. Hubungan dengan pemerintahan dan cakupan program
3. Keahlian teknis yang handal.
4. Dukungan reasuransi global
5. Jaringan distribusi/layanan cabang di seluruh indonesia
6. Tata kelola perusahaan dan manajemen mutu dengan
implementasi sistem ISO 9001: 2015
• Weakness (Kelemahan)
1. Model operasi atau organisasi perlu diperbaiki dan ditingkatkan
2. Portofolio bisnis perlu dikaji ulang
3. Efisiensi penjualan (frontliner) dan jalur distribusi
4. Dukungan teknologi informasi masih terbatas
5. Tingkat layanan belum kompetitif.
• Threat (Ancaman)
1. Peningkatan Kekuatan Pesaing
2. Disrupsi pasar dari Pelaku Non-tradisional berupa perusahaan
asuransi berbasis digital (InsureTech)
SWOT
Analysis
Sumber: Jasindo
Sumber: Jasindo
Sumber: Jasindo
Misi
Meningkatkan aksesibilitas finansial UMKMK melalui penyediaan
penjaminan yang inovatif, kompetitif dengan pelayanan profesional,
efektif, dan efisien secara berkelanjutan.
Nilai-Nilai
1. Terpercaya
Bekerja jujur dengan integritas tinggi
2. Responsif
Selalu tanggap menghadapi kebutuhan mitra usaha dan segenap
stakeholder
3. Unggul
Selalu meningkatkan profesionalisme demi pencapaian nilai tambah
bagi perusahaan
4. Sehat
Selalu bekerja dengan tekun untuk mendukung tata kelola
perusahaan yang sehat
5. Terkemuka
Selalu terdepan dalam memberikan pelayanan dan kinerja untuk
menjadi pemimpin dalam industri penjaminan
Strategi Jamkrindo
Jamkrindo bertujuan untuk menjadi pilihan utama para pelaku usaha
dalam layanan penjaminan untuk mendukung pertumbuhan dan
pemerataan perekonomian nasional, di mana tujuan tersebut dituangkan
menjadi grand strategy tahun 2019 – 2023 sebagaimana berikut:
Sumber: Jamkrindo
3. Susunan Manajemen
Susunan Dewan Pengawas dan Direksi Jamkrindo adalah sebagai
berikut:
Direksi
Direktur Utama : Randi Anto
Direktur Bisnis Penjaminan : Amin Mas’udi
Direktur Operasional dan Jaringan : Kadar Wisnuwarman
Direktur MSDM, Umum : Sulis Usdoko
dan Kepatuhan
Direktur Keuangan, Investasi : I. Rusdonobanu
dan Manajemen Risiko
Sumber: Jamkrindo
Sumber: Jamkrindo
Sumber: Jamkrindo
Sumber: Jamkrindo
Struktur Grup
Struktur grup Jamkrindo adalah sebagai berikut:
Sumber: Jamkrindo
Sumber: Jamkrindo
Analisis SWOT
• Strength (Kekuatan)
1. Kapasitas penjaminan yang masih besar (Gearing Ratio baru
terpakai 50% dari batas optimalnya);
2. Kualitas proses pelayanan penjaminan dan klaim yang sudah
relatif cepat dan baik (sudah terealisasi 84,62% dari target);
• Weakness (Kelemahan)
1. Proses bisnis belum terintegrasi, belum efisien, dan belum dapat
memanfaatkan TI secara optimal;
2. Kompetensi SDM masih perlu ditingkatkan (produk penjaminan,
analisis risiko, pemasaran, pengelolaan investasi, pengelolaan
UMKMK, inovasi, kreativitas, dan business acumen);
3. Produktivitas SDM yang menurun (IJP bruto/pegawai turun dari
2 miliar/pegawai pada 2017 menjadi 1,65 miliar /pegawai pada
2018);
4. CRM dan pengelolaan jejaring dengan pihak-pihak kunci yang
dapat meningkatkan brand awareness Jamkrindo sebagai solusi
UMKMK masih perlu ditingkatkan.
• Opportunity (Peluang)
1. Terdapat potensi pasar yang masih cukup besar bagi perusahaan
penjaminan di berbagai sektor ekonomi (sekitar 50% UMKM
belum ditapped oleh lembaga keuangan);
2. Perluasan pasar maupun efisiensi melalui sinergi BUMN;
3. Pendirian perusahaan penjaminan ulang;
4. Kerjasama Co-guarantee antara lembaga penjaminan berkapasitas
besar dengan lembaga penjaminan daerah;
5. Pemanfaatan TI untuk proses back-end, front-end, maupun model
bisnis baru;
6. Adanya kebutuhan pembinaan UMKM dalam hal keterampilan
dan pengelolaan pemasaran.
Sumber: Jamkrindo
Sumber: Jamkrindo
Sumber: Jamkrindo
4. Fokus pelanggan
▪ Meningkatkan loyalitas pelanggan melalui penguatan brand, inovasi
produk/jasa layanan, peningkatan kualitas layanan serta penawaran
harga yang bersaing.
▪ Digitalisasi melalui InsurTech dan mInsurance.
5. Memaksimalkan sinergi antar anggota
▪ Meminimalkan kompetisi antara sesama anggota Holding dengan
kolaborasi, segmentasi dan guideline.
▪ Mengoptimalkan Big Data yang dimiliki antara sesama anggota
Holding.
▪ Memperkuat kerjasama dengan Badan
Pemerintahan/BUMN/BUMD lainnya.
▪ Pemanfaatan bersama sumber daya (SDM dan aset) dengan
kesepakatan Service Level Agreement (SLA) untuk mengoptimalkan
utilisasi sumber daya tersebut serta optimalisasi fungsi shared
services.
Gambar 67. Design Principle dan Strategi Holding BUMN Perasuransian dan
Penjaminan
Fase Pembentukan
Berdasarkan kajian dari sisi legal dan pertimbangan maturity bisnis anak
perusahaan, pembentukan Holding BUMN asuransi dan penjaminan terbagi
menjadi fase awal dan fase pembentukan, dimulai dari pemerseroan
Jamkrindo dan disusul dengan konsolidasi anggota BUMN asuransi.
Perkiraan penyelesaian di semester pertama tahun 2020 melalui penerbitan
Peraturan Pemerintah terkait dengan perubahan bentuk badan usaha
Jamkrindo dari Perum menjadi Perseroan Terbatas.
Pembentukan Holding BUMN asuransi dan penjaminan pada fase Q1 – Q2
2020 yakni sebagai berikut:
▪ Pembentukan Holding BUMN asuransi dan penjaminan ditargetkan
pada Q1 2020, dengan Bahana PUI sebagai Holding dan Askrindo, Jasa
Raharja, dan Jasindo sebagai anggota Holding, sedangkan untuk
Jamkrindo akan melalui proses pemerseroan terlebih dahulu;
▪ Pembentukan Integration Management Office (IMO) di Bahana PUI, yang
diketuai oleh Ketua Program Transformasi setara direksi dan
bertanggung jawab kepada Steering Committee yang beranggotakan
Pada fase scale up & optimize tahun 2022-2023, Holding telah melakukan
transformasi Integration Management Office ke dalam fungsi direktorat,
implementasi shared services secara keseluruhan, migrasi sistem TI secara
parsial ke dalam best-in-class sistem TI dari grup, persiapan untuk
penerapan IFRS 17/PSAK 74 dan akselerasi Market Place melalui
kerjasama dan open access ke pemain asuransi dan penjaminan lainnya.
Lalu model bisnis PICC yang setiap sektornya mempunya peran masing-
masing di pertumbuhan bisnis Grup:
1. Reasuransi
Sebagai perusahaan reasuransi satu-satunya yang melayani
perusahaan internal, PICC Reinsurance akan memulai melayani
perusahaan lain untuk membantu pertumbuhan bisnis Grup
2. Asuransi umum
integrasi policy-based business dan bisnis komersial, dan integrasi
pembangunan ulang model bisnis dan teknologi.
3. Asuransi jiwa
transisi dari extension type ke intensive type, dari menargetkan skala
bisnis menjadi menargetkan nilai perusahaan dan berpindah dari
bisnis bancaassurance ke bisnis asuransi perorangan, dan membangun
model pembangunan yang bisa beradaptasi terhadap perubahan
tersebut.
4. Jasa Keuangan
bertanggung jawab atas pembangunan aplikasi teknologi serta terus
melayani bisnis utama, dan mengembangkan strategi inovasi.
Ping An (Tiongkok)
Ping An dari Tiongkok merupakan perusahaan asuransi peringkat 1 di
dunia. Ping An berfokus kepada inovasi teknologi yang terintegrasi di
seluruh sektor bisnis Perusahaan dan membagi struktur organisasi
menjadi dua bagian: Finansial + Teknologi dan Finansial + Ekosistem.
Visi MS&AD untuk menjadi pemimpin grup asuransi dan jasa keuangan
di dunia dengan mempertahankan pertumbuhan dan mendorong nilai
perusahaan secara konsisten:
▪ Merealisasikan pertumbuhan berkelanjutan dan membangun shared
value melalui aktivitas korporasi
▪ Mendirikan Enterprise Risk Management untuk mengontrol
keseimbangan antara tiga manajemen indikator utama; laba, risiko
dan modal
▪ Mendorong penyebaran dan diversifikasi bisnis internasional dan
bisnis asuransi jiwa
▪ Menggarap dan memperdayakan digitalisasi untuk membangun
bisnis secara keseluruhan, melalui Chief Digitalization Officer.
Allianz SE (Jerman)
Allianz Group merupakan salah satu perusahaan global terbesar yang
bergerak di bidang layanan asuransi dan manajemen aset. Telah berdiri
sejak 1890 dan berkantor pusat di Munich, Jerman sebagai perusahaan
yang berpengalaman dan mempunyai posisi finansial yang kuat.
Penjaminan Askrindo
▪ Bidang usaha utama Askrindo sesuai anggaran dasar saat ini adalah
Asuransi kerugian, namun di sisi lain Askrindo mendapatkan
penugasan di bidang usaha Penjaminan melalui Instruksi Presiden
No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan
Sektor Riil dan Pengembangan UMKM juncto Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Nomor 188 Tahun 2015 tentang Penetapan Penyalur
Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat
Persaingan Usaha
▪ Pasal 58 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian:
OJK harus mengupayakan terciptanya persaingan usaha yang sehat
di bidang Usaha Perasuransian.
▪ Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2010 tentang Penggabungan
Atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham
Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat:
Ayat (1)
Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
dalam hal terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan
kepemilikan perusahaan dan pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerja, maka pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu)
kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu)
kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan
dalam Pasal 156 ayat (4)
Ayat (2)
Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruf
karena perubahan status, penggabungan, atau peleburan, dan pengusaha tidak
bersedia menerima pekerja/buruh di perusahaannya, maka pekerja/buruh berhak
atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan dalam PAsal 156 ayat (3), dan
uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).
Dari rumusan ketentuan hukum di atas, maka tersedia 2 (dua) opsi yang
mungkin terjadi, yaitu:
- Kemungkingan Pertama: Karyawan Perusahaan tidak bersedia
melanjutkan hubungan kerja; dan/atau
- Kemungkinan Kedua: Perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja.
❖ PSAK 74
Terkait dengan pembentukan Holding, implementasi PSAK 74 dapat
menimbulkan dampak signifikan kepada perusahaan asuransi dalam
hal pelaporan keuangan dan integrasi teknologi informasi. Dalam aspek
pola profitabilitas, hasil penjualan yang meningkat tidak menghasilkan
kenaikan pendapatan dan laba secara langsung. Lalu, aspek finansial
dan non-finansial akan mempengaruhi laba dengan cara yang berbeda.
Kemudian, analis dan kompetitor akan mendapatkan kejelasan lebih
lanjut mengenai hal yang mendorong laba. Selain itu, dalam aspek
tingkat ekuitas, liabilitas kontrak asuransi akan meningkat. Dalam aspek
operasional, perusahaan akan menginginkan perubahan operasional
dalam upaya mengoptimalkan laba tertimbang risiko.
Pertimbangan Transaksi
▪ Kompleksitas dari Transaksi
Kompleksitas dari transaksi, terutama terkait dengan apakah
terdapat potensi dilusi dan perubahan dari struktur kepemilikan
saham di BUMN. Dilusi atas kepemilikan saham dari BUMN
membutuhkan persetujuan lebih lanjut dari pemegang saham.
Pertimbangan Bisnis
▪ Dampak Operasional
Terkait dengan potensi efisiensi biaya dari shared services dan
sentralisasi
Beberapa potensi shared services terkait dengan fungsi
procurement, talent pool/recruitment dan corporate center
▪ Dampak Keuangan
Dampak terhadap valuasi daripada bisnis dan keuangan, dari
sisi operasional maupun bisnis
Adanya biaya tambahan dari proses konsolidasi
Alokasi permodalan dari pemegang saham, termasuk skema
dividen
Sumber: Pefindo
Sumber: Fitch
Sumber: Fitch
Sumber: Indonesia Re
Study Case penerbitan obligasi di IAG New Zealand sebagai bagian dari
capital management strategy melalui capital mix dan refinancing surat hutang
sebelumnya. Pada tahun 2016, IAG menerbitkan Subordinated Notes di
Selandia Baru yang bersifat Unsecurred Subordinated Convertible Notes
sebesar NZ$250 juta sebagai bagian dari Capital management strategy.
Adapun tujuan dari penerbitan Unsecurred Subordinated Convertible Notes
ini adalah untuk membiayai kembali sebagian besar hutang dan modal
hybrid melalui penerbitan sekuritas baru dan untuk tujuan umum
perusahaan.
Sumber: IAG
Sumber: IRDA
❖ Pertimbangan Perpajakan
Dampak terhadap Pajak atas Transaksi Inbreng:
Pemerintah bukan merupakan subjek pajak sebagaimana pada transaksi
pembentukan Holding-Holding sebelumnya. Pemerintah tidak
melakukan pembayaran atas implikasi pajak yang timbul atas transaksi
inbreng saham Jasindo, Askrindo, Jamkrindo, dan Jasa Raharja ke
Bahana PUI. Hal ini mengacu kepada Undang-Undang No. 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No. 36 tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang No. 7 tahun 1983
mengenai Pajak Penghasilan.
Gambar 117. Inbreng Saham Anak Perusahaan Syariah ke dalam SPV Syariah
Risiko Usaha
Tabel 34. Risiko Utama dan Mitigasi Risiko Usaha
Risiko Utama Mitigasi
Risiko klaim katastropik ketika terjadi • Memperkuat proses penilaian
bencana alam dalam waktu yang risiko dan underwriting serta
hampir bersamaan yang menimpa bekerjasama dengan asuransi
sejumlah pelanggan di suatu wilayah bencana yang ada di Indonesia
• Melakukan kerjasama dengan
perusahaan reasuransi lokal
maupun asing dalam memitigasi
risiko katastropik ke depannya
• Penyusunan strategi pricing atau
penetapan premi dengan
pertimbangan risiko yang
matang dan melakukan
konsultasi dengan divisi risk
management
Risiko Penilaian
Tabel 38. Risiko Utama dan Mitigasi Risiko Penilaian
Risiko Utama Mitigasi
Pencatatan/pengakuan nilai saham Menggunakan jasa penilai
yang di-inbreng-kan tidak sesuai independen (KJPP) yang terdaftar di
dengan nilai wajarnya (fair value)
Risiko Kepengurusan
Tabel 39. Risiko Utama dan Mitigasi Risiko Kepengurusan
Risiko Utama Mitigasi
Kegagalan Perseroan dalam • Perekrutan SDM yang tepat dan
memelihara komposisi terbaik pembentukan strategi
pengurusnya pengembangan SDM jangka
pendek sampai jangka panjang
• Pembentukan Komite Nominasi
dan Remunerasi yang menjadi
landasan awal bagi pemilihan
komisaris dan direksi perusahaan
ke depan terutama di induk
sesuai dengan nilai-nilai
perusahaan dan tatanan sektor
asuransi dan penjaminan
• Penguatan struktur organisasi
terutama di induk dengan fungsi
pengawasan dan pengembangan
terhadap anak perusahaan
Risiko Operasional
Tabel 45. Risiko Utama dan Mitigasi Risiko Operasional
Risiko Utama Mitigasi
Kesulitan untuk mencapai standar Kesepakatan di awal antar
operasional dan prosedur perusahaan untuk menerapkan
pengendalian internal yang efektif sistem pengendalian internal dan
untuk Holding dan anak perusahaan operasional yang seragam. Sinergi
karena ketidakseragaman sistem melalui pembentukan sasaran
antar perusahaan strategis bersama, serta pembagian
peran dan kontribusi yang jelas bagi
masing-masing perusahaan sehingga
strategi perusahaan tidak saling
tindih, serta mampu untuk saling
mendukung dalam target sektor
perasuransian dan penjaminan
Kesulitan dalam menerapkan Menempatkan perwakilan Holding di
pengawasan dari Holding kepada masing-masing anak dan pelaporan
anak-anak perusahaan rutin dari anak perusahaan ke komite
audit yang dibentuk sebelumnya
Risiko IT
Tabel 48. Risiko Utama dan Mitigasi Risiko IT
Risiko Utama Mitigasi
Keterlambatan integrasi sistem IT • Pembentukan tim PMO IT yang
dimulai dari tahapan awal untuk
mengantisipasi keterlambatan
atau potensi konflik pada saat
integrase sistem IT
• Kesepakatan di awal untuk
menggunakan sistem yang sama
dan terintegrasi
• Menggunakan jasa konsultan
untuk integrasi sistem IT untuk
menyusun roadmap IT
Risiko Kanibalisasi
Tabel 54. Risiko Utama dan Mitigasi Risiko Kanibalisasi
Risiko Utama Mitigasi
Terdapat beberapa irisan lini bisnis • Holding dapat melakukan
atau produk/jasa di sektor asuransi mitigasi melalui perencanaan
umum, reasuransi dan penjaminan strategi portofolio melalui
Championship, Collaboration,
Specialization dan Consolidation
• Pengaturan fungsi lini bisnis akan
diarahkan per produk, per daerah
dan per nasabah
Risiko Perpajakan
Tabel 58. Risiko Utama dan Mitigasi Risiko Perpajakan
Risiko Utama Mitigasi
Risiko Pengenaan Pajak Menggunakan Undang-Undang No.
• Risiko terkait perpajakan tidak 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
menjadi isu dalam transaksi Terbatas dan Undang-Undang No. 7
❖ Mapping Kompetisi
Peta Persaingan dan Kompetisi – Asuransi Umum
Dilihat dari sektor asuransi umum, persebaran pendapatan premi
asuransi umum selama 2016 – 2018 terkonsentrasi sebesar 79,4% di pulau
Jawa sebesar Rp 17 triliun dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada
Bangka Belitung (42,8%) dan penurunan tertinggi pada Banten (34,2%).
Sumber: Jasaraharja Putera, Jasindo, Askrindo revenue report, data kantor cabang dan jumlah
agen, Analisis Konsultan
Sumber: Ikhtisar data pendapatan premi reasuransi Nasional Re 2018, Rincian pendapatan
KUR Askrindo 2018, Rincian pendapatan KUR Jamkrindo 2018, Analisis Konsultan
Tabel 62. Target dan Tujuan yang Dicapai dari Strategi Bisnis Grow
Distribution channel
Gambar 135. Premi dari Telemarketing Channel milik Jasa Raharja Putera
Penyelerasan Kompensasi
- Tidak hanya fokus kepada tingkat komisi, tetapi juga
menyakinkan bank untuk menetapkan tambahan non-sales
KPI sejalan dengan produk asuransi
- Memberikan target dan insentif kepada Risk Manager atau
kepala cabang bank selaku pemberi referral nasabah kepada
pihak perusahaan asuransi
Good Product
- Fokus kepada produk yang berkaitan dengan tabungan
atau investasi seperti unit-linked products.
- Memaksimalkan kerjasama dengan bank dengan
memanfaatkan existing customers dan menawarkan lebih
Bancassurance
17%
Agency
50% – 55%
30-32%
Gambar 139. Jumlah Pegawai yang Memiliki Berbagai Jenis Sertifikat Pada
Masing-Masing Anggota Holding
Portofolio
Dari sisi seleksi Manajer Investasi, terdapat 5 Manajer Investasi
BUMN saat ini dan diprioritaskan menjadi MI sesuai dengan
program sinergi antar BUMN, yakni Mandiri MI, Bahana TCW IM,
Danareksa IM, BNI AM, dan PNM IM. Beberapa kriteria umum
seleksi penentuan MI antara lain:
▪ Manajer Investasi yang reputable, memiliki pengalaman minimal
5-10 tahun di pasar dan bersertifikasi (CFA)
▪ Performance product (yield reksadana > yield market atau peers),
performance dari manajer investasi
▪ Dana kelolaan MI berada di peringkat 10 besar nasional
Dari sisi sekuritas, 4 sekuritas BUMN menjadi prioritas dalam
pemilihan perantara perdagangan terutama saham, yakni Mandiri
Sekuritas, Bahana Sekuritas, BNI Sekuritas, dan Danareksa Sekuritas.
Beberapa kriteria umum seleksi penentuan sekuritas terkait dengan
Equity Trading antara lain:
▪ Research Report ekstensif, terukur dan rasional
▪ Top Rated Analysis dengan Corporate Access
▪ Fee trading buy dan sell yang kompetitif
Gambar 144. Dana Kelolaan Top 20 Manajer Investasi dan Equity Trading
Value Top 20 Sekuritas
Gambar 145. Indonesia Insurance Growth (Atas) dan Kondisi BUMN Saat
Ini (Bawah)
Holding Objective
1. Meningkatkan stabilitas dan inklusi keuangan nasional dalam
rangka mempercepat pembangunan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan social
Peningkatan Profitabilitas
Menjaga profitabilitas secara berkesinambungan serta alokasi
permodalan yang efisien.
▪ Investasi pada bisnis/sektor/produk yang meningkatkan
efisiensi permodalan.
▪ Meningkatkan profitabilitas dengan bekerjasama dengan
perusahaan Testing, Inspection, & Certification (TIC) dalam
mengurangi loss ratio.
4. Reinforce Collaboration
Kolaborasi Holding bertujuan untuk memaksimalkan potensi pada
value chain atau ekosistem, meningkatkan efisiensi, serta
memperkuat performa bisnis BUMN asuransi dan penjaminan.
Penentuan 5
4.4 Mel akukan Perumusan
a l iansi strategis pemain
s tra tegi Des ign arsitektur Impl ementasi sistem digital
dengan pemain bl ockchain
kol aborasi s i stem digital ha sil kolaborasi
a s ing sektor digital ya ng
di gi tal
compa tible
Retail Ecosystem
▪ Jasindo menawarkan produk asuransi otomotif pada customer
yang telah membeli mobil baru;
▪ Melalui skema kolaborasi post Holding, Jasindo dapat
melakukan product bundling dengan produk dari Askrindo
yang menawarkan asuransi rumah (P&C) dengan diskon
tertentu;
▪ Jasindo juga dapat melakukan cross-selling dengan Life
Insurance Co anggota Holding yang menawarkan produk life
insurance kepada customer yang sama;
Gambar 163. Average Loss Ratio Nasional per Lini Asuransi dan Penjaminan
Impact Nominal
Perbaikan pada Loss Ratio 3-5%
Efisiensi Operating Expense 2-4%
Peningkatan Direct Sales Conversion 6-8%
Efisiensi Cost of a Claims Journey 30%
Perbaikan pada Turnaround Response Time 15%
Peningkatan Profitabilitas 30%
Sumber: Analisis Konsultan
Agrikultur
▪ Secara nasional, saat ini jumlah lahan pertanian mencapai 8,2
juta Hektar
▪ Salah satu asuransi yang umum di sektor agrikultur adalah
asuransi kegagalan panen
▪ Adapun potensi pendapatan asuransi atau penjaminan kredit
dari sektor agrikultur mencapai Rp 95 triliun dari total GDP
sebesar Rp283 triliun
Sumber mckinsey.com/industries/financial-services/our-insights/time-for-insurance-
companies-to-face-digital-reality, Analisis Konsultan
Gambar 166. Illustrasi Kolaborasi PICC dengan DNV GL untuk Sistem KYC
Compliance dan Claim experience
Sumber: sgs.com/en/risk-management/large-projects-and-finance/monitoring/construction-
monitoring/technical-control-for-insurance-policies
Sumber: sgs.com/en/risk-management/large-projects-and-finance/monitoring/construction-
monitoring/technical-control-for-insurance-policies
Sumber: munichre.com/topics-online/en/digitalisation/reinventing-insurance-digital-
Jika ditinjau dari sisi portofolio bisnis, terjadi irisan produk asuransi
antara entitas di mana mereka bermain di pasar yang sama, yang
berpotensi menyebabkan kanibalisasi antar anggota Holding.
Gambar 174. Manajemen Risiko yang Lebih Baik dengan Adanya Holding
Gambar 176. Anggota Holding yang Memiliki Segmen Tanpa Irisan Antar
Entitas
5.1
Launchin 1 Pel uncuran produk baru
Mengembangkan Research & Development
g Produk 1
produk dan produk baru Memperkuat digitalisasi front-end
Baru
layanan baruyang Pembentukan 2 dengan mengimplentasi
inovatif PMO dan Pokja Ins urTech, contohnya
terkait inovasi Supermarket As uransi
produk serta Pengembangan konsep insurtech Penerapan konsep insurtech 2
teknologi 3 Predi ctive Scorecard
terkait asuransi
5.2 Memperkuat (InsureTech), Membangun infr. Meluncurkan platform Jasmin.co.id 4 Credit Scoring Engine
Mendapatkan Lisensi
digitalisasi front- produk front-end dan back- - supermarket Investasi, Asuransi,
sebagai Perusahaan
Jasmin.co.id end platform dan Penjaminan, melakukan
end melalui Pialang Asuransi OJK Jasmin.co.id
yang sudah monitoring untuk memantau
InsureTech dan
dilakukan per pencapaian terhadap target
Supermarket tahun 2019 Membangun dan meluncurkan
Asuransi Integrated database Management
5.3 Membangun 3
Mengutamakan Predictive Scorecard
pelayanan melalui
Customer Membangun in-
4
Experience house Credit Scoring
Engine
Management dan
Service Level
Membentuk strategi pemasaran di Holding/ tiap entitas perusahaan sesuai dengan
Agreement
hasil credit Scoring
Sumber: IndustryARC, FAO, Koran Sindo, The State of Indonesia’s Forest 2018, Pikiran
Rakyat.com, JPNN.com, USDA, Analisis Konsultan
Sumber: IndustryARC, FAO, Koran Sindo, The State of Indonesia’s Forest 2018, Pikiran
Rakyat.com, JPNN.com, USDA, Analisis Konsultan
Digitalisasi Front-End
Dari sisi pengembangan digitalisasi pada front-end, pembentukan
Supermarket Asuransi dan Penjaminan dinilai akan mampu untuk
memberikan customer-focused solution dalam satu platform
genggaman tangan.
vi. Jasmin.co.id
Jasmin.co.id merupakan bentuk dari Supermarket Asuransi
yang dapat dibangun (termasuk front & back-end) dan
diluncurkan sebagai platform e-commerce asuransi online via
website dan mobile app (iOS dan Android) untuk memasarkan
produk asuransi dari entitas Asuransi BUMN. Berikut adalah
fitur-fitur dari platform Jasmin.co.id:
▪ Marketing dan Advertising
Menekankan produk asuransi untuk korporasi dan segmen
remaja dalam ekosistem asuransi.
▪ Produk dan Penjualan
o Menawarkan produk existing dari tiap entitas
o Menawarkan produk baru dan bundling
o Premium disesuaikan dengan profil konsumen
▪ Fitur Teknologi
OCR, Artificial Intelligence (“AI”), Chatbot, dan desain User
Interface/Experience (“UI/UX”).
▪ Syarat dan Ketentuan
Konsumen dapat memilih pilihan “terms and condition”
bahwa konsumen setuju untuk membagi data ke sesama
perusahaan asuransi untuk mendapatkan perlindungan
proteksi lebih.
Jasmin.co.id by
“Assurance for my future” Marketing dan Advertising
Yuk Investasi Masa • Menekankan produk asuransi, penjaminan, dan investasi untuk
korporasi dan segmen remaja dalam ekosistem asuransi
Depan !
Produk unggulan kami…
Produk dan Penjualan
B e li Se karan g B e li Se karan g B e li Se karan g
• Menawarkan produk existing dari tiap entitas
Se le n gkap n ya Se le n gkap n ya Se le n gkap n ya • Menawarkan produk baru dan bundling
Life • Premium disesuaikan dengan profil konsumen
Insurance Co
B e li Se karan g B e li Se karan g B e li Se karan g
BAHANA
Artha Ven tura
BAHANA
S ek u rita s
BAHANA
TCW In v estm en t
Fitur Teknologi
Be li Se karan g Be li Se karan g
Ma n a g emen t
Be li Se karan g
OCR, Artificial Intelligence (“AI”), Chatbot, dan desain User
Se le n gkap n ya Se le n gkap n ya Se le n gkap n ya Interface/Experience (“UI/UX”)
Produk Lainnya
Profil Konsumen
Sumber: OJK (2017), Academia (2017), Fitch Solutions (2019), Analisis Konsultan
Gambar 202. Kerjasama Asuransi dari Sektor E-commerce, Internet dan Ritel
Target/Indikator
▪ Pembentukan fungsi IMO yang mengawasi proses integrasi
Holding serta sinergi ke depan termasuk pengelolaan risiko dan
strategi.
▪ SDM perusahaan Holding & anak perusahaan yang unggul.
▪ Memastikan bahwa norma dan perilaku budaya yang
diinginkan selaras dengan dan mendukung strategi organisasi
secara keseluruhan.
▪ Menyesuaikan upaya penyelarasan budaya dengan kegiatan
yang esensial bagi kelompok pemangku kepentingan tertentu,
menunjukkan kepada individu bagaimana model budaya baru
dapat berdampak positif serta pengembangan tambahan
pekerjaan khusus terkait integrasi budaya.
▪ Beberapa elemen organisasi harus disesuaikan untuk
mendukung dan memasukkan perilaku yang terkait dengan
budaya yang diinginkan.
▪ Standar perekrutan baru termasuk sentralisasi proses
perekrutan dilakukan di level Holding.
▪ Tercapainya kesepakatan antara pegawai dan perusahaan
terkait renumerasi, KPI dan fasilitas.
▪ Pembentukan tim koordinasi fungsi HR di level Holding.
Tools
▪ Rencana kerja terintegrasi serta timeline dan target
▪ Rencana kerja pemajuan SDM (training, sertifikasi, sosialisasi,
dan lain lain)
▪ Tracking and evaluation working paper untuk deviasi program
Pembentukan tim, jadwal dan kerangka kerja Integrasi Pendirian fungsi Holding HR Center
Budaya dalam IMO 4 di luar tim IMO
6.3 Integrasi Sosialisasi integrasi dan Strategi komunikasi secara bertahap dengan Implementasi
transformasi Budaya serta visi membangun kesadaran dan internalisasi budaya baru
Budaya Holding 7 berkelanjutan
Review atas struktur Buku Putih Desain struktur organisasi, fungsi dan
organisasi ketiga transformasi tanggung jawab yang terukur dan
5 6
perusahaan budaya efektif dalam organisasi
Interview karyawan Transisi tahap #1 untuk Transisi tahap #2untuk • Centra lized talent pool
terpilih berdasarkan penempatan karyawan di penempatan karyawan di process
rekomendasi dari Holding Holding
6.4 Talent pool Direksi dan Kadiv
7
• Standar recruitment
alignment 7 teri ntegrasi
Menyusun kerangka penyelerasan Talent Pool yang
disesuaikan terkait fungsi, jabatan dan tanggung 7
• Pembentukan Holding
jawab, serta mekanisme recruitment dan candidate HRcenter
selection
Ukuran •8 Standar dan SOP leveling, title,
9 Penyempurnaan ukuran KPI dan 9 gra di ng dan kompensasi di setiap
Idenfitikasi dan review Kinerja kinerja berdasarkan finalisasi
atas kompensasi dan termasuk fungsi bisnis dan support
6.5 Championship, integrasi budaya dan
remunerasi pre-Holding penentuan Talent Pool
Menyelaraskan KPI •9 Ukura n kinerja yang disesuaikan
KPI dan reward terma suk mekanisme Reward dan
Menetapkan standar bersama 8 9 Integrated Performance
system Aplikasi integrated performance
antara unit bisnis dan support, Da s hboard
dashboard, sebagai bagian dari
termasuk SOP dan kebijakan
transparansi dan produktivitas
pegawai
IMO
IMO adalah grup atau departemen dalam bisnis, lembaga
pemerintah, atau perusahaan yang mendefinisikan dan memelihara
standar untuk manajemen proyek dalam organisasi. IMO berusaha
untuk membakukan dan memperkenalkan ekonomi pengulangan
Integrasi Budaya
Integrasi budaya yang berhasil harus dilaksanakan dengan
menyamakan visi baru, yaitu visi Holding, bukan lagi visi masing-
masing perusahaan. Berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan
untuk mengintegrasikan budaya perusahaan.
▪ 2019 – 2020
o Vision sharing.
o Package evaluation.
o Standarisasi kompetensi
o Penentuan KPI bersama untuk diselaraskan
o Komparasi dengan perusahaan sejenis di tingkat regional
▪ 2021 – 2022
o Pengembangan integrated performance dashboard.
o Evaluasi nilai utilisasi SDM dalam rangka penentuan
produktivitas dan efektivitas bekerja.
Target/ Indikator
▪ Terciptanya sinergi antar divisi yang tergabung dalam Holding
Corporate Center.
▪ Potensi peningkatan operating margin mencapai 5-20% dari level
efisiensi dengan mengurangi porsi biaya terkait sentralisasi
procurement services, fungsi finance dan TI dan SDM, atau rata-
rata 5-15% dari total shared function cost reduction.
Alat/ Tools
▪ Pembentukan tim dalam rangka efisiensi pasca Holding.
▪ Identifikasi potensi nilai efisiensi dan pengaruh terhadap harga
penawaran.
▪ Penerapan SOP terkait model bisnis operasi dan PIC terkait.
▪ Pembentukan Tim Procurement Center.
▪ Standarisasi Perjanjian Kredit serta Dokumen Pengadaan.
Target/ Indikator
▪ Keselerasan antara proses di back-end dan di front-end secara real-
time.
▪ Terciptanya shared-dashboard untuk semua entitas sebagai alat
monitoring secara real-time
▪ Harmonisasi dan integrasi Database Management yang
mendukung Back-office Support (MIS, Claim tracking).
▪ Pencapaian SLA terkait Back-office Support.
▪ Peningkatan efektivitas dalam pemasaran dan pendistribusian
produk asuransi dan penjaminan secara Online.
▪ Hasil evaluasi sistem TI masing-masing perusahaan.
▪ Komparasi dan konsultansi dengan konsultan terkait
penggantian dan integrasi sistem TI tunggal.
▪ Konsolidasi sistem informasi akuntansi, SDM, pelaporan
manajemen serta laporan keuangan di tahun 2021.
▪ Penerapan e-procurement dan asset sharing yang didukung sistem
TI.
▪ Sistem kepuasan pelanggan yang terbentuk dan tersentralisasi
di Holding Corporate Center.
Alat/ Tools
▪ Integrated Database Management
▪ Shared-dashboard
▪ Infrastruktur back-end platform MIS
▪ Implementasi open API ke dan dari bank mitra/ penyalur dan
bank penyedia sistem pembayaran
▪ Pembentukan tim strategi TI di level Holding (IMO)
Harmonisasi dan
•1 Ha rmonisasi dan i ntegrasi
integrasi Database 1
Management Da tabase Ma nagement
8.1 Membangun infrastruktur back-end yang selaras 2 •2 Memba ngun infrastruktur back-
Pengembangan dengan front-end end ya ng s elaras dengan front-end
aplikasi digital Integrasi Credit Scoring Engine • Ha s il evaluasi atas sistem IT
dari sisi back 3 ma s ing-masing perusahaan
Membangun shared-dashboard
office
• Kons olidasi Sistem Informasi
Pengujian aspekteknis 4 Akuntansi, Pelaporan dan HR
Payment – Open API dengan Bank BUMN dan swasta • Penerapan E-procurement
5 teri ntegrasi
Konsolidasi tim IT masing- Konsolidasi Sistem Informasi Akuntansi
3 dan Pelaporan • Penerapan Asset Sharing
masing entitas terkait IT
Strategi 4 6
Konsolidasi Sistem HR
Evaluasi atas sistem IT masing-
masing entitas
8.2 Integrasi
system IT secara Uji atas potensi integrasi dari sistem yang
konsolidasi berbeda-beda termasuk migrasi data terkait
Alat/ Tools
▪ Pembentukan tim Holding Corporate Center.
▪ Optimalisasi fungsi IMO yang menjadi cikal bakal Holding
Corporate Center.
▪ Komunikasi dengan pemangku kepentingan terkait dengan visi
misi dan objektif Holding.
Target/ Indikator
▪ Melindungi dan meningkatkan nilai bisnis dengan
mengembangkan budaya sadar risiko, mendukung
pengambilan keputusan berdasarkan informasi dan menangani
beberapa lapisan kepatuhan & jaminan.
▪ Meningkatkan efisiensi operasional dengan merasionalisasi
manajemen risiko, kontrol, struktur & proses jaminan, dan
penggunaan yang cerdas atas struktur manajemen data & TI.
▪ Memungkinkan organisasi untuk secara cepat, konsisten dan
efisien menanggapi tantangan yang diberikan oleh
perkembangan profil risiko dan persyaratan peraturan yang
berubah dengan cepat.
▪ Memungkinkan perusahaan untuk memenuhi tujuan kepatuhan
sambil meningkatkan kinerja dengan menggunakan kerangka
kerja terpadu untuk mendukung tujuan strategisnya.
1. Standar Etika
Direksi harus menetapkan standar perilaku etis yang tinggi,
memodelkan perilaku ini dan meminta pertanggungjawaban
manajemen untuk memberikan standar-standar ini di seluruh
Organisasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan
standar etika yaitu:
▪ Tetapkan proses untuk meminta pertanggungjawaban
individu atas perilaku tidak etis dan memasukkan sanksi
yang sesuai.
▪ Dipantau efektivitasnya.
▪ Diterbitkan bersama dengan informasi tentang langkah-
langkah yang diambil untuk mengimplementasikan kode
dan memantau kepatuhan.
▪ Menjadi standar untuk semua anggota pemegang, dan
dikomunikasikan ke semua tingkatan dalam organisasi.
3. Dewan Komite
Dewan harus menggunakan komite di mana ini akan
meningkatkan efektivitasnya dalam bidang-bidang utama,
dengan tetap mempertahankan tanggung jawab dewan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan untuk membuat Dewan Komite yang
efektif yaitu:
▪ Dewan Komite
o Memahami tujuan dan peran antar komite.
o Mengawasi proses yang dilaksanakan tiap komite
dengan baik.
▪ Komite Audit
o Membuat piagam formal, termasuk tanggung jawab
untuk merekomendasikan penunjukan auditor
eksternal dan internal.
o Mengawasi hubungan auditor entitas.
o Mempromosikan integritas dan transparansi pelaporan
keuangan entitas.
5. Remunerasi
Remunerasi direktur dan eksekutif harus transparan, adil, dan
wajar. Remunerasi yang memadai memungkinkan perusahaan
untuk menarik, mempertahankan, dan memotivasi para
direktur dan eksekutif berkualitas tinggi. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk memastikan sistem remunerasi yang adil
yaitu:
6. Manajemen Risiko
Cara mengelola risiko secara efektif yaitu:
▪ Menerapkan proses seperti kerangka kerja manajemen
risiko di seluruh perusahaan dan sistem kontrol internal.
▪ Menetapkan fungsi audit internal pada entitas yang
menghadapi risiko keuangan, operasi, dan kepatuhan yang
signifikan.
▪ Melaporkan strategi manajemen risiko kepada investor
setidaknya setiap tahun.
7. Auditor
Dewan harus memastikan kualitas dan independensi proses
audit eksternal. Hal—hal yang perlu diperhatikan untuk
memastikan kualitas dan independensi proses Audit eksternal
yaitu:
▪ Mempromosikan independensi auditor dari dewan dan
eksekutif.
▪ Melindungi objektivitas profesional auditor dalam
menghadapi tekanan potensial lainnya.
▪ Mempraktikkan rotasi audit.
▪ Membatasi pekerjaan non-audit dari perusahaan akuntansi
untuk menjaga independensi dan objektivitas.
▪ Merancang proses untuk menangani keluhan dari auditor.
8. Hubungan shareholder
Dewan harus membina hubungan konstruktif dengan
pemegang saham yang mendorong mereka untuk terlibat
9. Kepentingan stakeholder
Dewan harus menghormati kepentingan para pemangku
kepentingan, dengan mempertimbangkan jenis kepemilikan
entitas dan tujuan dasarnya. Setiap entitas memiliki pemangku
kepentingan yang berkontribusi dengan cara yang berbeda.
Kewajiban hukum dan faktor sosial, etika, dan lingkungan yang
relevan perlu dipertimbangkan ketika mempertimbangkan
kepentingan Stakeholder. Hal ini dapat dicapai dengan:
▪ Memiliki kebijakan yang jelas untuk hubungan entitas
dengan pemangku kepentingan yang signifikan.
▪ Menilai kepatuhan terhadap kebijakan ini secara teratur.
Gambar 222. Prinsip Good Corporate Governance berdasarkan Best Leading Practice
Gambar 227. Utilisasi Properti Aset Tanpa Holding dan Setelah Holding
Sensitivity Analysis
Beberapa kategori sinergi dan efisiensi yang akan mengurangi beban
maupun meningkatkan pendapatan, dan akan menghasilkan penambahan
keuntungan Holding secara keseluruhan yaitu alokasi portofolio, inisiatif
produk, sentralisasi pengadaan, marketing terintegrasi, loss prevention, dan
shared services. Dengan menggunakan asumsi moderat, maka total
akumulasi peningkatan nilai termasuk efek beban dan pajak dari inisiatif
efisiensi Holding untuk periode 10 tahun yaitu sebesar Rp ~59,5 trilun.
Sumber: Interview KPMG dengan 3 Bank BUMN dan 2 Bank Swasta (top 10 bank terbesar dari
sisi aset), Analisis Konsultan
Gambar 231. Bunga Deposito Dengan dan Tanpa Holding untuk Periode 10
Tahun
Sumber: Interview Konsultan dengan 3 Bank BUMN dan 2 Bank Swasta (top 10 bank terbesar
dari sisi aset), Analisis Konsultan
Gambar 232. Sinergi terhadap Efisiensi Biaya Transaksi untuk Periode 10 Tahun
Sumber: Proyeksi keuangan RJPP 2019-2023 masing-masing perusahaan, VTL Design and
Digital Marketing, Analisis Konsultan
Gambar 235. Biaya Pemasaran Dengan dan Tanpa Holding untuk Periode 10
Tahun
Sumber: Proyeksi keuangan RJPP 2019-2023 masing-masing perusahaan, VTL Design and
Digital Marketing, Analisis Konsultan
4. Efisiensi Pengadaan
Inisiatif Centralized Procurement akan mengefisiensikan biaya pengadaan
seluruh anggota Holding dengan mengembangkan pengadaan satu
pintu, menggunakan best practice efisiensi Centralized Rate yang berlaku
melalui penguatan bargaining power.
Gambar 237. Biaya Pengadaan Dengan dan Tanpa Holding untuk Periode 10
Tahun
Gambar 240. Sinergi terhadap Pengurangan Biaya Depresiasi dan Sewa untuk
Periode 10 Tahun
Gambar 241. Biaya Depresiasi Dengan dan Tanpa Holding untuk Periode 10
Tahun
Gambar 244. Biaya Klaim Dengan dan Tanpa Holding untuk Periode 10 Tahun
Gambar 245. Potensi Pendapatan Premi dari Synergy Life Insurance untuk
Periode 10 Tahun (dalam Rp miliar)
▪ Tourism Insurance
Tie-up dengan entrance fee daerah wisata tertentu membuat tarif
tourism insurance terjangkau, dimulai dari Rp 6.000 untuk turis
domestik pada tahun 2019
Jumlah turis domestik diproyeksikan mencapai 156,4 juta jiwa
dan turis asing mencapai 25,6 juta jiwa pada tahun 2028
Jumlah perlindungan sebesar Rp 25 juta bagi turis domestik dan
Rp 50 juta bagi turis asing, dengan 0,001% probabilitas kejadian
Potensi premi berkembang tiap tahun berdasarkan
perkembangan market share anggota Holding penyedia tourism
insurance, yang diproyeksikan meningkat 0,5% – 1% sesuai
dengan skenario
Kumulatif potensi pendapatan 10 tahun: Rp 1,9 triliun.
▪ FLPP Bundling
Potensi kerjasama dengan program fasilitas pembiayaan
perumahan dari negara (FLPP), di mana Anggota Holding
dengan produk fire insurance dan life insurance menawarkan
product bundling
Tarif bundling life insurance dimulai dari Rp 888 ribu per tahun
pada tahun 2019 dengan coverage keluarga berjumlah 3 orang,
dan tarif fire insurance sejumlah Rp 335 ribu dengan coverage satu
rumah
Perumahan formal diproyeksikan mencapai total 658 ribu unit
pada 2028, 331 ribu unit adalah rumah milik dengan skema KPR
FLPP dan 327 ribu adalah unit sewa
Kumulatif potensi pendapatan 10 tahun: Rp 332,5 miliar.
▪ Infrastructure Underwriting
Potensi peningkatan pendapatan dengan inisiatif penjaminan
proyek infrastruktur negara
Perhitungan proyek infastruktur dengan efek beragun aset rata-
rata sebesar Rp 6 triliun pada 2018, diproyeksikan meningkat
hingga Rp 14,9 triliun pada 2028 di mana 50% dari jumlah
tersebut tidak diagunkan bank dan berpotensi dijaminkan oleh
Anggota Holding
Guarantee fee diperhitungkan sebesar 2%
Kumulatif potensi pendapatan penjaminan 10 tahun: Rp 1,02
triliun, dibagi menurut market share masing-masing Anggota
Holding yang bergerak di bidang penjaminan.
Gambar 257. Potensi Pendapatan Premi dari Synergy Life Insurance (Non
BUMN) untuk Periode 10 Tahun (dalam Rp miliar)
Gambar 258. Potensi Pendapatan Premi dari Fire Insurance Penetration (Non
BUMN) untuk Periode 10 Tahun (dalam Rp miliar)
▪ E-Commerce Logistics
Inisiatif kerja sama dengan salah satu platform e-commerce logistik
Indonesia sebagai asuransi pengiriman barang
Total volume pengiriman dengan jasa kurir pada tahun 2019
diproyeksikan mencapai 270 juta transaksi dengan nilai asuransi
sejumlah Rp 1,4 triliun yang berpotensi meningkat hingga 401
juta transaksi dengan nilai asuransi Rp 3,1 triliun pada tahun
2028, menggunakan asumsi 0,2% nilai asuransi dari total nilai
transaksi dan biaya administrasi
Kumulatif potensi pendapatan 10 tahun: Rp 1,3 triliun.
Gambar 261. Potensi Pendapatan Premi dari Crosselling Dengan Retail dan
Jasa IPO untuk Periode 10 Tahun (dalam Rp miliar)
▪ Penempatan Dana
Sinergi dengan BTIM sebagai pihak manajemen investasi,
potensi pendapatan yang diterima oleh Bahana sebesar Rp 46
miliar, di mana BTIM akan mencatatkan 1,5% dari jumlah dana
yang ditempatkan oleh seluruh anggota Holding (AUM) sebagai
pendapatan
Volume dana yang ditempatkan telah sesuai dengan POJK pasal
11 dan 12, tercatat potensi dana yang dapat dialokasikan pada
Bahana sebesar Rp 2,7 triliun pada tahun 2019
Gambar 265. Potensi Pendapatan Premi dari Seluruh Inisiatif Product Bundling
dan Pemasaran Lainnya untuk Periode 10 Tahun (Rp miliar)
Gambar 266. Ilustrasi Potensi Peningkatan Premi dari sinergi dengan Bahana
2019 – 2028 berdasarkan Sinergi Moderate (Rp miliar)
Dari potensi sinergi dan peningkatan premi yang ada, maka dengan
menggunakan asumsi moderat, dapat dibandingkan neraca dengan
dan tanpa dibentuknya Holding pada neraca di bawah ini.
Gambar 268. Perbandingan Dividen Dengan dan Tanpa Holding untuk Periode
10 Tahun
❖ Leverage Capacity
Dengan menggunakan asumsi konservatif, pembayaran dividen dilakukan
berdasarkan laba masing-masing anggota Holding per Prognosa 2019.
Berdasarkan Dividend Payout Ratio historikal dalam 3 tahun terakhir, dividen
yang dibayarkan mencapai: a) Jasindo – 12,60%, b) Askrindo – 15,30%, c) Jasa
Raharja – 53,80% dan d) Jamkrindo – 6,25%.
Ilustrasi pembayaran dividen ke depan dilakukan dengan pertimbangan
sebagai berikut:
▪ Bahana PUI sebagai Induk tidak melakukan pembayaran dividen
mengingat laba ditahan masih dalam posisi minus
▪ Anggota Holding yang memiliki model bisnis Syariah tidak diharuskan
membayar dividen terkait dengan rencana penguatan Syariah
▪ Nasional Re sebagai perusahaan reasuransi tidak diharuskan membayar
dividen sehubungan dengan rencana mengurangi deficit neraca
pembayaran nasional terutama di sektor reasuransi
▪ Khusus Jasa Raharja, terdapat 2 opsi pembayaran dividen : a) diteruskan
ke pemerintah sesuai dengan historikal DPR 50-60% dan b) tidak
dilakukan pembayaran dividen untuk penguatan Jasa Raharja dalam
rangka mengurangi PMN pemerintah
Untuk rencana penerbitan obligasi, dilakukan dengan utilisasi dividen
sebagai berikut:
▪ Alokasi dividen melalui pembayaran DPR sebesar maksimal 85% dari
Askrindo Induk dan Jamkrindo Induk (di luar anak perusahaan), di
Gambar 270. Kinerja Laba Rugi per Prognosa 2019 dan Proyeksi Dividen
▪ Peningkatan Efisiensi
o Pros:
Peningkatan kapasitas modal secara internal
Meningkatkan retensi entitas dan perubahan proses bisnis
menjadi lebih efisien dan terintegrasi
o Cons:
Jangka waktu yang cukup lama
Nilai peningkatan modal minor dikarenakan tercipta dari
efisiensi operasional
Adapun dengan adanya Steering Committee yang dibantu oleh IMO akan
bekerja efektif untuk memastikan implementasi pembentukan Holding
BUMN Perasuransian dan Penjaminan. Tim IMO yang terdiri dari tenaga
ahli masing-masing anak usaha, yang akan melakukan aktivitas terkait
proses koordinasi dan integrasi awal yang terfokus pada 6 fungsi utama
implementasi yang mencakup: Risk, Governance & Legal; Strategic Planning &
Funding; IT Sinergy; Business Synergy; Communication & Financial Inclusion;
dan Talent Management.
Rencana Kerja,
6 Pendekatan, dan Integrasi Lintas
5 Kriteria Pengukuran 4
Keluaran Yang Solid Fungsi & organisasi
▪ Memastikan rencana kerja yang jelas ▪ Penyelarasan dan konsistensi
▪ Memiliki pendekatan yang ▪ Kriteria pengukuran yang jelas, tidak
terhadap pencapaian tujuan
komprehensif dan mudah dimengerti & ambigu, memiliki target waktu
▪ Keterkaitan antar tim
dijalankan ▪ Memastikan konsistensi, keterkaitan
▪ Keterwakilan seluruh fungsi &
▪ Memiliki hasil keluaran yang jelas dan keselarasan antara rencana dan
organisasi yang terpengaruh
pelaksanaan
Untuk memenuhi visi dan misi tersebut, beberapa strategi bisnis dibentuk dan
dituangkan ke dalam fokus utama yaitu pertumbuhan distribusi untuk
meningkatkan kerjasama bancassurance, jaringan cabang, agensi,
telemarketing, dan channel baru seperti worksite marketing; utilisasi permodalan
untuk mengalokasi permodalan intragroup melalui capital management
6. Kinerja Keuangan
Dengan Pembentukan Holding diharapkan dapat menciptakan sinergi dan
efisiensi bagi seluruh anggota dan induk, di antaranya dengan menggunakan
asumsi sinergi moderat, diproyeksikan adanya peningkatan pendapatan
bunga 10 tahun dengan tingkat deposito 6,5% yaitu sebesar Rp 347 miliar,
adanya penghematan biaya transaksi 10 tahun dengan tingkat efisiensi 10%
dari biaya transaksi terendah yaitu sebesar Rp 199 miliar, penghematan biaya
pemasaran 10 tahun dengan tingkat pemasaran terintegrasi 3,69% dari biaya
pendapatan premi yaitu sebesar Rp 695 miliar, penghematan biaya pengadaan
10 tahun dengan tingkat centralized rate 8% yaitu sebesar Rp 864 miliar,
penghematan 10 tahun dengan efisiensi shared services menciptakan
peningkatan nilai sebesar Rp 462 miliar, penghematan 10 tahun sebesar Rp 672
miliar dengan asumsi efisiensi capex 15% dan efisiensi duplikasi 33%, dan
penurunan Loss Ratio sebesar 4% akan menghemat selama 10 tahun sebesar Rp
1,1 triliun.